Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

MUHAMMAD IRSYAD 080522107

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 sampai dengan 2008. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap manajemen laba. Data yang digunakan adalah laporan tahunan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemlikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai variabel independen, dan manajemen laba sebagai variabel dependen dengan total sampel per tahun sebanyak 23 perusahaan.

.

Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan secara parsial. Hal ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemlikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap penentuan besarnya manajemen laba dan kinerja perusahaan.

Kata Kunci : Kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit dan manajemen laba.


(3)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of good corporate governance to the earning management of the manufacturing companies that listed in Indonesian Stock Exchange period 2007 up to 2008. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the earning management. Data that used in this research is annual report from each company, publized through website www.idx.co.id

Analysis method that used in this research is kuantitatif method with multiple regression. Variables that used in this research are This result show that good corporate governance which is proxied by managerial ownership, board of commisioner and comitee audit as variable independent, and earning management as variable dependent consist of the 23 firms.

.

This research concludes that three of independent variables have not influence toward earning management in parcial,. This result show that good corporate governance which is proxied by managerial ownership, board of commisioner and audit comitee are not give big influence to make decision in earning management.

Keyword : Managerial ownership, board of commissioner, audit comitee and earning management


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis serta shalawat seiring salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi dan suri tauladan bagi kami, seluruh umat islam di dunia ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen

Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Skripsi ini

dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Extensi Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Berbagai hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini dapat penulis hadapi berkat bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari semua pihak sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi USU.

3. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, saran, dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak dan Bapak Drs. Chairul Nazwar M.Si, Ak selaku Dosen Penguji I dan II yang telah banyak memberikan masukan dan ajaran dalam penulisan skripsi ini.

5. Teristimewa untuk Ibunda tercinta Elamagrifa (Alm), Kakek Syamsir Kari Sati, Nenek Nurlen Kudus yang senantiasa mencurahkan segenap kasih sayang yang tiada henti-hentinya, doa, motivasi, nasihat, serta kesabaran yang begitu besar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya rekan mahasiswa dan mahasiswi.

Medan, 11 Juli 2011

Yang Membuat Pernyataan,

Muhammad Irsyad NIM : 080522107


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 11

2.1 Teori Keagenan ... 11

2.2 Good Coporate Governance ... 12

2.2 Manajemen Laba (Earning Management) ... 14

2.4 Kepemilikan Manajerial ... 15

2.5 Proporsi Dewan Komisaris ... 16

2.6 Komite Audit ... 17


(7)

D. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Jenis dan Sumber Data ... 24

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 26 3.1 Variabel Independen ... 26

3.1.1 Kepemilikan Manajerial ... 26

3.1.2 Proporsi Dewan Komisaris ... 26

3.1.3 Komite Audit ... 27

3.2 Variabel Dependen ... 27

3.2.1 Manajemen Laba ... 27

F. Metode Analisis Data ... 28

3.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 28

3.1.1 Uji Normalitas Data ... 28

3.1.2 Uji Multikolinearitas ... 29

3.1.3 Uji Heterokedastisitas ... 29

3.1.4 Uji Autokolerasi ... 30

3.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 31

3.2.1 Koefesian Determinasi ( R2 ) ... 32

3.2.2 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F ) ... 32

3.2.3 Uji Signifikansi Parsial ( Uji t ) ... 33


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian... 35

B. Analisis Data Penelitian ... 36

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 36

4.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 39

4.2.1 Uji Normalitas Data ... 39

4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 40

4.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 41

4.2.4 Uji Autokolerasi ... 42

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 43

4.3.1 Koefesian Determinasi ( R2 ) ... 43

4.3.2 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F ) ... 44

4.3.3 Uji Signifikansi Parsial ( Uji t ) ... 44

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 49

B. Keterbatasan Penelitian ... 50

C. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 19

3.1 Durbin Watson ... 31

3.2 Jadwal Penelitian ... 31

4.1 Perusahaan Sampel Penelitian ... 36

4.2 Statistik Deskriptif Variabel-variabel Selama Tahun 2004 – 2008... 37

4.3 Uji Normalitas – One Sample Kolmogorov Smirnov Test 40

4.4 Uji Multikolonieritas ... 41

4.5 Uji Heterokedastisitas ... 42

4.6 Uji Autokolerasi ... 42

4.7 Koefisien Determinasi ... 43

4.8 Uji F ... 44


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

i Daftar Sampel Penelitian ... 54 ii Pengujian Asumsi Klasik dan Hipotesis ... 57


(12)

DAFTAR SINGKATAN

BBM Bahan Bakar Minyak BEI Bursa Efek Indonesia BEJ Bursa Efek Jakarta EM Earning Management DW Durbin Watson

GCG Good Corporate Governance

GAAP General Accepted Accounting Principles FCGI Forum for Corporate Governance IAI Ikatan Akuntan Indonesia

ICMD Indonesian Capital Markey Directory KA Komite Audit

KM Kepemilikan Manajerial PDK Proporsi Dewan Komisaris VIF Variance Inflating Faktor


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 sampai dengan 2008. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap manajemen laba. Data yang digunakan adalah laporan tahunan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemlikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai variabel independen, dan manajemen laba sebagai variabel dependen dengan total sampel per tahun sebanyak 23 perusahaan.

.

Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan secara parsial. Hal ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemlikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap penentuan besarnya manajemen laba dan kinerja perusahaan.

Kata Kunci : Kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit dan manajemen laba.


(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of good corporate governance to the earning management of the manufacturing companies that listed in Indonesian Stock Exchange period 2007 up to 2008. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the earning management. Data that used in this research is annual report from each company, publized through website www.idx.co.id

Analysis method that used in this research is kuantitatif method with multiple regression. Variables that used in this research are This result show that good corporate governance which is proxied by managerial ownership, board of commisioner and comitee audit as variable independent, and earning management as variable dependent consist of the 23 firms.

.

