Studi Metode Penyuluhan Terhadap Perilaku Berdagang Pada Kelompok Pedagang Makanan Sehat Di Depok

(1)

SEHAT DI DEPOK

Skripsi

Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial Islam (S. Sos. I)

Disusun oleh : PUTRI RATNA WULAN

Nim: 108052000007

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar di Strata Satu (S-1) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Januari 2013


(5)

Studi Metode Penyuluhan Terhadap Perilaku Berdagang Pada Kelompok Pedagang Makana Sehat Di Depok.

Makanan menempati posisi terpenting dalam kehidupan masyarakat. Makanan yang sehat dan halal dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh. Sekarang ini banyak makanan yang beredar dan mengandung bahan tambahan pangan berbahaya. Dan banyak pedagang kaki lima yang masih menggunakan bahan tambahan pangan berbahaya. Oleh karena itu dibentuklah satu program kelompok pedagang makanan sehat salah satu dampingan Masyarakat Mandiri-Dompet Dhuafa. Fokus utama program ini berusaha mengusung isu perubahan penggunaan bahan tambahan pangan berbahaya kebahan tambahan pangan yang aman. Melalui program ini perlu adanya pendampingan dan pemmbinaan secara intens untuk mengawali dan membina perubahan sikap, prilaku, dan pengetahuan pedagang kaki lima.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerimaan pedagang pada program penyuluhan, mengetahui metode apa yang digunakan pendamping pada program KPMS, dan perubahan apa saja yang dialami pedagang selama mengikuti program. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Analisis data menggunakan tiangulasi yaitu menchek data yang didapat dari informan yaitu pendamping, pedagang, konsumen untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan secara singkat hasil penelitian tersebut. Penerimaan pedagang pada program KPMS diterima dengan positif oleh para mitra, dengan mengikuti kegiatan selama penyuluhan dan merubah perilaku berdagangnya dengan tidak menggunakan bahan tambahan pangan berbahaya pada makanan, menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan makanan yang dijualnya pada konsumen. Metode yang digunakan pada menyuluhan program KPMS ini menggunakan metode kelompok dan individu. Tetapi metode kelompok lebih efektif dari metode individu. Melalui metode kelompok, pedagang dapat termotivasi menjadi lebih sadar dengan makanan sehat, halal dan higenis. Sementara metode individu lebih banyak untuk sarana bimbingan pembayaran angsuran.


(6)

Terukir rasa puji dan syukur kepada Allah SWT sang pemberi inspirasi, yang memberikan nikmat yang tak terhitung. Berkat segala rizki dan kemurahan-nya skrisi ini dapat terselesaikan dengan baik. Rasa syukur dan penuh dengan rendah hati seraya dipanjatkan kepada Allah SWT. Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT sang pemberi kemudahan, penguasa seluruh manusia.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Yang memberikan cahaya jalan bagi manusia dari kebodohan kepada kecerdasan.

Alhamdulillah skripsi dengan judul “STUDI METODE PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU BERDAGANG PADA KELOMPOK PEDAGANG

MAKANAN SEHAT DI DEPOK” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka menyelesaikan jenjang pendidikan sarajan Strata Satu (S1) sesuai kurikulum yang berlaku pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan.

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya yang bernama Bapak Nawih dan Ibu Siti Umamah yang selalu mendukung saya dalam keadaan apapun, dan selalu memberi saya semangat dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas curahan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun serta dukungan Mamah dan Abi, terimakasih juga untuk doa yang selalu dipanjatkan untuk anak mu ini.

Harapan saya semoga skripsi ini bermanfaat bagi mahasiswa dan mahasiswi Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya dan mahasiswa/i UIN pada umumnya.


(7)

peneulisan skripsi ini.

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr, Arief Subhan, MA beserta para pembantu dekan.

2. Ketua Jurusan Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Bapak Sugiharto, MA 3. Bapak Kholis Ridho, M.Si. selaku pembimbing yang sudi membantu saya

memberikan masukan dan menunggu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dosen-dosen Bimbingan dan penyuluhan Islam yang telah memberikan

kucuran ilmu dan pengetahuan.

5. Bapak Andi selaku petugas perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi trimakasi banyak atas bantuannya.

6. Mbak Amel selaku pendamping di lembaga masyarakat mandiri yang telah meluangkan waktunya untuk shareing dan wawancara.

7. Terimakasih untuk Mama dan Abi yang selalu mendukung saya dan mendoakan saya untuk tetap berjuang agar menyelesaikan skripsi ini, trimakasih atas kasih sayang yang kalian berikan pada ku tiada duannya. Mamah dan abi hanya ini yang dapat ku persembahkan yaitu gelar sarjana ku. 8. Untuk Keluarga ku, Kakak-Kakak ku yang selalu memberikan semangat dan

dukungannya.

9. Ade Megol (ne derogi) terimakasih banyak udah nganteri-nganteri pinjem buku dan lain sebagainya.

10.Teman-teman seperjuanganku Tim Horor, Kepod, Nina, Sundus, Ike, Ina, Ais terimakasih untuk kebersamaannya.

11.Teman-teman seperjuanganku BPI 2008 Ayu, Eka, Nila, Fido, Venti, Janah, Indah dan yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya.

12.Untuk pedagang Pocin khusunya Pak Karso dan Bu Win terimakasih sudah bantu saya yang bersedia diwawancarai.


(8)

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT, penulis berserah diri dan mengucap rasa syukur atas semuanya, semoga semua perhatian, bantuan dan partisipasinya yang sudah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 22 Januari 2013


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Sumber Data ... 13

F. Tinjauan Pustaka ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KERANGKA KONSEP A. Metode dan sasaran Penyuluhan ... 16

1. Pengertian Penyuluhan ... 16

2. Metode Penyuluhan ... 17

3. Sasaran Penyuluhan ... 19

B. Makanan Sehat dan Halal ... 20

1. Pengertian Makanan Sehat ... 20

2. Pengertian Makanan Halal ... 21

C. Prilaku berdagang ... 23

D. Teori Penerimaan dan Penolakan ... 26

E. Kerangka Berfikir ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA MASYARAKAT MANDIRI A. Profil Masyarakat Mandiri ... 31

1. Sejarah Berdirinya Masyarakat Mandiri ... 31

2. Visi dan Misi ... 31

3. Tujuan ... 32

4. Program Kerja ... 32


(10)

vi

8. Struktur Organisasi ... 36

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Informan ... 37

B. Deskripsi Program KPMS ... 42

1. Kegiatan Program Penyuluhan ... 42

2. Metode Penyuluhan ... 43

3. Tujuan Program Penyuluhan ... 43

C. Analisis Data ... 44

1. Penerimaan Pedagang Terhadap Program KPMS ... 44

2. Metode Penyuluhan Makanan Sehat dan Halal Pada KPMS ... 48

3. Perubahan Prilaku Berdagang Setelah mengikuti Program Penyuluhan ... 51

D. Pembahasan ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Makanan siap saji dewasa ini merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang berkembang cepat. Saat ini makanan tersebut merupakan bagian dari kebutuhan makanan dari masyarakat, terutama bagi kelompok masyarakat yang bekerja dan di tempat kerjanya tidak menyediakan makanan. Selain harganya relatif terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat makanan tersebut mudah diperoleh kapan saja dibutuhkan serta banyak disukai oleh sebagian golongan.

Dalam susunan hidangan di Indonesia berbagai bahan makanan dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu: a) bahan makanan pokok, b) bahan makanan lauk pauk,c) bahan makanan sayur, d) bahan makana buah. Ahli gizi di Indonesia mengenalnya sebagai sususnan “empat sehat”, bila hidangan tersebut ditambah dengan susu dalam jumlah yang cukup, dikenal dengan “lima sempurna”. Selogan „empat sehat lima sempurna” dikenal sejak tahun 1950 yang menggambarkan susunan hidangan yang dapat memberikan kesehatan yang baik.1

Beberapa zat makanan bahan dasar menurut ilmu gizi atau nutrient yang kita kenal ialah : karbohidrat atau hidrat arang, protein atau zat putih telur, lemak, vitamin-vitamin, dan mineral. Ada penggolongan lain dari bahan makanan, berdasarkan fungsi dari zat gizinya: zat gizi penghasil enersi, yaitu

1

Depatemen Gizi dan Kesehatan Mayarakat, Gizi dan Kesehatan Masyarakat,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2010), cet, ke 5, h. 15.


(12)

karbohidrat, lemak dan protein. Zat gizi penghasil energi ini sebagian besar dihasilkan oleh bahan makanan pokok. Zat gizi pembangun sel, terutama diduduki oleh protein, sehingga bahan makanan lauk pauk tergolong dalam bahan makanan sumber zat pembangun. Zat gizi pengatur, kedalam kelompok ini termasuk vitamin dan mineral, maka bahan utama sumber vitamin dan mineral ialah sayur dan buah termasuk golongan bahan makanan sumber zat-zat gizi bahan pengatur.

Kedua cara pengolongan bahan makanan di atas itu dipergunakan di Indonesia dalam upaya penyuluhan dan pendidikan gizi kepada masyarakat, terutama berkenaan dengan penyusunan hidangan yang adekwat (makanan yang memenuhi syatrat).2

Makanan yang halal dan bergizi atau dikatakan thayyib (baik) sangat penting bagi kehidupan manusia. Makanan itu berguna bagi kualitas kesehatan jasmani dan rohani. Masyarakat yang memakan makanan yang halal dan bergizi akan terhindar dari berbagai penyakit yang sering bersarang di tubuhnya.3

Kondisi makanan yang sehat akan dapat membantu dan menjaga kesehatan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan makanannya, namun sebaliknya makanan siap saji yang kurang sehat dapat menyebabkan sakit bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan antara lain keracunan makanan yang dapat ditimbulkan akibat makanan yang mengandung racun atau

2

Sediaoetama, Djaelani, Achmad, Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Di Indonesia,(Jakarta: PT. Dian Rakyat 2008), h. 22-23.

