Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH:

INEU YUNIAWATI 090522068

PROGRAM STUDI AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan./atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapatkan izin, dan /atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2013 Yang Membuat Pernyataan

Ineu Yuniawati 090522068


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perputaran modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana dari 19 populasi ditentukan 13 perusahaan industry makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode 2009 – 2012 sebagai sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program spss 17.0.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) secara parsial Working Capital Turnover (WCT) memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap return on investment (ROI), hal tersebut diperkuat karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 0% dari 5%. (2) secara parsial current ratio (CR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on investmen (ROI), karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 0,5% dari 5%. (3) secara parsial debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return on investment (ROI), karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 4,8% dari 5%. (4) efisiensi modal kerja, likuiditas (Current Ratio) dan solvabilitas (Debt to Equity Ratio) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Return on Investment).

Kata kunci : efisiensi modal kerja (WCT), likuiditas(CR), solvabilitas (DER), profitabilitas (ROI)


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF WORKING CAPITAL TURNOVER, LIQUIDITY AND SOLVABILITY TO PROFITABILITY ON FOOD

AND BEVERAGE INDUSTRY WHICH IS REGISTERED AT INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This research intends to analyze the effect of working capital turnover, liquidity, and solvency to profitability on food and beverage induntrial which is registered at Indonesian stock exchange.

The design research used is associative causal research design. As for the selection of the samples was done by purposive sampling method where the population is determined 13 of 19 companies which listed on Indonesia Stock Exchange in the period 2009 to 2012 as the sample. The type of data in this research is secondary data obtained from the website of the Indonesian Stock Exchange www.idx.co.id. This observational data at procces by use of program spss 17.0.

Finding researching to point out that: (1 ) partially Working Capital Turnover (WCT) having influence that really significant to return on investment (ROI), that thing is bastioned because zoom significantion that acquired smaller of standard one is utilized namely 0% of 5%. (2 ) partially current ratio (CR) having influence that significant to return on investment (ROI), since acquired significantion zoom smaller of standard one is utilized namely 0,5% of 5%. (3 ) partially debt to equity ratio (DER) having for significant to return on investment (ROI), since acquired significantion zoom smaller of standard one is utilized namely 4,8% of 5%. (4 ) working capital efficiency, liquidity (Current Ratio) and solvency( Debt to Equity Ratio) simultaneously influential significant to profitability (Return on Investment).

Key word : working capital efficiency (WCT), liquidity (CR), solvency (DER), Profitability (ROI)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya, sehingga skrispsi dengan judul : “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dapat terselesaikan dengan lancar. Adapun skripsi tersebut ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, AK, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting S.,SE, MAFIS, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi

3. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga penulis dapat


(6)

menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Drs Rasdianto, MSi, Ak Selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

7. Ayahanda Drs Atang Sadeli (alm) dan Ibunda Hj. Rosti di Bandung, keluarga besar Drs. H. Syamsul Bahri di Medan serta abang dan kakak yang tersayang yang telah memberikan dukungan moril maupun materil terhadap penulis

8. Suami tersayang Muhammad Fadlan Syam, SE yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat sehingga dapat selesainya skripsi ini 9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu –

persatu.

Akhir kata, penulis mengharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Medan, Desember 2013

Penulis

Ineu Yuniawati

090522068


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Sistematika Penulisan... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 12

2.1.1 Pengertian Profitabilitas ……... 12

2.1.2Rasio Profitabilitas... 13

2.1.3 Modal Kerja……….. 19

2.1.3.1 Pengertian Modal Kerja ... 19

2.1.3.2 Siklus Modal Kerja……….……... 22

2.1.3.3 Jenis-jenis Modal Kerja ……… 22

2.1.3.4 Fungsi Modal Kerja ………..………… 24

2.1.3.5 Faktor yang mempengaruhi Modal Kerja... 25

2.1.4 Likuiditas Perusahaan ... 27

2.1.5 Solvabilitas ... 32

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 34

2.3 Kerangka Konseptual……... 35

2.4 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…... 38

3.1.1Variabel Penelitian ... 38

3.1.2Definisi Operasional Variabel... 38

3.1.2.1Variabel Terikat (dependent variable)... 38

3.1.2.2Variabel Bebas (independent variable) ... 39

3.2 Populasi dan Sampel... 42


(8)

3.3 Jenis dan Sumber Data ……... 44

3.4 Metode Pengumpulan Data... 45

3.5 Metode Analisis Data ... 45

3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik ……….……….. 45

3.5.1.1 Uji Normalitas ……… 45

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas ……… 46

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas ……… 47

3.5.1.4 Uji Autokorelasi ………..………… 49

3.5.2 Pengujian Hipotesis ………. 50

3.5.2.1 Uji Regresi ……… 50

3.5.2.2 Uji Goodness of Fit ……… 51

3.5.2.3 Uji Signifikansi Parsial ……… 51

3.5.2.4 Uji Signifikansi Simultan ……… 53

3.5.2.5 Uji Koefisien Determinasi ……… 54

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Data Penelitian ... 55

4.2 Statistik Deskriptif ... 58

4.3 Pengujian Asumsi klasik ... 59

4.3.1 Uji Normalitas ... 59

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 63

4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 63

4.3.4 Uji Autokorelasi... 66

4.4 Pengujian Hipotesis ... 67

4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda... 68

4.4.2 Koefisien Determinasi... 69

4.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 70

4.4.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 73

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 40

Tabel 3.2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman... 55

Tabel 4.2 Data Variabel Profitabilitas (ROI)………... 56

Tabel 4.3 Data Variabel WCT ... 56

Tabel 4.4 Data Variabel CR ………... 57

Tabel 4.5 Data Variabel DER ... 57

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif …... 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ………..………... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas setelah transformasi LN... 61

