BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Keimigrasian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Penyidik PPNS dalam Penanggulangan Tindak Pidana Imigrasi Overstay pada Kantor Imigrasi Kelas 1

BAB II
KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kerangka Teori
1. Keimigrasian

Imigrasi adalah hal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah
Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan
negara1. Istilah imigrasi berasal dari bahasa latin migration yang artinya
perpindahan orang dari suatu tempat atau Negara menuju ke tempat Negara lain.
Dengan kata lain bahwa Imigrasi berkaitan erat dengan dengan aspek pencapaian
kesejahteraan masyarakat, melalui pelayanan keimigrasian terhadap para
wisatawan, investor asing dan lain-lain kegiatan yang mempunyai dampak
langsung ataupun tidak langsung dalam rangka pembangunan nasional dan
menjadi pemasukan negara.
Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis
masyarakat sebagai prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional
dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang
mendukung kemampuan membina serta mencegah dan menanggulangi segala
bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat

meresahkan masyarakat2.
Dengan demikian, menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu :

1

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Keimigrasian No 6 Tahun 2011.
Awaloedin Djamin, Administrasi Kepolisian RI Menghadapi Tahun 2000, (Lembang: Sanyata Sumasana
Wira),

2

1. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar-masuk
dan tinggal dari dan kedalam wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di
wilayah Republik Indonesia.
Unsur pertama, pengaturan lau-lintas keluar masuk wilayah Indonesia adalah
Berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan wewenang
suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dimana negara

Indonesia berhak dan wajib sesuai Undang Undang yang berlaku mengatur keluar
masuknya orang asing yang akan berkunjung ke Indonesia. pengaturan lalu-lintas
keluar-masuk wilayah Indonesia ditetapkan harus melewati Tempat Pemeriksaan
Imigrasi, yaitu di pelabuhan laut, bandar udara, yang ditetapkan Menteri Kehakiman
sebagai tempat masuk atau tempat keluar wilayah Indonesia (entry point).
Sedangkan unsur kedua dalam pengawasan orang asing di Indonesia berarti
keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol dan mengawasi apakah proses
pelaksanaan tugas telah sesuai dengan rencana atau aturan yang telah di tentukan.

Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing dari
wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.
Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada dasarnya telah
dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ketika
menerima permohonan pengajuan visa.
Hukum Keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku di
Indonesia, bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara 3.
Penegakan hukum pidana keimigrasian adalah penegakan hukum melalui proses

3


M. Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, (UI Press,
2004).

penyidikan berdasarkan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
Tentang Keimigrasian yang dilaksanakan sesuai asas dan kaedah hukum acara
pidana.
2. Tindak Pidana Imigrasi
Tindak pidana keimigrasian merupakan setiap perbuatan yang melanggar
peraturan keimigrasian berupa kejahatan dan pelanggaran yang diancam hukuman
pidana. Penegakan hukum keimigrasian di wilayah Republik Indonesia baik secara
preventif maupun represif ditempuh antara lain dengan melalui tindakan keimigrasian.
Tindak pidana keimigrasian pada dasarnya selain sifatnya sebagai kejahatan
internasional dan transnasional serta dilaksanakan secara terorganisir, juga bersifat
sangat merugikan dan membahayakan masyarakat sehingga perlu ancaman pidana
yang berat agar memberikan efek jera bagi orang asing yang melakukan pelanggaran.
Tindak pidana keimigrasian telah diatur dalam UU No. 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian berikut dengan sanksi pidana yang dikenakan kepada pelanggarnya baik
WNI maupun WNA.

Orang asing yang datang ke Indonesia dan memiliki izin keimigrasian,

hanyadapat tinggal di Indonesia selama waktu yang ditentukan dalam izin
keimigrasiannya

tersebut. Apabila orang asing yang datang ke Indonesia tersebut

izin keimigrasiannya habis masa berlakunya dan masih berada dalam wilayah
Indonesia melampaui waktu tidak lebih dari 60 (enam puluh) hari dari izin
keimigrasian yang diberikan, dikenakan biaya beban atau sanksi administratif4

Porsi penegakan hukum, diakui atau tidak, kurang mendapatkan tempat
sebagaimana seharusnya. Kasus Overstay atau melebihi batas tinggal adalah salah

4

Pasal 45 ayat (1) UUK, istilah ini disebut overstay yaitu orang asing yang tinggal
di Indonesia melebih batas waktu yang ditentukan.

satunya. Imigrasi dirasakan mampu menyidik dan menyeret pelakunya sampai ke
tingkat pengadilan agar peran imigrasi semakin dirasakan masyarakat.


Unsur atau Bentuk Tindak Pidana dalam Undang Undang Keimigrasian

Penyalahgunaan dokumen keimigrasian diatur dalam Bab VIII UndangUndang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian mengenai ketentuan pidana yang
dapat diberlakukan apabila melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Orang asing yang dengan sengaja membuat palsu atau memalsukan Visa atau izin
keimigrasian. Membuat secara tidak benar atau memalsu paspor jalan atau surat
penggantinya, kartu keamanan, surat perintah jalan atau surat yang diberikan.

2. Orang asing yang dengan sengaja menggunakan Visa atau izin keimigrasian palsu
atau yang dipalsukan untuk masuk atau berada di wilayah Indonesia;

3. Orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang
tidak sesuai dengan maksud pemberian izin keimigrasian yang diberikan kepadanya,

4. Setiap orang yang dengan sengaja: (a) menggunakan Surat Perjalanan Republik
Indonesia sedangkan ia mengetahui atau sepatutnya menduga bahwa Surat Perjalanan
itu palsu atau dipalsukan, (b) menggunakan Surat Perjalanan orang lain atau Surat
Perjalanan Republik Indonesia yang sudah dicabut atau dinyatakan batal, atau
menyerahkan kepada orang lain Surat Perjalanan Republik Indonesia yang diberikan

kepadanya, dengan maksud digunakan secara tidak berhak. (c) memberikan data yang
tidak sah atau keterangan yang tidak benar untuk memperoleh Surat Perjalanan
Republik Indonesia bagi dirinya sendiri atau orang lain, (d) memiliki atau

menggunakan secara melawan hukum 2 (dua) atau lebih Surat Perjalanan Republik
Indonesia yang semuanya berlaku;

5. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum mencetak, mempunyai,
menyimpan blanko Surat Perjalanan Republik Indonesia atau blanko dokumen
keimigrasian; atau

6. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum membuat, mempunyai atau
menyimpan cap yang dipergunakan untuk mensahkan Surat Perjalanan Republik
Indonesia atau dokumen keimigrasian;

7. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum untuk kepentingan diri
sendiri atau orang lain merusak, menghilangkan atau mengubah baik sebagian
maupun seluruhnya keterangan atau cap yang terdapat dalam Surat Perjalanan
Republik Indonesia;


8. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum untuk kepentingan diri
sendiri atau orang lain mempunyai, menyimpan, mengubah atau menggunakan data
keimigrasian baik secara manual maupun elektronik;

9. Pejabat yang dengan sengaja dan melawan hukum memberikan atau
memperpanjang berlakunya Surat Perjalanan Republik Indonesia atau dokumen
keimigrasian kepada seseorang yang diketahuinya tidak berhak.
5

Unsur Tujuan Tindak Pidana dalam Undang-Undang Keimigrasian adalah untuk
Masuk dan keluar dari wilayah Indonesia yang membuat secara tidak benar berada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Prosedur Tindak Pidana Keimigrasian
Manan, Bagir. 2000. “Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional”, disampaikan dalam Rapat Kerja
Nasional Keimigrasian, Jakarta, 14 Januari 2000, hlm. 7.
5

Dalam melakukan tindak pidana keimigrasian, prosedur yang dilakukan
langkah-langkah berikut:



Pengolahan hasil laporan kejadian maupun temuan

Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti temuan adanya perbuatan
melanggar hukum hasil pengawasan maupun adanya laporan pelanggaran, dilakukan
pengolahan dan pemilihan sesuai sifat dan jenis pelanggaran untuk menentukan tindak
pidana keimigrasian yang tepat sehingga dapat dlanjutkan atau tidak proses
penyidikannya.


Penerbitan surat perintah tugas

Tindakan ini untuk melakukan penanganan perkara di bidang Keimigrasian
serta berkoordinasi dengan instansi lain, sehubungan dengan perkara dugaan
pelanggaran tindak pidana keimigrasian.


Penerbitan surat perintah penyidikan

Tindakan ini untuk melakukan tugas penyidikan perkara di bidang

Keimigrasian serta berkoordinasi dengan instansi lain, dengan perkara dugaan
pelanggaran tindak pidana keimigrasiian.


Penerbitan surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP)

Tindakan ini untuk memberitahukan sekaligus koordinasi dengan kepala
kejaksaan setempat tentang dimulainya penyidikan perkara di bidang Keimigrasian.


Pemanggilan saksi

Tindakan ini memanggil seseorang dalam rangka penyidikan perkara tindak
pidana untuk didengar keterangannya dalam pemeriksaan.



Penerbitan Surat Penangkapan

Tindakan hukum berupa penangkapan perlu dilakukan terhadap seseorang

yang karena keadaannya dan atau perbuatannya diduga keras melakukan tindak pidan
berdasarkan bukti permulaan yang cukup.


Pembuatan Berita Acara Penangkapan

Berita acara penangkapan ini untuk menggambarkan keadaan jalannya proses
penangkapan.


Penerbitan Surat Perintah Penahanan

Tindakan hukum berupa penahanan dilakukan terhadap seseorang yang karena
keadaannya dan atau perbuatannya diduga keras melakukan tindak pidana agar tidak
kabur atau menghilangkan diri dan barang bukti.


Pembuatan Berita Acara Penahanan

Berita acara penahanan untuk menggambarkan jalannya proses penangkapan.



Pembuatan Berita Acara Penahanan

Berita acara penahanan untuk menggambarkan jalannya proses penangkapan.

3. Tindakan Kantor Imigrasi dalam pengawasan dan penindakan
Upaya yang dilakukan pembuat undang-undang dalam mengantisipasi dan
menanggulangi kejahatan yang cenderung meningkat baik secara kuantitas
maupun kualitas adalah

menyusun peraturan perundang-undangan yang

memberikan kewenangan pada institusi lain, di luar Polri, untuk terlibat dalam
proses penyidikan. Harapannya, proses penyidikan dapat diperiksa dan
diselesaikan secara cepat, tepat dan bermuara pada terungkapnya suatu peristiwa
tindak pidana. Adapun institusi sipil yang diberi wewenang untuk melakukan
penyidikan suatu kasus pidana adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di
kantor keimigrasian Jogjakarta.
Munculnya PPNS sebagai institusi di luar Polri untuk membantu tugas-tugas
kepolisian dalam melakukan penyidikan dengan tegas diatur dalam Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana dan Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dari kedua undang-undang tersebut
tampak jelas bahwa eksistensi PPNS dalam proses penyidikan ada pada tataran
membantu, sehingga tidak dapat disangkal lagi kendali atas proses penyidikan
tetap ada pada aparat kepolisian, mengingat kedudukan institusi Polri sebagai
kordinator pengawas (Korwas), sehingga menjadi hal yang kontra produktif
apabila muncul pandangan bahwa PPNS dapat berjalan sendiri dalam melakukan
penyidikan tanpa perlu koordinasi dengan penyidik utama yaitu Polri
Dalam hal ini Kantor imigrasi kota jogjakarta Khusunya PPNS atau penyidik
PNS imigrasi mempunyai hak dan wewenang untuk melalukan tindakan
keimigrasian dan pengawasan terhadap WNA yang menyalahgunakan visa dan
paspor.
Pengawasan

Kata “Pengawasan” berasal dari kata awas, berarti antara lain “Penjagaan”.
Istilah “Pengawasan” dikenal dalam ilmu manajeman dan ilmu administrasi yaitu
sebagai salah satu unsur dalam kegiatan pengelolaan.6
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan PPNS imigrasi
Jogjakarta itu merupakan kegiatan pengelolaan yang mendasar dan mengandung
arti memperbaiki dan meluruskan sehingga sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
Didalam pengawasan terdapat pula prinsip-prinsip yang harus diketahui.
Sebab prinsip-prinsip pengawasan merupakan pedoman yang harus dipegang dan
sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. prinsip-prinsip pengawasan
tersebut adalah7 :
a.