3

Direktorat Urusan Agama Islam Dalam Pembinaan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Islam dan Produk Halal, (Jakarta: 2007), h. 23.


(13)

makanan yang mengandung kuman yang dapat mengeluarkan racun, seperti staphylococcus aereus. Atau makanan yang mengandung kuman, yang dapat mengakibatkan infeksi pada tubuh seperti kuman salmonella, shigella, Cholera dan masi banyak lagi kuman dalam makanan yang dapat menyebabkan infeksi pada hewan dan manusia.4

Sakit akibat keracunan makanan dapat disebabkan oleh kondisi makanan itu sendiri, dengan cara pengolahan makanan sejak pagi dimasak sampai sore masih dijajakan, juga disebabkan oleh penyajian makanan yang tidak higenis. Umumnya makanan higenis sering ditemui pada jenis makanan yang diperjual belikan oleh para pedagang kaki lima, setidaknya ini menjadi pengamatan awal saya dilapangan.

Makanan resmi diedarkan apa bila sudah lulus uji di Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) RI dan siap diedarkan di pasaran dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat, selain itu makanan diuji pula ke halalannya di Lembaga Pengawas Obat Makanan (LPOM) MUI agar masayarakat mendapatkan kelayakan dan ketenangan dalam mengkonsumsi makanan, semua masyarakat harus menyadari tentang makanan sehat dan halal, khususnya bagi para pedagang kaki lima sebagai penjual yang menyadari akan makanan sehat dan halal.5

Beberapa kota besar seperti Depok, banyak pedagang kaki lima yang menjajakan komoditas jualannya di jalan-jalan, terutama yang terlihat di sepanjang jalan Margonda Raya. Aspek keamanan dari sanitasi, higienitas dan

4 Sekertaris Jendral Departemen Kesehatan RI, “Majalah Kesehatan Masyarakat

, (Jakarta: 1970), h. 33.

5

www.masyarakatmandiri.org/artikel-436-pedagang-makanan-sekitar-hypermart-depok-menuju-produk-aman.html/ (diakses pada tanggal 28 April 2012)


(14)

bahan tambahan pangannya seperti pewarna, pengenyal, pemanis, pengempuk, pengawet dan lain sebagainya dapat dinilai masih dalam kategori kritis. Tentunya fakta empiris di lapangan ini patut untuk mendapatkan perhatian dan penyikapan lebih lanjut.

Pada umumnya program yang membidik pada pedagang kaki lima dan pedagang pasar sebagai subjeknya, kerapkali masih banyak yang belum mengedepankan serta menerapkan aspek kesehatan baik dalam pengolahan maupun penyajiannya.6

Hypermart – Kota Depok yang bekerja sama dengan Lembaga Dompet Dhuafa, memiliki perhatian dan kepedulian pada permasalahan tersebut. Melalui jejaring ekonominya, Masayarakat Mandiri – Dompet Dhuafa menggagas adanya serta mengimplementasikan program Kelompok Pedagang Makanan Sehat (KPMS) di sekitar lokasi Hypermart-Depok. Program ini dapat memberikan informasi dan penyuluhan tentang makanan sehat, sehingga mampu mengubah kebiasaan sehat dalam pengolahan dan penyajian makanan. Hal ini akan sangat berbanding lurus dengan peningkatan citra serta pendapatan subjek program tersebut, serta pada gilirannya diharapkan juga mampu meningkatkan kesejahteraannya.

Program KPMS Hypermart-Depok adalah suatu kegiatan pendampingan program kelompok pedagang makanan sehat dari salah satu program Masyarakat Mandairi (MM) – Dompet Dhuafa yang fokus bergerak di wilayah perkotaan (urban) Depok. Fokus utama program ini berupaya mengusung isu perubahan penggunaan BTP (Bahan Tambahan Pangan)

6

www.masyarakatmandiri.org/artikel-436-pedagang-makanan-sekitar-hypermart-depok-menuju-produk-aman.html/ (diakses pada tanggal 28 April 2012)


(15)

berbahaya ke BTP yang aman. Oleh karena itu perlu ada pendampingan dan pembinaan yang secara intens dalam mengawal serta membina perubahan sikap, perilaku dan pengetahuan. Tidak hanya terbatas pada hal tersebut, tetapi diperlukan adanya pembiayaan, pembinaan dan keberlanjutan program, maka perlu ada pengaderan dan penguatan lembaga lokal. Terkait hal ini dipandang penting adanya pelaporan, monitoring dan evaluasi dalam pencapaian tujuan program.7

Pedagang makanan sehat harus memperhatikan kehalalan makanan yang dijualnya karena makanan halal itu baik dikonsumsi bagi masyarakat, seperti dalam surat Al-Mu’minun ayat 51 yang menyeru kepada para Rasul untuk memakan maknan yang baik dan halal, makanan baik yaitu makanan yang bergizi yang dapat membawa kesehatan pada tubuh.













Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalam hal ini sebuah organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk melayani mayarakat, sudah selakayaknya dinilai oleh masyarakat sendiri dari apa yang telah dilakukan selama ini. Organisasi-organisasi yang saat ini dikenal sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dengan berbagai jenis

7

www.masyarakatmandiri.org/detilprogram-128-program-kelompok-pengusaha-makanan-sehat-kpms-kerjasama-dengan (di akses pada tanggal 4 mei 2012)


(16)

kegiatan dan pendekatannya masing-masing sudah selayaknya pula untuk dinilai sejauah mana mereka telah memberi manfaat kepada masyarakat.8

Melalui kelompok-kelompok, pendamping dari Masyarakat Mandiri memberikan informasi dan penyadaran berbagai masalah keamanan pangan, selain penguatan-penguatan seperti manajemen usaha dan pengorganisasian kelompok. Penguatan kapasitas juga melibatkan berbagai instansi terkait seperti Badan POM RI dan LP POM MUI dalam acara Penyuluhan Keamanan Pangan. Penyuluhan ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pedagang maupun pembeli. Pedagang bisa menyiapkan makanan yang aman dan konsumen pun nyaman menyantapnya.

Penyuluhan (counseling) sebagai salah satu pembidangan ilmu dakwah, kehadirannya dalam usaha memberikan bantuan kepada seseorang (audiens) yang berkaitan dengan aspek mental spiritual dan psikologis merupakan suatu yang relevan dan semakin dibutuhkan. Karena secara praktik dan teoritik ilmu ini menangani problem-problem kehidupan manusia yang disebabkan karena adanya gangguan-gangguan psikologis yang timbul karena factor internal (dari dirinya) dan eksternal (dari lingkungnnnya), atau karena factor ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya, serta tidak sanggup pula mengatasi kesulitan-kesulitannya yang serba kompleks.9

Dengan adanya fakta tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam terhadap prmasalahan tersebut dalam

8

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, PengantarPada Pemeikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Faktultas Ekonomi Univeraita Indonesia, 2003), h. 342.

9

Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidaytullah, 2008). h. 3.


(17)

bentuk skripsi dengan judul “Studi Metode Penyuluhan Terhadap Perilaku

Berdagang Pada Kelompok Pedagang Makana Sehat Di Depok ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian penulis hanya membatasi masalah pada keberhasilan metode penyuluhan yang dilakukan Masyarakat Mandiri pada kelompok PKL (pedagang kaki lima) tentang makanan sehat dan halal. Artinya penulis bermaksud menggali lebih mendalam tentang metode penyuluhan bagi perubahan perilaku berdagang PKL di Depok.

b. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk merumuskan masalah yang akan dijadikan tuntunan penulis dalam pelaksanaan penelitian ini. Sebagai berikut:

1. Bagaimana penerimaan pedagang terhadap program KPMS di kota Depok ?

2. Apa saja metode yang digunakan Masyarakat Mandiri dalam pelaksanaa program KPMS ?

3. Apa saja perubahan prilaku berdagang PKL Depok setelah mengikuti program KPMS Masyarakat Mandiri ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan


(18)

a. Mendapatkan data dan informasi tentang penerimaan pedagang terhadap program KPMS di kota Depok.

b. Mendapatkan data dan informasi tentang metode apa saja yang digunakan Masyarakat Mandiri sebagai jejaring sosial Dompet Dhuafa dalam pelaksnaan program KPMS.

c. Mendapatkan data dan informasi tentang keberhasilan program KPMS Masyarakat Mandiri jejaring sosial Dompet Dhuafa dalam perubahan perilaku berdagang PKL Depok.

2. Manfaat

a. Secara akademis skripsi ini dimaksudkan untuk menguji keberhasilan metode penyuluhan KPMS Masyarakat Mandiri bagi perubahan perilaku berdagang PKL

b. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi pengembangan metode penyuluhan KPMS tentang makanan sehat dan halal, secara khusus untuk Masyarakat Mandiri dan secara lebih luas bagi Kementerian Kesehatan RI.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskriptif ditunjukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang


(19)

melukiskan gejala yang ada, mengidentifiaksi masalah, memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang berlaku.10

Sedangkan penelitian kualitataif menurut Bodgan dan Taylor seperti dikutip Lexy J Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.11

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dimana peneliti berangkat atau langsung ke lapangan (objek) penelitian untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu. Dalam hal ini mengenai studi metode penyuluhan terhadap perilaku berdagang pada progam KPMS di Depok.