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ………... 64

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ………... 67

Tabel 4.11 Analisa Regresi………... 68

Tabel 4.12 Koefisien Determinasi (R2) ... 69

Tabel 4.13 Hasil Uji t ... 71


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 35

Gambar 4.1 Grafik Normal Plot... 62

Gambar 4.2 Histogram …………... 63


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Daftar Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI ..80 Lampiran ii Jadwal Penelitian ………. 81 Lampiran iii Hasil Output SPSS ... 82  


(12)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perputaran modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana dari 19 populasi ditentukan 13 perusahaan industry makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode 2009 – 2012 sebagai sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program spss 17.0.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) secara parsial Working Capital Turnover (WCT) memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap return on investment (ROI), hal tersebut diperkuat karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 0% dari 5%. (2) secara parsial current ratio (CR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on investmen (ROI), karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 0,5% dari 5%. (3) secara parsial debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return on investment (ROI), karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 4,8% dari 5%. (4) efisiensi modal kerja, likuiditas (Current Ratio) dan solvabilitas (Debt to Equity Ratio) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Return on Investment).

Kata kunci : efisiensi modal kerja (WCT), likuiditas(CR), solvabilitas (DER), profitabilitas (ROI)


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF WORKING CAPITAL TURNOVER, LIQUIDITY AND SOLVABILITY TO PROFITABILITY ON FOOD

AND BEVERAGE INDUSTRY WHICH IS REGISTERED AT INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This research intends to analyze the effect of working capital turnover, liquidity, and solvency to profitability on food and beverage induntrial which is registered at Indonesian stock exchange.

The design research used is associative causal research design. As for the selection of the samples was done by purposive sampling method where the population is determined 13 of 19 companies which listed on Indonesia Stock Exchange in the period 2009 to 2012 as the sample. The type of data in this research is secondary data obtained from the website of the Indonesian Stock Exchange www.idx.co.id. This observational data at procces by use of program spss 17.0.

Finding researching to point out that: (1 ) partially Working Capital Turnover (WCT) having influence that really significant to return on investment (ROI), that thing is bastioned because zoom significantion that acquired smaller of standard one is utilized namely 0% of 5%. (2 ) partially current ratio (CR) having influence that significant to return on investment (ROI), since acquired significantion zoom smaller of standard one is utilized namely 0,5% of 5%. (3 ) partially debt to equity ratio (DER) having for significant to return on investment (ROI), since acquired significantion zoom smaller of standard one is utilized namely 4,8% of 5%. (4 ) working capital efficiency, liquidity (Current Ratio) and solvency( Debt to Equity Ratio) simultaneously influential significant to profitability (Return on Investment).

Key word : working capital efficiency (WCT), liquidity (CR), solvency (DER), Profitability (ROI)


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang di dunia, hal ini terbukti dengan adannya pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan sektor ekonomi. Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang di dukung oleh peningkatan komunikasi, maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam rangka meraih dana untuk ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang lebih.

Perusahaan besar umumnya mencari dana tambahan permodalan dengan cara melepas kepemilikan atau menerbitkan surat hutang kepada masyarakat (go public) di pasar modal. Melalui go public, perusahaan dapat melakukan pembenahan dalam manajemen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja atau melaksanakan ekspansi usaha dalam rangka mengoptimalkan pangsa pasar yang berpotensial serta memperoleh keunggulan kompetitif guna mempertahankan going concern perusahaan dalam persaingan yang semakin ketat.

Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif untuk para investor dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan. Pengembangan pasar modal sangat diperlukan dalam perekonomian Indonesia saat ini. Pasar modal merupakan sarana yang baik bagi pihak yang mempunyai


(15)

jangka menengah atau jangka panjang dengan cara memperjual belikan instrumen keuangan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat perkembangannya sehingga menjadi salah satu alternatif perolehan dana yang semakin lama semakin banyak digunakan oleh perusahaan seperti data yang didapat pada situs resmi BEI yaitu www.idx..co.id yang menunjukkan bahwa pada tahun 1988 terdapat hanya 24 perusahaan yang go public di BEI dan pada tahun 2010 telah terdaftar 405 perusahaan yang go public di BEI. Dari 405 perusahaan tersebut terdapat 21 perusahaan Industri barang konsumsi makanan dan minuman (Food and beverages). ( www.idx.co.id)

Di Indonesia krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008 sangat mempengaruhi pasar modal dan valuta asing. Sektor yang dianggap bisa bertahan dalam terjangan krisis global adalah sektor konsumsi terutama Industri makanan dan minuman. Hal ini terbukti dengan permintaan pasar pada sektor ini tetap tinggi dan semakin meningkatnya perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.

Pertumbuhan industri makanan dan minuman di dorong oleh konsumsi yang tinggi, industri ini akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, sektor konsumsi menyumbang sekitar 54% terhadap PDB nasional. Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri Kemenperin Arryanto Sagala menjelaskan, ada sejumlah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan industri manufaktur, yakni makanan dan minuman 9,19 persen,


(16)

tekstil, alas kaki dan barang kulit yang sebesar 7,52 persen.

