Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MANAJEMEN LABA PADA

TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

MAYA RAHMADANI 100522043

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Maya Rahmadani 100522043


(3)

ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN LABA PADA TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DALAM BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan dilakukannya penelitian ini adlah untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan kuantitatif, yaitu dengan teknik analisis regresi linier berganda sebagai alat bantu perhitungannya dan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sampel penelitian adalah sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dengan data penelitian berasal dari laporan keuangan masing – masing perusahaan pada periode tahun 2010-2011.

Variabel independen yang di teliti adalah manajemen laba, leverare, dan size, sedangkan variabel dependen adalah pengungkapan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial manajemen laba, leverare, dan size, tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan

Kata Kunci: Manajemen Laba, Ukuran Perusahaan, Leverage, Laporan Keuangan, dan Pengungkapan.


(4)

ABSTRAK

EFFECT ON EARNINGS MANAGEMENT DISCLOSURE OF FINANCIAL STATEMENTS LISTED IN MANUFACTURING

STOCK EXCHANGE IN INDONESIA

The purpose of this study was to determine whether earnings management affects the level of disclosure in the financial statements of listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange. The approach used to analyze the data is a quantitative approach, with multiple linear regression analysis techniques as a tool for the calculation and use of SPSS version 17. Study sample of 20 manufacturing companies are listed in Indonesia Stock Exchange, with research data derived from financial statements of each - each company in the period 2010-2011.

Independent variables are the earnings management is examined, leverare, and size, while the dependent variable is disclosure.

These results indicate that simultaneous and partial profit management, leverare, and size, no significant effect on the level of disclosure of financial statements

Keywords: Earnings Management, Corporate Size, Leverage, Financial Statements and Disclosure.


(5)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Kepala Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak., selaku sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Drs. Firman Syarif, Msi., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Drs. Syahelmi, M.,Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah bersusah payah dan bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan,


(6)

5. Ibu Dr. Rina Bukit, SE., M.,Si, Ak selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah bersusah payah dan bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.

6. Ayahanda Kadaman Idris dan Ibunda Sumiyati yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil serta doa dan bantuan yang tak ternilai dalam bentuk apapun juga hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

Akhir kata Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya pada Bapak/Ibu Dosen dan semua rekan-rekan atas segala kesilapan dan kesalahan yang telah diperbuat oleh Penulis selama ini, dan penulis berharap semoga skripsi yang sangat sederhana dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan pihak lain yang memerlukannya khususnya bagi Penulis sendiri.

Medan, 2012

Penulis,

Maya Rahmadani NIM : 100522043


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……….. i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Laporan Keuangan ... 6

2.1.1.1Pengertian Laporan Keuangan ... 6

2.1.1.2Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan ... 8

2.1.1.3Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan .... 11

2.1.2 Pengungkapan Laporan Keuangan ... 13

2.1.2.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan ... 14

2.1.2.2Pengungkapan Wajib dan Pengungkapan Sukarela ... 16

2.1.3 Manajemen Laba (Earning Management) ... 18

2.1.3.1Definisi Manajemen Laba ... 18

2.1.3.2Pengukuran Manajemen Laba... 20

2.1.3.3Motivasi Manajemen Laba ... 22

2.1.3.4Bentuk Manajemen Laba ... 24

2.1.3.5Mekanisme Manajemen Laba ... 24

2.1.4 Ukuran Perusahaan (Size) 2.1.4.1Definisi Ukuran Perusahaan (Size)... 25

2.1.5 Leverage ... 27

2.1.5.1Pengertian Leverage ... 27

2.1.5.2Jenis-Jenis Leverage ... 28

2.2 Penelitian Terdahulu ... 33

2.3 Kerangka Konseptual ... 34


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ...

3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data... 40

3.5 Operasional Variabel ... 40

3.6 Metode Analisis Data ... 41

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 42

3.6.1.1Uji Normalitas ... 42

3.6.1.2Uji Multikolinieritas ... 43

3.6.1.3Uji Heteroskedastisitas ... 44

3.6.1.4Uji Autokorelasi ... 45

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 46

3.6.2.1Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 46

3.6.2.2Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Data Penelitian ... 49

4.2 Hasil Penelitian... 50

4.3 Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Rumus Manajemen Laba ...21

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ...38

Tabel 4.1 Data Perusahaan Manufaktur………49

Tabel 4.2.1 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...50

Tabel 4.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Nilai Tolerance dan VIF ...51

Tabel 4.2.3 Hasil Uji Autokorelasi – Model Summary ...51

Tabel 4.2.4a Hasil Uji Heteroskedasitas- Metode Spearman’s rho...52

Tabel 4.2.5a Hasil Uji Regresi – Variabel Entered/Removed ...53

Tabel 4.2.5b Hasil Uji Regresi – Model Summary ...54

Tabel 4.2.5c Hasil Uji Regresi – ANNOVA ...54


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ...35 Gambar 4.2.4b Hasil Uji Heteroskedasitas-Scatterplot………..53


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Data Perusahaan Sampel 2010 Manajemen Laba……. 69 Lampiran 2 Data Leverage……… 70 Lampiran 5 Data Ukuran Perusahaan……….71 Lampiran 6 Data Perusahaan Sampel tahun 2011………. 72


(12)

ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN LABA PADA TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DALAM BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan dilakukannya penelitian ini adlah untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan kuantitatif, yaitu dengan teknik analisis regresi linier berganda sebagai alat bantu perhitungannya dan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sampel penelitian adalah sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dengan data penelitian berasal dari laporan keuangan masing – masing perusahaan pada periode tahun 2010-2011.

Variabel independen yang di teliti adalah manajemen laba, leverare, dan size, sedangkan variabel dependen adalah pengungkapan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial manajemen laba, leverare, dan size, tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan

Kata Kunci: Manajemen Laba, Ukuran Perusahaan, Leverage, Laporan Keuangan, dan Pengungkapan.


(13)

ABSTRAK

EFFECT ON EARNINGS MANAGEMENT DISCLOSURE OF FINANCIAL STATEMENTS LISTED IN MANUFACTURING

STOCK EXCHANGE IN INDONESIA

The purpose of this study was to determine whether earnings management affects the level of disclosure in the financial statements of listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange. The approach used to analyze the data is a quantitative approach, with multiple linear regression analysis techniques as a tool for the calculation and use of SPSS version 17. Study sample of 20 manufacturing companies are listed in Indonesia Stock Exchange, with research data derived from financial statements of each - each company in the period 2010-2011.

Independent variables are the earnings management is examined, leverare, and size, while the dependent variable is disclosure.

These results indicate that simultaneous and partial profit management, leverare, and size, no significant effect on the level of disclosure of financial statements

Keywords: Earnings Management, Corporate Size, Leverage, Financial Statements and Disclosure.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan sangat berperan dalam perkembangan perekonomian di suatu negara. Salah satunya dengan melakukan laporan keuangan sebagai sarana pengkomunikasian informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna.

Semakin besar suatu usaha bisnis, semakin dirasakan perlunya informasi akuntansi, baik untuk pertanggungjawaban maupun untuk dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu profesi akuntan perlu mengatur cara-cara pengujian informasi keuangan yang disusun oleh manajemen.