3. Subjek Penelitian

Subjek yang menjadi informan adalah terdiri dari satu orang penyuluh/pendamping, lima orang Pedagang/mitra, dan dua orang konsumen/pembeli di Pondok Cina Depok.

4. Objek Penelitian

Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah bagaimana metode penyuluhan terhadap program KPMS di Depok.

5. Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada tanggal 19 oktober sampai dengan 31 Desember. Adapun tempat penelitian ini di Pondok Cina Depok.

10

Rakhmat Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 13, h. 25

11

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 3.


(20)

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dan menghimpun data yang objektif, maka dalam penelitian ini penulis mengunakan instrumen penelitian sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam (depth interview)

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jawaban anggota Masyarakat Mandiri terhadap penerimaan atau penolakan program yang dibuat oleh Masyarakat Mandiri, dengan wawancara penulis mendapatkan jawaban langsung serta alasan real yang diberikan PKL, sehingga konfirmasi jawaban informan dan PKL, termasuk mengetahui seberapa besar keberhasilan program KPMS yang dilakukan penyuluh kepada PKL itu sendiri. Hasil dari wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama.

Wawancara mendalam yaitu bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dsb) informan yang dihadapi misalnya. Kita boleh mengajukan pertanyaan-petranyaan yang sama terhadap anggota-anggota satu lembaga tersebut. Tetapi cara kita bertanya kepada orang-orang seharusnya berbeda pula jabatan orang yang kita hadapi pun berbeda, misalnya presiden Direktur, Manajer, sampai klien atau tukang sapu. Pemilihan subjek penelitian pun juga tentu saja disesuaikan dengan tujuan penelitian.12

12

Mulyana, Dedi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. ke-4, h. 181


(21)

b. Observasi

Observasi sebagai mana disebutkan oleh E. Kristi Poerwandari adalah suatu kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.13

Guna mendukung hasil wawancara mendalam sebagaimana diungkap di atas, maka penting bagi penulis melakukan observasi langsung terhadap objek penelitian. Observasi dimaksud adalah dengan melakukan pengamatan cara berdagang PKL, bagaimna cara PKL mengolah makanan yang dijualnya, dan bagaimana PKL melakukan sajian makanan kepada konsumen, kebersihan lingkungan dan mengamati kegiatan apa saja yang diberikan penyuluh kepada PKL.

c. Dokumentasi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melengkapi penelitian dengan mereka dan mencatat semua kegiatan yang berlangsung selama penelitian dilakukan, dokumentasi yang dimksud yaitu mengambil gambar atau foto kegiatan PKL, jenis makanan, mengumpulkan catatan-catatan untuk memperkuat hasil penelitian yang sedang berlangsung.

Yang dimaksud dangan dokumentasi disini adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip buku.14Selain itu, penulis juga mengambil dokumntasi foto pada saat wawancara berlangsung untuk dijadikan bukti dalam skripsi.

13

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitataif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983.h. 62

14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta 2001. Cet. 12, h. 206.


(22)

7. Pengolahan Data

Data mengenai metode penyuluhan yang diberikan pendamping pada kelompok pedaganag makanan sehat, dijabarkan ke dalam tulisan naratif agar dapat memudahkan peneliti pada saat nanti menganalisis data.

1. Hasil wawancara selanjutnya ditranskrip. Hasil transkrip dipilah mana jawaban responden yang menolak dan yang mendukung program KPMS. Dari data dimaksud selanjutnya dianalisis kecenderungan jawaban responden dan dinarasikan sesuai kategori jawaban responden yang telah dipilah peneliti.

2. Hasil observasi selanjutnya dicatat untuk dijadikan bahan-bahan penelitian dan untuk pendukung argumen peneliti yang nantinya akan dijadikan sebuah narasi.

3. Hasil dokumentasi dikumpulkan dalam satu file, kemudian dipilah oleh penliti catatan yang sudah dikumpulkan untuk diolah kembali guna mendapatkan info dan data yang peneliti catat selama melakukan penelitian, selain itu foto-foto yang peneliti ambil saat dilapanagn dicantumkan untuk memperkuat hasil penelitian. 8. Analisis Data

1. Peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan metode penyuluhan yang diberikan pada kelompok pedagang makan sehat. Setelah data metode penyuluhan diperoleh, data tersebut dituangkan kedalam tulisan dalam bentuk narasi, visual, gambar, bagan, tabel, dan lain sebagainya.


(23)

2. Peneliti menggunakan analisis triangulasi untuk menchek kebenaran data tertentu dengan menbandingakannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, karena peneliti ingin membandingka informasi yang didapat dari pendamping, mitra/pedagang, dan konsumen. Trianggulasi bukan sekedar mentest kenbenaran data dan bukan untuk mengumpulkan berbagai ragam data, melainkan juga suatu usaha untuk melihat dengan lebih tajam hubungan antara berbagai data agar mencegah kesalahan dalam analisis data15. 3. Pengambilan kesimpulan akan dihubungkan dengan judul yang ada,

hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengambil kesimpulan.

E. Sumber Data

Sumber data adalah subjek utama dalam proses penelitian masalah diatas. Adapun sumber dari penelitian ini adalah:

a. Data Primer:

Yaitu berupa wawancara kepada pendamping dan kelompok pedagang makanan sehat di depok.

b. Data Sekunder:

Yaitu data tidak langsung yang berupa catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang didapatkan dari kegiatan pendamping dalam memberikan penyuluhan kepada pedagang tentang makanan sehat dan halal.

15

S Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: PT. Tarsito Bandung, 2002), h. 115-116.


(24)

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengadakan penelitia ini terlebih dahulu dilakukan tinjauan pustaka untuk mengetahui apakah penelitian dibidang yang sama sudah dilakukan penelitian atau belum, sekaligus untuk menghindari penjiplakan dalam penelitian.

Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka, penulis menemukan dua skripsi dengan judul:

1. Analisis Pola Makanan dan Aktifitas Fisik Siswa-Siswi Gizi Lebih di SMA Labschool Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tahun 2009, disusun oleh

Nama : Yumiarti Nim : 105101003311

Dari judul ini peneulis lebih melihat pada analisis pola makanan yang dikonsumsi oleh remaja SMU, dan melihat kandungan gizi makanan yang yang sering dikonsumsi oleh siswa siswinya dan berdampak pada fisik siswa siswinya yang mengalami obesitas dan malnutrition (gizikurang), tetapi tidak membahas tentang manfaat makanan hala yang dikonsumsi.

2. Peranan Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Duhafa Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Di Depok

Nama : Budi Santoso Nim : 10105402275

Dalam judul ini penulis lebih melihat pada perkembangan perekonomian masyarakat yang tinggal di depok, dan diberikan


(25)

pendampingan oleh masyarakat mandiri untuk lebih mandiri dalam berusaha, dan cakupannya lebih luas tentang perekonomian masyarakat sekitar depok tidak membahas pada penyuluhan pedagang makanan sehat dan halal.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, pembahasan dibagi menjadi lima bab, adapun sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sumber Data, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II : Kajian Teori dan Kerangka Konseptual. Terdiri dari: Metode dan sasaran penyuluhan, pengertian penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran penyuluhan, pengertian makanan sehat, pengertian makanan halal, perilaku berdagang, penerimaan dan penolakan. Kerangka berfikir. BAB III :. Sejarah berdirinya Masyarakat Mandiri, Visi Misi

Masyarakat Mandiri, Tujuan, Program kerja, Pedekatan Program, Komponen Program, Tahapan Program, Struktur organisasi masyarakat mandiri,

BAB IV : Temuan dan Analisis Data: a. deskripsi informan, b. deskripsi program KPMS, c. analisis data, d. pembahasan BAB V : Penutup. Terdiri dari: Kesimpulan dan Saran


(26)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Metode dan Sasaran Penyuluhan

1. Pengertian Penyuluhan

Secara etimologi (harfiyah), arti penyuluhaan berasal dari bahasa inggris “counseling” yang mengandung arti “menerangi, menasehati”, atau “memberikan kejelasan kepada orang lain agar ia memahami dan mengerti hal-hal yang sedang dialamainya”. Secara terminology (istilah), pengertian penyuluhan (konseling) dapat dipahami sebagai berikut:

a. Penyuluhan adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang.

b. Konseling atau penyuluhan merupakan satu jenis layanan yanag merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.

Dari beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa penyuluhan merupakan bantuan yang diberikan kepada orang lain (conselee) dalam


(27)

memecahkan problem-problem dalam kehidupan yang dihadapinya, yang dilakukan dengan wawancara konseling (face to face), atau dengan cara pertemuan langsung (timbal balik) sesuai dengan situasi dan keadaan klien, supaya ia memiliki pengertian dan kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya beradasarkan penentuan dirinya sendiri.1

Prayitno mengemukakan “ penyuluhan adalah pertemuan empat mata antara klien dan penyuluh yang berisi usaha yang laras, unik, dan manusiawi, yang dilakukan dalam suasan keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku”.

Penyuluhan merupakan pertemuan empat mata antara klien dan penyuluh yang berisi usaha yang laras, untuk dan human (manusiawi) yang dilakukan dalam suasan keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.2

Berdasarkan Pengertian diatas dapat dipahami bahwa penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada orang lain secara tatap muka untuk mencari solusi bersama atas permasalahan yang dihadapi sesorang agar terselesaikan sesuai yang diharapkan klien.

2. Metode Penyuluhan

Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa yunani “methodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata : yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka

1

Lutfi, M,.Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif HIdayatullah, 2008). h, 9-11.

2

Sukardi, Ketut, Dewa. Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 1995), cet. ke- 1, h. 5-6.