Pengawasan

harus

berlangsung terus-menerus

bersamaan

dengan

pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan.
b. Pengawasan harus menemukan, menilai, dan menganalisis data tentang
pelaksanaan pekerjaan obyektif.
c. Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga
mencari atau menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan.
d. Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk
mempermudah pelaksanaan pekerjaan dalam pencapain tujuan.
e. Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus
menciptakan efesiensi (hasil guna)
f. Pengawasan harus fleksibel
g. Pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah
ditetapkan (plan and objective oriented)
6

Fachruddin, Irfan. 2006. Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah. Bandung: PT.
Alumni.
7
Silalahi, Ulbert. Studi Tentang Ilmu Administrasi. Bandung: Alfabeta 2005

h. Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau kegiatankegiatan yang sangat menentukan.
i. Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan
perbaikan.

Alasan Pelaksana Tindakan Administratif Keimigrasian
Seseorang

dikatakan

melakukan

suatu

tindakan keimigrasian

apabila

memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Alasan
atau dasar dari pelaksanaan tindakan keimigrasian dalam Undang-Undang
Keimigrasian ditentukan sebagai berikut:


Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi
keamanan dan ketertiban umum.



Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan

yang berlaku.
Jenis-Jenis Tindakan Administratif Keimigrasian
Jenis jenis tindakan administratif keimigrasian dapat berupa:


pencantuman dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan;



pembatasan, perubahan atau pembantalan izin tempat tinggal;



larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di

wilayah Indonesia;


keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di

wilayah Indonesia;


pengenaan biaya bebas; dan/atau



deportasi dari wilayah Indonesia.

Tujuan dilakukannya larangan terhadap Orang Asing berada di tempat
tertentu adalah karena keberadaannya tidak di kehendaki oleh pemerintah
berada wilayahIndonesia. Sedangkan seorang asing yang dikenakan sanksi
diharuskan untuk bertempat tinggal

ditempat tertentu maksudnya adalah

penempatan di Rumah Detensi Imigrasi, Ruang Detensi Imigrasi atau tempat
lain.

4. Sanksi, Tindakan, dan Pidana
Imigrasi termasuk salah satu instansi pemerintah, yang salah satu kegiatannya
memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan dalam hal memberikan
segala perizinan keimigrasian berupa Visa, Izin masuk, pendaftaran orang asing, izin
masuk kembali, izin keluar tidak kembali, Surat Perjalanan RI, tanda bertolak, tanda
masuk, surat keterangan keimigrasian dan perubahan keimigrasian. Tempat-tempat
pelayanan keimigrasian, meliputi bidang atau sub bidang imigrasi pada Perwakilan RI
di luar negeri, di perjalanan dalam pesawat udara, maupun kapal laut, tempat
pemeriksaana imigrasi, Kantor Imigrasi, Bidang Imigrasi pada Kantor Wilayah
Departemen Kehakiman dan HAM, serta Direktorat Jenderal Imigrasi.

Terhadap

orang

asing,

pelayanan

dan

pengawasan

di

bidang

keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip selektif (selective policy).
Berdasarkan prinsip ini, maka orang asing yang dapat diberikan ijin masuk ke
Indonesia ialah :
a.

Orang asing yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan

Negara Republik Indonesia.
b.

Tidak membahayakan keamanan dan ketertiban, serta

c.

Tidak bermusuhan dengan rakyat maupun Pemerintah Negara Republik

Indonesia.
Untuk mewujudkan prinsip selektif, diperlukan kegiatan pengawasan
terhadap orang asing, pengawasan ini tidak hanya pada saat orang asing
masuk ke wilayah Indonesia, tetapi juga selama orang asing berada di
wilayah Indonesia termasuk kegiatan-kegiatannya sebab terdapat orang asing
yang keberadaannya di Indonesia merugikan kepentingan bangsa seperti kasuskasus penyalahgunaan ijin tinggal keimigrasian, overstay, imigran gelap dan
lain sebagainya adalah suatu bentuk pelanggaran keimigrasian yang bersifat
transnasional.

Penindakan keimigrasian terhadap warga Negara Asing merupakan
kegiatan lanjutan yang dilakukan pihak keimigrasian setelah melakukan
pengawasan keimigrasian terhadap warga Negara Asing. Penindakan merupakan
satu hal yang sangat penting untuk dilaksanakan demi tegaknya hukum dan untuk
menjamin kepastian hukum di Negara Republik Indonesia. Penindakan
keimigrasian yang dilakukan Kantor Imigrasi kelas I Jogjakarta dalam hal
penyelesaian terhadap permasalahan pelanggaran keimigrasian melalui tindakan
keimigrasian

dan

proses

peradilan.

Penindakan

keimigrasian

dalam

pelaksanaannya di Kantor Imigrasi kelas I Jogjakarta terhadap adanya
pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin tinggal dan overstay lebih
condong untuk mengambil tindakan administratif, karena selama ini tidak
ditemukan pelanggaran yang dikategorikan tindak pidana dan penyimpangan yang
fatal.

Penegakan hukum pidana keimigrasian adalah penegakan hukum melalui
proses penyidikan berdasarkan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 Tentang Keimigrasian yang dilaksanakan sesuai asas dan kaedah
hukum acara pidana. Dengan penjelasan tersebut penegakan hukum di wilayah
kantor keimigrasian jogjakarta dapat berupa Tindakan administratif yang berupa
pendeportasian dan atau pencekalan (black list) dan kurungan penjara minimal 1
tahun dan atau kurungan selama 6 tahun.

Pidana
Pasal 49 hingga 54 Undang-Undang Keimigrasian, mengatur ketentuan pidana
bagi yang melanggar peraturan keimigrasian. Ketentuan yang berlaku adalah
hukuman kurungan selama satu tahun penjara hingga enam tahun penjara, atau
denda sebesar Rp 5.000.000,- hingga Rp 30.000.000,-, berdasarkan pelanggaran
yang dilakukan, seperti keluar masuk wilayah Indoesia tanpa melalui
pemeriksaan; dengan sengaja menggunakan atau memalsukan surat perjalanan,
visa dan izin keimigrasian yang tidak resmi; menyalahgunakan atau bertindak
tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin keimigrasian; melanggar
kewajiban yang telah ditentukan dalam Pasal 39; berada di wilayah Indonesia
secara tidak sah (pernah dideportasi ke negara asal dan berada kembali di wilayah
Indonesia) atau yang tetap berada di Indonesia setelah masa berlaku keimigrasian
habis; serta pelanggaran oleh orang yang dengan sengaja menyembunyikan,
melindungi, memberi pemondokan, memberi penghidupan atau pekerjaan kepada
orang asing yang telah diduga melanggar Pasal 49 hingga Pasal 53 UndangUndang Keimigrasian.

