BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepemilikan dan penguasaan lahan.

  Sumaryanto dan Rusastra (2000) menyatakan bahwa dalam studi-studi sosial ekonomi pertanian tentang masalah penguasaan lahan di pedesaan Indonesia dilakukan penyederhanaan dalam pengelompokan bentuk-bentuk penguasaan lahan kedalam 2 kelompok besar yaitu: (1) Milik, dan (2) Bukan milik, yang terdiri dari sewa, bagi hasil, gadai dan lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan wiradi (2007) Di daerah Sumedang, Garut, Cirebon dan Majalengka, golongan tuan tanah kebanyakan terdiri dari haji-haji, kepala-kepala desa dan tokoh-tokoh pribumi lainnya, sedangkan di Indramayu terdapat pula cukup banyak tuan-tuan tanah Tionghoa. Perlu dicatat bahwa timbulnya golongan pemilik tanah luas sebagai akibat komersialisasi tidak disertai oleh timbulnya suatu golongan petani luas. Pemilikan tanah luas tentu tidak

  

mengakibatkan usaha-usaha pertanian luas, tetapi tanah-tanah yang dikuasai oleh

golongan pemilik luas disewakan atau dibagi hasilkan kepada penggarap-penggarap

lain, dengan demikian, dari segi ekonomi pertanian, pola usahatani kecil-kecilan tetap

bertahan.

  Terkait dengan pengambilan keputusan dan struktur penguasaan lahan, Dietz kepemilikan; 2) hak untuk memanfaatkan tanah dan kekayaan alam yang menyertainya; dan 3) hak untuk ikut dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kepemilikan dan pemanfaatan tanah dan kekayaan alam tersebut. Menurut Bahrin dkk (2008) bahwa konsep antara kepemilikan, dan penguasaan lahan perlu dibedakan. Kata “pemilikan” menunjuk pada penguasaan formal. Hak milik atas lahan berkaitan dengan hak-hak yang dimiliki seseorang atas lahan, yaitu hak yang sah untuk menggunakannya, mengolahnya, menjualnya dan memanfaatkan bagian-bagian tertentu dari permukaan tanah. Hal tersebut menyebabkan pemilikan atas lahan tidak hanya mengenai hak milik saja melainkan juga termasuk hak guna atas lahan yaitu suatu hak untuk memperoleh hasil dari lahan bukan miliknya dengan cara menyewa, menggarap dan lain sebagainya. Sedangkan kata penguasaan menunjukkan pada penguasaan efektif. Misalnya jika sebidang tanah disewakan kepada orang lain maka orang itulah yang secara efektif menguasainya. Kata pengusahaan/pemanfaatan nampaknya cukup jelas, yaitu menunjuk kepada bagaimana caranya sebidang lahan diusahakan secara produktif. Pemilikan lahan tidak selalu mencerminkan penguasaan lahan, karena memang ada berbagai jalan untuk menguasai lahan, misalnya melalui sewa, sakap, gadai, dan sebagainya. Pemilik lahan luas biasanya tidak selalu menggarapnya sendiri. Sebaliknya pemilik tanah sempit dapat pula menggarap lahan orang lain melalui sewa atau sakap, di samping menggarap lahannya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut berarti, seseorang yang memiliki lahan, ia dapat

demikian, seseorang yang memiliki dapat sekaligus sebagai penguasa, sebaliknya seseorang yang menguasai sebidang lahan belum tentu ia sebagai pemiliknya.

  Orang yang memiliki dan sekaligus menguasai tentu akan lebih baik dari orang yang menguasai tapi tidak memiliki. Karena, bagi orang yang memiliki dan sekaligus menguasai, seluruh hasil yang diperoleh hanya untuk dirinya sendiri. Lain halnya dengan orang yang menguasai tapi bukan pemilik (penyewa, bagi hasil dsb), ia harus membayar sewa atau menyerahkan sebagian hasil kepada pemilik lahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Irawan (2007) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penduduk pedesaan dapat dikelompokkan menjadi: (1) pemilik pengarap murni, yaitu petani yang hanya menggarap lahannya sendiri; (2) penyewa dan penyakap murni, yaitu mereka yang tidak memiliki lahan tetapi mempunyai lahan garapan melalui sewa atau bagi hasil; (3) pemilik penyewa atau pemilik penyakap, yaitu mereka yang di samping menggarap lahan miliknya sendiri juga menggarap lahan milik orang lain; (4) pemilik bukan penggarap; dan (5) tunakisma mutlak, yaitu mereka yang benar-benar tidak memiliki lahan dan tidak mempunyai lahan garapan.

2.1.2 Pengelolaan/manajemen lahan.

  

Pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dalam menentukan, mengorganisir

dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai dengan sebaik mungkin

sehingga mampu memberikan hasil yang diinnginkan. Faktor-faktor produksi yang

  

sangat diperlukan dan berpengaruh terhadap penyelesaian berbagai macam kegiatan

produksi usahatani. Jenis tenaga kerja dibagi menjadi tiga yaitu: tenaga kerja

manusia, hewan, dan mesin. Modal adalah barang atau uang yang secara bersama-

sama dengan faktor produksi lain digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa,

yaitu produk pertanian. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman, kredit,

hadiah, warisan, usaha lain atau kontrak sewa (Handoko, 2003).

  Proses-proses kegiatan manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Perencanaan berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan mereka sebelum melaksanakannya. Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai metode, rencana dan logika, bukan hanya berdasarkan dugaan atau firasat. Pengorganisasian berarti bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber daya-sumber daya manusia maupun sumber daya lahan dan material organisasi, kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumberdayanya dalam mencapai suatu tujuan. Semakin terkoordinasi dan terintegritas kerja organisasi, semakin efektif pencapaiaan tujuan organisasi. Pengkoordinasaian bagian vital kerja manajer, selanjutnya pengarahan berarti bahwa para manajer mengarahkan, memimpin dan mempengaruhi para bawahanya, manajer tidak melakukan kegiatan sendiri, tetapi menyelesaikan kegiatan-kegiatan esensial melalui orang-orang lain, mereka juga tidak sekedar memberi perintah, tetapi juga menciptaan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan dengan baik. Pengawasan berarti para manajer berupaya untuk menjamin bahwa organisasi bergerak kearah

  Penelitian yang dilakukan Sukisti pada tahun 2010 di Yokyakarta mengatakan bahwa Lahan yang luas jika tidak dikelola atau diusahakan, tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi pemiliknya, apalagi jika dibiarkan terlantar, tidak diusahakan. Sebaliknya, penguasaan yang luas jika bukan sebagai pemilik melainkan penyewa atau bagi hasil juga tidak dapat memperoleh hasil atau keuntungan yang optimal, karena sebagian hasil harus dialokasikan untuk membayar sewa atau diserahkan kepada pemilik lahan, apalagi dengan sewa yang mahal atau sistem bagi hasil yang kurang mencerminkan unsur keadilan antara si penggarap dan pemilik lahan. Oleh karena itu, suatu lahan dapat memberikan hasil yang optimal bagi suatu keluarga atau rumah tangga jika lahan tersebut milik sendiri dan diusahakan sendiri.

2.2 Landasan Teori Teori Produksi dengan Satu Input.

  Fungsi produksi dengan satu input menjelaskan hubungan antara jumlah output dengan satu input. Kalau inputnya itu adalah tenaga kerja (labour/L). maka fungsi produksi disini menjelaskan hubungan antara output dengan jumlah tenaga kerja, misalkan input-input yang lain tetap. Dengan perkataan lain, jumlah output ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan. Secara matematis hubungan kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

  Q=f(L) Produk Total Produk total adalah produk yang dihasilkan dengan menggunakan input (tenaga kerja). Gambar 2.1 kurva yang menjelaskan hubungan antara produk total dengan jumlah tenaga kerja. Hubungan kedua variabel tersebut merupakan hukum hasil lebih yang semakin berkurang (the law of diminishing return) yang berbunyi apa bila jumlah tenaga kerja ditambah secara terus menerus sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total meningkat (pertambahannya semakin lama semakin kecil), kemudian setelah mencapai titik tertentu tambahan jumlah tenaga kerja akan menguranggi jumlah produksi dan akhirnya akan semakin menurun. Berdasakan hukum lebih yang semakin berkurang tersebut, hubungan output dengan jumlah tenaga kerja dapat dibagai menjadi tiga tahapan antara lain, tahapan pertama produksi total meningkat cepat akibat tambahan jumlah tenaga kerja, tahapan kedua, produk total meningkat secara lambat, tahapan ketiga, produk total menurun akibat tambahan tenaga kerja.

  TP

1 Tahap I Tahap III

  Tahap II TP

  1 L

  L L

1 L

  2

  3 Produk Rata-rata. Produk rata-rata (AP) adalah rata-rata produk yang dihasilkan setiap input (tenaga kerja). Dengan demikian produk rata-rata merupakan hasil bagi antara produk total (TP) dengan jumlah tenaga kerja (L). dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  AP=TP/L. Produk Marjinal. Produk marjinal (MP) adalah tambahan jumlah produk yang diakibatkan oleh tambahan satu unit input (tenaga kerja) yang digunakan. Dengan demikian produk marjinal merupakan perbandingan antara perubahan total produk total dengan perubahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dengan menggunakan rumus, produk marjinal adalah sebagi berikut: MP=DTP/DL.

  Kurva produk marjinal menurun akibat tambahan jumlah tenaga kerja dan memotong kurva produk rata-rata pada titik maksimum (AP=MP). Produk marjinal menjadi negatif apa bila tambahan tenaga kerja terus dilakukan. Dapat dilihat pada kurva berikut ini.

  AP L, MP L AP

  L

  L L

2 L

  3 L

  1 MP L

Gambar 2.2 Kurva Produk Rata-rata (AP) dan Produk Marjinal (MP) Teori Produksi dengan Dua Input.

