BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Manajemen Laba 2.1.1.1. Defenisi Manajemen Laba - Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Manajemen Laba

2.1.1.1. Defenisi Manajemen Laba

  Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto, 2008:6). Schipper (dalam Sulistyanto 2008:49),

  manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses).

  Menurut Sugiri (dalam Widyaningdyah, 2001) membagi definisi manajemen laba menjadi dua yaitu:

  1. Definisi sempit

  Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan

  metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen

  discretionary accrual dalam menentukan besarnya earning.

  2. Definisi luas

  Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan

  (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Permasalahan manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

  (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Menurut Healy dan Wahlen (1998) manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin hasil kontraktual yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

2.1.1.2. Motivasi Manajemen Laba

  Scott (2009:406) menemukan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba,

  yaitu:

  1. Bonus purposes

Manajer akan melakukan tindakan oportunistik dengan memaksimalkan laba

saat ini untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi.

  2. Political motivation Banyak perusahaan memiliki politik yang terlihat. Terutama untuk perusahaan yang menaungi hajat hidup banyak orang seperti perusahaan minyak, gas, dll. Beberapa perusahaan melakukan earnings management untuk mengurangi visibilitasnya.

3. Taxation motivation

  Pajak pendapatan mungkin motivasi yang paling nyata dari manajemen laba. Otoritas perpajakan cenderung memaksakan peraturan akuntansi mereka dalam menghitung pajak pendapatan, mengurangi ruang lingkup perusahaan untuk melakukan manuver.

4. Perubahan CEO Beberapa dari motivasi manajemen laba ada pada saat adanya perubahan CEO.

  Hipotesis perencanaan bonus memprediksikan bahwa pengunduran diri CEO akan beberapa terlibat dalam strategi maksimalisasi laba untuk meningkatkan bonus mereka.

  Perusahaan yang akan melakukan IPO belum memiliki nilai pasar yang telah terbangun. Dan memungkinkan manajer dari perusahaan going public akan melakukan manajemen laba untuk menaikkan harga saham mereka.

  6. Informasi kepada investor Manajemen tipikalnya akan memberikan informasi yang terbaik tentang prospek laba masa depan kepada investor. Dengan memberikan memberikan estimasi yang baik pada kekuatan laba maka dapat meningkatkan nilai pasar saham.

2.1.1.3. Pola Manajemen Laba

  Menurut Scott (2009:405), mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut:

  1. Taking a Bath

  Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.

  2. Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.

  3. Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

  4. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba

  Menurut Watt dan Zimmerman (Denies, 2009) dalam positive accounting

  theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, yaitu:

  1. The bonus plan hypothesis Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.

  2. The debt covenant hypothesis Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.

  3. The politcal cost hypothesis

  Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

2.1.2. Good Corporate Governance

  Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan. Dengan adanya corporate governance diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada para investor dan kreditur bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan di suatu perusahaan. Prinsip – prinsip dasar dari corporate governance pada dasarnya bertujuan untuk memajukan kinerja nperusahaan.

  Pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) masih menjadi fokus utama pengembangan iklim usaha di Indonesia dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.

  Organization of Economic Corporation and Developmnt (2004:12)

  mendefinisikan corporate governance sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggungjawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta pihak- pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari Corporate

  Governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan

  pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertangungjawabkan dan dilakukan dengan baik.

  Sedangkan menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2009) mendefinisikan corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan peundang- undangan dan norma yang berlaku.

  internal mechanism (mekanisme internal) seperti komposisi dewan direksi/ komisaris,

  kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif. (2) external mechanisms (mekanisme eksternal) seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing (Barnhart & Rosentein, 1998). Mekanisme corporate governance yang mempengaruhi manajemen laba yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dan komposisi dewan komisaris independen.

2.1.3. Struktur Kepemilikan Institusional

  Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et. al 2006). Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.

  Tujuan adanya kepemilikan institusional yang dimilki pihak luar perusahaan yang berbentuk institusi karena dianggap pihak yang independen, sehingga diharapkan dapat mengurangi tindakan kecurangan yang dilakukan manajemen. Menurut Moh’d

  et al, (dalam Wahidahwati, 2002) suatu konsentrasi kepemilikan oleh investor yang

  berbentuk institusional dapat mengurangi biaya keagenan karena mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya tentang keberadaan dan kebijakan manajemen.

  Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen Sujono dan Soebiantoro (2007). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Ross et al (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2008) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manjemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri.

2.1.5. Leverage

  Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva

  perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Leverage dalam Van Horne (2007:182) adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan profitabilitas. Leverage merupakan pedang bermata dua menurut Van Horne (2007:182) yang mana jika laba perusahaan dapat diperbesar, maka begitu pula dengan kerugiannya. Dengan kata lain, penggunaan

  leverage dalam perusahaan bisa saja meningkatkan laba perusahaan, tetapi bila terjadi

  sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan mungkin saja lebih besar. operasional (operating leverage) dan leverage keuangan (financial leverage). Van Horne (2007:183) juga menyatakan bahwa leverage ini menjadi tahapan dalam proses pembesaran laba perusahaan. Sebagai tahap pertama yaitu leverage operasional, yang akan memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan atas perubahan laba operasional. Dalam tahap kedua, manajer keuangan memiliki pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar dapat makin memperbesar pengaruh perubahan apa pun yang dihasilkan dalam laba operasional atas perubahan EPS (Earning Per

  Share).

2.1.6. Profitabilitas

  Menutur Sudarmadji (2007), profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Selain dari itu, profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualan barang atau jasa yang diproduksinya (Astuti, 2004:36). Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin efisien manajemen aset perusahaan.

2.2. Penelitian Terdahulu

  Penelitian-penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan sebelumnya. Tabel 2.1 menjabarkan penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Hasil Penelitian (tahun)

  Analisis

  Tri Widyastuti Pengaruh Struktur Variabel dependen: Regresi

  1. Kepemilikan institusional (2009) Kepemilikan dan Manajemen Laba Linear dan manajerial

  Kinerja Keuangan Berganda berpengaruh negatif tidak Terhadap Manajemen Variabel independen: signifikan terhadap Laba Pada Perusahaan Kepemilikan manajemen laba.

  Manufaktur di BEI institusional dan

  2. Leverage dan profitabilitas manajerial, berpengaruh positif Ukuran Perusahaan, signifikan terhadap Leverage dan earnings management. Profitabilitas Karina Praditya (2008)

  Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktek

  Riko Perdana (2012) Pengaruh Firm Size, Leverage, Good Corporate Governance, dan Profitabilitas Terhadap Earning Management variabel dependen: earning managements Variabel independen: firm size, leverage, kualitas audit, proporsi komisaris independen, dan profitabilitas

  Ukuran Perusahaan, dan

  Leverage terhadap

  Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI

  Variabel dependen: manajemen laba Variabel independen: Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen dan komite audit, ukuran perusahaan,

  leverage

  Analisis Regresi Linear Berganda

  1. Kepemilikan Manajerial, komposisi dewan komisaris independen, komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba

  2. Kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba

  Analisis Regresi Linear Berganda

  Jao dan Pagulung (2011)

  1. Kualitas audit dan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba 2. .Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba

  3. Firm size dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

  Indri Wahyu (2011)

  Analisis Pengaruh Mekanisme Good

  Corporate Governance,

  Profitabilitas, dan

  Leverage Terhadap

  Praktek Manajemen Laba variabel dependen: manajemen laba Variabel independen: komite audit, dewan direksi, proporsi komisaris independen,

  1. Komite audit, kepemilikan institusional, dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba

  Corporate Governance,

  management

  Corporate Governance

  manajemen

  terhadap Earning

  Management Pada

  Industri Manufaktur di BEI

  Variabel dependen:

  Earning Management

  Variabel independen: Kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, jumlah dewan direksi, dan reputasi auditor

  Analisis Regresi Linear Berganda

  1. Kepemilikan institusional, dewan direksi, reputasi auditor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap earning

  2. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap earning management.

  2. Kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap earning

  Siregar dan Utama (2008)

  Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earning

  Management)

  Variabel dependen :

  Earning Management

  Variabel independen : Kepemilikan institusional dan keluarga, ukuran perusahaan, kualitas audit, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit

  Analisis Regresi Linear Berganda

  1. Kepemilikan institusional, kualitas audit, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpenaruh signifikan terhadap earning

  management

  2. Ukuran dewan direksi, proporsi komisaris kepemilikan institusional, profitabilitas, dan

  leverage

  independen dan leverage tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

  Bayu (2010) Pengaruh Mekanisme

  Corporate Governance

  Terhadap Manajemen Laba Dan Konsekuensi Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan variabel dependen: manajemen laba dan kinerja keuangan Variabel independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris

  Analisis Regresi Linear Berganda

  1. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba

  2. Kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

  3. Ukuran komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba

2.3. Kerangka Konseptual

  Manajemen laba adalah intervensi manajemen dengan sengaja dalam penentuan laba, untuk kepentingan pribadi, maupun perusahaan. Tindakan dan tanggung jawab manajemen dalam melakukan penentuan laba dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Investor institusional dengan kepemilikan saham dalam jumlah besar akan mempunyai dorongan yang cukup kuat untuk mengumpulkan informasi, mengawasi tindakan-tindakan manajemen dan mendorong kinerja yang lebih baik. Bilamana investor institusional mempunyai kepemilikan saham dalam jumlah yang relatif rendah, maka para investor institusional hanya memiliki sedikit dorongan untuk melakukan pengawasan terhadap tindakan oportunistik manajer. Oleh karena itu, keberadaan investor institusi ini dipandang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan. Kepemilikan manajerial juga mempengaruhi terjadinya manajemen laba. Sesuai dengan yang dikemukakan Ross et. al. (1999) dalam Sandra (2004), semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham yang juga termasuk dirinya. Hal ini mengindikasikan perlunya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan.

  Leverage sebagai salah satu usaha dalam peningkatan laba perusahaan, dapat menjadi tolok ukur dalam melihat perilaku manajer dalam hal manajemen laba.

  Perusahaan yang mempunyai leverage finansial tinggi akibat besarnya hutang dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar hutang pada waktunya (J.C. Shanti dan C. Bintang Hari Yudhanti, 2007). pengawasan yang lemah terhadap manajemen yang menyebabkan manajemen dapat membuat keputusan sendiri, dan juga menetapkan strategi yang kurang tepat.

  Profitabilitas juga akan mempengaruhi manajer dalam melakukan tindakan manajemen laba (Salno dan Baridwan dalam Rahmawati, 2008). Pihak principal cenderung menuntut manajemen untuk mencapai profitabilitas yang tinggi. Apabila manajemen mampu mencapai target dari principal, manajemen akan dianggap mempunyai kinerja baik. Manajemen cenderung akan melakukan aktivitas tersebut karena dengan laba yang rendah atau bahkan menderita kerugian, akan memperburuk kinerja manajemen di mata pemegang saham atau principal, dan nantinya akan memperburuk citra perusahaan di mata publik.

  Hubungan antara kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial,

  leverage dan profitabilitas terhadap manajemen laba dapat digambarkan dalam

  kerangka sebagai berikut :

  Kepemilikan Institusional (X )

1 Kepemilikan

  Manajerial (X )

2 Manajemen Laba

  Leverage (X )

3 Profitabilitas (X )

  4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

  penelitian ini akan menguji pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari struktur kepemilikan institusional dan struktur kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan yang diukur dengan rasio keuangan leverage dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.

  2. Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba.

  3. Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.

  4. Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 64 85

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuisisi 2.1.1. Pengertian Akuisisi - Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Laba - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Manajemen Laba - Pengaruh Size, ROA dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Laba 2.1.1.1. Pengertian Manajemen Laba - Analisis Pengaruh Arus Kas Bebas dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di Bursa Efek I

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Goveranance dan Motivasi Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di Bursa

0 0 19