B. Hasil Penelitian

1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Keimigrasian Jogjakarta


Tugas Pokok dan Fungsi Tata Kerja Kantor Imigrasi Jogjakarta
Berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi di wilayah Jogjakarta mempunyai tugas
dan fungsi sebagai berikut :


Kantor Imigrasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi
Kementerian Hukum dan HAM di Bidang Keimigrasian wilayah Jogjakarta untuk
menyelenggarakan tugas tersebut Kantor Imigrasi Jogjakarta mempunyai fungsi :


Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Informasi dan Sarana Komunikasi
Keimigrasian



Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Lalu Lintas Keimigrasian



Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Status Keimigrasian



Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian
Berikut ini tugas-tugas pokok dari setiap Pejabat Imigrasi:
a. Kepala Kantor Imigrasi
Mengkoordinasikan pelaksanaan di bidang keimigrasian meliputi informasi

dan sarana komunikasi, lintas antar negara dan perizinan, pengendalian status serta
melakukan pengawasan dan penindakan terhadap mereka yang melanggar ketentuan
keimigrasian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka
tertibnya pelaksanaan tugas di bidang keimigrasian.
b. Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian
Melakukan kegiatan keimigrasian yang meliputi pemberian perlintasan,
pemberian pemohonan dokumen perjalanan izin berangkat / kembali bagi warga
negara asing atau warga negara Indonesia serta kegiatan dalam hal perjalanan,

pendaratan, urusan haji, pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, pengurusan
anak kapal dan izin masuk darurat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam rangka menunjang kelancaran pelayanan keimigrasian.
c. Kepala Sub Seksi Lintas Batas
Memberikan perizinan Lintas Batas bagi warga negara asing yang hendak
masuk ke Indonesia maupun warga negara Indonesia yang hendak pergi ke luar
Indonesia sesuai perjanjian Lintas Batas yang telah ditetapkan dalam rangka tertibnya
keluar masuk melalui pos perbatasan.
d. Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian
Melakukan pengawasan dan penindakan serta penanggulangan terhadap WNA
dan pemukim gelap yang melanggar ketentuan Keimigrasian di lingkungan kantor
sesuai

dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dalam

rangka

menertibkan WNA yang masuk ke wilayah Republik Indonesia.
e. Kepala Sub Seksi Perizinan Keimigrasian
Melakukan pemberian dokumen perjalanan, izin berangkat dan izin kembali
bagi WNA maupun WNI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
guna tertibnya WNA / WNI yang keluar maupun masuk negara Indonesia.
f. Kepala Sub Seksi Penelaahan Status Keimigrasian
Melakukan penelitian terhadap kebenaran bukti kewarganegaraan seseorang
dan memberikan surat keterangan orang asing untuk kelengkapan permohonan
kewarganegaraan.
g. Kepala Seksi Status Keimigrasian
Mengkoordinasikan

pelaksanaan

pemantauan

status

keimigrasian,

pendayagunaan warga negara asing pendatang maupun pemukin dan alih status izin
tinggal, serta melaksanakan penelaahan dan penilaian tentang status keimigrasian

orang asing, pemukim berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam rangka tertibnya pelaksanaan tugas.
h. Kepala Sub Seksi Penentuan Status Keimigrasian
Melakukan penyaringan, penelitian, penyelesaian permohonan alih status dan
izin tinggal keimigrasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

i. Kepala Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian
Melakukan pengumpulan, pengolahan serta penyajian data informasi dan
penyebarannya untuk penyidikan keimigrasian serta melakukan pemeliharaan
dokumentasi keimigrasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku guna kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian.
j. Kepala Sub Seksi Informasi
Melakukan penyebaran dan pemantauan informasi mengenai WNI yang
berangkat ke luar negeri dan orang asing yang masuk ke Indonesia dalam rangka
pengamanan teknis keimigrasian.
k. Kepala Sub Seksi Komunikasi
Melakukan pemeliharaan dan pengamanan dokumentasi keimigrasian serta
menggunakan sarana komunikasi keimigrasian dalam rangka pelaksanaan tugas.
l. Kepala Urusan Keuangan
Melaksanakan urusan keuangan yang meliputi anggaran belanja rutin dan
pembangunan di lingkungan kantor sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
m. Kepala Urusan Kepegawaian

Melaksanakan

urusan

kepegawaian

yang

meliputi

formasi

mutasi,

pemberhentian dan pemensiunan di lingkungan kantor sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
n. Kepala Urusan Umum
Melaksanakan urusan umum yang meliputi surat menyura, perlengkapan dan
rumah tangga di lingkungan kantor sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
o. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Mengkoordinasikan penyelenggaraan Tata Usaha dan Rumah Tangga Kantor
Imigrasi Kelas I yang antara lain meliputi urusan surat menyurat, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta memberikan pelayanan
administrasi di lingkungan Kantor Imigrasi Kelas I sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Proses Tindakan

Administratif

Keimigrasian oleh kantor

Keimigrasian Jogjakarta
a.

Tindakan Administratif Keimigrasian harus ditetapkan dengan surat

ketetapan tertulis oleh Pejabat Imigrasi yang berwenang.
b.

Surat Keputusan tersebut harus disampaikan kepada orang yang

bersangkutan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
penetapannya.
c.

Bagi orang asing yang dikenakan tindakan keimigrasian dapat

berhak untuk mengajukan keberatan atau pembelaan kepada menteri paling
lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak diterima nya surat keputusan tersebut.

d.

Bagi orang asing yang dikenakan tindakan keimigrasian dan tidak

menerimanya maka yang bersangkutan atau wakilnya dapat mengajukan
permohonan keberatan.
e.

Pengajuan permohonan keberatan dibuat secara tertulis melalui

Direktur Jenderal imigrasi disertai dengan bukti-bukti atu alasan yang
keberatannya
f.

Selambat-lambatnya

kebeberatan

tersebut.Deriktur

21(dua

puluh

Jenderal imigrasi

satu)

hari

sejak menerima

menyampaikan

keberatan

tersebut disertai dengan pertimbang-timbangannya kepada menteri.

g.

