Pengaruh Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan Leverage Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Profitabilitas

  Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai penggunaan aset dan pasiva dalam sutu periode. Profitabilitas dapat digunakan sebagai informasi bagi pemegang saham untuk melihat keuntungan yang benar-benar diterima dalam bentuk dividen. Investor menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar perubahan nilai atas saham yang dimiliki. Kreditor menggunakan profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar pokok dan bunga pinjaman bagi kreditor. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan jumlah laba setelah pajak dengan total aset.

  2.1.1 Gross Profit Margin Gross profit margin atau margin laba kotor digunakan untuk mengetahui

  keuntungan kotor perusahaan yang berasal dari penjualan setiap produknya. Rasio ini sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.

  2.1.2 Net Profit Margin

  Pengukuran yang lebih spesifik dari rasio profitabilitas yang berkaitan dengan penjualan adalah menggunakan net profit margin atau margin laba bersih.

  Net profit margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan.

  Jika margin laba kotor tidak terlalu banyak berubah sepanjang beberapa tahun tetapi margin laba bersihnya menurun selama periode waktu yang sama, maka hal tersebut mungkin disebabkan karena biaya penjualan, umum, dan administrasi yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan penjualannya, atau adanya tarif pajak yang lebih tinggi. Di sisi lain, jika margin laba kotor turun, hal tersebut mungkin disebabkan karena biaya untuk memproduksi barang meningkat jika dibandingkan dengan penjualannya.

2.1.3 Return On Investment (ROI) atau Return On Asset (ROA)

  ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA atau yang sering disebut ROI diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva.

  Menurut Home dan Wachowicz (2009 : 215), “net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan”. Net profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. ROA dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terjadi peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam net profit margin, atau keduanya. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi peruasahaan. Sebaliknya jika ROA negative menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/kerugian.

  Menutur Munawir (2002 : 85) ROA memiliki beberapa manfaat yang antara lain : 1)

  Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh dan sensitive terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. 2)

  Dapat diperbandingkan dengan rasio industry sehingga dapat diektahui posisi perusahaan terhadap industry. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi. 3)

  Selain berguna untuk kepentingan control, analisis ROA jugsa berguna untuk kepentingan perencanaan. Disamping itu manfaat ROA menurut Halim dan Supomo (2001 : 154) adalah

  : 1)

  Perhatian manajemen dititikberatkan pada maksimalisasi laba atas modal yang diinvestasikan. 2)

  ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan divisinya. Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macam prestasi antar divisi untuk menggunakan dalam memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan Return On Asset tersebut. 3)

  Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut Halim dan Supomo (2001 : 155), ROA juga memiliki beberapa kelemahan seperti yang dijabarkan oleh berikut ini : 1)

  ROA lebih menitikberatkan pada maksimasi rasio laba dibandingkan jumlah absolute laba. 2)

  Manajer divisi enggan menambah investasi yang menghasilkan ROA rendah dalam jangka panjang. 3)

  Manajer divisi mungkin mengambil investasi yang menguntungkan divisinya dalam ajngka pendek tetapi dalam jangka panjang bertentangan dengan keputusan perusahaan. 4)

  Kurang mendorong divisi untuk menambah investasi, jika ROA yang diharapkan untuk divisi itu terlalu tinggi.

2.1.4 Return On Equity (ROE) Analisis ROE atau sering juga disebut dengan Return On Common Equity.

  Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai rentabilitas modal sendiri.

  Menurut Kasmir (2008 : 204), ROE adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dipihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan laba yang diperlukan untuk menghitung ROE yaitu laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax/EAT).

  Efek dari penambahan modal asing atau modal sendiri terhadap kinerja perusahaan dapat dijelaskan ssebagai berikut. Ditinjau dari kepentingan pemilik perusahaan, penambahan modal asing hanya dibenarkan kalau perusahaan tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan terhadap modal sendiri.

  Penambahan modal asing hanya akan memberi efek menguntungkan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari tambahan modal asing tersebut lebih besar dari pada biaya modalnya. Sebaliknya penambahan modal asing akan memberikan efek yang merugikan terhadap modal sendiri apabila ROE dari tambahan modal asing tersebut lebih kecil dari pada biaya modal atau bunganya. Dengan demikian, bila sebuah perusahaan membutuhkan tambahan modal untuk investasi, ia hanya dibenarkan untuk memilih sumber pendanaan modal asing (hutang) hanya jika tingkat pengembalian dari tingkat investasinya yang dibiayai dengan hutang tersebut lebih tinggi dari pada biaya modal asing (biaya modal hutang). Bila terjadi keadaan sebaliknya maka seharusnya dipilih sumber pendanaan modal sendiri (menerbitkan saham atau tambahan modal dari pemiliknya).

  Menurut Horne dan Wachowictz (2009 : 117) rumus dari ROE adalah :

  ROE = Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan seringkali digunakan untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi seringkali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk meningkatkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi resiko keuangan yang berlebihan.

  Menurut Munawir (2002 : 101), Analisis Rasio dari angka-angka rasio keuangan yang diperoleh dapat dianalisis dengan memperbandingkan angka rasio tersebut dengan :

  1) Standar ratio rata-rata dari seluruh industri sejenis, dimana perusahaan yang memiliki data keuangan dianalisis untuk menjadi anggota dari industri tersebut.

  2) Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang bersangkutan. 3) Rasio-rasio yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan. 4)

  Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya.

2.2 Perputaran Kas (Cash Turn Over)

2.2.1 Pengertian perputaran kas (Cash turn over)

  Perputaran kas merupakan merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien tingkat penggunaan kasnya dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaranya semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya uang yang berhenti atau tidak dipergunakan.

  Tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan perubahan kembali aktiva lancar menjadi kas melalui penjualan. Makin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan menunjukkan tingginya volume penjualan. Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan.

  Menurut Bambang Riyanto (2001 : 95) “Perputaran kas (cash

  

turnover) adalah perbandingan antara penjualan (sales) dengan jumlah kas

  rata-rata”. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja.

  Perputaran kas = Penjualan

2.2.2 Pengertian kas (Cash)

  Menurut Munawir (2004 : 14) ”Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau permintaan deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan.”

  Seperti yang dikemukakan oleh M. Nafarin (2007 : 308) bahwa jumlah kas relatif kecil akan mempertinggi putaran kas dan meningkatkan rentabilitas (kemampuan memperoleh laba), tetapi dengan kas yang kurang (terlalu kecil) dapat mengganggu kemampuan membayar (tidak likuid) sewaktu ada tagihan, yang pada akhirnya juga akan mengganggu profitabilitas.

  Kas merupakan komponen modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi operasi perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas yang berlebihan, berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan kelebihan investasi dalam kas.

  Menurut Sutrisno (2009 : 68) ada 3 alasan (motif) perusahaan atau unit ekonomi lainnya untuk menyimpan kas, antara lain : 1)

  Motif transaksi (transaction motive)

  Berarti seseorang atau perusahaan memegang uang tunai untuk keperluan realisasi dari berbagai transaksi bisnisnya, baik transaksi yang rutin (regular) maupun yang tidak rutin. Seperti pembayaran upah, pembayaran hutang, pembelian bahan, dan pembayaran- pembayaran tunai lainnya baik yang dibayar dengan uang tunai maupun dengan cek .

  2) Motif berjaga-jaga ( precautionary motive )

  Berarti seseorang atau perusahaan memegang uang tunai yang dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kebutuhan-kebutuhan yang bersifat mendadak. Pada perusahaan motif berjaga-jaga ini bias dilihat dari saldo kas minimum yang ditetapkan. Besarnya saldo kas minimum yang ditentukan sebagai indicator penyimpangan aliran kas yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran diperusahaan biasanya diprediksi melalui anggaran kas atau cash budget. Apabila antara penerimaan dan pengeluaran bias diprediksi dengan tepat, maka kebutuhan kas yang bersifat mendadak bias ditentukan sekecil mungkin berarti saldo kas minimum kecil tetapi bila prediksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak bias di prediksi dengan akurat, maka membutuhkan saldo kas minimum yang besar karena kemungkinan kebutuhan kas mendadak sangat besar. Menurut Harahap (2010 : 258) “ Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat seperti berikut :

  1) Setiap saat dapat ditukar menjadi kas. 2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat. 3) Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat bunga”.

  Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari beberapa hal, yaitu : 1)

  Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas

  2) Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.

  3) Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang, obligasi, utang hipotik, atau hutang jangka panjang yang lain) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas.

  4) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga karena adanya penjualan dan sebagainya.

  5) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

  Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut: 1)

  Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.

  2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.

  3) Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun jangka panjang.

  4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi dan adanya persekot-persekot niaga maupun persekot pembelian.

  5) Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pembayaran pajak,denda- denda dan sebagainya.

2.2.3 Penilaian perputaran kas (Cash turn over)

  Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena itu, sumber kas dalam penelitian ini adalah berasal dari aktivitas penjualan. Makin tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.

  Cash Turnover atau perputaran kas yaitu dengan membagi total kredit yang

  diberikan dengan kas rata-rata. Pada tingkat perputaran kas yang tinggi pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan lain biaya atau resiko yang ditanggung menjadi besar. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat profitabilitas ekonomi menjadi tinggi. Dengan demikian, tingkat perputaran kas mempengaruhi tingkat profitabilitas ekonomi. Semakin cepat atau tinggi tingkat perputaran kas semakin tinggi pula tingkat profitabilitas perusahaan tekstil dan garmen.

2.3 Peputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

  Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai rata- rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turn over dari persediaan tersebut.

  Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada profitabilitas perusahaan.

  Menurut Harahap (2010 : 308) “ Rasio perputaran persediaan (inventory turn over ) menunjukan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus normal. Semakin besar rasio ini maka baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat “.

  Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun denagn turn over dari persediaan tersebut.

  Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada profitabilitas perusahaan.

2.3.1 Pengertian persediaan (Inventory)

  Setiap perusahaan yang bergerak dibidang industri dan perdagangan tentunya memiliki persediaan. Persediaan merupakan komponen terpenting dalam perusahaan. Untuk itu maka perlu diketahui terlebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan persediaan.

  Persediaaan mewakili barang yang diproduksi atau ditempatkan untuk produksi dalam perusahaan manufaktur, sedangkan dalam perusahaan dagang, persediaan mewakili barang-barang yang tersedia untuk dijual. Defenisi barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan berbeda sesuai dengan lingkup aktivitas dalam operasi perusahaan yang secara berkesinambungan dibutuhkan, diganti atau dijual kembali. Persediaan secara umum dapat ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang baik usaha grosir maupun retail.

  Persediaan didefenisikan secara berbeda oleh beberapa ahli, oleh karena itu, perlu kiranya memperhatikan beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sehingga memberikan defenisi yang jelas tentang persediaan.

  Menurut Munawir (2004 : 14), “persediaan untuk perusahaan dagang adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau belum laku dijual. Sedangkan untuk perusahaan manufactur (yang memproduksi barang) maka persediaan yang dimilik meliputi :

  1) Persediaan bahan mentah. 2) Persediaan barang dalam proses. 3) Persediaan barang jadi”.

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 142) : “ Persediaan adalah aktiva : 1)

  Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2)

  Dalam proses produksi atau dalam perjalanan 3)

  Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.

  Dari teori diatas, dapat dinyatakan bahwa persediaan meliputi persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi maupun barang dagang. Dalam perusahaan industri persediaan berupa persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi sedangkan dalam perusahaan dagang persediaan hanya berupa barang dagang.

  Persediaan diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Karena persediaan merupakan unsur terbesar dalam aktiva dan berkaitan langsung dengan kegiatan utama perusahaan, terutama dalam perusahaan industri jika tidak tersedia salah satu jenis persediaan maka proses produksi akan terganggu. Bagi perusahaan dagang persediaan harus cepat terjual, karena jika tidak cepat terjual akan mengurang laba baik karena persediaan yang terlalu tinggi juga ada kemungkinan barang menjadi rusak. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan perputaran persediaan untuk mendapatkan laba yang maksimal.

2.3.2 Penilaian perputaran persediaan (Inventory turn over)

  Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen yang mengontrol modal yang ada dalam persediaan. Perputaran persediaan dihitung berdasarkan harga pokok penjualan, tetapi jika tidak diketahui dapat dihitung dari penjualan bersih. Dalam hal ini bila perhitungan dilakukan dengan harga pokok penjualan maka persediaan rata-rata barang dagang juga dihitung berdasarkan harga pokok. Sedangkan bila cara yang digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan barang dagang dihitung berdasarkan harga jual.

2.4 Analisa Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas

  Rasio yang digunakan dalam penelitian ini mencakup rasio-rasio keuangan yang telah disebutkan diatas.

2.4.1 Pengaruh Perputaran Kas (Cash Turn Over) dan Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) terhadap Rentabilitas.

  Menurut Lukman Syamsuddin (2002 : 236) : “Semakin besar cash

  turnover , semakin sedikit jumlah kas yang dibutuhkan dalam operasi

  perusahaan, sehingga dengan demikian cash turnover haruslah dimaksimalkan agar dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.”.

  Dengan adanya perputaran kas yang maksimal, kebutuhan akan kas dalam operasi perusahaan menjadi lebih sedikit. Sisa dari jumlah kas ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan ke dalam berbagai bentuk aktivitas yang dapat menghasilkan profit sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas perusahaan.

  Apabila semakin cepat perputaran kas maka akan dapat menimbulkan keuntungan yang maksimal. Hal itu dapat disebabkan karena kas yang berputar dengan cepat dalam satu periode dan akan mengakibatkan tingkat penjualan yang tinggi maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

  Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turn over dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada rentabilitas perusahaan.

2.5 Peneliti Terdahulu

  Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu : Falope dan Ajilore (2009 : 1-20), meneliti tentang manajemen masalah kerja dengan profitabilitas perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan empiris tentang efek pengelolaan modal kerja terhadap kinerja profitabilitas dengan menggunakan sampel pada lima puluh perusahaan di Nigeria yang bergerak pada bidang non-keuangan yang listing di Negeria Stock Exchange pada periode 1996-2005. Penelitian ini menggunakan data panel ekonometri dengan regresi berganda, serta dengan mengkombinasi dan mengestimasi metode time series dan cross-

  section . Dari penelitian ini menunjukkan bahwa average collection period, inventory turnover in days, average payment period dan cash conversion cycle memiliki pengaruh

  yang negative signifikan terhadap return on assets (ROA). Firm size berpengaruh negative terhadap ROA sedangkan inventory turn over berpengaruh positif pada ROA.

  Penelitian ini menyarankan bahwa manajer dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham mereka jika perusahaan mengelola modal kerja mereka dengan cara yang lebih efisien dengan mengurangi jumlah hari piutang usaha dan persediaan untuk meminimum yang wajar.

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

  No Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  1 O.I Falope dan O.T Dependen : ROA Panel Data ACP, ITID, APP, CCC Ajilore (2009:1-20), berpengaruh negative

  Independen : ACP, manajeman modal signifikan terhadap

  ITID,APP,CCC,size, kerja dan ROA. Leverage

  Growth,

  profitabilitas berpengaruh positif

  Leverage,GDPGR

  perusahaan signifikan terhadap

  ROA. Firm sixe berpengaruh positif signifikan terhadap

  ROA, sedangkan growth berpengaruh positif terhadap ROA.

  2 Abdul Reheman dan Dependen : ROA Regresi Komponen modal kerja, Mohamed Nasr dan CR dan DR berpengaruh

  Independen: ACP, (2007:1-117) korelasi negative signifikan

  ITID, APP, CCC, manajemen modal terhadap ROA. Firm size CR, DR, Firm size kerja dan berpengaruh positif

  (LOS), FATA profitabilitas pada terhadap ROA. perusahaan di

  Pakistan

  3 F Samigloglu dan K Dependen : ROA Regresi ACRP dan INVP Demirgunes (2008:1- berpengaruh negative

  Independen : ACRP, 127), analisis signifikan terhadap

  INVP, CCC, Size, pengaruh manajemen ROA. Leverage

  Growth, Leverage,

  modal kerja terhadap memiliki pengaruh Fix profitabilitas negative signifikan perusahaan di BEJ terhadap ROA.

  4 Dani (2003:1-118), Dependen : ROA Regresi CR dan WCT pengaruh likuiditas, Berganda berpengaruh positif Independen : CR, leverage dan signifikan terhadap

  DER, dan WCT efisiensi modal kerja ROA. DER berpengaruh terhadap negative terhadap ROA. profitabilitas.

  5 Estiningsih (2005:1- Dependen : ROA Regresi Pembelanjaan modal 122), pengaruh kerja, CR dan WCT

  Independen : kebijakan modal berpengaruh positif pembelanjaan modal kerja terhadap ROA. signifikan terhadap kerja, CR dan WCT ROA.

  Rahcman dan Nasr (2007 : 1 – 117) meneliti tentang manajemen modal kerja dan profitabilitas pada perusahaan Pakistan yang terdaftar di Bursa Efek Karachi selama 6 tahun pada periode 1999-2004. Penelitian ini menggunakan analisis regeresi dan korelasi. Rasio hutang, ukuran perusahaan (diukur dari segi logaritma alami penjualan) dan aset keuntungan terhadap total aktiva telah digunakan sebagai variable control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negative yang kuat antara variable manajemen modal kerja dan profitabilitas perusahaan. Ini berarti jika siklus konversi kas meningkat maka akan mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan, sehingga manajer dapat menciptakan nilai positif bagi pemegang saham dengan mengurangi siklus konversi kas meningkat maka akan mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan, sehingga manajer dapat menciptakan nilai positif bagi pemegang saham dengan mengurangi siklus konversi kas mungkin ke tingkat minimum. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan negative signifikan antara likuiditas dan profitabilitas. Ada juga hubungan negative yang signifikan antara hutang yang digunakan oleh perusahaan dan profitabilitas. Samiloglu dan Demirgunes (2008:1-127), melakukan penelitian untuk mengatahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan di BEJ. Variabel dependen yang digunakan adalah ROA. Variable independen yang digunakan antara lain ACRP, INVP, CCC, Size, Growth, Lev, Fix. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi.Dari penelitian ini diketahui bahwa ACRP dan INVP berpengaruh negative terhadap ROA. Sedangkan growth memiliki pengaruh positif terhadap ROA. Leverage memiliki pengaruh negative terhadap ROA. Namun CCC, size dan fix tidak berpengaruh signifian terhadap ROA.

  Dani (2003 : 1-118) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas (studi kasus pada PT Modern Toolsindo Bekasi). Rasio keuangan yang digunakan adalah current ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Working Capital Turnover (WCT) dan ROA. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Menggunakan 1 sample perusahaan dengan menganalisis neraca dan laporan laba rugi tahun 1997-2002. Dalam penelitiannya Dani (2003) menggunakan analisis regresi linier berganda yang hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan faktor likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas PT Modern Toolsindo. Sedangkan secara parsial hanya variabel leverage yang tidak berpengaruh positif terhadap variabel profitabilitas.

  Estiningsih (2005 : 1-122) meneliti mengenai pengaruh kebijakan modal kerja terhadap ROA pada perusahaan tekstil yang go public di BES. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa variabel pembelanjaan modal kerja, current ratio, dan perputaran modal kerja mempunyai pengaruh yang pofitif terhadap ROA. Berdasarkan uji-t, maka variabel yang paling signifikan mempengaruhi perubahan. ROA adalah perputaran modal kerja, yaitu sebesar 70,83%.

2.6 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.6.1 Kerangka Konseptual

  Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena itu, sumber kas dalam penelitian ini adalah berasal dari aktivitas penjualan.

  Makin tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.

  Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan.

  Menurut Lukman Syamsuddin (2002 : 236) : “Semakin besar cash

  

turnover , semakin sedikit jumlah kas yang dibutuhkan dalam operasi perusahaan,

  sehingga dengan demikian cash turnover haruslah dimaksimalkan agar dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.” Dimana rata-rata kas dapat dihitung dari saldo kas awal ditambah saldo kas akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran kas, berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Makin tinggi tingkat perputaran kas, maka akan semakin baik. Hal ini berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kas tersebut. Tetapi apabila tingkat perputaran terlalu tinggi berarti jumlah kas yang tersedia terlalu kecil untuk kegiatan perusahaan dan kondisi semikian dapat membahayakan posisi likuiditas perusahaan.

  Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai rata- rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun denagn turn over dari persediaan tersebut.

  Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada rentabilitas perusahaan.

  Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen yang mengontrol modal yang ada dalam persediaan. Perputaran persediaan dihitung berdasarkan harga pokok penjualan, tetapi jika tidak diketahui dapat dihitung dari penjualan bersih. Dalam hal ini bila perhitungan dilakukan dengan harga pokok penjualan maka persediaan rata-rata barang dagang juga dihitung berdasarkan harga pokok.

  Sedangkan bila cara yang digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan barang dagang dihitung berdasarkan harga jual.

  Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori, maka dapat dibuat kerangka konseptual atas penelitian ini yang digambarkan sebagai berikut :

  .

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Menurut Husein Umar (2008, hal 80) “Hipotesis adalah sebuah kesimpulan tetapi kesimpulan tersebut belum final, dan masih harus dibuktikan kebenarannya”. Jelas sekali pernyataan diatas tersebut bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan terhadap suatu hal yang bersifat sementara dan harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.

  H1 : Perputaran Kas (Cash Turn Over) berpengaruh terhadap Rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). H2 : Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) berpengaruh terhadap

  Rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  H3 : Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap

  Rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

   Perputaran Kas (X1) Perputaran Persediaan (X2)

  Rentabilitas (Y)

   Return On Assets (ROA)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 90 103

Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

11 118 97

Pengaruh Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan Leverage Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 143 87

Pengaruh Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan Leverage terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

8 81 99

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 78 93

Pengaruh Modal Kerja dan Leverage Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 97 94

Analisis Pengaruh Struktur Aset, Modal Kerja, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 45 131

Pengaruh Leverage Operasional dan Tingkat Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Sektor Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 5 1

Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Leverage Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Konstruksi dan Bangunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 2 1

Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11