Menurut Bambang, 2006:19, agar laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat menjadi dasar pengambilan keputusan, dengan cara membuat kritaria pertlunya disclosure tertentu yang dapat mencakup semua perusahaan publik..

Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain pengguna dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management.


(15)

Wild, et al (2007 : 86) mengatakan earnings management sebagai “a purposeful intervention by management in the earnings determination process, usually to satisfy selfish objectives.”

Apabila diterjemahkan adalah sebagai berikut:

“Manajemen laba merupakan suatu cara bagi manajemen untuk melakukan intervensi dalam penentuan laba perusahaan. Manajemen laba biasa dilakukan untuk tujuan pribadi manajemen”.

Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sarana komunikasi antara manajer dengan pihak eksternal perusahaan.

Manajemen laba yang sering dilakukan oleh manajemen perusahaan sangat mempengaruhi kualitas laba. Laba yang dihasilkan manajemen erat hubungannya dengan decisiom usefullness bagi pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Laba yang dilaporkan akan lebih baik jika diakui dan diukur dengan prinsip akuntansi berterima umum dan digabungkan dengan implementasi keputusan.

Dalam kaitannya dengan ukuran perusahaan, semakin besarnya perusahaan dan luasan usahanya, maka pemilik tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara langsung sehingga inilah yang memicu munculnya masalah keagenan. Perusahaan yang besar kecenderungan melakukan tindakan manajemen labanya lebih kecil dibanding perusahaan yang ukurannya lebih kecil karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.


(16)

Besaran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal itu terjadi karena perusahaan besar cenderung menggunakan prosedur akuntansi menurunkan laba (income-decreasing) untuk tujuan mengurangi pembebanan pajak yang tinggi.

Dalam hubungannya dengan leverage, kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Manajer termotivasi melakukan manajemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang. Perusahaan yang memenuhi perjanjian utangnya akan mendapatkan penilaian kerja yang baik dari kreditur.

Perusahaan dengan rasio hutang tinggi cenderung menggunakan prosedur akuntansi yang bersifat meningkatkan laba (income-increasing). Manajemen diduga akan memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan aktiva, mengurangi utang dan meningkatkan pendapatan dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran debt-covenant.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah


(17)

1. Apakah manajemen laba, ukuran perusahaan (size), dan leverage berpengaruh pada tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Variabel manakah yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor manajemen laba, ukuran perusahaan (size), dan leverage terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian diharapkan tidak hanya bagi peneliti, namun juga bagi investor dan peneliti lainnya.

1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti sehingga


(18)

dapat diperoleh gambaran lebih jelas mengenai kesesuaian di lapangan dengan teori yang ada.

2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan dalam pengambilan keputusan investasi.

3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di dalam melakukan penelitian sejenis.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Pustaka

2.1.1 Laporan Keuangan

Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang posisi, kinerja keuangan suatu perusahaan dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan keuangan.

2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan Keuangan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan bagi pemakai laporan keuangan. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan”.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2001:47) “laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi


(20)

yang digunakan sebagai alat berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan”.

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia;2002:2) paragraf 07 menyatakan bahwa :

“Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya : sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan ini serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”

Kieso, et al (2002:3), mendefinisikan Laporan Keuangan sebagai sebuah proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan, yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Ada 2 (dua) laporan keuangan perusahaan yang pokok, yaitu neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan adalah laporan yang disampaikan setiap tahun oleh perusahaan kepada pemegang saham. Laporan keuangan ini terdiri dari empat laporan utama, yaitu perhitungan laba rugi, neraca, perhitungan laba yang ditahan dan laporan arus kas.


(21)

Menurut S. Munawir, (2001:5 ) laporan keuangan adalah

“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode oleh suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar necara atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan mengenai laporan keuangan, bahwa laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan yang mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi, laporan ini juga sebagai sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik.

2.1.1.2 Jenis dan bentuk laporan keuangan

Laporan keuangan terdiri dari beberapa jenis yang menyatakan tentang kegiatan perusahaan. Jenis-jenis tersebut akan menyatakan tentang kondisi dari perusahaan.

Menurut S. Munawir, (2002: 26) laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan biasanya terdiri dari laporan keuangan sebagai berikut :

1. Neraca merupakan laporan yang menunjukan keadaan keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aktiva yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap, passiva atau hutang dan modal.


(22)

2. Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.

3. Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan laporan yang menunjukan sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah tertentu pada akhir periode. 4. Laporan perubahan posisi keuangan, menunjukan arus dana

(kas) dan perubahan dalam komposisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Kieso dan Weygandt, (2007:5) yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo menyebutkan tentang jenis-jenis laporan keuangan adalah sebagai berikut: Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham.”

Maka teori diatas menjabarkan jenis laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan modal atau laba ditahan, dimana setiap laporan memiliki fungsi yang berbeda-beda namun memiliki keterkaitan satu sama lain. Berikut penjelasan jenis laporan keuangan:

1. Neraca merupakan laporan posisi keuangan yang menggambarkan asset, kewajiban, dan modal suatu perusahaan dalam suatu tanggal tertentu. Melalui laporan ini pengguna laporan dapat mengetahui informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditur, dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Dengan demikian, neraca dapat membantu


(23)

meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas dimasa depan.

2. Laporan laba rugi merupakan laporan operasi perusahaan selama periode akuntansi yang menyajikan seluruh hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil, laba atau rugi. Laporan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan mengevaluasi kemampuan dalam beroperasi, memprediksikan operasi perusahaan dimasa yang akan datang.

3. Laporan modal atau laba ditahan menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva bersih atau kekayaan perusahaan selama periode yang bersangkutan termasuk keputusan atas kebijakan direksi terhadap para pemilik modal.

4. Laporan arus kas menyajikan informasi yang relevan mengenai penerimaan kas dan pengunaan kas suatu perusahaan selama periode akuntansi ikhtisar laporan ini terdiri dari laporan arus kas dari aktivitas operasi, laporan arus kas dari aktivitas investasi, dan laporan arus kas dari aktivitas pendanaan (keuangan).

Dari beberapa pendapat para ahli dan pakar akuntansi di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa jenis laporan keuangan terdiri dari neraca yang mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, laporan keuangan laba rugi yang mencerminkan


(24)

hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu, laporan perubahan ekuitas dan laporan perubahan posisi keuangan (arus kas).

2.1.1.3 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Menurut Statement of Financial Accounting Concept No.1 tujuan dan manfaat laporan keuanganadalah:

1. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor kreditor dan pengguna lain yang potensial dalam membuat keputusan lain yang sejenis secara rasional. 2. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat

membantu investor kreditor dan pengguna lain yang potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yang akan datang yg berasal dari pembagian deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan.

3. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi perusahaan. Klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal.

4. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu utk membantu menaksir prospek perusahaan.

Menurut PSAK (2004) pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan adalah (IAI2004)

1. Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.