Menteri akan memberikan keputusan selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari perhitungan sejak diterimanya pengajuan keberatan oleh Direktur
Jenderal imigrasi.keputusan menteri ini bersifat final.
Perjuangan keberatan ini tidak menunda atau menghalangi pelaksanaan
keputusan tindakan administratif keimigrasian sampai ditetapkan perubahan.
Yang dimaksud keputusan menteri yang bersifat final adalah keputusan yang
merupakan keputusan di tingkat terakhir didalam lingkungan badan Tata
Usaha Negara yang berwenang dan bertanggung jawab untuk pengawasan
orang asing. Dengan demikian, tidak ada badan Tata Usaha Negara atau
pejabat Tata Usaha Negara lain yang dapat meninjau kembali keputusan
tersebut.
Jika orang asing yang bersangkutan merasa dirugikan oleh keputusan
menteri tersebut,maka yang bersangkutan atau wakilnya dapat mengjukan
gugatan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN).

3

Tugas dan Wewenang PPNS Kantor Imigrasi Kelas 1 Jogjakarta

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan Teknis terhadap Kepolisian
Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk Pengamanan Swakarsa
menyatakan bahwa PPNS melaksanakan Fungsi dan Tugas penyidikan tindak pidana
yang termasuk dalam lingkup kewenangannya berdasarkan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum masing-masing. Dalam UU Keimigrasian
sebagai dasar hukum PPNS Keimigrasian melaksanakan fungsi dan tugas sebagai
penyidik tindak pidana keimigrasian.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) keimigrasian diberi wewenang
sebagai penyidik tindak pidana keimigrasian seperti yang tertulis dalam Pasal 106
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian, antara lain sebagai
berikut:
a. Menerima laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian Menerima
laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian juga sudah termasuk juga
wewenang menerima pengaduan tentang adanya tindak pidana keimigrasian, antara
pengaduan dan laporan ada perbedaan yaitu:8
1) Pengaduan hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu saja dan dalam
kejahatan tertentu, sedangkan laporan dapat dilakukan oleh siapa saja terhadap
semua macam tindak pidana.
2) Pengaduan dapat ditarik kembali, sedangkan laporan tidak dapat
ditarik kembali
3) Pengaduan mempunyai jangka waktu tertentu untuk diajukan (Pasal
74 KUHP) , sedangkan laporan dapat dilakukan setiap waktu.
b. Mencari keterangan dan alat bukti.

8

Abdullah Sjahriful. 1993. Memperkenalkan Hukum Keimigrasian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

c. Melakukan tindak pertama di tempat kejadian.
d. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyidikan.
e. Memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap dan menahan seseorang
yang disangka melaksanakan tindak pidana keimigrasian.
f. Menahan, memeriksa dan menyita Dokumen Perjalanan.
g. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai atau disangka atau memeriksa
identitas dirinya.
h. Memeriksa dan menyita surat, dokumen atau benda yang ada hubungannya
dengan tindak pidana keimigrasian
i. Memanggil seseorang untuk diperiksa dan didengar keterangannya sebagai
tersangka atau saksi,
j. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
k. Melakukan pemeriksaan ditempat tertentu yang diduga terdapat surat,
dokumen atau benda lain yang ada hubungannya dengan tindak pidana
keimigrasian.
l. Mengambil foto dan sidik jari tersangka.
m. Meminta keterangan dari masyarakat atau sumber yang berkompeten.
n. Melakukan penghentian penyidikan dan/atau
o. Mengadakan tindakan lain menurut hukum.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI tersebut Kantor Imigrasi Klas I
Jogjakarta dipimpin dan diawasi oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan
tanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah Kementrian dan HAM.

Dalam hal tindakan dan pengawasan kantor imigrasi Jogjakarta mempunyai
wewenang yg mutlak untuk menindak WNA yang melanggar hukum imigrasi di
Indonesia. Ada Tindakan keimigrasian yang dilakukan oleh kantor imigrasi, yaitu
tindakan administratif

Maksud dari Tindakan Keimigrasian sebagaimana ditentukan dalam Pasal
1 (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian adalah
Tindakan Administratif

dalam

bidang

keimigrasian

diluar

proses peradilan.

Dengan demikian maka orang asing yang melakukan pelanggaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 dapat dikenakan tindakan administratif diluar proses
peradilan. Tindakan administratif yang dimaksud sesuai dengan ketentuan Pasal 42
ayat (2) dapat berupa :


Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keimigrasian.



Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di

wilayah Indonesia.


Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di

wilayah Indonesia.


Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan

masuk ke wilayah Indonesia.
Struktur Organisasi Keimigrasian Jogjakarta

KEPALA KANTOR
IMIGRASI

KASI FOSARKIM

Kasubsi
Komunikasi

Kasubsi Informasi

KASI LANTASKIM

Kasubsi Lintas
Batas

Kasubsi Perizinan

KASI WASDAKIM

Kasubsi
Pengawasan

Kasubsi
Penindakan

KASUBAG TU

Kaur Umum

Kaur Kepegawaian

KASI STATUSKIM

Kaur Keuangan

Kasubsi
Penelaahan

Kasubsi Penentuan
Status



i.
Data kasus
kasus pendeportasian terbaru yang telah dilakukan kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta
adalah terhadap Dave Handerson warga negara Norwegia. Yang bersangkutan telah
menyalahi izin tinggal terbatasnya untuk bekerja. Sebelum dideportasi, Dave telah
menjalani masa sidang dan divonis bersalah dengan menjalai masa hukuman di
Rumah Tahanan Yogyakarta selama 3 bulan pada tanggal 29 juni 2016. Dave
Handerson telah bebas pada tanggal 28 agustus 2016. Perbuatannya dinilai telah
melanggar UU RI Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian. Tindakan yang diambil
oleh kantor imigrasi tindakan administratif karantina imigrasi



Aparat Kantor Imigrasi Kelas I Jogjakarta 20/5/2016, mengamankan Hendri Chen Liu
seorang warga negara China yang telah menetap selama bertahun-tahun secara ilegal
di RT 020/RW 007, Mlati, Sleman Jogjakarta. Warga China yang terjerat kasus
keimigrasian tersebut selama ini menjalankan usaha jual beli properti. Yang
bersangkutan sudah overstay (melebihi batas izin tinggal) hampir enam tahun.
Keimigrasian Jogjakarta memberikan Tindakan administratif yaitu tindakan
pendeportasian ke negara asal Hendri Chen Liu.