(28)

penegrtian metode berarti “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.3

Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Metode ialah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang di khendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna pencapai tujuan yang di tentukan.4

Jadi, metode dapat dipahami bahwa metode adalah cara yang dilakukan dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang dikhendaki.

Untuk menyampaiakn pesan atau materi penyuluhan islam supaya hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan metode yang tepat. Sehingg dengan usaha itu, pesan akan sampai pada objek sasaran yang pada akhirnya objek dapat mengatasi masalah yang dihadapinya.

Dalam menyampaikan materi penyuluhan terhadap sasarannya, seorang konselor dapat menggunakan metode-metode antara lain:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) atas kejadian-kejadian yang langsung dapat ditanggkap pada waktu kejadian itu berlangsung.5

3

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke- 1, h. 40.

4

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2005), Cet. Ke-3, h.740

5

Walgito, Bimo, Bimbingan Konseling (Studi dan Karir). (Jogjakarta: C.V ANDI: 2010). h, 61


(29)

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data tentang anak atau individu lain dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation).6

3. Bimbingan Kelompok (Group Guidance)

Ialah teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya.7

4. Teknik Direktif (yang bersifat mengarahkan)

Adalah salah satu teknik yang diberikan dan digunakan bagi klien yang tidak mengerti masalahnya dan mengalami kesulitan dalam memahami dan memecahkannya.

Jadi, metode penyuluhan dapat dipahami bahwa metode adalah cara yang dilakukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

5. Sasaran Penyuluhan

Secara umum sasaran kadang-kadang dapat pula berarti “subyek”, yaitu individu baik orang perorangan maupun kelompok dan keluarga yang memerlukan jasa bimbingan dan atau penyuluhan (konseling), tanpa memandang etnis, agama, keturunan, suku bnagsa dan latar belakang dari status sosialnya. Namun, bagi mereka yang meyakini atau memeluk agama tertentu (seperti islam) atau budaya tertentu memerlukan pelayanan khusus

6 Walgito, Bimo, Bimbingan Konseling (Studi dan Karir). (Jogjakarta: C.V ANDI: 2010). h,

76.

7

Lutfi, M,.Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif HIdayatullah, 2008). h, .


(30)

yang berkaitan dengan agama atau budaya yang banyak mempengaruhi jalan dan pola hidupnya.

Dengan demikian, subyek (sasaran) penyuluhan ialah orang-orang yang mengalami masalah dan tidak bisa diatasinya sendiri. Maka diperlukan bentuk penanganan dan pelayanan khusus dalam bentuk pemberian solusi dan terapi (treatment) dengan menggunakan berbagai teknik yang biasa digunakan dalam pelayanan penyuluhan.

B. Makanan Sehat dan Halal

1. Pengertian makanan sehat

Dalam kamus besar bahasa Indonesia: Makanan adalah segala apa yang boleh dimakan (seperti pangan, lauk pauk, kue), atau segala bahan yang kita makan atau masuk kedalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenanga, atau mengatur semua proses ditubuh.8

Makanan adalah merupakan campuran kompleks bahan-bahan tumbuh-tumbuhan dan binatang yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak.9

Dan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, sehat adalah baik seluruh bada serta bagian-bagiannya; 2 yang mendatangkan kebaikan

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) cet-1, h. 547.

9

Moh Yanis Musdja. Biologi Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Perss 2004), h. 92.


(31)

pada badan: makanan dan lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan anak-anak.10

Menurut ahli gizi makanan sehat adalah makanan yang mempunyai zat gizi yang cukup, lengkap dan seimbang. Dalam istilah yang populer dimasyarakat Indonesia, makanan sehat dilambangkan dengan istilah 4 sehat 5 sempurna. Maksud dari 4 sehat 5 sempurna ini terdiri dari beberapa bahan makanan yaitu nasi, lauk pauk, sayuran, buah-buhan dan susu, makanan yang telah disebutkan ini mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin, dan mineral.11

Jadi, makan sehat adalah segala bahan makanan yang dapat dimakan dan dapat meberikan gizi baik pada tubuh serta nutrisi yang dibutukan tubuh untuk membentuk pertumbuhan yang diperlukan oleh tubuh kita yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

2. Makanan Halal

Kata halal berasal dari satu akar kata yang beratri lepas atau tidak terikat. Sesuatu yang halal adalah yang terlepas dari ikatan-ikatan bahaya (duniawi dan ukhrawi), karena itu halal juga berarti “boleh”.12

Dalam Ensiklopedia Islam, halal artinya tidak ada larangan, dan diizinkan melakukan atau memanfaatkan. Halal itu dapat diketahui

10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet-4, h. 1011

11

Kantor Mentri Negara Urusan Pangan Republik Indonesia, Makanan Indonesia dalam Pandangan Islam, (Jakarta: 1995), h. 58.

12


(32)

adakalanya dengan ada suatu dalil yang menghalalkannya secara tegas dalam Al-Qur’an atau sunnah.13

Diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 168















Artinya: “Hai mausia makanlah dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang terang-terangan bagi

kamu”. (Al-Baqarah:168).

Disini Islam memanggil manusia supaya suka makan hidangan besar yang baik, yang telah disediakan oleh Allah kepada mereka, yaitu bumi lengkap dengan isinya, dan kiranya manusia tidak mengikuti kerajaan dan jejak syaitan yang selalu menggoda manusia supaya maumengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah.

Kemudia, islam menyeru pada kaum mu’min secara khusus dalam firman Allah:





















13


(33)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa-apa yang telah kami berikan kepada mu, serta bersyukurlah kepada Allah kalau betul-betul kamu berbakti kepadannya. Allah hanya mengharamkan kepadamu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah.Maka barang siapa dalam keadaan terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka tidaklah berdosa baginya, karena sesumgguhmya allah maha pengampun dan maha belas

kasih.” (Al-Baqarah : 172-173)14

Jadi, Makanan halal yaitu makana yang diproses dan diolah dengan baik dan tidak dicampurkan dengan bahan-bahan yang diharamkan seperti alcohol, atau halal pada dirinya/zatnya. Makanan yang halal dilihat dari cara kita memperolehnya dan proses pengolahannya seperti makan hewan yang disembelih sesuai dengan syara yaitu menyembelih hewan dengan benda tajam yang dapat mengalirkan darah dan mencabut nyawa binatang tersebut. Penyembelihan dilakukan dileher binatang tersebut, tidak menyebut nama selain Allah, harus disebutnya nama Allah dan menbaca bismilah.

C. Perilaku Berdagang

Perilaku sebagaiman disebutkan adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon, serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.15

Menurut McDougall prilaku itu disebabkan karena insting, insting merupakan prilaku yang innate, prilaku yang bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.16

14

Syekh Muhamad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Singapura: 1993). h, 53-54.

15

http//qym 7882.blogspot.com 200904 bentuk-prilaku.html (diakses pada tanggal 20 september 2012)


(34)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dagang yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan jual beli niaga, kemudian berdagang adalah “berjual beli atau berniaga”.

Jadi prilaku berdagang adalah kegiatan seseorang untuk melakukan jual beli dagangan berupa bahan pangan makanan atau bahan-bahan pokok lainnya secara langsung atau tidak langsung, untuk mendapatkan keuntungan dari hasil daganagnnya.

Adapun ciri-ciri prilaku berdagang yaitu:

a. Berani mengambil resiko serta mampu memperhitungkan dan berusaha menghindarinya

b. Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya bakti yang lebih baik untuk pelanggan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat, Bangsa dan Negara.

c. Antisipatif terhadap perubahan akomodatif terhadap lingkungan

d. Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan meningkatkan produktifitas dan efesiensi

e. Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan melalui investasi baru diberbagai bidang17.

Pekerjaan berdagang /jual beli adalah sebagian dari pekerjaan bisnis, kebanyakan masyarakat jika mereka berdagang selalu ingin mencari laba besar.

16

Bimo Walgito, Psikiologi sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: ANDI 2009), h. 20. 17

Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha( Jakarta: CV. Pustaka Amri) cet. ke-1. hal, 41.


(35)

Seorang muslim bila menjual barang, harus dengan senag hati, gembira, ikhlas, dan memberikan kesan baik terhadap pembeli. Begitu pula bila seorang muslim membeli barang, tidak membuat kesal si penjual, usahakan agar terjadi transaksi secara harmonis, suka sama suka tidak bersitegang dengan penjual.

Adapun prilaku negative yang sering dijumpai dalam kegiatan berdagang merupakan mereka yang melekat pada diri pedagang dan ini pula

merupakan “image” negative terhadap pedagang yang melekat dihati

masyarakat kita pada umumnya. Masyarakat belum menerima profesi pedagang sebagai profesi elit.Profesi dagang masi dianggap pekerjaan rendah yang mungkin juga paling rendah, karena sudah melekat dalam anggapan masyarakat bahwa pekerjaan dagang dilakukan penuh dengan trik, penipuan, ketidak jujuran, pelit, terlalu hitungan, dan pribadi yang terlibat didalamnya, pribadi kurang utuh.18

Jadi, berdagang dapat dipahami sebagai kegiatan jual beli yang dilakukan sesorang untuk mendapatkan laba besar atas barang dagngannya.

Menurut imam Al-Gazali ada enam sifat prilaku yang terpuji dilakukan dalam perdagangan yaitu:

1. Tidak menagambil laba lebih banyak, seperti yang lazim dalam dunia dagang.

2. Membayar harga agak lebih murah kepada pedagang miskin, ini adalah amal yang lebih baik daripada sedekah biasa.

18


(36)

3. Memurahkan harga atau memberi potongan kepada pembeli yang miskin, ini akan memiliki pahala yang berlipat ganda.

4. Bila membayar utang, pembayarannya lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.

5. Membatalkan jual beli, jika pihak pembeli menginginkannya. Ini sejalan dengan prinsip “Customer is King”. Dalam ilmu marketing pembeli itu adalah raja, jadi apa kemauannya perlu diikuti, sebab penjual harus tetap menjaga hati langganan, sampai langganan merasa puas.

6. Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin secara cicilan, maka jangan ditagih bila orang miskin itu tidak mampu untuk membayarnya, dan bebaskan mereka dari utang jika meninggal dunia.19

D. Penerimaan dan Penolakan

1. Penerimaan

Menurut Eicholaz dan Rogers teori penerimaan dan penolakan disebut dengan nama a rejection-adoption theory. Proses adopsi terjadi disebabkan lima tahap: (1) awareness (kesadaran). Semua kelompok atau pedagang yang bersangkutan tidak mengetahui dan mengabikan inovasi, kemudian dengan kesadaran bersedia belajar tentang eksistensi inovasi yang belum diketahui. Meskipun sebelumnya ia telah memiliki pengetahuan lama; (2) interest (menaruh minat). Individu yang bersangkutan memperluas upaya mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang adat istiadat, agama, pendapat warga masyarakat umumnya, yang

19


(37)

berkaitan dengan dorongan dan larangan berupa beban sosial dan financial jika inovasi itu digunakan; (3) evaluation (penilaian).Individu bersangkutan menilai inovasi dan mendorong jiwanya memilih hal-hal yang sesuai dengan kondisi dirinya; (4) trial (percobaan).Individu yang bersangkutan mulai memberanikan diri untuk menggunakan inovasi sebagai prcobaan pendahulu; (5) adopsi (penggunaan).Individu bersangkutan menerima inovasi itu digunakan seterusnya atas dasar percobaan ynag berhasil sebelumnya20.

Menurut teori AIDA (Awarness atau kesadaran, Interest atau minat, Desire atau keinginan, Action atau tindakan)21. Yaitu:

Yang mengendalikan bahwa pengambilan keputusan pada perubahan prilaku berdagang adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh individu atau pedagang, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap inovasi baru dan merubah cara yang lama dan kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan inovasi tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (Desire) karena prubahan yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka individu atau pedagang tersebut akan mengambil keputusan untuk melakukan inovasi baru (Action).

20

Dr. Rusmin Tumanggor. Ilmu Sosial Budaya dan Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010) cet ke-1. hal. 51-52

21


(38)

Jadi dapat disimpulkan bahwa penerimaan yang terjadi pada pedagang karena adanya kesadaran, menaruh minat, penilaian, percobaan, penggunaan, dan tercapai lah suatu inovasi baru.

2. Penolakan

Menurut Eicholz dan Rogers penolakan terjadi karena tahap-tahapan berikut: (1) awareness (kesadaran). Individu yang bersangkutan belum memiliki pengetahuan tentang inovasi dan telah memiliki pengetahuan lama “traditional”. Ketika mengikuti pelatihan inovasi itu terasa lebih kompleks dan sulit dimengerti sehingga terjadi kesalah pahaman, dan mereka lebih memilih cara lama lebih mudah dan sudah biasa, aman dari segi sosial, terjangkau secara financial, dan berhasil juga; (2) Indifference (acuh tak acuh). Individu semakin acuh tak acuh setelah melihat keadaan.Meskipun inovasi itu terlihat logis, tetapi kurang mereka perhatkan karena belum biasa dalam masyarakat; (3) denial(penolakan). Pada masa kebutuhan pemilihan inovasi yang sesuai untuk dirinya, individu tidak memahami betul fungsi inovasi itu menggantikan apa cara lama. Sehingga ia menyangkal kehadiran inovasi; (4) trial (percobaan). Ketika individu bersangkutan melakukan inovasi itu dan terjadi insiden atau kegagalan maka indivitu itu tidak lagi mau mencoba sampai berhasil, tetapi kembali lagi pada cara yang lama; (5) rejection (penolakan). Individu atau pedagang akan mengakhiri dengan penolakan seterusnya terhadap inovasi tersebut dan tetap mempraktikan cara biasa.22

22

Dr. Rusmin Tumanggor. Ilmu Sosial Budaya dan Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010) cet ke-1. hal. 52-53.


(39)

E. Kerangka Berfikir

Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam metode penyuluhan makanan sehat dan halal pada kelompok pedagang makanan sehat (KPMS) yaitu:

Penerimaan dan Penolakan

Dalam metode penyuluhan pada pogram KPMS perlu adanya metode yang dilakukan seorang pendamping untuk memberikan penyuluhan. Yaitu dengan cara memberikan observasi untuk mengamati secara langsung sikap dan perilaku yang tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental/kejiwaan.

Wawancara yang dilakukan dalam penyuluhan ini untuk mengungkapkan dan mngetahui mengenai fakta-fakta yang ada pada diri pedagang.

Metode Penyuluhan

Perilaku Berdagang Observas

Wawancara Bimbingan kelompok

Direktif

Berani mengambil resiko

Meningkatkan keunggulan citra

Kreatif Antisipatif


(40)

Bimbingan kelompok dilakukan pada penyuluhan ini untuk mempermudah kegiatan yang berlangsung, dengan bimbingan kelompok ini pedagang bisa melakukan diskusi kelompok, mendengarkan ceramah, seminar, dan tanya jawab yang disampaikain oleh pendamping.

Metode dikerktif digunakan pendamping dalam penyuluhan untuk mengarahkan pedagang secara langsung, apabila pedagang mempunyai masalah yang timbul dari eksternal maupun internal selama penyuluhan ini berlangsung. Adapun perilaku pedagang:

Pedagang harus berani mengambil resiko atas apa yang dilakukannya selama berdagang, berusaha tidak menggunkan bahan tambahan pangan berbahaya kedalam makanan yang dijualanya kepada konsumen.

Selama kegiatan berdagang yang digelutinya, pedagang semestinya bisa menjaga kebersihan dan kehalal makanan yang dijualnya untuk mencapai hasil dagang yang baik. Selain itu pedagang lebih antisipatif terhadap segala kemungkinan yang terjadi pada dagangannya, dengan lebih mengembangkan inovasi baru dan lebih keratif untuk meningkatkan daganggannya. Selain menjaga kebersihan dan kehalaln makanan itu sendiri.


(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA MASYARAKAT MANDIRI

A. Profil Masyarakat Mandiri

1. Sejarah Berdirinya Masyarakat Mandiri

Masyarakat mandiri (MM) adalah sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam pemberdayaan komunitas di pedesaan, perkotaan, serta di komunitas diwilayah asal pekerja migran.Kelahirannya dibidani oleh Dompet Dhuafa Republika pada tahun 2000.

Sejak bulan Juli 2005, MM resmi menjadi lembaga otonom dengan memperkuat Visi dan Misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai Komunitas Dhuafa atau tak berdaya sehingga mencapai kemandirian .

Proses pemberdayaan komunitas bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat guna meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan dengan sebaik mungkin sumberdaya Alam Manusia setempat. Disinilah upaya pendampingan intensif menjadi salah satu pilihan bijak dalam menjalankan proses transformasi kesadaran komunitas untuk berubah dengan sumberdaya yang mereka miliki.1

2. Visi dan Misi Masyarakat Mandiri

VISI:

Tumbuhnya komunitas-komunitas yang berdaya dan berkemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya, secara mandiri dan berkesinambungan.

1

Brosur Profil Masyarakat Mandiri


(42)

MISI:

1. Memfasilitasi penyadaran komunitas dalam membangun diri dan lingkungan ke arah kehidupan yang lebih berkualitas.

2. Membangun kapasitas ke lembagaan lokal.

3. Memfasilitasi terjadinya sinergi lintas pelaku untuk berkelanjutan system mata penghidupan komunitas.

3. Tujuan

1. Tercapainya kemandirian material komunitas sasaran.

Adalah tercapainya kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan hidup dasar, serta cadangan dan mekanisme untuk bertahan dalam kondisi krisis.

2. Tercapainya kemandirian Intelektual komunitas sasaran.

Adalah terbentuknya kemandirian berpikir bersikap serta berkesadaran kritis.

3. Tercapainya kemandirian management komunitas sasaran.

Adalah kemampuan komunitas dalam mengelola aksi kolektif untuk mewujudkan kelembagaan lokal yang berkelanjutan, sehingga mampu menjalin kemitraan yang setara lintas pelaku.

4. Program Kerja Masyarakat Mandiri

ARAH PROGRAM: 1. Penyadaran

2. Proses pengenalan potensi diri dan lingkungan

3. Membantu komunitas untuk merefleksikan dan memproyeksikan keadaan dirinya baik dalam berinteraksi dengan kekuatan-kekuatan


(43)

domestic maupun kekuatan global dalam bentuk informasi, tekhnologi, modal social, budaya dan peluang politik.

4. Pengorganisasian.

5. Organisasi dan kelembagaan harus berawal dari prakarsa masyarakat secara sukarela.

6. Penguatan organisasi. 7. Kaderisasi.

 Mempersiapkan kader-kader pengembangan keswadayaan local yang akan mengambil alih tugas pendampingan setelah program berakhir.

 Kader-kader berasal dari penduduk lokal yang dipilih oleh masyarakat secara partisipatif dan musyawarah

 Ukuran keberhasilan kaderisasi dapat dilihat dari kemampuan kader local untuk memainkan peran sebagai pendamping, sebelum program berakhir, yang ditentukan oleh penilaian masyarakat.

8. Dukungan teknis.

 Penguasaan sumberdaya informasi.  Tekhnologi tepat guna.