(25)

2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lain tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaa berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena ini berkepentingan dengan aktivitas perusahaan mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misal perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Dari penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi


(26)

sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

2.1.2 Pengungkapan Laporan Keuangan

Bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka “mengintip” kondisi perusahaan tersebut. Sejauh mana informasi diperoleh akan sangat tergantung pada sejauh mana tingkat pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Untuk mendukung tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya aturan regulasi yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan pemerintah.

Laporan keuangan yang lengkap menurut peraturan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 1 terdiri dari komponen-komponen meliputi; neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan harus menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) secara benar disertai pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan, informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK No. 1 Paragraf 10), selain catatan atas laporan keuangan, didalam PSAK No. 1 Paragraf 08 dan 09 perusahaan juga dianjurkan untuk memberikan “informasi tambahan yang dianjurkan meliputi:


(27)

1. Telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengruhi kinerja perusahaan,

2. Posisi keuangan perusahaan, 3. Kondisi ketidakpastian,

4. Laporan mengenai lingkungan hidup, dan 5. Laporan nilai tambah

Dari sumber laporan keuangan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Catatan atas laporan keuangan merupakan pengungkapan yang di haruskan oleh standar akuntansi

2. Informasi lain (informasi tambahan) merupakan pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai

2.1.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan dipengaruhi oleh luasnya pengungkapan yang dikutip dari Sylvia dan Yanivi (2003:331) berkaitan dengan luas pengungkapan, setiap pemakai mungkin mempunyai kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, dikenal ada 3 konsep yang berkaitan dengan luasnya pengungkapan yaitu:


(28)

1. Adeguate disclosure adalah pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana diharapkan investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan dengan benar.

2. Fair disclosure adalah pengungkapan yang adil dan jujur sehingga dapat memberikan informasi yang layak bagi investor (investor potensial).

3. Full disclosure adalah pengungkapan atas semua informasi yang relevan.

Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu Negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan, dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Pengungkapan yang diberikan manajemen seharusnya dapat membantu pemakai untuk memahami transaksi yang sebenarnya terjadi.

Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat dinilai dari tiga hal yaitu:

a. Relevan dari informasi, yaitu pengungkapan yang memberikan informasi yang dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomi.

b. Informasi yang bersifat tambahan, dalam akuntansi informasi tambahan dapat berarti adanya sistem informasi baru sebagai


(29)

tambahan untuk mengungkapkan hal yang tidak dapat diungkapkan oleh sistem biaya histories. Misalnya dengan memberikan informasi mengenai dampak inflasi terhadap laporan keuangan, penilaian wajar aktiva dan sebagainya.

c. Kredibilitas informasi dalam konteks akuntansi dalam hal ini dapat berarti bahwa informasi yang diungkapkan dijamin oleh pihak independent yang dapat dihandalkan. Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor besar biasanya lebih dapat dihandalkan dibandingkan dengan auditor lain. Hal ini tercermin dari auditor besar dalam menyatakan pendapatnya tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2.1.2.2 Pengungkapan Wajib dan Pengungkapan Sukarela

Pengungkapan wajib adalah informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal suatu negara. Setiap emiten atau perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek wajib menyampaikan laporan tahunan secara berkala dan informasi material lainnya kepada Bapepam dan publik. Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profit perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata


(30)

kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.

Pengungkapan sukarela yaitu penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan informasi yang melebihi persyaratan minimum dari peraturan pasar modal yang berlaku. Perusahaan memiliki keleluasaan dalam melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan.

Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan dan untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan. Dalam konteks pengungkapan sukarela manajemen perusahaan bebas memilih untuk memberikan informasi akuntansi lainnya yang dianggap relevan dalam mendukung pengambilan keputusan oleh pemakai laporan tahunan.

Perusahaan memiliki cukup memotivasi untuk mengungkapkan seluruh informasi tidak dibutuhkan agar pasar modal dapat berfungsi secara optimal. Informasi tidak diungkapkan jika dipandang tidak relevan bagi investor. Oleh karena itu perusahaan hanya akan melakukan pengungkapan yang diwajibkan karena berbagai alasan antara lain:

a. Pengungkapan terlalu banyak akan memberikan keuntungan pada pesaing dan merugikan pemegang saham. Alasan ini tidak terlalu kuat,


(31)

mengingat pesaing dapat memperoleh informasi dari sumber lain selain laporan keuangan.

b. Serikat pekerja dapat memperoleh keuntungan untuk meminta kenaikan gaji dengan adanya pengungkapan sukarela yang lebih ekstentif, meskipun begitu semakin luas pengungkapan akan memperbaiki situasi untuk berunding dengan serikat pekerja.

c. Adanya sumber informasi karena tersedia untuk memberikan informasi yang sama dengan biaya yang relatif lebih rendah.

2.1.3 Manajemen Laba (Earning Management) 2.1.3.1 Definisi Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.

Beberapa ahli telah mencoba mengemukakan pendapat mereka mengenai manajemen laba, di antaranya adalah:

1. Pengertian manajemen laba menurut Assih dan Gudono (2000:37) manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Addopted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.

2. Scott dalam Financial Accounting Theory (2006:369), yang menyatakan bahwa “earnings management is the choice by a manager


(32)

of accoounting policies so as ti achieve some spesific objective.” Definisi tersebut dibagi menjadi dua yaitu:

a. Earning management dipandang sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak hutang dan political costs (Oportunistic Earnings Management).

b. Earning management dipandang sebagai efficient contracting, dimana manajemen laba memberi manajer fleksibilitas untuk melindungi perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga dan untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak (efficient earnings management).

3. Wild, et al (2007 : 86) mengatakan earnings management sebagai “a purposeful intervention by management in the earnings determination process, usually to satisfy selfish objectives.”

Apabila diterjemahkan adalah sebagai berikut:

“Manajemen laba merupakan suatu cara bagi manajemen untuk melakukan intervensi dalam penentuan laba perusahaan. Manajemen laba biasa dilakukan untuk tujuan pribadi manajemen”.

Definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan


(33)

dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggung jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.

2.1.3.2 Pengukuran Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan besaran discretionary accruals sebagai hasil dari kebijakan manajemen yang memilih perlakuan accruals tertentu Peasnell, et al, (2001:41). Manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary accruals untuk memberikan penekanan pada kebijakan non-metoda akuntansi seperti depresiasi.

Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah DA it = TAit – NDA it

Keterangan:

DA it = discretionary accrual perusahaan pada tahun ke t TA it = total accrual perusahaan pada tahun ke t


(34)

Tabel 2.1

Rumus Manajemen Laba

No Rumus Keterangan

1 2 3

DA it = TA it – NDA it TA it = At + Δ STD t NDA t = ΔCash t + ΔCL t

DA it = discretionary accrual TA it = total accruals

NDA t = non discretionary accruals

ΔCL t = delta current liability (hutang lancar) pada tahun ke t

ΔCash t = delta cash (kas perusahaan) pada tahun ke t

ΔSTD t = delta debt included in current liability (hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu1 tahun) pada tahun ke t

A t = total assets (total aktiva) tahun ke t

atau

Manajemen Laba (ML) = Akrual Modal Kerja (t) / Penjualan periode (t) Akrual Modal Kerja = ΔAL – ΔHL – ΔKas

Keterangan:

ΔAL = Perubahan aktiva lancar pada periode t ΔHL = Perubahan hutang lancar pada periode t ΔKas = Perubahan kas dan ekuitas kas pada periode t


(35)

2.1.3.3 Motivasi Manajemen Laba

Motivasi manajemen laba adalah keinginan manajer atau perusahaan untuk minimalisasi biaya, yang meliputi transfer kekayaan yang harus ditanggung perusahaan berkaitan dengan undang-undang antitrust, regulasi, subsidi pemerintah, pajak, tarif, tuntutan karyawan, dan sebagainya. Pemicu lain adalah adanya ketidaksamaan insentif antara manajer dan pemegang saham, dapat menyebabkan manajer menggunakan fleksibilitas yang diperbolehkan dalam standar akuntansi untuk melakukan manajemen laba. Kelompok pemicu ketiga adalah keinginan manajemen untuk menyampaikan informasi kepada pihak luar secara berlebihan untuk meningkatkan kepercayaan eksternal pada perusahaan, atau dikenal dengan informative earnings management.

Menurut Scott (2003:49), motivasi manajer perusahaan dalam melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut:

a. Rencana bonus (bonus scheme).

Secara lebih spesifik merupakan perluasan hipotesis rencana bonus yang menyatakan bahwa manajer-manajer perusahaan yang menggunakan rencana bonus akan memaksimalkan pendapatan masa kini atau tahun berjalan mereka. Manajer bekerja di perusahaan dengan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya;

b. Kontrak utang jangka panjang (debt convenant).

Motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt convenant dalam teori akuntansi positif, yaitu semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian utang maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan


(36)

sehingga dapa mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak;

c. Motivasi Politik (political motivation).

• Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, dilakukan dengan cara menurunkan earning.

• Untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi, perlindungan dari pesaing luar negeri, dilakukan dengan cara menurunkan earning. • Untuk meminimalkan tuntutan serikat buruh, dilakukan

dengan cara menurunkan earning. d. Motivasi perpajakan (taxation motivation).

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah;

e. Pergantian CEO (Change of Chief Executive Officer)

CEO yang akan habis masa penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya kurang baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya f. Penawaran saham perdana (initial public offering).

Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan.

Dari penjelasan motivasi tersebut terdapat peluang bagi manajer perusahaan untuk memanipulasi laba dengan cara menaikkan laba untuk menarik investor dan menurunkan laba untuk meminimalkan besar pajak yang harus dibayar kepada pemerintah sehingga perusahaan mendapat kepercayan lebih dari investor.


(37)

2.1.3.4 Bentuk Manajemen Laba

Menurut Subramanyam, et al. (2010:61), mengemukakan beberapa strategi, antara lain :

1. Increasing Income, yaitu dengan mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya dan mimindahkan biaya untuk periode lain, untuk meningkatkan keuntungan.

2. Big Bath, yang dilakukan saat perusahaan mengalami kemunduran kinerja atau saat terjadi peristiwa yang tidak terjadi setiap harinya atau luar biasa.

3. Income Smoothing, yaitu dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak beresiko tinggi.

Strategi manajemen laba tersebut menunjukkan tingkat cepat tangga manajer dalam mengatasi masalah yang dihadapi atau mencegah masalah baru yang akan muncul di masa yang akan datang sehingga perusahaan terlihat tetap stabil.

2.1.3.5 Mekanisme Manajemen Laba

Menurut Subramanyam (2010:104), dua metode utama mekanisme manajemen laba, yaitu :

1. Pemindahan laba.

Merupakan manajeman laba dengan memindahkan laba dari satu periode ke periode lainmya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban. Bentuk manajemen laba ini biasanya menyebabkan dampak pembalik pada satu atau beberapa periode masa depan, sering kali satu periode berikutnya. Untuk alasan ini, pemindahan laba sangat berguna untuk perataan laba.


(38)

2. Manajemen Laba melalui klasifikasi.

Bentuk umum dari manajemen laba melalui klasifikasi adalah memindahkan beban dibawah garis, atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak berulang, sehingga tidak dianggap penting oleh analisis. Manajer berusaha mengklasifikasikan beban pada bagian tidak berulang pada laporan laba rugi.

Mekanisme manajemen laba tersebut dilakukan untuk mempermudah pengakuan pendapatan dan beban, dengan mengklasifikasikan beban pada bagian tidak berulang di laporan laba rugi.

2.1.4 Ukuran Perusahaan (Size)

2.1.4.1 Definisi Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kebijakan hutang yang akan dilakukan perusahaan. Besar atau kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan, tingkat penjualan yang terjadi dalam suatu periode tertentu, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar jumlah aset yang dimiliki suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang tertanam dalam perusahaan tesebut, semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik yang dapat


(39)

mengklasifikasikan apakah suatu perusahaan termasuk kedalam ukuran kecil, menengah, ataupun besar.

Short dan Kessey dalam Manan (2004:25) menyatakan bahwa besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan, baik dari pihak internal maupun pihak eksternal.

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Terdapat berbagai proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar aset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin besar penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semain besar pula ia dikenal dalam masyarakat.

Perusahaan yang berukuran besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang kepentingan yang lebih luas. Hal ini membuat berbagai kebijakan perusahaan besar akan memberikan dampak yang besar terhadap kepentingan publik dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut harus melaporkan kondisinya lebih akurat.


(40)

Persamaan yang digunakan untuk menghitung ukuran perusahaan adalah

SIZE = Ln (Total Aktiva)

2.1.5 Leverage

2.1.5.1 Pengertian Leverage

Leverage jika diartikan secara harfiah berarti pengungkit, pengungkit digunakan untuk mengangkat beban berat. Dalam ilmu manajemen keuangan juga dikenal leverage, namun dalam makna yang berbeda tentunya. Menurut Sartono (2001:257) “Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham”. Dengan kata lain, penggunaan leverage ditujukan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan atau pemegang saham.

Gitman (2003:508) mengemukakan dampak dari penggunaan leverage bagi perusahaan yaitu “ Results from the use of fixed-cost or funds to magnify returns to the firms owners. Generally increases in leverage result in increased return and risk, whereas decreases in leverage result in decreases return and risk”. Artinya bahwa akibat dari


(41)

penggunaan biaya tetap untuk memperoleh return bagi pemilik perusahaan secara umum juga akan meningkatkan resiko. Sebaliknya, penurunan leverage akan menurunkan return dan risk. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh suatu perusahaan bukan hanya untuk memperbesar pendapatan. Konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat trade-off (persimpangan) antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.

2.1.5.2 Jenis-jenis Leverage

Pinjaman yang diperoleh perusahaan dapat berupa pinjaman operasional dan pinjaman finansial, kedua jenis pinjaman tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya. Pembahasan mengenai kedua jenis pinjaman tersebut dikemukakan oleh Van Horne (2000:440) sebagai berikut: Leverage Operasi (Operating Leverage), Leverage Keuangan (Financial Leverage), dan Leverage Total/Gabungan (Combination Leverage).