This research concludes that three of independent variables have not influence toward earning management in parcial,. This result show that good corporate governance which is proxied by managerial ownership, board of commisioner and audit comitee are not give big influence to make decision in earning management.

Keyword : Managerial ownership, board of commissioner, audit comitee and earning management


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan dapat disalahgunakan oleh manajemen dengan melakukan perubahan dalam penggunaan metode akuntansi yang digunakan, sehingga akan mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang dapat mempengaruhi tingkat laba.

Manajemen laba dapat mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan menjadi bias, yaitu laporan tersebut menggunakan metode-metode akuntansi tertentu sehingga menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan investor atau keinginan manajer. Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan (Iqbal, 2007). Kedua pihak tersebut berupaya untuk lebih mengutamakan kepentingannya masing-masing daripada kepentingan perusahaan. Sebagai agen, manajer bertanggung


(16)

jawab untuk mengoptimalkan laba para pemilik (prinsipal). Namun dilain pihak, manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

Manajer yang bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan lebih banyak mengetahui informasi-informasi yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup perusahaan, baik informasi internal maupun prospek perusahaan di masa yang akan datang bila dibandingkan dengan pemegang saham. Oleh karena itu, manajer berkewajiban untuk menyampaikan kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Akan tetapi, informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini sering disebut sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi dapat terjadi karena manajer lebih mengetahui informasi perusahaan dibandingkan dengan pemilik atau pemegang saham, sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri (Herawaty, 2008).

Tindakan manajemen laba didasari oleh adanya dua perilaku manajer, yaitu perilaku oportunistik dan efficient contracting. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan, sehingga dapat menyesatkan para pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Komponen dari laporan keuangan yang sering digunakan oleh para pemegang saham dalam mengambil keputusan investasi adalah informasi tentang laba. Hal ini dikarenakan laba merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja operasional perusahaan.


(17)

Untuk meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan perlu menerapkan mekanisme good corporate governance dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan. Mekanisme good corporate governance dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh agen atau manajer (Schleifer dan Visny, 1997 dalam Siswantaya, 2007). Corporate governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing (Arifin, 2005).

Praktek corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila menerapkan prinsip-prinsip yang terdiri dari transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), kewajaran (fairness) dan responsibilitas (responsibility). Transparansi, berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Akuntabilitas, dengan mendorong optimalisasi peran dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara professional. Kewajaran, dengan memaksimalkan upaya perlindungan hak dan perlakuan adil kepada seluruh shareholders tanpa kecuali. Responsibilitas, dengan mendorong optimalisasi peran stakeholders dalam mendukung program-program perusahaan.

Praktek manajemen laba oleh manajemen dapat diminimumkan melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan (alignment) perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen antara lain dengan :


(18)

a. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen.

Sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin rendah kecenderungan manajemen untuk melakukan aktivitas manajemen laba karena adanya keselarasan tujuan pemegang saham dengan manajemen.

b. Peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen.

c. Kualitas auditor yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis memproksikan Good Corporate Governance dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Adanya penerapan mekanisme corporate governance dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan, diharapkan dapat berpengaruh pada tindakan manajemen laba dan nilai perusahaan pada periode tertentu.

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara


(19)

umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon, 2005).

Kepemilikan manajerial menjadi salah satu mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Sehingga permasalahan keagenan dapat diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer dianggap sebagai seorang pemilik. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik. Jika kepentingan manajer dan pemilik sejajar (aligned) dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat dikurangi, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tetapi tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan. Artinya jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan dan pihak eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikan manajerial (Siswantaya, 2007).

Dalam suatu perusahaan, dewan memegang peranan yang signifikan dalam penentuan strategi perusahaan. Indonesia merupakan negara yang menggunakan sistem two tier, yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi. Dewan komisaris merupakan pihak yang melakukan fungsi monitoring terhadap kinerja manajemen, sedangkan dewan direksi merupakan pihak yang


(20)

melakukan fungsi operasional perusahaan (Wardhani, 2007). Berdasarkan The National Committee on Corporate Governance (2000) dalam Siswantaya (2007) menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan dewan komisaris. Diantaranya adalah fungsi dewan komisaris untuk mengawasi direksi baik yang berhubungan dengan kebijakan dan pelaksanaan direksi. Kedua, dewan komisaris berfungsi untuk memberikan saran kepada direksi. Untuk menjalankan fungsi tersebut, maka anggota dewan komisaris merupakan seorang yang berkarakter baik dan memiliki pengalaman yang relevan.

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat pada para manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Meutia, 2004). Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal sejauh ini diharapkan dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan.

Tindakan earnings management telah menimbulkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006). Selain itu, di Indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo, Tbk dan PT. Kimia Farma, Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).


(21)

Pelemahan kinerja sektor industri pengolahan yang terjadi sejak krisis 1998 lalu menimbulkan dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia dan industri manufaktur mengalami penurunan pertumbuhan yang sangat drastis. Selain penurunan pertumbuhan industri manufaktur, lemahnya usaha manufaktur juga disebabkan adanya beberapa konflik yang terjadi yaitu terdapat beberapa perusahaan yang tidak memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik sebagai wujud dari tanggungjawab atas pengelolaan perusahaan sehingga informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Hal ini menyebabkan pihak manager berpeluang untuk melakukan tindakan manajemen laba yang nantinya akan mengakibatkan nilai yang negative terhadap perusahaan tersebut dimata investor. Untuk itulah peneliti tertarik melakukan penelitian ini.

Sejak krisis ekonomi Asia sampai 2007, pertumbuhan sektor industri manufaktur hanya meningkat dengan laju satu digit, di bawah 10%, padahal sebelum krisis sektor industri manufaktur dapat tumbuh dengan dua digit. Sampai dengan awal 2008, industri hanya tumbuh sekitar 5,69% atau menurun hampir 2% sejak tahun 2004 akibat naiknya biaya produksi setelah harga BBM dan suku

bunga meningkat.