Pada tanggal 18 Desember 2016, kantor keimigrasian jogjakarta menangkap seorang
warga negara asing bernama Silvio Donati. WNA tersebut menghilangkan visa secara
sengaja. Caranya dengan mengelupas berkas izin tinggal itu dari pasport yang
sebelumnya jadi satu. “Di dalam visa tertulis on travel. Tapi yang bersangkutan justru
bekerja di sebuah perusahaan. Penyalahgunaan izinnya pun lebih dari lima bulan.
Silvio Donati di deportasi ke negara asalnya Italia oleh pihak kantor imigrasi
Jogjakarta



Pada tanggal 17 november 2015 seorang warga negara amerika bernama Cody
Marshall di tangkap pihak keimigrasian jogjakarta. Cody Marshall memegang visa
kerja selama 60 hari di Indonesia. Tetapi lebih dari 60 hari WNA tersebut masih

tinggal di Indonesia dan melalukan pekerjaan. Oleh Penyidik PPNS WNA tersebut
telah melanggar batas izin tinggal dan dikenai tindakan administratif yaitu karantina
dan akhirnya di deportasi sesuai UUK pasal 124.

Tabel I : Data Kasus imigrasi pada tahun 2015 – 2016

.
NAMA

WARGA NEGARA

JENIS TINDAKAN

KASUS

Dave
Handerson

Norwegia

Karantina-

Overstay

deportasi
Hendri Chen
Liu

China

Pendeportasian

Overstay

Italia

Pendeportasian

Overstay

Silvio Donati

Cody Marshall
Amerika

Karantina -

Overstay

Depotasi

Sumber : Data Sekunder pada kantor Imigrasi Kelas 1 Jogjakarta
Dari data diatas bisa dianalisa bahwa pelanggaran kasus overstay yang terjadi
pada keimigrasian Jogjakarta hanya diberikan sanksi tindakan administratif dalam
bentuk pedeprtasian ke negara asal WNA tersebut. Tindakan deportasi diambil oleh
penyidik PPNS karena tidak bertele – tele dalam menyelesaikan nya.

Dari ketentuan yang mengharuskan orang asing / WNA berada di suatu tempat
tertentu sebelum di deportasi, ada suatu institusi ataupun wadah yang disebut
Karantina Imigrasi. Karantina imigrasi yang bukan merupakan Rumah Tahanan dan
juga bukan Rumah Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan. Berdasarkan UndangUndang Kemasyarakatan, setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dapat
ditempatkan di karantina imigrasi.
Warga Negara Asing akan ditempatkan di karantina imigrasi apabila :
a. Apabila berada di wilayah Indonesia tanpa memiliki izin keimigrasian yang
sah seperti kasus overstay
b. Dalam rangka menunggu proses pengusiran atau deportasi keluar wilayah
Indonesia.
Namun demikian sanksi hukum yang dijatuhkan adalah terlalu ringan dan
tidak rasional apabila dibandingkan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Imigrasi dalam membuat berkas perkara yang cukup
rumit dan memerlukan waktu serta biaya, dari hasil penelitian terungkap bahwa
untuksetiap perkara diperoleh waktu lebih kurang 3 (tiga) bulan, dengan biaya sesuai
yang dianggarkan oleh pemerintah sebagai anggaran penyidikan. Proses deportasi
meliputi kelengkapan dokumen perjalanan (paspor), tiket pulang ke negara asal dan
sebagainya.
Apabila orang asing tersebut selesai di deportasi, maka selesailah rangkaian
proses Penegakan Hukum Keimigrasian melalui proses peradilan sebagai sub sistem
dan Sistem Peradilan Pidana. Mengenai proses peradilan dari waktu penyidikan
hingga vonis peradilan diperlukan waktu dari 2 (dua) bulan hingga 3 (tiga) bulan
lamanya. Kemudian proses itu sendiri PPNS tidak langsung menyerahkan Berkas
Perkara kepada Penuntut Umum (Jaksa), harus melalui Koordinator Pengawas

(Penyidik POLRI) dalam hal ini terdapat jenjang birokrasi dalam hal penyelesaian
perkara kasus tindak pidana tertentu (tindak pidana keimigrasian). Dari hasil
penelitian, hampir semua kasus keimigrasian yang diajukan ke Pengadilan, semua
vonis yang dijatuhkan adalah terlalu ringan dan selalu tidak pernah sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh Pejabat Imigrasi/PPNS Imigrasi pada saat pemberkasan dan
pengajuan perkara.

ii.

Hambatan Dalam penanganan tindak pidana overstay

Setiap pelaksaan kegiatan pasti memiliki hambatan-hambatan
walaupun telah direncanakan dengan baik, begitu juga penegakan hukum
terhadap tindak pidana overstay(melebihi batas tinggal memiliki hambatanhambatan. Berikut hambatan-hambatan terlaksananya penegakan hukum terhadap
tindak pidana melebihi batas tinggal keimigrasian(overstay) di Kantor Imigrasi
Kelas I 9Jogjakarta :


Kurangnya koordinasi dan kerjasama antar instansi lintas sektoral yang
terkait ini khususnya aparat imigrasi sebagai aparat pelaksana dari
Perundang-Undangan yang ada.



Pengawasan serta monitoring terhadap keberadaan orang asing di
wilayah Indonesia yang dilakukan oleh aparat Imigrasi masih belum
mampu untuk melakukan pengawasan secara maksimal baik untuk
mengetahui apa kegiatan maupun keberadan orang asing tersebut. Hal
ini dikarenakan jumlah petugas imigrasi dirasa kurang.

9

Wawancara dengan Wasdakim keimigrasian Jogjakarta



Sulitnya pengawasan secara ketat terhadap warga negara asing
dikarenakan wilayah jogjakarta mempunyai 4 kabupaten dan 1 kota.
Luas Kab. Kulon progo 586,28 km persegi, Kab Bantul 508,13 km
persegi, Kab gunung Kidul 1431,42 km persegi, kab Sleman 574,82
km persegi, kota Jogjakarta 32,50 km persegi



Terbatasnya jumlah sarana penunjang operasional, seperti dana
operasional, alat transportasi, dan komunikasi, serta senjata api yang
jumlahnya sangat terbatas. Hal ini menyebabkan tidak maksimalnya
kinerja PPNS Imigrasi.



Kurangnya PPNS Imigrasi yang menguasai bahasa asing selain bahasa
Inggris. Padahal umumnya orang asing yang diperiksa tidak menguasai
bahasa Inggris. Sehingga untuk melakukan pemeriksaan terhadap
kasus yang sedang ditangani oleh PPNS Imigrasi terhadap orang asing
dari negara tertentu harus memerlukan ahli bahasa atau penterjemah.
Hal ini menyulitkan petugas dalam melakukan pemeriksaan.