1. Leverage Operasi (Operating Leverage)

Leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya tetap dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas. Leverage operasi timbul setiap saat perusahaan


(42)

memiliki biaya-biaya yang tanpa memperhatikan jumlah biaya tersebut. Biasanya biaya-biaya yang menyangkut leverage operasi timbul dari penggunaan aset tetap, seperti biaya depresiasi atau penyusutan aset tetap.

2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)

Financial leverage berasal dari keberadaan biaya finansial tetap dalam arus pendapatan perusahaan. Ada dua biaya finansial eksternal dalam hal pendanaan, yaitu bunga pinjaman dan dividen saham preferen. Biaya-biaya ini harus ditutupi, berapapun nilai EBIT (Earning Before Tax) yang tersedia untuk membiayai biaya-biaya tersebut.

Menurut Keown, et al (2001:402), financial leverage merupakan penggunaan aset perusahaan yang didanai dengan surat-surat berharga (surat hutang dengan tingkat bunga tetap atau saham preferen dengan tingkat dividen konstan) dengan tingkat pengembalian yang tetap (terbatas) yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Dengan kata lain bahwa financial leverage akan timbul pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan biaya atau beban tetap, dengan harapan agar penghasilan atau pengembalian serta nilai saham perusahaan dapat ditingkatkan.

Menurut Brigham (2006:213) “leverage keuangan (financial leverage) merupakan penggunaan utang untuk meningkatkan laba”.


(43)

Penggunaan utang dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan, karena aktiva digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional yang tujuannya untuk menghasilkan laba. Selain itu ada dua alasan yang dikemukakan oleh Brigham mengenai alasan mengapa penggunaan utang ataupun financial leverage lebih menguntungkan, yakni:

1. Bunga merupakan pengurang pajak sementara dividen untuk pemegang ekuitas bukan, serta

2. Karena bunga merupakan pengurang pajak, laba yang tersedia untuk pemegang ekuitas menjadi lebih besar.

Brigham (2006:486) menyatakan bahwa hubungan financial leverage terhadap EPS yaitu sebagai berikut “Changes in the use of debt will cause changes in earning per share (EPS) as well as changes in risk both of which will affect the company’s stock price. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan EPS demikian pula dengan resiko. Financial leverage dianggap menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih besar daripada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang tersebut, dan financial leverage dianggap merugikan apabila laba yang diperoleh lebih kecil dari pada beban tetap tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya tersebut, jadi dalam penggunaan financial leverage faktor yang paling menentukan


(44)

adalah kemampuan pihak manajemen dalam memanfaatkan dana pinjaman itu.

Menurut Brigham (2006:86) “rasio total hutang terhadap total aktiva, yang pada umumnya disebut rasio hutang (debt ratio), mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur”. Hal tersebut mencerminkan bagaimana perusahaan didanai atau dengan kata lain bagaimana perusahaan mendanai total asetnya melalui pendanaan hutang. Karena financial leverage merupakan suatu alat sebagai pengungkit keuangan melalui hutang yang bertujuan untuk memaksimalkan pengembalian investasi, maka rasio hutang dapat digunakan sebagai rasio yang mewakili financial leverage, karena pada dasarnya pendanaan melalui hutang ditujukan untuk mendanai aset produktif perusahaan. Adapun cara menghitungnya adalah sebagai berikut:

������������� (��) =���������������� �����������

3. Leverage Total/Gabungan (Combination Leverage)

Leverage gabungan atau kombinasi merupakan pengaruh perubahan penjualan terhadap laba setelah pajak ataupun pendapatan per lembar saham (EPS). Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan baik operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham


(45)

biasa. Leverage operasi timbul ketika ada biaya tetap dari penggunaan aset (depresiasi), sedangkan leverage keuangan timbul pada saat ada biaya tetap atas penggunaan dana pinjaman.

Struktur keuangan perusahaan memiliki kaitan yang erat dengan informasi keuangan yang akan disampaikan kepada penyedia dana. Struktur ini juga mencakup leverage.

Van Horne (2007:248) leverage adalah pengguanaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan profitabilitas dimana jika laba perusahaan dapat diperbesar, maka begitu pula dengan kerugiannya.

Leverage dalam konteks bisnis terdiri atas dua macam yaitu leverage operasional dan leverage keuangan. Leverage operasional, yang akan memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan atas perubahan laba operasional, sedangkan leverage keuangan digunakan agar dapat memperbesar pengaruh perubahan apa pun yang dihasilkan dalam laba operasional.

Leverage sebagai salah satu usaha dalam peningkatan laba perusahaan, dapat menjadi tolak ukur dalam melihat perilaku manajer dalam aktivitas manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai leverage finansial tinggi akibat besarnya hutang dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar hutang pada waktunya. Ternyata default ini dikarenakan


(46)

kurangnya pengawasan oleh pihak principal terhadap manajemen sehingga manajemen dapat mengambil keputusan sepihak dan dapat mengambil strategi yang kurang tepat sehingga gagal bayar dapat terjadi. Hal ini menjadi kemungkinan untuk dilakukan manajer saat terancam default adalah dengan melakukan manajemen laba, sehingga kinerja perusahaan akan tampak baik di mata pemegang saham dan publik walaupun dalam keadaan perusahaan terancam default.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung leverage adalah sebagai berikut:

����� = ����������ℎ�����������������ℎ���������ℎ�������������������������

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh manajemen laba pada tingkat pengungkapan laporan keuangan sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu di Indonesia.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan diantaranya dikutip dari beberapa sumber yaitu:

a. Lobo and Zhou (2001) yang meneliti 1444 perusahaan dalam 5 tahun penelitian, dimana dalam penelitiannya tersebut menemukan bukti kuat bahwa


(47)

kualitas pengungkapan berkorelasi negatif dengan manajemen laba.

b. Syilvia Veronica dan Yanivi S Bachtiar (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap manajemen laba.

c. Dessy Amalia (2005) menyatakan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan, sedangkan rasio leverage terbukti tidak signifikan mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalamlaporan tahunan perusahaan.

d. Julia dkk (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dengan manajemen laba dan tingkat pengungkapan laporan keuangan.

e. Bambang Irawan (2006) menyatakan ukuran perusahaan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan, sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penelitian ini bermaksud untuk meneliti kembali pengaruh manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.3Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Pada


(48)

penelitian ini variabel independen adalah manajemen laba, ukuran perusahaan, dan leverage sedangkan variabel dependen adalah tingkat pengungkapan laporan keuangan. Maka dapat dirumuskan kerangka konseptual pada gambar 2.3

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Sumber : Diolah oleh, Penulis 2012

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2007: 41) “hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah akan yang diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan

Manajemen Laba X1

Ukuran perusahaan (size)

X3

Tingkat pengungkapan laporan keuangan

Y Leverage


(49)

tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah manajemen laba, ukuran perusahaan (size), dan leverage berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(50)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Pada penelitian ini Peneliti menggunakan desain asosiatif kausal. Menurut Umar, (2003:63) “Penelitian ini menggunakan desain kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.” Peneliti menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan dimana manajemen laba, leverage dan ukuran perusahan (size) merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan current ratio merupakan variabel yang dipengaruhi.