Di samping hal di atas pemilihan sampel adalah perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur adalah jenis usaha yang bergerak di sektor riil yang memiliki jumlah perusahaan lebih banyak dibanding dengan jenis usaha lain. Jika dengan bidang yang lebih spesifik adanya kemungkinan sediktnya sampel yang memenuhi kriteria pengambilan sampel sehingga data yang dibutuhkan tidak


(22)

mencukupi untuk melakukan penelitian. Periode penelitian dimulai dari tahun 2004-2008 sehingga data yang diperoleh lebih maksimal dan hasil penelitian lebih baik dibanding penelitian sebelumnya yang hanya kurun waktu sampai dengan tiga tahun saja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2005) menemukan bahwa Good Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnanta (2007) menemukan bahwa Good Corporate Governance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Berdasarkan hasil penelitian yang kontradiktif diatas maka peniliti termotivasi untuk melakukan penelitian ulang dengan judul : “Pengaruh Good

Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu : Apakah Good Coorporate Governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Peneliti, menambah pemahaman mengenai pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan khususnya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

b. Investor, sebagai masukan bagi investor dan para pelaku pasar modal dalam melakukan penilaian terhadap suatu saham berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk melakukan penempatan modal dan investasi pada perusahaan manufaktur di BEI.

c. Dewan komisaris, penelitian ini diharapkan dewan komisaris lebih ketat dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan yang dijalankan oleh pihak manajeman.

d. Komite audit, penelitian ini diharapkan kedisiplinan dan pengendalian dapat lebih diciptakan untuk mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan.

e. Para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur yang membantu di dalam perkembangan ilmu akuntansi dan menambah wawasan tentang analisis saham.


(24)

f. Peneliti selanjutnya, sebagai referensi dan masukan bagi rekan-rekan yang ingin meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

2.1 Teori Keagenan

Untuk memahami Good Corporate Governance digunakan dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Penyebab timbulnya manajemen laba akan dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing -masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002).

Menurut Eisenhard (1989) dalam Arifin (2005) teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu:

a. Asumsi tentang sifat manusia

Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).


(26)

b. Asumsi tentang keorganisasian

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen.

c. Asumsi tentang informasi

Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Iqbal (2007) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan pemegang saham. Penelitian ini menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan dengan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya.

Good Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek - proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.

2.2 Good Corporate Governance

Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern


(27)

lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Menurut Rahmawati dalam Putri (2006) Good Corporate Governance didefenisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability dan responsibility yang mengatur hubungan antar pemegang saham, manajemen, direksi dan Komisaris, kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Sedangkan tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Menurut Rahmawati dalam Putri (2006) Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini :

a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.

c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden.

Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar ini diharapkan menjadi rujukan bagi para regulator (pemerintah) daam membangun framework bagi penerapan good corporate governance. Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah sebagai berikut :


(28)

a. Fairness (Kewajaran)

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).

b. Transparansi

Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuuntungan perusahaan.

c. Accountability (Akuntablitas)

Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, Dewan Komisaris dan auditor.

d. Responsibility (Responsibilitas)

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepemtingan dalam menciptakan kesejahteraan.

2.3 Manajemen Laba (Earning Management)

Definisi manajemen laba diungkapkan oleh Schipper (1989) dalam Sutrisno (2002) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Menurut Assih dan Gudono (2000) mengartikan manajemen laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.


(29)

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dan menambah bias dalam laporan keuangan serta mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2001 ). Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan. Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan risiko portofolionya (Ashari dkk, 1994) dalam Assih (2004).

2.4 Kepemilikan Manjerial

Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Shleifer dan Vishny (1986) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jansen dan Meckling, 1976). Sehingga permasalahan


(30)

keagenen diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

Penelitian Warfield et al (1995) yang menguji hubungan kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan secara negatif dengan discretionary accrual. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa kualitas laba meningkat ketika kepemilikan manajerial tinggi. Gabrielsen et al (2002) menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan kandungan informasi laba serta discretionary accrual. Dengan menggunakan data pasar modal Denmark ditemukan adanya hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dan discretionary accrual dan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan kandungan informasi laba. Smith (1976) menemukan bahwa income smoothing secara signifikan lebih sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dikendalikan oleh manajer dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lain.

2.5 Proporsi Dewan Komisaris

Proporsi dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan


(31)

pemegang saham pengendali (mayoritas) baik secara langsung maupun tidak langsung. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memberikan manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak amggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya.

2.6 Komite Audit.

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antar pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajeman dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan surat edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.

Dalam Kep-29/PM/2004, mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain :

a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.


(32)

b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

c. Melakukan penelaaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor internal.

d. Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanan manajeman resiko oleh direksi.

e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten.

f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sejumlah penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba (earning management). Berikut beberapa ikhtisar penelitian terdahulu :

Astuti (2005) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance dalam mempengaruhi motivasi manajemen laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 42 perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

Maruf (2006) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance terhadap motivasi manajemen laba perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Variabel independen yang digunakan dalam


(33)

komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 78 perusahaan go public. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemlikan dan Good Corporate Governance. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 51 perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Corporate Governance tidak terbukti berpengaruh secara signifikan positif terhadap terhadap manajemen laba tetapi secara signifikan positif terhadap terhadap kinerja keuangan. Struktur kepemilikan tidak terbukti berpengaruh secara signifikan positif terhadap terhadap manajemen laba tetapi terbukti berpengaruh secara signifikan positif terhadap terhadap kinerja keuangan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Dewi Saptantinah Puji Astuti

Pengaruh Good Corporate

Earning Management,

Good Corporate Governance tersebut


(34)

(2005) Governance dalam mempengaruhi motivasi Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEJ

kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit berpengaruh signifikan terhadap motivasi manajemen laba

2. Muhammad Maruf (2006) Pengaruh Good Corporate Governance dalam mempengaruhi Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEJ

Manajemen Laba, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit Good Corporate Governance tersebut berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba

3. Rudi Isnanta (2007) Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap

Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan

Manufaktur di BEJ

Manajemen Laba, struktur perusahaan dan kinerja perusahaan. Good Corporate Governance tersebut tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.


(35)

Kepemilikan Manajerial (X1)

Proporsi Dewan Komisaris (X2)

Komite Audit (X3)

Good Corporate Governance ( X )

Manajemen Laba (Y)

C. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan modal konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah peneliti identifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan kerangka konseptual diatas, ditentukan bahwa variabel good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai variabel independen dan manajemen laba.

Good corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Good corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan


(36)

dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan bagaimana para investor mengontrol para manajer.

Tujuan dari good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Apabila good corporate governance dalam kepemilikan manajerial, dapat berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan kemudian kemungkinan terjadinya manajemen laba yang dapat memberikan keuntungan pribadi sangat kecil.

Peranan dewan komisaris akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba karena dewan komisaris mengawasi penyeimbangan kepentingan manajemen sehingga manajemen laba tidak akan terjadi. Dewan komisaris juga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan karena apabila dewan komisaris menjalankan tugasnya dengan baik maka dapat meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.

Peranan komite audit juga akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba karena komite audit berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga manajemen laba tidak akan terjadi. Komite juga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan karena komite audit yang berjalan dengan baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan membuat citra perusahaan baik di mata para investor sehingga meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.


(37)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu : “Good Corporate Governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar Husein, 2003:63). Penelitian kausal yang dimaksud yaitu apakah Good Corporate Governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang yang diambil dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI periode tahun 2004 sampai dengan 2008. Dengan diperpanjang rentang tahun penelitian diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata. Berdasarkan waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pooling data yaitu gabungan dari data cross section dan time series. Sumber data diperoleh dari Indonesian Capital Markey Directory (ICMD) dan situs


(39)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan adalah dari tahun 2004 – 2008, dengan jumlah populasinya adalah 151 perusahaan. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kiteria-kriteria tertentu (purposive sampling), yaitu:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menyampaikan laporan keuangan selama lima tahun berturut-turut yaitu sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

2. Perusahaan yang memiliki data kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit.

3. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki sekurang-kurangnya 3 anggota komite audit.

Sesuai dengan kriteria di atas, maka jumlah sampel yang terpilih adalah sebanyak 23 (dua puluh tiga) perusahaan. Tahun amatan yang digunakan adalah 5 (lima) tahun berturut-turut dari tahun 2004 – 2008, sehingga jumlah sampel yang diobservasi adalah sebanyak 115 sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data sekunder dengan cara mendownload berupa laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia untuk data tahun 2004-2008 yang ada di situs


(40)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian. 3.1 Variabel Independen

Menurut Erlina (2008:43) “variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya”. Berikut merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini :

3.1.1 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manjerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajeman dari seluruh modal saham yang dikelola. Variable ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar dan diukur dengan memakai skala rasio.

Perhitungan dari kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut :

3.1.2 Proporsi Dewan Komisaris

Proporsi dewan komaris independen adalah jumlah dewan komisaris yang terafliasi dengan manajeman, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi dewan komisaris independen diukur berdasarkan

beredar yang

saham Total

manajemen dimiliki

yang Saham Manajerial

n


(41)

persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahaan dan diukur dengan skala rasio.

Perhitungan dari proporsi dewan komisaris adalah sebagai berikut :

3.1.3 Komite Audit

Komite audit adalah komite yang terdiri dari 3 atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melakukan pengujian dan penelitian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur berdasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal dari seluruh jumlah anggota komite audit dan diukur dengan menggunakan skala rasio.

Perhitungan dari proporsi dewan komisaris adalah sebagai berikut :

3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini ádalah sebagai berikut :

3.2.1 Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk

komisaris dewan anggota seluruh Jumlah independen komisaris anggota Jumlah Komisaris Dewan Proporsi = audit komite anggota seluruh Jumlah independen audit komite Jumlah Audit Komite =


(42)

dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan dasar rasio akrual modal kerja dengan penjualan. Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung memperoleh data tersebut tanpa melakukan perhitungan yang rumit, dengan rumus sebagai berikut :

Akrual modal kerja = Δ AL - Δ HL - Δ Kas Keterangan:

Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t

Δ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t

F. Metode Analisis Data 3.1 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar tiga asumsi klasik, ketiga asumsi tersebut adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995) :

3.1.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati

t) periode (penjualan

Pendapatan

(t) kerja modal Akrual

(EM) Laba


(43)

normal. Cara untuk menguji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan normalitas distribusi residual. ”Jika sig atau p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal.” (Ghozali, 2005:27).

3.1.2 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independent dinyatakan sebagai kombinasi linier dengan variabel independent lainnya. Jika suatu model regresi mengandung multikolinearitas maka kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independent. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan, (Ghozali, 2005:92) :

a. Nilai deskriminasi yang sangat tinggi dan diakui dengan nilai F test yang sangat tinggi, serta tidak atau hanya sedikit nilai t test yang signifikan. b. Meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variable

dependent dengan menggunakan Variance Inflating Factor (VIF) dan Tolerance Value. Batas VIF adalah 10 dan Tolerance Value adalah 0.1 jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0.1 maka terjadi multikolinearitas dan harus dikelompokkan dari model.

3.1.3 Heteroskedastisitas

Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dalam sebuah model regresi, dengan tujuan bahwa apakah suatu regresi tersebut terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari setiap pengamatan ke pengamatan lainnya berbeda,


(44)

maka disebut heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas terjadi apabila disturbance terms untuk setiap observasi tidak lagi konstan tetapi bervariasi.

Ada beberapa cara untuk menguji ada tidaknya situasi heteroskedastisitas dalam varian error terms untuk model regresi. Dalam penelitian ini akan digunakan uji data statistik yaitu Uji Glesjer. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak (Ghozali, 2005).

3.1.4 Autokolerasi

“Autokorelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan antara gangguan atau distribusi yang masuk dalam regresi.” (Algifari, 2000:177). Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji DW dengan melihat koefisien korelasi DW test (Algifari, 2000).

“Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dalam data yang dianalisis dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson Test, pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi”. (Ghozali, 2005 :96)


(45)

Tabel 3.1 Durbin Watson

3.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menggunakan uji statistik untuk menguji Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit Perusahaan secara simultan mempengaruhi Manajemen Laba (Earning Management).

Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. “Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat.” (Umar, 2008).

Adapun bentuk persamaannya dinyatakan sebagai berikut : e

KA b PDK b

KM + + +

+

=a b1 2 3

EM Dimana :

EM = Earning Management (Manajemen Laba) a = Konstanta (tetap)

b1-3 = Koefisien Regresi KM = Kepemilikan Manajerial PDK = Proporsi Dewan Komisaris KA = Komite Audit

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif No decision Dl≤d≤du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada korelasi negatif No De:cision du≤d≤4-dl Tidak ada autokorelasi positif atau


(46)

e = Kesalahan baku/error

3.2.1 Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi ( R2 ) menun jukkan seberapa besar variable independen menjelaskan variable independennya. Nilai R2 adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R2 semakin mendekati satu, maka variable-variabel independen memberikan semua informasi yangdibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R2 semakin kecil, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen semakin terbatas.

Nilai R2 memiliki kelemahan yaitu nilai R2 akan meningkat setiap ada penambahan satu varibel independen meskipun varibel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.2.2 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F )

Untuk menguji Ha maka digunakan Uji F. Uji F untuk menguji signifikansi sejauh mana variabel–variabel independen secara simultan yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependen.

Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. H0 = b1, b2, b3, b4, b5 = 0 berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap EM.

b. Ha = b1, b2, b3, b4, b5 ≠ 0 berarti secara bersama-sama ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap EM.


(47)

c. Menentukan tingkat signifikansi dengan Degree Of Freedom sebesar 5%.

d. Menghitung F-hitung.Hasil F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dengan kriteria :

H0 diterima bila F-hitung < F-tabel Ha diterima bila F-hitung > F-tabel

Maka Pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai kritis F (F tabel) dengan nilai F hitung. Jika F hitung lebih besar daripada F tabel (F hitung > F tabel) maka H1 diterima dan Jika F hitung lebih kecil daripada F tabel (F hitung < F tabel) maka H1 ditolak.

3.2.2 Uji Signifikansi Parsial ( Uji t )

Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Ho = tidak semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

Ha = semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

jika t-hitung < t-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak; jika t-hitung > t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.


(48)

G. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Tahap Penelitian Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11

Pengajuan Proposal

Bimbingan Proposal

Pengumpulan Data

Seminar Proposal

Bimbingan dan Penulisan

Skripsi

Ujian Skripsi

Tahap Penelitian Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11

Pengajuan Proposal

Bimbingan Proposal

Pengumpulan Data

Seminar Proposal

Bimbingan dan Penulisan

Skripsi

Ujian Skripsi


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2004-2008. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif dari tahun 2004-2008. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 23 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dan diamati selama periode 2004 sampai dengan 2008.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel bebas atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data dimulai dengan mengolah data menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS.


(50)

Tabel 4. 1

Perusahaan Sampel Penelitian

Sumber : Indonesian Capital Market Directory tahun 2004 dan 2008

B. Analisis Hasil Penelitian 4.1 Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dapat diperoleh dari situs

manufaktur dari tahun 2004 sampai dengan 2008. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah good corporate governance yang dalam hal ini

No. Nama Perusahaan Kode

1. PT. Asahimas Flat Glass, Tbk AMFG

2. PT. Astra Graphia, Tbk ASGR

3. PT. Astra International, Tbk ASII

4. PT. Astra Otoparts, Tbk AUTO

5. PT. Fast Food Indonesia, Tbk FAST 6. PT. Goodyear Indonesia, Tbk GDYR

7. PT. Gajah Tunggal, Tbk GJTL

8. PT. Hexindo Adiperkasa, Tbk HEXA 9. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk INDF

10. PT. Inter Delta, Tbk INTD

11. PT. Kalbe Farma, Tbk KLBF

12. PT. Lautan Luas, Tbk LTLS

13. PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk MLBI 14. PT. Multipolar Corporation, Tbk MLPL

15. PT. Smart, Tbk SMAR

16. PT Holcim Indonesia Tbk SMCB

17. PT. Semen Gresik (Persero), Tbk SMGR 18. PT. Sugi Samapersada, Tbk SUGI 19. PT. Mandom Indonesia, Tbk TCID

20. PT. Tira Austenite, Tbk TIRA

21. PT. Tunas Ridean, Tbk TURI

22. PT. United Tractors, Tbk UNTR 23. PT. Unilever Indonesia, Tbk UNVR


(51)

diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai variabel bebas (independent variable) dan manajemen laba ebagai variabel terikat (dependent variable).

Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata–rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Hasil analisis dengan statistik deskrptif dari sampel perusahaan manufaktur dari tahun 2004 sampai dengan 2008 disajikan dalam table 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel-variabel Selama Tahun 2004 – 2008

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KM 115 .20 .98 .7320 .16417

PDK 115 .20 .80 .4047 .11306

KA 115 .25 .50 .3197 .03831

ML 115 .10 .66 .3717 .09582

Valid N (listwise) 115

Sumber : data yang diolah oleh peneliti, 2011

Dari hasil analisis statistik deskriptif tersebut di atas diketahui bahwa jumlah observasi dalam penelitian (N) adalah 115. Variabel kepemilikan manajerial (KM) memiliki nilai minimum sebesar 20 % dan nilai maximum sebesar 98 %. Kepemilikan saham oleh manajer yang jumlahnya relatif besar dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dalam pelaporan kondisi keuangan perusahaan. Namun demikian, kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan akan memperkecil masalah keagenan yang muncul.