  Dalam proses produksi langkah selanjutnya adalah penggunaan dua input. Misalnya input yang digunakan adalah tenaga kerja (L), modal (K). jadi, jumlah output ditentukan oleh jumlah tenaga kerja dan modal. Dalam hal ini dimisalkan bahwa input L dan K dapat berubah, sedangkan input yang lain tetap. Hubungan antara output dan input (L dan K) dapat ditunjukan melalui persamaan sebagai berikut: Q= f(L,K).

  (Bangun,2007)

  Hanya sedikit keraguan bahwa setiap orang telah memiliki bentuk perencanaan (seperti perencanaan tindakan untuk tindakan dimasa yang akan datang) dalam memanfaatkan lahan mereka, sebagian besar masyarakat biasanya tidak menyusun perencanaan diatas kertas secara terperinci dalam membuat anggaran biaya yang diperlukan. Maka ada beberapa hal yang dapat d ilakukan dalam menentukan aspek perencanaan dalam usaha.

  1. Studi kelayakan Bila mana dana investasi besar di perlukan maka studi kelayakan harus dilakukan untuk menyakinkan bahwa seluruh aspek yang berhubungan dengan seperti aspek teknis, aspek manajerial, aspek organisasi, aspek ekonomi dan aspek keuangan, perlu diperhatikan. Manfaat dari ini untuk memperoleh bukti sebagai fakta apakah penggunaan modal akan dapat digunakan secara efektif atau tidak. Kegunaan dari studi kelayakan dapat dicontohkan seperti, menyakinkan bahwa keadaan memungkinkan unuk proyek dilaksanakan secara teknis, dapat memberikan keuntungan dilihat secara keuangan dan ekonomi objektifitas tidak dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah, dan apakah sasaran proyek telah sesuai dengan objektifitas ekonomi nasional.

  2. Teknis penilaian Teknis penilaian untuk sebuah usaha merupakan pertanyan yang mendasar guna mengetahui apakah proyek secara teknis dapat dilaksanakan atau tidak, atas pandangan apa proyek yang ditentukan sesuai dilihat dari segi

  Manajemen dan administrasi mungkin merupakan aspek yang paling sulit dalam studi kelayakan usaha, tetapi sangat penting bagi keberadaan uasah.

  Kesulitan terletak kepada kemanpuan sumber daya manusianya. Maka untuk dapat mengembangkan usaha yang mandiri dan professional dibutuhkan orang – orang yang memiliki pemahaman yang kuat dibidang manajemen dan administrasi.

4. Biaya dan keuntungan

  Aturan umum untuk mengidentifikasi biaya dan keuntungan dari suatu usaha adalah dengan menetapkan dampak apa yang akan menyetai atau tidak menyertai keadaan usaha. Secara umum perbedaannya adalah keuntungan tambahan dari proyek/usaha tersebut (Siagian, 2003).

2.3 Kerangka pemikiran

  Lahan merupakan aset bagi petani untuk melangsungkan kehidupanya. Lahan sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana hasil-hasil produksi keluar. Kepemilikan lahan pada umumnya ada tiga jenis, lahan milik sendiri, lahan sewa dan lahan gadai. Lahan milik sendiri merupakan lahan yang di miliki seutuhnya oleh pemilik lahan, lahan sewa adalah lahan yang disewa dari pemilik lahan. Kemudian Lahan gadai adalah lahan garapan yang di dapat seorang petani dari pemilik lahan, dimana pemilik lahan membutuhkan dana sehingga pemilik lahan memberikan jaminan lahannya untuk digarap. hasil (output) yang dihasilkan dari berbagai status kepemilikan lahan (milik sendiri, sewa, dan gadai) juga berbeda-beda. Hal ini lah yang memungkinkan menuntut para petani agar lebih memiliki pemahaman dalam proses pengelolaan usaha supaya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi dari hasil lahan yang di usahakan. Secara sistematika kerangka pemikiran dapat dituliskan sebagai berikut:

  Kepemilikan Lahan Lahan Penyewa

  Lahan Milik Sendiri Lahan Gadai

  

Planning

Planning Planning

Organizing

  Organizing Organizing

Actuating

  Actuating Actuating

Controlling

  Controlling Controlling

  Produktivitas Produktivitas

  Produktivitas Biaya Produksi

  Biaya Produksi Biaya Produksi

  Ada Perbedaan Tidak ada Perbedaan

  Keterangan Menyatakan Proses

2.4 Hipotesis Penelitian

  Ada perbedaan produktivitas dan biaya produksi usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan ( milik sendiri, sewa dan gadai)

Dokumen yang terkait

Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 58 112

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pertanian Organik - Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 2 10

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

0 0 20

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Penilaian Kinerja Keuangan Petani Padi Sawah Melalui Analisis Neraca di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Analisis Benih Padi Bersertifikat Pada PT.Sang Hyang Seri (Persero)

0 0 16

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ( Manihot esculanta )

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Perbandingan Pendapatan Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara II Dengan Petani Tebu Rakyat Intensifikasi ( TRI )

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Akses Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Studi Kasus Di Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi

0 0 19

Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 0 26