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2007:75) “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, segala seseuatu yang mempunyai karakteristik tertentu dan Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011, sedangkan sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:


(51)

1. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

2. Perusahaan tersebut mempublikasikan kepada publik laporan keuangan secara lengkap selama periode tersebut,

3. Perusahaan yang laporan keuangannya menggunakan mata uang rupiah dan tidak mengalami rugi selama periode tersebut,

4. Perusahaan membayar deviden selama periode 2010-2011.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 152 perusahaan dengan periode penelitian selama dua tahun. Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, Peneliti mengambil 20 perusahaan manufaktur sebagai sampel, sehingga jumlah seluruh sampel adalah sebanyak 40 sampel. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah disajikan dalam

Tabel 3.1

Daftar Sampel Perusahaan No. Kode Nama Perusahaan Sampel

1 IGAR PT KAGEO IGAR JAYA Tbk

2 ARNA PT ARWANA CITRAMULIA Tbk

3 DPNS PT DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk

4 EKAD PT EKADHARMA INTERNATIONAL Tbk

5 INDF INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk

6 KAEF PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk

7 KLBF PT KALBE FARMA Tbk

8 LION PT LION METAL WORKS Tbk

9 MAIN PT MALINDO FEEDMILL Tbk

10 MASA PT MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk

11 MLBI PT MULTI BINTANG INDONESIA Tbk

12 MERK PT MERCK Tbk


(52)

14 SMGR PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk

15 SMSM PT SELAMAT SEMPURNA Tbk

16 SQBI PT BRISTOL-MYERS SQUIBB INDONESIA Tbk

17 TOTO PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk

18 TRST PT TRIAS SENTOSA Tbk

19 UNVR PT UNILEVER INDONESIA Tbk

20 YPAS PT YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk

Sumber : Diolah oleh Penulis, 2012

3.3 Jenis dan Sumber Data

Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder menurut Umar, (2003:60) “merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.”

Data dalam penelitian ini adalah data polled, yaitu kombinasi antara data time series dan data cross section. Data time series disebut juga data deret waktu, merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan (interval waktu dalam penelitian ini mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2011). Data cross section merupakan data yang dikumpulkan dengan mengamati banyak subjek (seperti individu, perusahaan atau negara/wilayah) pada titik waktu yang sama, atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu (subjek yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).


(53)

Peneliti mengumpulkan data penelitian dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan sampel melalui situs Bursa Efek Indonesia, yaitu

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Tahap pertama Peneliti melakukan studi pustaka, yaitu dengan mencari literatur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua Peneliti mengumpulkan data melalui media internet dengan cara mengunduh dari situs Bursa Efek Indonesia, yaitu populasi atau sampel penelitian.

3.5 Operasional Variabel

Pada pengujian hipotesis, maka perlu diteliti variabel-variabel dengan penentuan indikator-indikator yang digunakan. Adapun variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel independen dan satu variabel dependen.

1. Variabel dependen, yaitu variabel tidak bebas keberadaannya yang dipengaruhi oleh besarnya variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian adalah Pengungkapan Laporan Keuangan.

2. Variabel independen, yaitu variabel bebas yang keberadaannya dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai


(54)

hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba, leverage, dan ukuran perusahaan (size).

Variabel Konsep Variabel Indikator Manajemen laba X1 ��= ����������� ����� (�) ���������������� (�) leverage X2

Penggunaan aktiva atau dana dengan menutup biaya tetap atau beban tetap. ������������� (��) =���������������� ����������� ukuran perusahaan (size) X3

Ukuran perusahaan (firm

size) mencerminkan ukuran perusahaan berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan tersebut.

SIZE = Ln (Total Aktiva)

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan (Y) Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki

������ = �+���+���+�����

Sumber: Diolah oleh, Penulis 2012

3.6 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik dan menggunakan software SPSS 17.0. Pengujian statistik dalam penelitian ini terdiri dari pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.


(55)

3.6.1Pengujian Asumsi Klasik

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi

3.6.1.1Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, maka digunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal maka digunakan statistik nonparametrik atau lakukan treatment agar data normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal. Untuk melihat normalitas dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,


(56)

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K-S) untuk menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

H0: data residual berdistribusi normal, Ha : data residual tidak berdistribusi normal.

Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data normal dan H0 diterima, sebaliknya bila nilai nilai signifikansi < 0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima. Data yang tidak terdistribusi secara tidak normal dapat ditransformasikan agar menjadi normal.

3.6.1.2 Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2005), “uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.” Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Jika


(57)

terjadi korelasi sempurna di antara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai VIF tidak lebih dari sepuluh dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.

3.6.1.3Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

1) titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol, 2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah saja,


(58)

3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, 4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.6.1.4Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1. Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson.

Uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson dari hasil regresi dengan nilai Durbin Watson tabel.

Bentuk pengujian :

H0 : Tidak terjadi autokorelasi Ha : Terjadi autokorelasi


(59)

Pengambilan keputusan, antara lain :

H0 diterima, jika : dU < DW < 4-dU (Tidak terjadi autokorelasi) H0 ditolak, jika : DW < dL atau DW > 4-dL (Terjadi autokorelasi) dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL (Tidak ada keputusan yang pasti).

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model regresi untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-F (simultan) dan uji-t (parsial).

3.6.2.1Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian F-test digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Data dianalisis dengan model regresi berganda, yaitu:


(60)

Keterangan:

� = pengungkapan � = konstanta

�1,�2,�3, = koefisien regresi

�1 = manajemen laba

�2 = leverage

�3 = ������������ℎ��� (����)

� = error (kesalahan pengganggu)

Bentuk pengujian :

H0 : b1 : b2 : b3 = 0, artinya variable manajemen laba, leverage dan ukuran perusahaan (size) yang terdapat pada model ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pengungkapan laporan keuangan.

H1 : b1 : b2 : b3 ≠ 0, artinya variable manajemen laba, leverage dan ukuran perusahaan (size) yang terdapat pada model ini berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5%, dimana :

H0 diterima jika : Signifikansi > 0,05 H0 ditolak jika : Signifikansi ≤ 0,05


(61)

Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini, adalah : Terima H0 bila Fhitung ≤ Ftabel

Tolak H0 (diterima H1) bila Fhitung > Ftabel

3.6.2.2 Uji signifikansi parsial (Uji-t)

Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H0 : b1 : b2 : b3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari manajemen laba, leverage dan ukuran perusahaan (size) terhadap variabel tingkat pengungkapan laporan keuangan.