(52)

Variabel proporsi dewan komisaris (PDK) menunjukkan nilai minimum sebesar 20 % dan nilai maximum sebesar 80 %. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sampel telah memenuhi peraturan BAPEPAM yang mewajibkan persentase keberadaan dewan komisaris independen adalah 30 % dalam dewan. Jumlah komisaris independen yang besar dalam perusahaan dapat menjadi kontrol terhadap kebijakan perusahaan.

Variabel komite audit (KA) mempunyai nilai minimum sebesar 25 % dan nilai maximum sebesar 50 %. Penggunaan auditor yang berkualitas akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk melakukan kecurangan dalam menyajikan informasi yang tidak akurat.

Variabel manajemen laba menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,3717 dengan standar deviasi sebesar 0,09582. Sedangkan nilai minimum dari variabel ini sebesar 10 % dan nilai maximumnya sebesar 66 %. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku manajemen laba dari perusahaan sampel relatif rendah. Nilai discretionary accrual yang mendekati atau dibawah 0 menunjukkan tidak dilakukannya manajemen laba oleh perusahaan, sedangkan semakin besar nilai discretionary accrual menunjukkan tindakan manajemen laba yang besar yang dilakukan perusahaan dalam melaporkan laba baik menaikkan laba maupun menurunkan laba.


(53)

4.2Pengujuian Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas Data

Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, residual memiliki distribusi normal. Cara yang dilakukan untuk melihat normalitas adalah menggunakan analisa grafik (grafik histogram dan normal probability plot) dan analisa statisktik dengan menggunakan uji kolmogorov-smornov (K-S). Grafik histogram membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Dalam normal probability plot, jika distribusi data residual normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Uji data statistik dengan model kolmogorov-Smirnov (K-S) memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari :

a. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

b. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolomogorov Smirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini :


(54)

Tabel 4.3 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 115

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .09464098

Most Extreme Differences Absolute .100

Positive .100

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z 1.075

Asymp. Sig. (2-tailed) .198

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data yang diolah oleh peneliti, 2011

Berdasarkan table 4.3 dalam hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa signifikan (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov dari variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit dan manajemen laba perusahaan lebih besar dari 0,05 atau telah terdistribusi dengan normal. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.

4.2.2 Uji Multikolonieritas

Tujuan dilakukannya uji multikolonieritas yaitu untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel


(55)

bebas.. Hasil dari uji multikolonieritas dapat dilihat dalam table 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Uji Multikolonieritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KM .996 1.004

PDK .976 1.025

KA .978 1.022

Sumber : Data yang diolah oleh peneliti, 2011

Hasil uji multikolonieritas menunjukkan nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 untuk semua variabel penelitian yaitu KM, PDK dan KA. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolonieritas dalam model regresi.

4.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Dalam pengambilan keputusan dapat dilihat dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di atas 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas. Berikut hasil pengujian heteroskedastisitas :


(56)

Tabel 4.5

Uji Heteroskedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .095 .059 1.626 .107

KM -.024 .037 -.061 -.643 .521

PDK .010 .055 .018 .187 .852

KA -.040 .161 -.024 -.247 .805

a. Dependent Variable: AbsUt

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011.

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai probabilitas signifikansinya di bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan bebas dari gejala heteroskedastisitas.

4.2.4 Uji Autokorelasi

Dalam uji autokolerasi ini kita dapat menguji apakah dalam model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan-kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.

Tabel 4.6 Uji Autokolerasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .156a .024 -.002 .09591 2.202

a. Predictors: (Constant), KA, KM, PDK b. Dependent Variable: ML


(57)

Tabel 4.6 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 2,202 lebih besar dari batas atas (du) 1,736 dan kurang dari 4 – 1,736 (4-du), maka dengan demikian tidak terjadi autokorelasi.

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian 4.3.1 Koefesian Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Berikut adalah hasil penghitungan koefisien determinasi hipotesis.

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .156a .024 -.002 .09591 2.202

a. Predictors: (Constant), KA, KM, PDK b. Dependent Variable: ML

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011

Pada koefisien determinasi model regresi diperoleh nilai adjusted R square sebesar -0,002. Hal ini berarti bahwa 0,2 % variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel independen tersebut


(58)

4.3.2 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F )

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independn yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama–sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Uji F

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .025 3 .008 .924 .432a

Residual 1.021 111 .009

Total 1.047 114

a. Predictors: (Constant), KA, KM, PDK b. Dependent Variable: ML

Pada tabel 4.8 uji F dapat dilihat bahwa nilai F sebesar 0,924 dengan probabilitas 0,432. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

4.3.3 Uji Signifikansi Parsial ( Uji t )

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara parsial. Berikut hasil penelitian :


(59)

e KA b PDKI b

KM + + +

+

=a b1 2 3

EM Tabel 4.9 Uji t Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .239 .086 2.768 .007

KM .049 .055 .084 .893 .374

PDK .068 .080 .080 .847 .399

KA .216 .237 .087 .912 .363

a. Dependent Variable: ML

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011 Persamaan regresi :

EM = 0,239 + 0,049 KM + 0,068PDK + 0,216KA + e

Hasil persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas signifikansi diatas 0,005.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa :

a. Perusahaan sampel penelitian tidak menggunakan kepemilikan manajerial untuk mengurangi manajemen laba, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak mampu menjadi mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham.


(60)

tidak mampu mengurangi terjadinya tindakan manajemen laba. Semakin besar proporsi dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi tindakan manajemen laba.

c. Komite audit tidak dapat mengurangi tindakan manajemen laba.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial yang dilakukan dengan uji t, didapati bahwa variabel independen yaitu kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Hal ini sesuai dengan signifikansi t sebesar 0,374 yang lebih besar dari 0,05. Yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak mampu menjadi mekanisme good corporate governance yang dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham.