9. Pengelolaan system.

 Memperlancar upaya masyarakat memperoleh kebutuhan, baik secara individu maupun secara berkelompok dalam sistem pencaharian berkelanjutan.


(44)

 Keterkaitan antar organisasi lokal dan pasar antar badan-badan perwakilan diatas yang lebih tinggi dan sebagainya.

5. PENDEKATAN PROGRAM

 Pembentukan kelompok secara partsipasif  Pendampingan langsung

 Penumbuhan kader local

 Pengembangan kelembagaan komunitas  Menjalin kerjasam lintas pelaku

6. KOMPONEN PROGRAM

 Pembiayaan usaha mikro berbasis kelompok  Peningakatan kapasitas sumberdaya manusia  Pengembangan kelembagaan komuitas  Pemupukan modal swadaya

 Pembangunan jaringan dan sinergi

 Pengembangan informasi dan teknologi tepat guna

7. TAHAPAN PROGRAM

a. Pra persiapan b. Persiapan

c. Pelaksaan program

 Sosialisasi program pada level komunitas  Kajian keadaan komunitas secara partisipatif  Mengenali masalah, potesi dan kelompok sasaran  Pembentukan kelompok


(45)

(46)

8. Struktur Organisasi Masyarakat Mandiri

Pesiden Direktur DD Ismail Agus Said

Komisaris TrinEstriani Teten Kustiawan

Direktur Eksekutif Armie Robi

Manajer Keu & Oprasional Leni Marlina (pjs)

Staf Umum Rofi’ah Staf Akunting Herawati Staf Keuangan Devi Komalasari Komite Anggaran (Penugasan) Audit Internal (Penugasan) Manajer Marketing Komunikasi & Pengembangan Bisnis Dessy Sonyaratri Staf Marketing M.Solehudin Staf Komunikasi Hery D. Kurniawan

Staf Bisnis Agresta Priatama Manager Program Munipah Supervisor Deden Sukiaji Koordinator Pendamping


(47)

37

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Informan

Dalam bab ini sebelum penulis memaparkan tentang hasil dan penemuan penelitian, lebih dahulu penulis akan mendeskripsikan latar belakang informan dalam penelitian ini. Penulis membagi tiga sumber dan data informasi yang diteliti oleh penulis. Pertama, satu orang sebagai pendamping penyuluhan. Kedua, informan mitra KPMS sejumlah 5 orang. Ketiga, informan dari pihak konsumen 2 orang.

Berikut adalah karakteristik dari informan:

1. Informan Pendamping Penyuluhan Masyarakat Mandiri a). Pendamping

Informan pertama adalah salah seorang pendamping program KPMS Heypermart-Depok. Yang bernama Amelia. Lahir di Jakarta pada tanggal 18 Februari 1988. Ia adalah putri pertama dari 3 bersaudara. Tinggal di Jl. Tanah Merdeka Rt 015/ Rw 005 No. 21 kelurahan Susukan Kecamatan Ciracas. Ketika masih di taman anak-anak ia bersekolah di RA.AL-Akhyr. Dan masuk sekolah dasar di SDN 09 Pagi Susukan. Berlanjut ke sekolah menengah pertama di SLTPN 257 Rambutan. Setelah lulus dari SLTPN ia melanjutkan seklolah di SMA Al-Masthuriyah Sukabumi dan menjadi santriwati di sekolah ini kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia


(48)

mengambil prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Awal karirnya dia bekerja dimulai sebagai pendamping program. Pada bulan oktober 2010 sampai juni 2011 Amelia menjabat sebagai pendamping program yang muda yang mandiri, berlanjut pada juni 2011-juni 2012 ia menjabat sebagai pendamping program KPMS Hypermart Pondok Cina Depok. Dan ia dipercayakan lagi sebagai pendamping program pedagang bakso tangguh 1 pada bulan Mei 2012 dan pedagang bakso tanggu 2 sampai Mei 2013.1

Ditinjau dari pendidikan pendamping adalah orang yang masih muda dan turun langsung ke lapangan, dengan demikian pendamping sangat komunikatif dan mudah bergaul.

2. Informan pedagang sebagai Mitra Kelompok Pedagang Makanan Sehat a). Pedagang 1

Informan pertama adalah salah seorang mitra Masyarakat Mandiri yang bernama Ibu Ratiah. Ia lahir di Cilacap pada tanggal 27 Oktober 1964. Dan bertempat tinggal di Gang Asem Rt 04/01 Pondok Cina Depok. Ibu dari empat orang anak ini merantau dari Cilacap untuk mengadu nasib di Kota Depok. Menurut pengakuannya ibu ratiah tidak menamatkan pendidikannya di SD. Dengan pendidikan yang rendah tersebut ia menggeluti profesi sebagai pedagang bubur ayam, mie instan, dan lontong

1


(49)

sayur di lingkungan Hyperemart. Ibu ratiah telah menjalani sebagai PKL sudah 3 tahun terakhir dan tidak memiliki usaha lain.2

Setelah tahun 2011 ia ikut program KPMS, artinya ibu ratiah telah 2 tahun mengikuti program ini.

b). Pedagang 2

Informan kedua bernama Bapak Karso ia adalah seorang ketua ISM usianya saat ini 43 tahun tepatnya lahir di Tegal pada tanggal 13 Februari 1971. Pak Karso adalah pedagang bubur ayam, pendidikan terakhir Pak Karso adalah SMP. Selain itu ia adalah ketua ISM pada kelompok pedagang Pondok Cina. ISM adalah sebuah organisasi serikat pedagang makanan sehat yang dibentuk setelah program pendampingan itu ada. Pertemuan ISM menurut pengakuan Pak Karso dilakukan 1 minggu sekali di rumah-rumah warga secara bergiliran. Menurut pengakuannya sejak kecil sudah dibiasakan bekerja, ia merantau ke Depok sejak 11 tahun yang lalu saat ini ia memiliki 4 orang anak. Pak karso menetap di Gang Kapuk Rt04/01 Pondok Cina Depok. Keikutsertaan pak karso dalam program KPMS ini selama 2 tahun dikarenakan beliau ingin memajukan usahanya sekurangnya karena dua alasan utama. Pertama, ia mengharapkan modal sebagai mitra. Kedua, keinginannya meningkatkan usahanya sebagai pedagang bubur ayam.3

Dari pengamatan penulis pak karso adalah aktifis atau orang yang ditokohkan dikalangan pedagang Pondok Cina.

c). Pedagang 3

2

Wawancara Pribadi Dengan Ibu Ratiah, (Mitra Masyarakat Mandiri), 6 November 2012.

3

Wawancara Pribadi Dengan Bapak Karso, (Mitra Masyarakat Mandiri), 6 November 2012.


(50)

Informan ketiga bernama ibu Ijah.Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki pendidikan tinggi. Menurut pengakuannya ia hanya bersekolah sampai sekolah dasar saja.

Ia penduduk asli Pondok Cina yang sudah berjualan warung nasi dan gorengan selama 18 tahun. Usaha yang dilakukan Ibu Ijah untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, Karena suaminya berprofesi sebagai tukang es cendol keliling.

Menurut pengamatan penulis Ibu Ijah adalah seorang istri yang baik, diwaktu sengangnya ia membantu meringankan pekerjaan suaminya untuk memenuhi kenutuhan ekonomi keluarganya.4

d). Pedagang 4

Informan keempat bernama Bapak Herman lahir di Pemalang pada tanggal 05 November 1972. Ia tinggal di Gang Asem Pondok Cina Depok. Menurut pengakuannya ia bersekolah sampai SD saja. Pria berumur 41 tahun ini adalah pedagang bubur ayam keliling, pekerjaan ini dijalaninya selama 15 tahun. Ia tidak memiliki usaha lain hanya berjualan bubur ayam saja.5

Dari pengamatan penulis Pak Herman pria paruh baya ini hanya menghabiskan masa hidupnya dengan berjualan bubur ayam, karena berjualan sudah menjadi keahlian pada dirinya dan sebagai mata pecaharian utamanya.

4

Wawancara Pribadi Dengan Ibu Ijah, (Mitra Masyarakat Mandiri), 6 November 2012.

5

Wawancara Pribadi Dengan Bapak Herman, (Mitra Masyarakat Mandiri), 6 November 2012.


(51)

e). Pedagang 5

Informan kelima bernama Ibu Juriah lahir di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1953. Tinggal di Jl.H.MH Tohir Pondok Cina Depok. Ibu Juriah hanya menamatkan sekolah sampai SD. Ia adalah ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai pedagang sembako, kemudian ia beralih usaha sebagai pedagang mie ayam dikarenakan usahanya sebagai pedagang sembako kurang berjalan. Menurut pengakuan Ibu Juraiah ia sudah 10 tahun menjadi pedagang mie ayam. Sudah 2 tahun terakhir ia bergabung sebagai mitra Masyarakat Mandiri. Posisinya dalam kelompok adalah sebagai anggota.

Dari pengamatan penulis, Ibu Juriah adalah ibu rumah tangga yang menamatkan sekolahnya samapai SD saja, profesinya sebagai pedagang mie ayam adalah mata pencaharian utamanya.6

3. Informan Konsumen Pondok Cina

a). informan pertama bernama Yuni, ia adalah pembeli sekaligus pelanggan yang sering membeli makanan di sekitar areal Pondok Cina, ia bekerja sebagai pelayan toko.7

b). informan kedua bernama Bapak Endang, Bapak Endang adalah seorang pensiunan guru kemudian dipilih menjadi ketua RT di Pondok Cina Depok. Jabatan beliau sebagai ketua RT diwilayah ini, sekaligus sebagai pengawas pedangan kaki lima yang berjualan di sekitar Pondok Cina. Pengaruh beliau terhadap warganya di sekitar Pondok Cina cukup baik.

6

Wawancara Pribadi Dengan Ibu Juriah, (Mitra Masyarakat Mandiri), 6 November 2012.

7


(52)

Dari pengamatan penulis, selain sebagai ketua RT Bapak Endang adalah orang yang dipercayakan warga untuk memantau kebersihan lingkungan sekitar area dagang di Pondok Cina.8

B. Deskripsi Program KPMS Masyarakat Mandiri

1. Kegiatan Program Penyuluhan

Kegiatan program penyuluhan KPMS Masyarakat Mandiri diantaranya: a. Pelatihan kewirausahaan

Sebagaimana disebutkan oleh Amel sebagai pendamping pernah dilakukan pelatihan kewirausahaan yang diisi oleh Bapak Purnomo yang dilakukan pada hari kamis tanggal 23 Februari 2012. Pelatihan isi berisikan materi-materi mengenai kewiarausahaan yang disampaiakn kepada mitra untuk menambah wawasan mitra mengenai kewirausahaan.

b. Penyuluhan keamanan dan kehalalan pangan

Penyuluhan keamanan dan kehalalan pangan oleh BPOM RI dan LP POM MUI pada hari senin tanggal 5 Maret 2012 yang bertempat di Aula Kelurahan Pondok Cina Depok. Penyuluhan ini berisikan materi mengenai bahan tambahan pangan berbahaya dan mitra diperkenalkan dengan bahan tambahan pangan apa saja yang tidak boleh digunakan kedalam makanan seperti boraks, formalin, rodamin, pengenyal makanan, dan pewara textil. Karena bahan-bahan tersebut dapat membahayakan tubuh apa bila dikonsumsi.

8


(53)

c. Pertemuan rutin kelompok

Pertemuan rutin kelompok dilaksanakan setiap satu minggu sekali pada hari senin yang bertempat di rumah-rumah mitra secara bergiliran. Sekaligus sebagai mekanisme untuk mengunpulkan angsuran pembayaran modal.

Masyarakat Mandiri telah membentuk sejumlah 8 kelompok mitra baru dengan total jumlah mitra sebanyak 71 orang. Adapun perinciannya adalah terdiri dari 5 kelompok mitra kelurahan Pondok Cina dan 3 kelompok mitra di kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Beji Kota Depok. Alasan pembentukan lokasi kelompok agar memudahkan dalam mobilisasi pertemuan dan mudah dalam jangkauan.

2. Metode penyuluhan

Penyuluhan pada kelompok KPMS, menggunakan bimbingan kelompok. Metode ini digunakan untuk memudahkan pendamping dalam memberikan penyuluhan secara rutin pada mitra. Selain itu metode ini juga dimaksudkan agar banyak ide pemikiran yang muncul dari para mitra sekaligus memberikan pembelajaran bagi para mitra agar memberanikan diri untuk mengeluarkan pendapat, gagasan pada kelompoknya. Artinya tidak hanya pendamping saja yang mengeluarkan ide dan gagasannya tetapi mitra juga berhak mengeluarkan ide dan gagasannya, demikianlah kurang lebih standar pada pendampingan KPMS Masyarakat Mandiri dilakukan. 3. Tujuan program penyuluhan


(54)

Adapun tujuan utama dari program ini adalah memberikan pemberdayaan atau penguatan pada PKL terkait makanan sehat, halal dan higenis.

Secara lebih luas tujuan lain dari program ini adalah memandirikan dan mensejahterakan perekonomian para pedagang makanan bersekala kecil.

C. Analisis Data

1. Penerimaan Pedagang terhadap Program Penyuluhan KPMS

Sebagai lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf), Dompet Dhuafa telah banyak dikenal oleh kalangan masyarakat atas maupun masyarakat bawah. Dengan salah satu programnya adalah KPMS yaitu memberikan bantuan kepada pedagang melalui program penyuluhan dan pendampingan agar mereka mandiri dan sejahtera.

Awalnya program ini tidak banyak diketahui oleh para pedagang di Pondok Cina. Hambatan yang dihadapi lebih pada adanya sikap penolakan dari para calon mitra yang merupakan pedagang disekitar Hypermart-Depok, penolakan disebabkan ekses negative sejumlah mikro-finance/kredit, baik yang menggunakan system konvensional maupun berbendera syariah sekalipun9. Ekses negatife adalah sikap yang kurang baik saat melakukan penagihan menimbulkan trauma tersendiri bagi

9


(55)

beberapa calon mitra program KPMS-Hypermart. Atas kondisi tersebut pihak Masyarakat Mandiri menempuh upaya sosialisasi dengan pengenalan tujuan program dan aktivitas yang akan dijalankan. Pertama calon mitra dikenalkan pada profil lebaga Masyarakat Mandiri, Dompet Dhuafa dan Hypermart. Peserta diberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban menggunakan publikasi berupa: flayer, leafet, brosur dan buletin. Kedua calon peserta diberi informasi tentang keberhasilan KPMS serupa di beberapa wilayah perkotaan, seperti kisah sukses para mitra di daerah Jakarta dan Surabaya. Ketiga, setelah mitra mengetahui tujuan dan program ini yaitu untuk memandirikan dan mensejahterakan perekonomian para pedagang makanan bersekala kecil, maka calon peserta ditawarkan kemungkinan bergabung sebagai mitra kelompok KPMS.

Berdasarkan latar belakang di atas diakui oleh pihak Masyarakat Mandiri program ini tidak mudah diakui dalam masyarakat oleh karena itu pihak Masyarakat Mandiri membuat program-program dan langkah-langkah seperti menyebar flayer, leafet, brosur, buletin agar masyarakat mengenal program ini.

Program ini tidak akan berjalan jika tidak adanya kesadaran pada diri pedagang mengenai bahaya bahan tambahan pangan. Berbeda dengan pedangang lainnya (non pendampingan), pedagang di Pondok Cina memiliki kesadaran bahwasanya jika program ini berjalan maka banyak manfaat yang mereka dapatkan selama mengikuti program penyuluhan. Ungkapan ini terlihat pada saat penulis mewawancarai salah satu mitra yang bernama Pak Karso dia mengatakan bahwa banyak sekali manfaat


(56)

yang dia dapatkan selama mengikuti penyuluhan ini, bukan hanya bantuan modal yang dia dapatkan akan tetapi pengetahuan yang berharga yang didapat selama program penyuluhan berjalan. Berikut petikan wawancara:

“Banyak sekali mbak manfaat yang saya dapatkan selama

mengikuti penyuluhan ini terutama dalam masalah modal jualan saya terbantu banget. Kalau masalah makanannya kita dikasih pengarahan, dikasih tahu bahan-bahan apa yang boleh digunkan dalam makanan dan bahan apa saja yang tidak boleh dicampurkan kedalam makanan, misalnya jangan pakai bahan pengawet kaya formalin dan boraks soalnya itu bahaya banget buat tubuh manusia. Kan dari saya gak tahu jadi tahu masalah kaya gitu”10.

Setelah mendapatkan sosialisasi calon mitra menaruh minat pada program ini. Dengan keikutsertaannya bergabung dalam program sekaligus menjadi pedagang tangguh yang bebas dari bahan tambahan pangan berbahaya, sehat, halal dan higenis. Penilaian pedagang terhadap program ini atas memiliki kemauan besar dari pihak pedagang bergabung dalam program KPMS. Kemauan dimaksud adalah keinginan menjadi pedagang yang lebih baik dan mau mencoba hal baru yang didapatkan pedangang selama mengikuti program penyuluhan dan meninggalkan cara lama untuk menjadi lebih baik dan menggunakan serta menerapkan hal-hal positif yang lebih menguntungkan para pedagang dalam segi permodalan atau merubah cara berjualananya yang lebih sehat.11

Selain itu penerimaan mitra terhadap program KPMS dapat dihubungkan dengan bantuan modal usaha yang diberikan Masyarakat Mandiri secara langsung pada pedagang, modal usaha tersebut diangsur pengembaliannya dengan ketentuan tidak dikenakan bunga sedikitpun atau

10

Wawancara Pribadi dengan Karso, (Mitra Masyarakat Mandiri). 6 November 2012. 11

Wawancara pribadi dengan Amelia, Pendamping Program Penyuuhan KPMS. Bogor, 7 Desember 2007.


(57)

disebut dengan bunga 0 %. Dengan program pemberian modal usaha tersebut memudahkan pedagang memperbesar usahanya tanpa membayar bunga yang besar layaknya meminjam uang pada rentenir yang memberatkan pedagang kecil seperti mereka. Berikut petikan wawancara dengan mitra.

“alasan saya ikut program ini si awalnya saya terlibat hutang sama rentenir mbak, jadi saya mau coba ikut proram ini, selain saya dikasih modal tanpa bunga yang ngeberatin, murah ngangsur pinjamannya, diprogram ini saya banyak belajar bagaimana berdagang yang baik itu terutma cara menjual makanan tanpa bahan-bahan berbahaya”12.