H1 : b1 : b2 : b3 ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari manajemen laba, leverage dan ukuran perusahaan (size) terhadap variabel tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan (α) = 5%., dimana :

H0 diterima jika : Signifikan > 0,05 H0 ditolak jika : Signifikan ≤ 0,05

Kriteria pengambilan keputusan pada uji – t ini adalah : H0 diterima jika : - ttabel≤ thitung≤ttabel


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Data penelitian

Data penelitian berasal dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diperoleh dari situs BEI kemudian dicari manajemen laba, leverage, ukuran perusahaan (size) dan tingkat pengungkapan laporan keuangan dari masing-masing perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diperoleh 20 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini serta diamati selama periode 2010-2011.

Tabel 4.1

Data Perusahaan Manufaktur No. Kode Nama Perusahaan Sampel

1 IGAR PT KAGEO IGAR JAYA Tbk 2 ARNA PT ARWANA CITRAMULIA Tbk 3 DPNS PT DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk 4 EKAD PT EKADHARMA INTERNATIONAL Tbk 5 INDF INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk 6 KAEF PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk 7 KLBF PT KALBE FARMA Tbk

8 LION PT LION METAL WORKS Tbk 9 MAIN PT MALINDO FEEDMILL Tbk

10 MASA PT MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk 11 MLBI PT MULTI BINTANG INDONESIA Tbk 12 MERK PT MERCK Tbk

13 TCID PT MANDOM INDONESIA Tbk 14 SMGR PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk 15 SMSM PT SELAMAT SEMPURNA Tbk


(63)

17 TOTO PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk 18 TRST PT TRIAS SENTOSA Tbk

19 UNVR PT UNILEVER INDONESIA Tbk

20 YPAS PT YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk Sumber : Diolah oleh Penulis, 2012

Data penelitian ini terdiri dari 20 perusahaan manufaktur selama periode pengamatan 2010-2011, sehingga jumlah observasi yang diteliti sebanyak 40 (N=40). Manajemen laba, leverage, dan ukuran perusahaan (size) yang diolah terlebih dahulu oleh peneliti dari laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan setiap perusahaan manufaktur dalam setiap tahun periode pengamatan.

4.2Hasil Penelitian

4.2.1 Uji Normalitas Data

Table. 4.2.1

Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Disclosure Manj. Laba Leverage Size

N 40 40 40 40

Normal Parametersa,,b Mean .9000 1.2405 .3533 3.9049E12 Std. Deviation .30382 7.07936 .17360 9.13762E1

2 Most Extreme Differences Absolute .529 .516 .116 .352

Positive .371 .516 .116 .352

Negative -.529 -.403 -.065 -.336

Kolmogorov-Smirnov Z 3.346 3.264 .733 2.226

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .656 .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(64)

4.2.2 Uji Multikolinearitas dengan Nilai Tolerance dan VIF Tabel 4.2.2

Hasil Uji Multikolinearitas. Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta TOL VIF

1 (Constant) .925 .116 7.972 .000 Manj.

Laba

.004 .007 .085 .492 .625 .913 1.096

Leverage -.130 .302 -.074 -.430 .669 .912 1.097 Size 4.152E-15 .000 .125 .755 .455 .991 1.009 a. Dependent Variable: Disclosure

4.2.3 Uji Autokorelasi

Tabel 4.2.3 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson 1 .150a .022 -.059 .31265 2.016 a. Predictors: (Constant), Size, Manj. Laba, Leverage


(65)

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.2.4a

Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Spearman’s rho

Correlations

Unstandardized Residual

Manj.

Laba Leverage Size Spearman's rho Unstandardized

Residual

Correlation Coefficient

1.000 -.268 .491** -.191

Sig. (2-tailed)

. .094 .001 .238

N 40 40 40 40

Manj. Laba Correlation Coefficient

-.268 1.000 -.603** -.444** Sig.

(2-tailed)

.094 . .000 .004

N 40 40 40 40

Leverage Correlation Coefficient

.491** -.603**

1.000 .290

Sig. (2-tailed)

.001 .000 . .070

N 40 40 40 40

Size Correlation

Coefficient

-.191 -.444**

.290 1.000

Sig. (2-tailed)

.238 .004 .070 .

N 40 40 40 40


(66)

Gambar 4.2.4b

Hasil Uji Heteroskedastisitas

4.2.5 Analisis Regresi Linier

Tabel 4.2.5a Hasil Uji Regresi Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Size, Manj.

Laba, Leveragea

. Enter


(67)

Tabel 4.2.5b Hasil Uji Regresi

Tabel 4.2.5c Hasil Uji Regresi

ANOVAb Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .081 3 .027 .276 .842a

Residual 3.519 36 .098

Total 3.600 39

a. Predictors: (Constant), Size, Manj. Laba, Leverage b. Dependent Variable: Disclosure

Model Summaryb

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson 1 .150a .022 -.059 .31265 2.016 a. Predictors: (Constant), Size, Manj. Laba, Leverage


(68)

Tabel 4.2.5d Hasil Uji Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .925 .116 7.972 .000 Manj.

Laba

.004 .007 .085 .492 .625

Leverage -.130 .302 -.074 -.430 .669 Size 4.152E-15 .000 .125 .755 .455 a. Dependent Variable: Disclosure

4.3 Pembahasan

4.3.1 Uji Normalitas Data

Dari tabel 4.2.1 hasil uji normalitas data dapat diketahui bahwa data Disclosure (Y) nilai Asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,000, data Manajemen Laba (X1) sebesar 0.000 data Leverage (X2) sebesar 0,656, dan data Ukuran Perusahaan (Size) (X3) sebesar 0,000. Karena ketiga variabel tidak signifikan < 0,05 yaitu Disclosure, Manajemen Laba, dan Ukuran Perusahan (Size) dan hanya terdapat satu variabel signifikansi > 0,05 yaitu variable Leverage, jadi dapat dinyatakan data tidak berdistribusi dengan normal.


(69)

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian gejala multikolinearitas pada model persamaan regresi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang serius diantara variabel bebas yang digunakan dalam model. Salah satu alat pendeteksi gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan perhitungan Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF). Uji multikolinearitas menggunakan kriteria Tolerance (TOL) dan variance inflation factor (VIF) dengan ketentuan bila TOL > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Dari tabel 4.2.2 hasil uji multikolinearitas data dapat diketahui bahwa hasil dari nilai VIF untuk variabel Manajemen Laba sebesar 1.096, Leverage sebesar 1.097, dan Ukuran Perusahaan (Size) sebesar 1.009 maka nilai VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang ada bebas dari gejala multikolinearitas antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas lainnya. Dan sesuai dengan yang diisyaratkan untuk lepas dari gejala multikolinearitas, seluruh variabel bebas yaitu Manajemen Laba mempunyai nilai TOL sebesar 0.913, Leverage mempunyai nilai TOL sebesar 0.912 dan Ukuran Perusahaan (Size) mempunyai nilai TOL 0.991 maka nilai TOL lebih besar dari 0,1. Jadi variabel bebas dalam penelitian ini dapat dikatakan telah bebas dari gejala multikolinearitas.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Pada Industri Keuangan yang Go Public di BEJ Tahun 1999-2002 Sebuah Pendekatan Agency Theory, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.