(www.economy.okezone.com)

Perkembangan teknologi dan semakin meningkatnya spesialisasi pada perusahaan industri makanan dan minuman menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Pada umumnya masalah keuangan merupakan masalah utama perusahaan, sehingga analisis mengenai laporan keuangan sangat penting untuk dilakukan terutama analisis mengenai profitabilitas. Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan suatu perusahaan. Kesejahteraan para pemegang saham dapat tercapai apabila perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba atau profit yang maksimal.

Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja. Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu


(17)

Apabila perusahaan telah mencapai posisi tertentu, maka dapat dilakukan ekspansi atau perluasan usaha yang tidak akan terlepas dari kebutuhan akan modal. Pemenuhan kebutuhan modal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan modal sendiri yang terdiri dari saldo laba, modal dari pemegang saham dan dari sumber lainnya yaitu modal pinjaman atau dapat pula diperoleh dengan mengkombinasikan keduanya.

(Bambang Riyanto, 2001:17), menyatakan bahwa modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas dan digunakan perusahaan untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, pembelian bahan mentah, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya.

Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan tersebut kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.


(18)

Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau pimpinan perusahaan. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif dimasa mendatang. Manajer juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja agar dapat menyusun rencana yang lebih baik untuk periode yang akan datang. Selain manajer, kreditor jangka pendek juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja suatu perusahaan, dengan begitu, kreditor jangka pendek akan memperoleh kepastian kapan hutang perusahaan akan segera dibayar.

Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk mengetahui jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengelolaan investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut, meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva dan pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar.

Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu kita harus mengukur dari elemen-elemen modal kerja. dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama modal kerja, yaitu kas, piutang dan persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung perputarannya. Modal kerja


(19)

semakin cepat, tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang efisien.

Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Van Horne,2009:217). Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan tingkat profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,2005:157). Keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas senantiasa harus diperhatikan.

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo, sedangkan profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Jadi, apabila perusahaan terlalu likuid, artinya banyak modal yang tersimpan dalam bentuk kas, hal ini menimbulkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba jika kas tersebut ditanamkan. Namun sebaliknya perusahaan juga tidak boleh menanamkan seluruh


(20)

uang yang dimiliki dalam usaha, sehingga ketika diperlukan dana cair mengalami kesulitan.

Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat.

Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham dan Houston (2001: 84) memiliki tiga implikasi penting, yaitu:

“Pertama, memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur. Ketiga, Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar”.

Sementara itu Sawir (2001: 11) menyebutkan bahwa “leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham, tetapi


(21)

Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus ditanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas.

Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dan calon investor untuk merumuskan kebijakan dalam melakukan investasi pada perusahaan dalam sektor real estatate dan properti seupaya tingkat pengembalian penanaman investasi tersebut memperoleh hasil yang maksimum.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS (Studi pada perusahaan Industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 – 2012) “

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh perputaran modal kerja (working capital turn over) terhadap profitabilitas (ROI) ?


(22)

2. Apakah Likuiditas (CR) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROI) ?

3. Apakah Solvabilitas (DER) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI) pada Perusahaan Industri Makanan dan Minuman?

4. Apakah Perputaran modal kerja (WCT), Likuiditas (CR) dan Solvabilitas (DER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI) ? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel perputaran modal kerja, solvabilitas dan likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012. 2. Untuk mengetahui variabel mana yang lebih dominan mempengaruhi

profitabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 – 2012.

3. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009–2012. 1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Manajemen Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan konsep mengenai pengelolaan rasio keuangan terhadap


(23)

profitabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi akademis, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai pengelolaan rasio keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan struktur modal yang optimal.

3. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi.

1.4. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran secara ringkas mengenai skripsi ini, maka system penulisannya akan dibagi kedalam beberap bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan, penelitan terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas variable penelitian dan definisi operasionalnya, penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.


(24)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan deskripsi obyek penelitian, seluruh proses dan teknik analisis data hingga hasil dari pengujian seluruh hipotesis penelitian sesuai dengan metode yang digunakan.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari seluruh hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini. Selain itu juga menjelaskan apa saja keterbatasan dan saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar dapat lebih mengembangkan penelitiannya.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat menlangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan atau profit, maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Kasmir, 2010 mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan Gibson (2005 :303), profitability is the ability of a firm to generate earnings. It is measured relative to a number of bases, such as assets, sales and investment. Gibson mengartikan profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan, profitabilitas ini diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan degan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan seperti aktiva perusahaan, penjualan dan investasi. Dari definisi tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, yang diindikasikan melalui besarnya laba (earnings) yang


(26)

diperoleh perusahaan tersebut. Setiap perusahaan selalu berupaya agar memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi. Dalam konteks ini perusahaan yang menguntungkan tentunya tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Melalui adanya tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.

Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya sebuah perusahaan memiliki profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi.

2.1.2. Rasio Profitabilitas

Dalam melakukan analisis perusahaan, disamping melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis laporan keuangan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Van Horne, Wachowics (2009:222), menjelaskan rasio profitabilitas adalah “rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan dan investasi pada perusahaan”.


(27)

Rasio profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan (Djarwanto, 2005). Sedangkan menurut Kasmir (2010:196), rasio profitabilitas adalah rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva dan hutang terhadap hasil operasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Analisa rasio profitabilitas yaitu menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber dana yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan jumlah cabang (Sofyan Syafri Harahap, 2005:304)

Dari pengertian-pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa analisa rasio profitabilitas adalah gambaran akhir kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba atau jawaban akhir tentang efisien tidaknya perusahaan menghasilkan laba. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan rugi laba. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.


(28)

Ada tiga rasio yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. (Bambang Riyanto, 2005:331) mengemukakan bahwa rasio-rasio profitabilitas merupakan rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir sejumlah kebijakan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total asset, return on net worth dan lain sebagainya)”.

Ketiga rasio yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, yaitu :

a. Margin Laba (profit margin)

Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. (Hanafi, 2010:199) menyatakan bahwa rasio ini juga bisa diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Untuk menghitung profit margin, digunakan persamaan sebagai berikut :

Laba bersih setelah pajak

Profit Margin = X 1 = …..kali Penjualan

Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum, rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen. b. Return On Equity (ROE)

Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang


(29)

mereka investasikan di dalam perusahaan. Return on equity (ROE) dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2010:204) :

Laba bersih setelah pajak

ROE = X 100% = ….. % Total Equitas

Angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Rasio ROE tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu, rasio ini bukan pengukur return yang di terima pemegang saham yang sebenarnya.

c. Return On Investment (ROI / ROA)

Return on investment (ROI) sering disebut sebagai return on assets (ROA). ROI mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. ROI dihitung dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total asset, rumus untuk mencari return on investment (ROI) dpt digunakan sebagai berikut (Kasmir, 2010 :202) :

Laba bersih setelah pajak

ROI = X 100% = ….. %

       Total aktiva

Semakin tinggi tingkat ROI suatu perusahaan, semakin baik perusahaan tersebut.

Dalam penelitian ini analisa profitabilitas yang dipakai hanya yang terkait dengan kemapuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan, yaitu Return on investment (ROI) atau Return on assets (ROA)


(30)

Salah satu rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh laba terhadap investasi adalah return on investment (ROI). Return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan (Soemarso, 2005).

Analisa return on investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Analisa return on investment (ROI) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi. Return on investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Dengan demikian return on investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.


(31)

ROI memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan ROI sebagai berikut :

1. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan.

2. Analisis ROI dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan berada dibawah, sama atau di atas rata-rata.

3. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan dalam antrian untuk membandingkan efisiensi antar bagian.

4. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan menggunakan product system (sitem biaya produksi) yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas masing-masing produk.

5. Analisis ROI dapat digunakan untuk keperluan perencanaan antara lain sebgai dasar dalam pengambilan keputusan jika perusahaan akan mengadakan ekspansi.


(32)

Meskipun ROI memiliki kelebihan, namun ROI juga memiliki kelemahan. Kelemahan ROI adalah sebagai berikut :

1. Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, karena perbedaan praktek akuntansi antar perusahaan.

2. Analisa return on investment (ROI) saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.

2.1.3 Modal Kerja

2.1.3.1 Pengertian Modal kerja

Untuk memenuhi atau membiayai kebutuhan investasi dan kebutuhan operasional perusahaan dibutuhkan modal kerja yang cukup. Karena tanpa modal kerja yang cukup perusahaan tidak akan dapat bekerja secara optimal dalam mencapai tujuannya. Semua pihak sepakat bahwa modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk operasi sehari-hari.

Pengertian modal kerja yang dikemukakan oleh Agnes Sawir (2005 : 129), “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan atau dapat pula dmaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran listrik, telepon, upah buruh, hutang dan pembayaran yang lainnya.”


(33)

Sedangkan Husnan (2001 : 49 ), “Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk menjalankan aktivisnya”. Menurut Hongren (2005:135), “working capital is the difference between current assets and current liabilities”. Sedangkan menurut Burton A. Kolb (1983) dalam sawir (2005:129) menyatakan modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di dalamnya kas, sekuritas, piutang, persediaan dan dalam beberapa perusahaan biaya dibayar di muka”.

Dari beberapa pengertian modal kerja di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. Modal kerja sangat penting bagi perusahaan karena modal kerja merupakan  dana yang harus tersedia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran listrik, telepon, upah buruh, hutang, dan pembayaran yang lainnya.

Menurut Kasmir (2010: 250) terdapat tiga konsep tentang modal kerja yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.


(34)

2. Konsep Kualitatif

Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja memo (non working capital) 3. Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode accounting (current income) bukan periode berikutnya (future income)

Dari pengertian tersebut maka terdapat sejumlah dana yang tidak menghasilkan current income atau kalau menghasilkan tidak sesuai dengan misi perusahaan yaitu non working capital, sehingga besarnya modal kerja adalah:

a. Besarnya kas

b. Besarnya persediaan

c. Besarnya piutang (dikurangi bersarnya laba)

d. Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang bersangkutan)

Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong dalam modal kerja potensial dan sebagian dana


(35)

income (pendapatan tahun-tahun sesudahnya) termasuk dalam non working capital.

2.1.3.2 Siklus Modal Kerja

Proses pemutaran modal kerja akan selalu berjalan selama perusahaan masih beroperasi, modal kerja berputar terus-menerus dalam perusahaan karena dipakai untuk membiayai operasi sehari-hari. Proses pemutaran modal kerja itu dinamakan lingkaran modal kerja, yang akan selalu berputar selama perusahaan merupakan “going concern” atau masih berjalan (Tunggal, 2005: 91)

Analisis tentang lingkaran modal kerja dimulai dengan kas uang kas ditanam dalam persediaan dan berbagai alat dan jasa, disamping dibiayai dari para pemasok dengan kredit, yang kemudian memerlukan pembiayaan dengan kas. Barang perusahaan dijual pada para pembeli dengan tunai atau kredit biasa atau dengan pembayaran wesel/promes dari debitor dan dari wesel/promes diterima kas (Tunggal, 2005: 91). Jadi, proses kas persediaan-piutang-uang merupakan lingkaran modal kerja dana akan berputar terus-menerus selama perusahaan itu berjalan.

2.1.3.3 Jenis – Jenis Modal Kerja

Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagi berikut :

A. Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat


(36)

menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :

1. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

2. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

B. Modal kerja variabel (variable working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara lain :

1. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

2. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur,

3. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan yang tidak diketahui sebelumnya, (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Apabila modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadi dana menganggur, tetapi


(37)

apabila jumlah modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan.

2.1.3.4 Fungsi Modal Kerja

Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut:

1. Modal Kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan.

2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai ; dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan uttuk pembelian barang menjadi berkurang.

3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “Credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja yang mencukupi memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam hal terjadi : pemogokan banjir dan kebakaran.

4. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lebih


(38)

lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.

5. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar.

2.1.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja Kebutuhan perusahaan akan modal tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut (Tunggal, 1995: 96-101) :

1. Sifat atau Jenis Perusahaan

Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dariusaha yang dijalankan perusahaan.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual.

Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual pada pembeli. Makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang, atau makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang dari luar negeri, jumlah modal kerja yang diperlukan makin besar.

3. Cara-cara atau syarat-syarat pembelian dan penjualan

Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat pembelian dan penjualan. Makin banyak diperoleh syarat kredit


(39)

kerja yang ditanamkan dalam persediaan. Sebaliknya, semakin longgar syarat kredit yang diberikan pada pembeli maka akan lebih banyak modal kerja yang ditanamkan dalam piutang.

4. Perputaran persediaan

Makin cepat persediaan berputar maka makin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai dan mengatur investasi dalam persediaan. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan persediaan juga berkurang.

5. Perputaran piutang

Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila penagihan piutang dilakukan secara efektif maka tingkat perputaran piutang akan tinggi sehingga modal kerja tidak akan terikat dalam waktu yang lama dan dapat segera digunakan dalam siklus usaha perusahaan.

6. Siklus Usaha (Konjungtur)

Dalam masa “prosperti” (konjungtur tinggi), perusahaan akan berupaya untuk membeli barang mendahului kebutuhan untuk memperoleh harga yang rendah dan memastikan adanya persediaan yang cukup, sehingga dalam masa tersebut diperlukan modal kerja yang besar. Sebaliknya, dalam masa “depresi” (konjungtor menurun) maka volume usaha turun dan banyak perusahaan harus menukar persediaan dan piutang menjadi uang.


(40)

7. Musim

Apabila perusahaan tidak dipengaruhi musim, maka penjualan tiap bulan rata-rata sama. Tetapi jika pipengaruhi musim, perusahaan memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangka relatif pendek.

Ada 2 macam musim :

a. Musim dalam hal produktif hanya dilakukan dalam bulan-bulan tertentu saja sedangkan dalam bulan lain tidak ada produksi atau sedikit produksinya.

b. Musim dalam hal penjualan, yaitu penjualan hanya dilakukan dalam bulan-bulan tertentu saja, sedangkan dalam bulan lain penjualan tidak begitu banyak.

2.1.4 Likuiditas Perusahaan

Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi (Riyanto, 2005 :25). Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.


(41)

segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid.

Sedangkan menurut Munawir (2001:31) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.

Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas perusahaan, yaitu :

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar menurut Van Horne (2009:206) adalah “ rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.”

Rasio lancar atau Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mandapat


(42)

kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah kiranya diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya (Tunggal, 2005: 154).

Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos

modal kerja dengan ketat/dengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari sudut pemegag saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.

Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi kadang-kadang sutau current ratio yang rendah malahan menunjukkan pimpinan perusahaan menggunakan aktiva lancar sangat efektif. Yaitu


(43)

piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maxsimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai biaya rutin dan pengeluaran darurat (Tunggal, 2005: 157). Formulasi untuk mengetahui rasio ini sebagai berikut (Van Horne, 2009:206):

Aktiva Lancar

Current Ratio = X 100% = …..% Hutang Lancar

2.Rasio Sangat Cepat (Quick Ratio atau acid test ratio)

Rasio sangat cepat menurut Kasmir (2010:137) adalah “ rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).”

Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar (Munawir 2001: 74). Rasio ini merupakan ukuran kemampuan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena menganggap persediaan memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, walaupun pada kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.


(44)

Rumus untuk mencari rasio sangat cepat sebagai berikut (Kasmir, 2010:137) :

Aktiva Lancar – Persediaan

Quick Ratio = X 100% = … % Utang Lancar

3.Rasio Kas (cash ratio)

Rasio Kas atau cash ratio adalah “ rasio yang merupakan perbandingan antara kas yang ada diperusahaan dibandingkan dengan total utang lancar.” (Sugiono, 2008:62)

Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Kasmir (2010: 138-139) bahwa, “ rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberap besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang”.

Formulasi untuk menghitung rasio kas adalah (Kasmir, 2010:139) : Kas

Cash Ratio = X 100% = …% Kewajiban Lancar

4. Rasio Perputaran Kas

Menurut Kasmir (2010: 140) perhitungan perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut :

a. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti, ketidak mampuan perusahaan dalam membayar tagihannya.


(45)

sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut (Kasmir, 2010:141) :

Penjualan Bersih

Rasio Perputaran Kas = X 100% = …% Modal Kerja Bersih

5.Inventory to Net Working Capital

Menurut Kasmir (2010:141-142), “Inventory to Net Working Capital adalah rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar”.

Rumus untuk mencari inventory to net working capital adalah (Kasmir, 2010:142

Persediaan

Inventory to NWC = X 100% = …% Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar

2.1.5. Solvabilitas

Menurut Kasmir (2010:151), rasio solvabilitas (leverage ratio) adalah “ rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.”

Rasio solvabilitas menurut Wild (2005:9) merupakan “ kemungkinan dan kemampuan jangka panjang perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjang”.


(46)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi.

Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain sebagai berikut: a. Rasio Utang (Debt Ratio)

Rasio utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dan total aktiva. Dengan kata lain, rasio utang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumus untuk mencari debt ratio sebagai berikut (Kasmir, 2010:156):

Total Utang

Rasio Utang = X 100% = …% Total Aktiva

b. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Rasio utang terhadap ekuitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.

Formulasi untuk mencari rasio Debt to Equity Ratio sebagai berikut (Kasmir, 2010:158) :

Total Utang

Debt to Equity Rasio = X 100% = …% Equitas


(47)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Kesimpulan

1. Siwi Nurgraeni (2007)

Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan

Solvabilitas Terhadap Profitabilitas pada perusahaan Property and Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Efisiensi Modal Kerja (X1) Likuiditas (X2) Solvabilitas (X3) Profitabilitas (Y)

Secara parsial hanya variable efisiensi modal kerja dan solvabilitas yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan variable likuiditas tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. 2. Faurani I Santi

Singangerda (2004)

Analisis Pengaruh Modal Kerja terhadap

Profitabilitas dan

Rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita

“Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat.

Modal Kerja (X) Profitaabilitas (Y1) Rentabilitas (Y2)

Modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap Profitabiltas dan Rentabilitas pada koperasi Mandalika tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 3. Dani (2006) Pengaruh Likuiditas,

Leverage, dan Efisiensi Modal Kerja terhadap Profitabilitas (studi kasus pada PT. Modem

Toolsindo Bekasi) Likuiditas (X1) Leverage (X2) Efisiensi Modal Kerja (X3) Profitabilitas (Y) Modal Kerja perusahaan mampu meningkatkan Profitabilitas perusahaan.

4. Riza Wahyu Ainur Robbi (2010)

Efisiensi Modal Kerja untuk Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Pabrik Plat Jok Motor di Kediri

Efisiensi Modal Kerja (X)

Profitabilitas (Y) Modal kerja perusahaan mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan. Sumber: Diolah Peneliti (2013)


(48)

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

H4

H1 H2

H3

Sumber: Diolah Peneliti (2012)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah peneliti identifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan variabel dependen.

Working Capital Turnover (WCT) (X1)

Return Of Investment (ROI)

(Y) Current Ratio (CR) (X2)


(49)

Perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan perusahaan tersebut (Munawir, 2004).  Hal ini menunjukkan bahwa perputaran modal kerja (WCT) berpengaruh signifikan terhadap profabilitas.

Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia ( Syamsudin, 2002:41) . Kemampuan memperoleh laba selama periode tertentu akan mengorbankan likuiditas (aktiva lancar) maupun modal, baik modal sendiri maupun modal secara keseluruhan (Horne, 2005). Profitabilitas berbanding terbalik dengan likuiditas, hal ini menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Berdasarkan Pecking Order Theory, semakin besar rasio ini, menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas yang dimilikinya. Dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis solvaabilitas atau leverage berpengaruh negative terhadap profitabilitas.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:


(50)

H1 : Perputaran Modal Kerja (working capital turnover) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROI) pada perusahaan Industri Makanan dan Minuman

H2 : Likuiditas (current ratio) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROI) pada perusahaan Industri Makanan dan Minuman

H3 : Solvabilitas (debt to equity ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROI) pada perusahaan Industri Makanan dan Minuman

H4 : Perputaran modal kerja (WCT), Likuiditas (CR) dan Solvabilitas (DER) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROI) pada perusahaan Industri Makanan dan Minuman

 


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Variable Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variable Penelitian

Variable Penelitian adalah ubahan yang memiliki variasi nilai (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan dua variable yaitu :

1. Variable Terikat (Dependent Variable).

Variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri serta menjadi perhatian utama peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah profitabilitas (ROI)

2. Variabel Bebas (Independent variable).

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik itu secara positif atau negatif, serta sifatnya dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas ialah Perputaran modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas.

3.1.2. Definisi Operasional Variabel

3.1.2.1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Return On Investment atau ROI (Y)

Return on investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva


(52)

keuntungan. Dengan demikian return on investment menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi. Perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.

Menurut (Kasmir, 2010) Return on investment atau ROI dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba bersih setelah pajak

ROI = X 100% = ….. % Total aktiva

3.1.2.2. Variable Bebas (independent variable) a. Perputaran Modal Kerja (WCT) (X1)

Perputaran modal kerja (working capital turn over) adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan yang akan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Untuk menentukkan besarnya modal kerja digunakan rumus sebagai berikut :

Penjualan

Perputaran Modal kerja (WCT) = X 1 = …kali Aktiva lancar – utang lancar

b. Current Ratio (CR) (X2)

Current ratio merupakan indicator yang sesungguhnya dari likuiditas perusahaan, karena perhitungan tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aktiva lancer dengan hutang lancar untuk masing-masing perusahaan (sawir, 2001).


(53)

Adapun formulasi dari current ratio adalah sebagai berikut : Aktiva Lancar

Current Ratio = X 100% = ….% Hutang Lancar

c. Debt to Equity ratio(DER) (X3)

Rasio utang terhadap ekuitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.

Formulasi untuk mencari rasio Debt to Equity Ratio (Kasmir, 2010:158)

Total Utang

Debt to Equity Rasio = X 100% = …. % Equitas

Ringkasan variabel penelitian dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Pengukuran Skala

1. Return on Invesment (Y)

ROI digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menunjukkan return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

Laba bersih setelah pajak

ROI = X 100% = ..% Total aktiva


(54)

No Variabel Definisi Pengukuran Skala 2. Working

Capital Turnover (X1)

Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

Penjualan

WCT = x 1 = ..kali Aktiva lancar –Utang lancar

3. Current Ratio/CR (X2)

Current Ratio digunakan mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo.

Aktiva lancar

CR = X 100% = …% Utang Lancar

Rasio

4. Debt to Equity Ratio/DER (X3)

rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara

membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.

Total utang

DER = X 100% = …%

Equitas Rasio


(55)

3.2. Populasi dan Sampel

Tabel 3.2

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3 4

1 ADES PT Ades waters Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 1

2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ √ Sampel 2

3 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk - √ √ √ -

4 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ - -

5 DAVO PT Davomas Abadi Tbk √ √ - √ -

6 DLTA PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ √ Sampel 3

7 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 4

8 INDF PT Indofood Sukses Makmur

Tbk √ √ √ √ Sampel 5

9 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ - √ -

10 MYOR PT Mayora Indah √ √ √ √ Sampel 6

11 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ √ Sampel 7 12 PTSP PT Pioneerindo Gourmet

International Tbk √ √ √ √ Sampel 8

13 SIPD PT Sierad Produce Tbk √ √ √ - -

14 SKBM PT Sekar Bumi Tbk - - - - -

15 SKLT PT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ Sampel 9

16 SMAR PT SMART Tbk √ √ √ - -

17 STTP PT Siantar Top Tbk √ √ √ √ Sampel 10

18 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √ Sampel 11 19 ROTI PT Nippon Indosari Corporation √ √ √ √ Sampel 12

20 ULTJ PT Ultrajaya Milk Tbk √ √ √ √ Sampel 13


(56)

3.2.1. Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal, atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian peneliti, karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 – 2012.

Adapun pemilihan perusahaan industry makanan dan minuman sebagai populasinya, karena perusahaan ini memiliki rasio profitabilitas (ROI) yang tinggi, hal ini berarti perusahaan dalam memperoleh profitabilitas yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor.

Sedangkan pemilihan periode 2009 – 2012 sebagai sampel karena dapat menggambarkan kondisi yang ralatif baru di pasar modal Indonesia. Dengan menggunakan sampel yang realtif baru dan rentang tahun penelitian yang panjang, diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang actual di Indonesia. Sesuai dengan publikasi Indonesia Capital Market Directory (ICMD), jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2012 adalah sebanyak 20 Perusahaan yang merupakan jumlah populasi dalam penelitian ini.

3.2.2. Sampel


(57)

dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu sampel dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau asalah penelitian yang dikembangkan. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan dan mempublikasikan Laporan keuangan tahunan secara lengkap dari periode 2009 – 2012.

2. Perusahaan tidak melakukan merger dan akuisisi selama tahun 2009 – 2012.

3. Perusahaan memiliki nilai ROI positif

4. Perusahaan memiliki nilai working capital turnover, current ratio, debt to equity ratio yang positif,

Berdasarkan kriteriaa tersebut, diperoleh sampel perusahaan industri makanan dan minuman sebanyak 13 perusahaan. Untuk lebih jelasnya, sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam lampiran.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan industry makanan dan minuman yang go public di BEI periode 2009 – 2012. Karena penelitian ini menyangkut perusahaan public, maka data yang digunakan adalah laporan keuangan yang dipublikasikan. data tersebut diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).


(58)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan industry makanan dan minuman yang dipublikasikan oleh BEI melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) serta berbagai buku pendukung dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan profitabilitas.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistic dengan bantuan software SPSS 17. Sebelum dianalisis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang kemudian diteruskan dengan melakukan pengujian hipotesis.

3.5.1. Pengujian Asumsi Klasik 3.5.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu bentuk pengujian tentang kenormalan distribusi data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil adalah data yang terdistribusi normal. Maksud dari data terdistribusi normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal dimana datanya memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji ini sering dilakukan untuk analisi statistic non parametik.

Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan atau variabelnya tidak sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan


(59)

normalitas adalah mengetahui apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”.

3.5.1.2Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Jika varabel independen saling berkorelasi, maka variable-variabel ini tidak orthogonal. Maksud dari variable ortogal disini adalah variable independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Menurut Ghozali (2007), Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variable-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variable dependen. b. Menganalisis matrik korelasi variable-variabel independen. Jika antar variable independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variable independen.

c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap


(60)

independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variable independen menjasi variable dependen (terikat) dan diregresikan terhadap variable independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variable independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Walaupun nilai multikolinearitas dapat di deteksi dengan tolerance dan VIF, namun kita masih tetap tidak dapat mengetahui variable-variabel independen mana sajakah yang saling berkorelasi.

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamtan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).


(61)

plot antara nilai prediksi variable independen (ZPRED) dengan residual (SREDIS).

Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. (Ghozali, 2007)

Dasar analisisnya adalah sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Selain dengan menggunakan analisis grafik, pengujian heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji glejser. Uji ini mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variable independen. Jika variable independen signifikan secara statistic mempengaruhi variable dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika propabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heterokedastisitas (Ghozali, 2007).


(62)

3.5.1.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relative jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu / kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi. Dalam penelitian ini, uji yang digunakan ada atau tidaknya autokorelasi Runtest. Runtest sebagai bagian dari statistic non parametric dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Runtest digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak. Jika hasil tes menunjukkan tingkat


(63)

korelasi sehingga dapat dikatakan bahwa residual adalah acak atau random (tidak terdapat autokorelasi) (Ghozali, 2007).

3.5.2 Pengujian Hipotesis 3.5.2.1 Uji Regresi

Untuk menguji model pengaruh dan hubungan variable bebas yang lebih dari dua variable terhadap variable dependen, digunakan persamaan regresi linear berganda (multiple linear regression method) dengan metode Ordinary Least Squares (pangkat terkecil biasa). Inti metode OLS adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Imam Ghozali, 2007).

Uji regreasi digunakan untuk tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut ada sebuah variable dependen dan variable independen. Dalam penelitian ini, dibahas bagaimana pengaruh Modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.

Model regresi yang digunakan yaitu: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Dimana:

Y = Profitabilitas (ROA)

X1 = Working capital turnover (WCT) / Perputaran modal kerja X2 = Current ratio / Likuiditas


(1)

Horngren, Charles. 2003. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial Jilid satu Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009-2012. Bursa Efek Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia, Per 1 Juli 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

J. Fred Weston, Eugene, 2004. Dasar – dasar Manajemen Keuangan, Edisi ketujuh, Penerbit Erlangga.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian komprehensif , Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers. Nurgraeni, Siwi. 2007. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan

Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Skripsi.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. MediaKom: Jakarta

Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku Dua. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tunggal, Amin Widjaya, 2000. Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Van Horne, James C dkk. 2009. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi keduabelas buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Wild, K. R. Subramanyam, Robert F. Hasley, 2005. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedelapan, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

http://www.idx.co.id/Home/ListedCompanies/ReportDocument/id-ID/Default.aspx


(2)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3 4

1 ADES PT Ades waters Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 1 2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk √ √ √ √ Sampel 2

3 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk - √ √ √ - 4 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ - -

5 DAVO PT Davomas Abadi Tbk √ √ - √ -

6 DLTA PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ √ Sampel 3 7 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 4 8 INDF PT Indofood Sukses Makmur

Tbk √ √ √ √ Sampel 5

9 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ - √ - 10 MYOR PT Mayora Indah √ √ √ √ Sampel 6 11 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ √ Sampel 7 12 PTSP PT Pioneerindo Gourmet

International Tbk √ √ √ √ Sampel 8 13 SIPD PT Sierad Produce Tbk √ √ √ - -

14 SKBM PT Sekar Bumi Tbk - - - - -

15 SKLT PT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ Sampel 9

16 SMAR PT SMART Tbk √ √ √ - -

17 STTP PT Siantar Top Tbk √ √ √ √ Sampel 10 18 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √ Sampel 11 19 ROTI PT Nippon Indosari Corporation √ √ √ √ Sampel 12


(3)

Lampiran 2 Jadwal Penelitian

   

Tahap Penelitian Juni 2012

Juli 2013

Agustus 2013

November 2013

Desember 2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul

Pengumpulan Data

Bimbingan dan Perbaikan Skripsi

Analisis Data

Bimbingan dan Penulisan Skripsi

Penyelesaian Skripsi

Pengajuan Dosen Pembaca dan Penilai

Perbaikan dan Penilaian dari Dosen Pembaca


(4)

Lampiran 3

Hasil Output SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI 52 .01000 .75000 .1119231 .10893492

WCT 52 1.15000 48.87900 9.9265962 9.53822292

CR 52 .15400 22.90400 2.3317308 3.18315309

DER 52 .14500 4.18500 1.2129423 .89224208

Valid N (listwise) 52

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LN_ROI LN_WCT LN_CR LN_DER

N 52 52 52 52

Normal Parametersa,b Mean -2.4827 1.9725 .5896 -.0600

Std. Deviation .77154 .78625 .44026 .74267

Most Extreme Differences Absolute .078 .075 .178 .073

Positive .078 .075 .178 .067

Negative -.065 -.062 -.131 -.073

Kolmogorov-Smirnov Z .559 .539 1.284 .529

Asymp. Sig. (2-tailed) .913 .933 .074 .943

a. Test distribution is Normal.

Model Summaryb

Model R

R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .464a .216 .166 .70440 .216 4.395 3 48 .008 1.710

a. Predictors: (Constant), LN_DER, LN_WCT, LN_CR b. Dependent Variable: LN_ROI


(5)

(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.834 .489 -7.842 .000

LN_WCT .367 .171 .374 2.144 .037

LN_CR 1.081 .307 .617 3.520 .001

LN_DER .162 .134 .156 1.212 .231

a. Dependent Variable: LN_ROI

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.543 3 2.181 4.395 .008a

Residual 23.816 48 .496

Total 30.359 51

a. Predictors: (Constant), LN_DER, LN_WCT, LN_CR b. Dependent Variable: LN_ROI


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 117 85

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 82

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11