Variabel independen proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Hal ini sesuai dengan signifikansi t sebesar 0,399 yang lebih besar dari 0,05. Penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting sehingga kinerja perusahaan tidak meningkat bahkan turun. Kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dewan komisaris menjadi tidak efektif.


(61)

Begitu juga dengan variabel komite audit juga tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini sesuai dengan signifikansi t sebesar 0,363 yang lebih besar dari 0,05. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 2008 menyebabkan para komite audit tidak dapat mengidentifikasi dengan jelas semua resiko bisnis, pengawasan operasional yang efektif dan efisien, kualitas informasi manajemen keuangan, dan kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan.

Nilai Adjusted R Square terhadap manajemen laba sebesar -0,002 yang berarti bahwa 0,2 % variasi good corporate governance dapat dijelaskan oleh variasi kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sedangkan sisanya dijelaskan oleh fasktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara parsial yang dilakukan dengan uji t, good corporate governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai F sebesar 0,924 dengan probabilitas 0,432 sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit tidak berpengaruh secara simultan terhadap manajeman laba

Berdasarkan hasil dari semua pengujian di atas, hasilnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnanta (2007). Penerapan Good Corporate Governance merupakan hal yang baru di Indonesia, sehingga penerapannya belum dapat dilaksanakan secara optimal oleh masing-masing perusahaan. Mekanisme


(62)

good corporate governance yang terdapat didalam perusahaan diyakini dapat membatasi pengelolaan laba yang oportunis. Karena itu diduga dengan semakin tingginya kualitas audit, semakin tingginya proporsi dewan komisaris indepeden, dan adanya komite audit maka semakin kecil pengelolaan laba yang oportunis (berhubungan negatif). Tidak signifikannya variabel Good Corporate Governance kemungkinan disebabkan karena penerapan Good Corporate Governance baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang panjang, setelah semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang ada. Dalam penyesuaian ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga belum terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dalam penerapan GCG di perusahaan, pedoman yang mengatur bagaimana mekanisme GCG di Indonesia baru diumumkan 17 Oktober 2006. Penelitian ini menggunakan data penelitian periode 2004-2008, sebelum pedoman ini diberlakukan.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit terhadap manajemen laba. Berikut adalah kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini :

1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan

komisaris, dan komite audit tidak berpengaruh secara simultan terhadap manajeman laba. Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Isnanta (2007)

2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa good corporate governance yang

diproksikan ke dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit tidak berpengaruh secara parsial terhadap manajeman laba. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Isnanta (2007) dan Tuti Sriwedari (2009).

3. Rendahnya nilai adjusted R square menunjukkan bahwa mekanisme good corporate governance yang diproksikan ke dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit berpengaruh kecil terhadap manajemen laba, yang lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tuti Sriwedari (2009)


(64)

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan manufaktur saja.

2. Good Corporate Governance yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada tiga variabel yaitu kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit.

3. Data penelitian yang digunakan adalah data kuantitatif yang merupakan laporan tertulis sedangkan pelaksanaan penerapan GCG adalah bagaimana pelaksanaannya dilapangan.

4. Rendahnya koefisien determinasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak mekanisme good corporate governance selain kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit yang mempengaruhi tindakan manajemen laba.

5. Periode tahun pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5 tahun, dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Pedoman umum tentang GCG di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance diumumkan mulai 17 Oktober 2006, sehinggadimungkinkan sampel dari penelitian belum sepenuhnya menerapkan GCG.


(65)

C. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian sejenis berikutnya yaitu:

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel perusahaan yang tidak

hanya pada perusahaan manufaktur saja, tetapi dapat dikembangkan dengan menggunakan sampel dari kelompok perusahaan lain yang listed di Bursa Efek Indonesia.

2. Penelitian selanjutnya perlu mengidentifikasi mekanisme good corporate

governance lain untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap manajemen laba, seperti sistem insentif untuk manajemen, dewan direksi, pertemuan RUPS dan lain sebagainya.

3. Sebaiknya juga menggunakan data kualitatif , dengan begitu kita bisa melihat

bagaimana implemantisinya di lapangan, misalnya bagaimana peran serta dan tanggung jawab dari dewan komisaris ataupun komite audit dalam perusahaan.

4. Penelitian ini hendaknya menggunakan metode penentuan Discretionary

Accruals yang berbeda, sehingga dapat melihat adanya manajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda.

5. Sebaiknya menggunakan tahun amatan penelitian setelah dikeluarkannya


(1)

Lampiran i

Daftar Sampel Penelitian

1. Kepemilikan Manajerial tahun 2004 – 2008

Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008

PT Asahimas Flat Glass Tbk. 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 PT Astra Graphia Tbk. 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 PT Astra International Tbk. 0,48 0,50 0,50 0,50 0,50 PT Astra Otoparts Tbk. 0,85 0,87 0,87 0,87 0,94 PT Fast Food Indonesia Tbk. 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 PT Goodyear Indonesia Tbk. 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 PT Gajah Tunggal Tbk. 0,70 0,65 0,62 0,65 0,58 PT Hexindo Adiperkasa Tbk 0,81 0,81 0,76 0,76 0,76 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52

PT Inter Delta Tbk. 0,63 0,65 0,22 0,20 0,20

PT Kalbe Farma Tbk. 0,58 0,53 0,51 0,51 0,55

PT Lautan Luas Tbk. 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0,83 0,83 0,83 0,83 0,83 PT Multipolar Corporation Tbk. 0,50 0,51 0,51 0,51 0,51

PT SMART Tbk. 0,75 0,75 0,72 0,95 0,95

PT Holcim Indonesia Tbk 0,77 0,77 0,77 0,88 0,88 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. 0,77 0,77 0,77 0,76 0,77 PT Sugi Samapersada Tbk 0,74 0,84 0,84 0,84 0,84 PT Mandom Indonesia Tbk 0,68 0,80 0,78 0,80 0,79 PT Tira Austenite Tbk 0,98 0,96 0,96 0,96 0,96