Assih, Prihat dan M. Gudono, 2000. “Tentang Hubungan Tindakan Perataan Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 3 Nomor 1 hal 35-53.

Brigham, Eugene F and Joel F.Houston, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan Pertama USU Press, Medan.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gitman, Lawrence J, 2003. Principles of Managerial Finance, 10�ℎ ed, Addison Wesley, San Fransisco.

Halim, Julia dkk. (2005). Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang termasuk dalam

Indeks LQ-45. [Online]. Tersedia:

elmurobbie.wordpress.com/2008/07/laba.pdf.[4 April 2008]

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Indonesia per 1 April 2002, Salemba Empat, Jakarta.

_______ , 2004. Standar Akuntansi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2007. Intermediate Accounting, 12 edition. Asia: John Willey & Sons Inc.


(2)

________, 2002. Akuntansi Keuangan Dan Manajemen, Edisi Revisi, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Scott, William R., 2003. Financial Accounting Theory, Third Edition, University of Waterloo.

________,

Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian, 2001. Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat, PT. Prenhaalindo, Jakarta.

Van Horne James C, dan Wachowics John M, 2007. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Terjemahan Futriani dan Deny, Salemba Empat, Jakarta.

Veronica N.P.S, Sylvia dan Yanivi S. Bachtiar, 2003. “Hubungan Antara Manajemen Laba Dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

Wild, John J., K. R. Subramanyam, dan Robert. F. Halsey, 2007. Financial statement analysis, 9th edition, The Mc Graw-Hill Companies, Inc, New York.


(3)

LAMPIRAN 1

Data perusahaan sampel tahun 2010 Manajemen Laba

NO KODE

PERUSAHAAN

MODAL

KERJA PENJUALAN

MANAJEMEN LABA 1 IGAR 99909819458 536165916102 0.19 2 ARNA -48777738086 830183904081 -0.06 3 DPNS 49473263544 97283942857 0.51 4 EKAD 51299415944 254275936956 0.2 5 INDF -220477000000 38403360000000 -0.01 6 KAEF 404280580389 3183829303909 0.13 7 KLBF 1988908961255 10226789206223 0.19 8 LION 93569509441 207832622837 0.45 9 MAIN 31867851000 2036518864000 0.02 10 MASA -372248000000 2006840000000 -0.19 11 MLBI -241370000000 1790164000000 -0.13 12 MERK 166958870000 795688800000 0.21 13 TCID 424518901915 1466938711841 0.29 14 SMGR 1161811072000 14344188706000 0.08 15 SMSM 343038944830 1561786956669 0.22 16 SQBI 51871353000 305251481000 0.17 17 TOTO 171370536845 1121498803637 0.15 18 TRST 59943855258 1745510962548 0.03 19 UNVR -972569000000 19690239000000 -0.05 20 YPAS 28279752374 348359143634 0.08


(4)

Data perusahaan sampel tahun 2010 Leverage

NO KODE TOTAL

HUTANG

TOTAL AKTIVA

LEVERAGE

1 IGAR 54.228.711.548 347.473.064.455 0.16 2 ARNA 458.094.139.651 873.154.085.922 0.52 3 DPNS 48.342.281.124 175.682.792.596 0.28 4 EKAD 79.271.063.174 204.470.482.995 0.39 5 INDF 22.423.117.000.000 47.275.955.000 0.47 6 KAEF 543.257.475.734 1.657.291.834.312 0.33 7 KLBF 1.260.361.432.719 7.032.496.663.288 0.18 8 LION 43.971.457.126 303.899.974.798 0.14 9 MAIN 710.475.454.000 966.318.649.000 0.74 10 MASA 1.409.277.000.000 3.038.412.000.000 0.46 11 MLBI 665.714.000.000 1.137.082.000.000 0.59 12 MERK 71.751.830.000 434.768.493.000 0.17 13 TCID 98.758.035.129 1.047.238.440.003 0.09 14 SMGR 3.423.246.058.000 15.562.998.946.000 0.22 15 SMSM 498.627.884.127 1.067.103.249.531 0.47 16 SQBI 50.972.243.000 320.023.490.000 0.16 17 TOTO 460.601.074.226 1.091.583.115.098 0.42 18 TRST 791.576.286.906 2.029.558.232.720 0.39 19 UNVR 4.652.409.000.000 8.701.262.000.000 0.53 20 YPAS 69.360.273.967 200.856.257.619 0.35


(5)

LAMPIRAN 3

Ukuran Perusahaan (Size) NO KODE TOTAL AKTIVA

(SIZE) 1 IGAR 347.473.064.455 2 ARNA 873.154.085.922 3 DPNS 175.682.792.596 4 EKAD 204.470.482.995 5 INDF 47.275.955.000 6 KAEF 1.657.291.834.312 7 KLBF 7.032.496.663.288 8 LION 303.899.974.798 9 MAIN 966.318.649.000 10 MASA 3.038.412.000.000 11 MLBI 1.137.082.000.000 12 MERK 434.768.493.000 13 TCID 1.047.238.440.003 14 SMGR 15.562.998.946.000 15 SMSM 1.067.103.249.531 16 SQBI 320.023.490.000 17 TOTO 1.091.583.115.098 18 TRST 2.029.558.232.720 19 UNVR 8.701.262.000.000 20 YPAS 200.856.257.619


(6)

Data Perusahaan Sampel Tahun 2011

NO KODE LEVERAGE UKURAN

PERUSAHAAN (SIZE)

MANAJEMEN LABA

PENGUNG- KAPAN

1 IGAR 0.18 355,579,996,944 0.25 0

2 ARNA 0.42 831,507,593,676 -0.01 1

3 DPNS 0.24 172,322,620,690 0.4 1

4 EKAD 0.38 237,592,308,314 0.2 1

5 INDF 0.41 53,585,933,000,000 -0.03 1

6 KAEF 0.30 1,794,242,423,105 0.17 1

7 KLBF 0.21 8,274,554,112,840 0.19 1

8 LION 0.17 365,815,749,593 0.4 1

9 MAIN 0.68 1,327,801,184,000 44.88 1

10 MASA 0.63 4,736,349,000,000 -0.49 1

11 MLBI 0.57 1,220,813,000,000 -0.14 0

12 MERK 0.15 584,388,578,000 0.19 1

13 TCID 0.10 1,130,865,062,422 0.32 1

14 SMGR 0.26 19,661,602,767,000 0.08 1

15 SMSM 0.41 1,136,857,942,381 0.24 1

16 SQBI 0.16 361,756,455,000 0.19 1

17 TOTO 0.43 1,339,570,029,820 0.13 1

18 TRST 0.38 2,132,449,783,092 0.09 1

19 UNVR 0.65 10,482,312,000,000 -0.01 1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 115 76

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 75 115

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 41 82

Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 86 96

Pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2005-2009

1 4 98

PENGARUH MANAJEMEN LABA, STATUS PERUSAHAAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DI INDEX LQ-45.

0 2 22

TESIS S431208012 LINTANG KURNIAWATI

0 0 96

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan Keuangan - Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 31

PENGARUH TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA LAPORAN TAHUNAN TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 14