Kurangnya Intensitas pengawasan terhadap orang asing di wilayah
Jogjakarta



Kurangnya

sarana

penunjang

operasional

untuk

mendukung

pengawasan dan penindakan
10

Berdasarkan hasil wawancara selama penelitian pada Kantor Imigrasi

Kelas I jogjakarta dengan Edy Rohaedi selaku Kepala Seksi Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Jogjakarta (WASDAKIM)
mengatakan bahwa

keimigrasian dalam

hal implementasinya

secara

operasional telah memenuhi tuntutan perubahan zaman reformasi. Begitu juga

10

Ibid.,

dalam sistem hukum, dimana dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan
prosedur yang sederhana dengan prinsip public accountability yang
berlandaskan pada azas transparansi (keterbukaan).
Penegakan hukum keimigrasian tidak berjalan sebagaimana diharapkan
tanpa ada Sumber Daya Manusia yang sesuai, sistem hukum yang jelas
dan sarana yang memadai, tanpa adanya aparat penegakan hukum yang
bermoral dan berintegrasi tinggi maka tujuan dari pembentukan Undangundang Keimigrasian yang ada tidak akan tercapai secara optimal.
Menurut Edy Rohaedi bahwa Kemenkumham saat ini masih
kekurangan penyidik Imigrasi dari segi kualitas. Untuk sumber daya
manusia kami memang ada, walau sedikit, tapi yang ada belum qualified.
Penyidik Imigrasi masih terus belajar kepada kepolisian mengenai tata
cara penyidikan yang baik dan benar. Sayangnya Polri terkesan pelit
membagi ilmu penyidikannya kepada para PPNS dilingkungan Imigrasi
itu. Polri agak jual mahal dengan adanya UU Keimigrasian yang baru ini,
mereka seperti tidak mau memberikan ilmunya.
C. Analisis
1. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Penanganan Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada kantor
imigrasi khususnya tindak pidana overstay
Dalam Pasal 1 ayat 8 Undang-undang Nomor 6 tahun 2011 tentang
Keimigrasian disebutkan penyidik pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut
dengan PPNS keimigrasian adalah pejabat imigrasi yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan tindak pidana keimigrasian. Dan
pejabat polisi Negara Indonesia sebagaimana dimaksud di dalam Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana. Untuk melakukan penyidikan tindak pidana
keimigrasian.
Penyidikan keimigrasian adalah suatu proses penyidikan oleh Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia juga PPNS imigrasi terhadap setiap orang yang
melakukan perbuatan sebagai tindak pidana keimigrasian. Dengan demikian
penyidikan hanya dapat dilakukan oleh kedua pejabat yang telah disebutkan
diatas. Disamping menjalankan tugas sebagai aparat pelayanan keimigrasian,
aparat imigrasi juga pertugas sebagai aparat penegak hukum. Dalam Pasal 106
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil keimigrasian berwewenang :
1. Menerima laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian.
2. Mencari keterangan dan alat bukti.
3. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.
4. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyidikan.
5. Memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap, atau menahan
seseorang yang disangka melakukan tindak pidana keimigrasian.
6. Menahan dan memeriksa dokumen perjalanan.
7. Memeriksa atau menyita surat, dokumen, atau benda yang ada
hubungannnya dengan tindak pidana keimigrasian.
8. Memanggil seseorang untuk diperiksa dan didengar keterangannya sebagai
tersangka atau saksi.

9. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara imigrasi
10. Melakukan pemeriksaan ditempat tertentu yang diduga terdapat
surat,dokumen, atau benda lain yang ada hubunganya dengan tindak pidana
keimigrasian.
11. Mengambil foto dan sidik jari tersangka.
12. Meminta keterangan dari masyarakat atau sumber yang berkompeten.
13. Melakukan penghentian penyidikan.
14. Mengadakan tindakan lain menurut hukum.
Upaya penanganan tindak pidana imigrasi dibedakan menjadi 2, yaitu upaya
preventif dan upaya represif.
a.1. Upaya Preventif
Terjadinya tindak pidana imigrasi tidak terlepas dari masalah
pengawasan WNA, pengawasan yang kurang terhadap WNA yang masuk ke
indonesia dapat menimbulkan tindakan yang mengarah kepada kjahatan
maupun pelanggaran hukum. salah satu diantara nya adalah penggunaan izin
masuk ke Indonesia yaitu melebihi batas izin tinggal atau overstay yang pada
dasarnya telah melanggar Undang – undang imigrasi 11.
Menurut Sjachran Basah12, izin adalah perbuatan hukum administrasi
negara bersegi satu yang mengimplikasikan peraturan dalam hal konkret

I wayan Tangun Susila, dkk “ Usaha Penanggulangan Tindak pidana imigrasi dan imigrasi gelap (Jakarta),
1993
12
Sjachan Basah, “Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi”, Makalah Pada
11

berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan. E. Utrecht mengatakan bahwa bila pembuat
peraturan pada umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga
memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masingmasing hal konkret, keputusan administrasi negara yang memperkenankan
perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning) 13.
Dalam bagian penjelasan umum Undang-undang Nomor 6 tahun 2011
tentang keimigrasian ditegaskan bahwa terhadap orang asing, pelayanan dan
pengawasan dibidang keimigrasian dilakukan dengan prinsip-prinsip yang
bersifat selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang diizinkan
masuk kewilayah Indonesia adalah orang asing yang memberikan manfaat
bagi kesejahtraan rakyat, bangsa dan Negara Republik14.
Untuk menjamin kemanfaatan adannya orang asing tersebut di wilayah
negara indonesia dan dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas
dan kepentingan nasional, kedaulatan Negara, keamanan dan ketertiban umum
serta kewaspadaan terhadap dampak negatif yang timbul akibat perlintasan
orang antar Negara, keberadaaan dan kegiatan orang asing di wilayah
Indonesia, dipandang perlu melakukan pengawasan bagi orang asing dan
tindakan keimigrasian secara tepat, cepat, dan teliti serta terkoordinir oleh
petugas kantor imigrasi tanpa mengabaikan keterbukaan / transparansi dalam
memberikan pelayanan orang asing.

penataran hukum administrasi dan lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995
13
E. Utrecht, “Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta, Ichtiar, 1927), hlm. 187.
14
I wayan Tangun Susila, dkk Loc., Cit