Konteks di atas hemat penulis yang menjadi alasan kenapa calon mitra menerima program ini yaitu karena alasan modal yang mudah, angsuran tidak memberatkan. Pendampingan cara berdagang yang sehat, halal dan higenis yakni mereka pedagang kaki lima yang dapat mengembangkan usahanya sebagai pedagang yang bersih. Pedagang tidak hanya mendapatkan modal saja yang terbantu. Tetapi mendapatkan pengetahuan, wawasan, keahlian mengoperasikan komputer dan pesan moral sebagai pedagang yang jujur dalam menjual makanan yang selama ini mereka geluti. Selain itu pedagang juga diberikan penyuluhan mengenai makanan sehat dan halal yang bebas dari bahan tambahan pangan seperti formalin, boraks, dan zat pewarna textil kepada para pedagang

Sementara hal yang sama dalam perspektif mitra diakui bahwa program ini tidak akan berjalan baik atau lancar jika tidak adanya

12


(58)

kesadaran pada diri pedagang. Artinya penyuluhan yang diberikan Masyaraakat Mandiri perlu ditindak lanjut dengan kemauan dan kesadaran pada diri mitra agar tujuan program tercapai.

2. Metode Penyuluhan makanan sehat dan halal pada KPMS

Kegiatan penyuluhan pada KPMS prinsipnya adalah usaha memberikan bantuan kepada pedangang yang dilakaukan oleh penyuluh untuk menghasilkan timbal balik agar mereka mampu memahami dirinya dan masalah-masalah hidup yang dihadpinya pada masa itu dan masa yang akan datang. Artinya melalui kegiatan penyuluhan pedagang diharapkan dapat lebih mandiri dan mampu mengenali berbagai persoalan terkait makanan sehat dan halal.

Metode yang diterapkan di program KPMS pondok Cina Depok yaitu menggunakan metode langsung (metode komunikasi langsung), dimana penyuluh bertatap langsung dan memberikan materi secara langsung kepada mitra Masyarakat Mandiri yaitu pedagang. Berikut beberapa metode penyuluhan yang digunakan pada program penyuluhan KPMS Pondok Cina Depok dalam pendekatan kepada mitra sebagai pedagang, yaitu:

1. Bimbingan Kelompok (group Guidance)

Bimbingan kelompok ini dilakukan dengan cara komunikasi langsung antara penyuluh dengan mitra dalam bentuk kelompok. Sebagaimana disebutkan diawal kelompok KPMS yang ada di Pondok Cina tergabung dalam serikat pedagang ISM kelompok ini dibentuk oleh Amel selaku pendamping agar memudahkan


(59)

pendampingan. Pertemuan kelompok dilakukan dua kali dalam seminggu. Adapun teknik yang digunakan oleh pendamping adalah sebagai berikut:

a. Metode ceramah

Pada metode ini seperti biasa Amel selaku pendamping memberikan materi kepada pedangang mengenai keamanan pangan, bahan tambahan panagan berbahaya. Pada ceramah ini hanya Amel saja yang berbicara, pedagang hanya mendengarkan apa yang disampaikannya.

Ceramah merupakan satu teknik pembinaan atau penyuluhan yang memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang diwarnai dengan karakteristik dan cara berbicara seorang da’i atau penyuluh.

Metode ceramah sama halnya dengan mau’idah hasanah (nasehat yang baik). Dari ceramah-ceramah yang sering diikuti dan didengarkan kemudian dipahami menjadikan kita tau hal-hal yang baik yang dilakukan seorang pedagang menjadi pedangang yang jujur dalam menjalankan usahanya terutama dalam menjual makanan sehat dan halal.

b. Dialog atau tanya jawab

Untuk menghindari sikap pasif pada Mitra masyarakat Mandiri dalam metode kelompok dilakukan teknik dialog atau tanya jawab. Teknik tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari teknik ceramah, teknik ini dilakukan setelah penyuluh


(60)

memberikan penjelasan terhadap materi yang disampaikan kemudian para mitra diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan tidak dipahami. Ataupun sebaliknya penyuluh memberikan pertanyaan kepada mitra seputar materi yang telah dijelaskan sebelumnya, hal ini dilakukan untuk melatih mitra berani bebicara dan mengungkapkan pendapatnya di depan mitra lainnya.

c. Diskusi Kelompok

Dalam pertemuan kelompok,biasanya mbak amel sering melakukan diskusi mengenai masalah-masalah yang berkenaan dengan maknan sehat, misalnya membicarakan tentang keamanan pangan, bicara tentang contoh-contoh bahan tambahan pangan seperti boraks, formalin, rodamin, kemudian ciri-ciri bahan makana yang mengandung bahan-bahan itu atau tidak, bahayanya mengunakan boraks itu nanti akibatnya ditubuh itu akan terkena penyakit apa saja, diskusi ini umumnya menekankan pada makanan sehat dan halal.

Selain diskusi mengenai materi, pertemuan kelompok juga dilakukan untuk urun rembuk tentang kendala dan hambatan terkait mekanisme pembayaran angsuran yang rutin dilakukan untuk mengangsur pinjaman modal.


(61)

2. Metode Individual

Metode individual merupakan teknik pemberian bantuan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata) yang dilakukan antara penyuluh dan mitranya terkait maslah pribadi. Sehingga dalam proses penyuluhan ini pendamping dituntut untuk bersifat simpati (merasakan apa yang dirasakan oleh mitra) dan empati (berusaha menempatkan diri dalam situasi diri mitra). Pada metode ini biasanya pendamping mendatangi langsung rumah mitra yang jarang mengikuti pertemuan kelompok yang biasanya dilakukan 1 minggu sekali. Dalam menyelesaikan masalah ini biasanya pendamping mengunakan metode direktif ( yang bersifat mengarahkan), hal ini dilakukan apabila mitra tidak mau mengungkapkan permasalahannya. Sehingga seorang pendamping berperan aktif dalam pelaksanaan penyuluhan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Biasanya masalah-masalah yang ada pada mitra mengenai pengangsuran modal yang macet, mitra lebih sibuk berdagang sampai tidak bisa mengikuti petemuan kelompok.

3. Perubahan Perilaku Berdagang Setelah Mengikuti Program

Penyuluhan

Keberhasilan penyuluh dan program pendampingan yang dilakukan Masyarakat Mandiri adalah adanya perubahan prilaku berdagang dari mitra. Sekurangnya dapat dilihat dari pemahaman mereka tentang makanan sehat dan halal, mengenai bahan tambahan berbahaya,


(62)

menjaga kebersihan tidak menjual makanan yang menggunakan bahan tambahan pangan berbahaya.

Adapun perubahan prilaku yang ditemukan penulis dilapangan adalah: 1. Adanya perubahan dari cara berdagang mereka yang terlihat selama

pendampingan seperti mereka tidak menggunakan bahan tambahan pangan pada makanannya, dan menggunakan bahan-bahan yang baik seperti pedagang bubur ayam yang tidak mengunakan bahan campuran seperti MSG yang berlebihan.

2. Perubahan terjadi juga pada prilaku mereka yang menjaga kebersihan dengan selalu mencuci piring gelas, mengganti air cucian piring, mencuci lap yang digunakan untuk membersihkan meja dan lain sebagainya agar selalu bersih dan higienis. Selain itu menjaga kebersihan diri mereka sendiri seperti mecuci tangan pada saat melayani konsumen dan tidak meroko pada saat melayani, karena meroko dapat menggangu kesehatan pedagang dan konsumen juga. Para pedagang tidak semberono lagi dalam menyajikan makanan kepada konsumen.

Berikut petikan wawancara:

“Kalau dilihat kepada perubahannya saya melihat perubahannya sepeti katua ISM yaitu Pak Karso, Bu Wini dan beberapa orang lainnya memang sedikit sudah ada prubahan sikap dan perilaku karena memang dari hasil pengamatan saya dan juga mungkin dari pendampingan dan pelatihan yang diberikan itu pengetahunnya lebih bertambah, jadi sikap dan perilakunya bisa berubah selama ini mereka suka semberono kan yah dari berjualannya, yang tidak mengunakan alas, berserakan dilantai tetapi sekarang sudah terbiasa menggunakan alas, mencuci tanggan sebelum menyiapkan makanan, melayani konsumen tidak merokok


(1)

seperti bahan kimia,disini tugas saya yang mengawasi sebagai ketua lingkungan, karena kan ini smua yang berdagang warga saya, tapi saya yakin pedagang disini tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti itu. Ya kurang lebihya ada lah perbuhannya, pedagang sini udah mulai menjaga kebersihannya. Seberapa tanggung jawab pedagang disini terhadap bantuan yang diberikan dompet dhuafa, palingan saya memberi arahan kepada ,asyarakat saya sebagai pedagang disni.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penjaja Makanan tentang Higiene Sanitasi Penjamah, Peralatan, Pengangkutan, dan Penyajian Makanan Jajanan Dalam Kereta Api PT Kereta Api Indonesia Medan Rute Medan-Kisaran Tahun 2005

1 32 110

Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Remaja Tentang Bahaya Narkoba Di SMP Negeri 4 Kelas 9 Pematangsiantar

0 39 51

Resistensi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang Berdagang di Jalan Dr.Mansyur

20 127 130

Alasan orang berdagang : studi kasus pada para pedagang di pasar Godean.

0 4 109

Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember

0 1 5

PENGARUH PENYULUHAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SDN SRIBITAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan Kelompok terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan

0 0 16

PENGARUH DISKUSI KELOMPOK TERARAH TERHADAP PERILAKU PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS DEPOK III SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH DISKUSI KELOMPOK TERARAH TERHADAP PERILAKU PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS DEPOK III SLEMAN - DIGI

0 0 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEYAKINAN PEDAGANG MAKANAN JAJANAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN SAKARIN(Studi Pada Pedagang Makanan Takjil di Kelurahan Tlogosari Kecamatan Pedurungan Kota Semarang ) - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 14

Alasan orang berdagang : studi kasus pada para pedagang di pasar Godean - USD Repository

0 0 107

Alasan orang berdagang : studi kasus pada para pedagang di pasar Godean - USD Repository

0 0 107