PT Tunas RideanTbk. 0,86 0,86 0,86 0,86 0,88

PT United Tractors Tbk 0,57 0,58 0,58 0,58 0,60 PT Unilever Indonesia Tbk 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85

2. Proporsi Dewan Komisaris tahun 2004 – 2008

Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008

PT Asahimas Flat Glass Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,43 0,43

PT Astra Graphia Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Astra International Tbk. 0,27 0,33 0,56 0,50 0,50 PT Astra Otoparts Tbk. 0,40 0,40 0,40 0,43 0,33 PT Fast Food Indonesia Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 PT Goodyear Indonesia Tbk. 0,25 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Gajah Tunggal Tbk. 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43


(2)

PT Inter Delta Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Kalbe Farma Tbk. 0,40 0,40 0,40 0,40 0,33

PT Lautan Luas Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,25 0,40

PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0,33 0,33 0,40 0,40 0,40 PT Multipolar Corporation Tbk. 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

PT SMART Tbk. 0,43 0,43 0,43 0,43 0,38

PT Holcim Indonesia Tbk 0,60 0,60 0,50 0,40 0,40 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. 0,20 0,25 0,50 0,50 0,50 PT Sugi Samapersada Tbk 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 PT Mandom Indonesia Tbk 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40

PT Tira Austenite Tbk 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Tunas RideanTbk. 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40

PT United Tractors Tbk 0,50 0,43 0,43 0,38 0,38 PT Unilever Indonesia Tbk 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80

3. Komite Audit tahun 2004 – 2008

Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008

PT Asahimas Flat Glass Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Astra Graphia Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Astra International Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 PT Astra Otoparts Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 PT Fast Food Indonesia Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 PT Goodyear Indonesia Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Gajah Tunggal Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Hexindo Adiperkasa Tbk 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25

PT Inter Delta Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Kalbe Farma Tbk. 0,25 0,25 0,25 0,25 0,33

PT Lautan Luas Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 PT Multipolar Corporation Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT SMART Tbk. 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Holcim Indonesia Tbk 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 PT Sugi Samapersada Tbk 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 PT Mandom Indonesia Tbk 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Tira Austenite Tbk 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

PT Tunas RideanTbk. 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25

PT United Tractors Tbk 0,50 0,50 0,33 0,33 0,33 PT Unilever Indonesia Tbk 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33


(3)

4. Manajemen Laba tahun 2004 – 2008

Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008

PT Asahimas Flat Glass Tbk. 0,03 0,13 (0,05) 0,06 0,03 PT Astra Graphia Tbk. (0,04) (0,02) (0,04) (0,16) (0,02) PT Astra International Tbk. (0,04) (0,24) 0,01 0,14 (0,01) PT Astra Otoparts Tbk. 0,02 0,04 (0,01) 0,05 (0,01) PT Fast Food Indonesia Tbk. (0,02) (0,01) (0,02) (0,02) (0,00) PT Goodyear Indonesia Tbk. 0,04 0,02 (0,02) (0,06) (0,03) PT Gajah Tunggal Tbk. (0,06) 0,15 (0,04) 0,06 (0,05) PT Hexindo Adiperkasa Tbk 0,17 0,01 (0,12) 0,02 0,10 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (0,06) 0,02 (0,08) (0,18) (0,01) PT Inter Delta Tbk. (0,23) 0,03 0,02 0,05 (0,11) PT Kalbe Farma Tbk. 0,26 0,12 (0,06) 0,07 (0,04) PT Lautan Luas Tbk. (0,11) (0,03) (0,02) (0,13) 0,09 PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (0,05) (0,04) (0,08) (0,02) (0,08) PT Multipolar Corporation Tbk. (0,20) 0,05 (0,04) 0,05 (0,07)

PT SMART Tbk. 0,21 0,00 0,04 0,12 0,02

PT Holcim Indonesia Tbk 0,06 (0,05) (0,09) (0,06) 0,06 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. 0,04 0,00 0,08 0,01 0,02 PT Sugi Samapersada Tbk 0,04 (0,06) (0,08) 0,07 0,29 PT Mandom Indonesia Tbk 0,05 0,04 0,06 (0,01) 0,05 PT Tira Austenite Tbk 0,20 0,11 (0,27) 0,09 (0,01) PT Tunas RideanTbk. (0,08) (0,00) (0,21) 0,19 (0,02) PT United Tractors Tbk 0,25 0,04 (0,07) 0,02 0,03 PT Unilever Indonesia Tbk 0,02 (0,02) (0,03) 0,02 (0,09)


(4)

Lampiran ii

Pengujian Asumsi Klasik dan Hipotesis

1. Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 115

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .09464098

Most Extreme Differences Absolute .100

Positive .100

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z 1.075

Asymp. Sig. (2-tailed) .198


(5)

2. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .239 .086 2.768 .007

KM .049 .055 .084 .893 .374 .996 1.004

PDK .068 .080 .080 .847 .399 .976 1.025

KA .216 .237 .087 .912 .363 .978 1.022

a. Dependent Variable: ML

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Glesjer

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .095 .059 1.626 .107

KM -.024 .037 -.061 -.643 .521

PDK .010 .055 .018 .187 .852

KA -.040 .161 -.024 -.247 .805

a. Dependent Variable: AbsUt

4. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .156a .024 -.002 .09591 2.202

a. Predictors: (Constant), KA, KM, PDK


(6)

5. Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .025 3 .008 .924 .432a

Residual 1.021 111 .009

Total 1.047 114

a. Predictors: (Constant), KA, KM, PDK

b. Dependent Variable: ML

6. Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .239 .086 2.768 .007

KM .049 .055 .084 .893 .374

PDK .068 .080 .080 .847 .399

KA .216 .237 .087 .912 .363


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 29 101

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1 74 88

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 9 23

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 100

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA Pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 15

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

PENDAHULUAN PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 16