15

Pengawasan dan penindakan yang dilakukan petugas kantor imigrasi

harus tepat sasaran. dalam pengawasan yang terpenting adalah mengetahui
apakah dalam pelaksanaan tugas-tugas terjadi penyimpangan atau kesalahan.
Hal ini secara preventif agar dilaksanakan sedini mungkin supaya tidak terjadi
adanya pelanggaran-pelanggaran yang bertentangan dengan ketentuan hukum
yang berlaku. Sistem pengawasan keimigrasian adalah suatu sistem
pengawasan terhadap orang asing, sistem itu meliputi pengamatan dan
pemeriksaan segala kegiatan yang dimulai dari rencana dan beradanya orang
asing di Indonesia sampai dengan meninggalkan Indonesia.
a.2 Tindakan represif
Yang dimaksud dengan tindakan represif adalah segala tindakan yang
dilakukan penyidik PPNS sesudah terjadinya kejahatan atau tindak pidana.
Dalam kaitannya dengan penanggulangan terhadap orang asing yang
menyalahgunakan izin keimigrasian dilakukan sesudah terjadinya atau terbukti
adanya pengalahgunaan keimigrasian. Tindakan ini bisa bersifat yuridis, dan
bisa juga barsifat administrasi.
Tindakan

yuridis

adalah

tindakan

yang

dengan

sengaja

menyalahgunakan maksud pemberian izin keimigrasian dan harus di buktikan
di pengadilan oleh hakim dan kemudian dapat dikenakan sanski pidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku16.
Menurut Pasal 75, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian, yang mengatur mengenai tindakan administratif keimigrasian
terhadap orang asing di wilayah Indonesia, yaitu :
15

Supramono, Gatot Loc.,Cit
16
Jazim Hamidi, Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing Di Indonesia,
Jakarta, Sinar Grafika, 2015,

- Pejabat Imigrasi berwewenang melakukan tindakan administrasi
keimigrasian terhadap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia yang
melakukan kegiatan berbahaya atau patut diduga membahayakan kepentingan
umum atau tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundangundangan.
- Tindakan administrasi keimigrasian sebagaimana dimaksud pada ayat
1 UUK dapat berupa :
a) Pencantuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan.
b) Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal.
c) Larangan untuk berada di satu atau beberpa tempat tertentu di
Wilayah Indonesia.
d) Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di
Wilayah Indonesia.
e) Pengenaan biaya beban.
f) Deportasi dari Wilayah Indonesia.
- Tindakan admistrasi keimigrasian berupa deportasi dapat juga
dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia karena
berusaha menghindarkan diri dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di
Negara asalnya.
Penindakan keimigrasian terhadap warga Negara Asing merupakan
kegiatan lanjutan yang dilakukan pihak keimigrasian Jogjakarta setelah
melakukan pengawasan keimigrasian terhadap warga Negara Asing.

Penindakan merupakan satu hal yang sangat penting untuk dilaksanakan demi
tegaknya hukum dan untuk menjamin kepastian hukum di Negara Republik
Indonesia. Penindakan keimigrasian yang dilakukan Kantor Imigrasi kelas I
Jogjakarta dalam hal penyelesaian terhadap permasalahan pelanggaran
keimigrasian melalui tindakan keimigrasian dan proses peradilan. Penindakan
keimigrasian dalam pelaksanaannya di Kantor Imigrasi kelas I jogjakarta
terhadap adanya pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin tinggal
dan overstay lebih condong untuk mengambil tindakan administratif, karena
selama ini tidak ditemukan pelanggaran yang dikategorikan tindak pidana dan
penyimpangan hukum yang berat. Namun fakta nya dala lapangan, PPNS
dalam melakukan tindakan keimigrasian membutuhkan waktu ber bulan bulan
dan biaya yang tidak sedikit.
Selain itu berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ada
hampir setiap kasus keimigrasian dapat dikenakan Tindakan Keimigrasian
(Tindakan Administratif), hal ini terjadi karena kewenangan yang diberikan
oleh Undang-Undang sangat luas dan seperti suatu pasal karet 17
b. Hambatan apa yang dihadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
dalam melakukan penanganan tindak pidana overstay ?
Dalam melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 124 tentang overstay, yang
dilakukan oleh PPNS Imigrasi tidak selalu berjalan lancar dan kadang
menemui berbagai hambatan. Hambatan-hambatan inilah yang membuat
penyidik kesulitan dalam mengungkap suatu kasus atau membuat jelas suatu

17

Hasil wawacara dengan Kasubdit Penyidikan, Wasdakim, Ditjen Imigrasi, Jogjakarta 15 Februari 2017

perkara pidana. Hambatan-hambatan itu bisa datang dari dalam (intern)
maupun dari luar (Ekstern) ;
1. Hambatan Intern, yaitu hambatan yang dihadapi oleh penyidik dari
dalam Lembaga Imigrasi itu sendiri.
Adapun hambatan intern ini berupa :
a. Selama ini PPNS Keimigrasian masih merupakan suatu pekerjaan yang
dilekatkan pada bidang atau kegiatan yang ada, sehingga tugas penyidikan
yang menjadi tanggung jawab PPNS belum sepenuhnya dapat ditangani. Pada
umumnya PPNS tidak saja mempunyai tugas penyidikan yang memerlukan
konsentrasi tinggi dan sangat spesifik, namun juga dibebani tugas-tugas
administratif, bahkan tugas-tugas lain yang sama sekali tidak terkait dengan
penegakan hukum, sehingga tugas-tugas penyidikan belum tersentuh dengan
baik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan penentuan skala prioritas
dalam pelaksanaan tugas penyidikan oleh PPNS Keimigrasian.
b. Terbatasnya personel PPNS Keimigrasian menyebabkan penanganan
pelanggaran Undang-Undang Keimigrasian seringkali berjalan kurang cepat.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka kepada PPNS Keimigrasian selalu diberi
motivasi untuk bekerja secara optimal dengan segala keterbatasan yang ada,
baik menyangkut jumlah personil atau anggaran.
c. Hal lain yang berkaitan dengan kondisi PPNS adalah bahwa kualitas sumber
daya PPNS masih belum memadai. Sampai saat ini belum ada standar tentang
Pendidikan PPNS, baik menyangkut kurikulum, jangka waktu pendidikan
maupun penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu perlu ada standar

pendidikan PPNS yang komprehensif dalam rangka meningkatkan kualitas,
kemampuan dan integritas PPNS.
2. Hambatan Ekstern, merupakan hambatan-hambatan yang dihadapi
oleh penyidik dari luar lembaga Imigrasi.
a. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut