Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

i SKRIPSI

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

M. NAUFAL AFIF 100503191

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ii PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas,

Leverage, dan Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2015

Yang membuat pernyataan

M. Naufal Afif

NIM. 100503191


(3)

iii ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, LEVERAGE DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS

PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah kausal. Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan uji regresi berganda. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 78 perusahaan manufaktur, dengan pengumpulan data dilakukan secara studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, manajemen modal kerja, likuiditas, leverage dan corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Secara parsial, leverage dan corporate governance yang berpengaruh signifikan dan paling dominan terhadap profitabilitas perusahaan.

Kata Kunci : profitabilitas, corporate governance, leverage, likuiditas, dan manajemen modal kerja


(4)

iv ABSTRACT

EFFECT OF WORKING CAPITAL MANAGEMENT, LIQUIDITY, LEVERAGE AND CORPORATE GOVERNANCE TO PROFITABILITY

OF REGISTERED MANUFACTURED COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This research aim is to analyze how are the effects of working capital management, liquidity, leverage and corporate governance to profitability of registered mining company in Indonesian Stock Exchange. This is a causal research. The hypothesis of this research is analyzed using multiple linear regressions. Total numbers of samples of this research are 78 companies, which data collection are taken using literature studies. Research shows that simultaneously, working capital management, liquidity, leverage and corporate governance are affecting and significantly to profitability, while partially, only leverage and corporate governance that affecting positively, significantly, and dominating among others to profitability.

Keywords : profitability, corporate governance, leverage, liquidity and working capital manageent


(5)

v KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas,

Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak.. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

vi 5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M. Dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M. selaku Dosen Pembanding dan Penguji yang selalu memberikan masukan atas penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ir. H. Ahmad Sahnan dan Ibu Ir. Hj. Hafni Zahara Lubis, M.Sc. , dua orangtua hebat yang telah melahirkan dan membesarkan penulis serta selalu mendoakan, mendukung dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Serta teman baik mahasiswa departemen S1 Akuntansi, teman-teman Ikram An-Nazhirin dan teman-teman-teman-teman lainnya, Ari, Ila, Keke, Razi, Hashfi, Bobby, Fauzi, Deddy, Masrianto, Fernando, Imam Munandar Lubis, Salomo, Febrina, Syahrizal, Prana Ugiana, Lidya A. Putri, Faradilla Savitri Siregar, Andy Syakfianto, M. Iqbal Iskandar, Irwin Faisal, Ishar Alamsyah Nasution, Azwarsyah, Ryan Rifandi, Maslimona Harimita Ritonga, Sonya Lirizki Akbar, Rahadian Ilham Pellani Rauf, Utami M. Dinanti, Nadya Amelia, Akbar Rhinaldie, Riskha Syahfitra Nasution, Andree Febaraaf, Angga Himawan, Cahyo, Faisal Fadli, M. Ikhfan Juniara, Imam Syauqani, Luthfiya Nazla Mrp, M. Rafli Yandhi, M. Rivaldi Haikal, M. Syafrin Hamdani, Rahmat Riyadi Pulungan, Risti Syahfitri Nasution, Vanny Hismayati Lubis, Zidan Lubis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dengan ikhlas memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Medan, April 2015

Penulis


(7)

vii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Literatur ... 8

2.1.1 Teori Agency ... 8

2.1.2 Profitabilitas ... 9

2.1.3 Manajemen Modal Kerja ... 11

2.1.4 Likuiditas ... 12

2.1.5 Leverage ... 15

2.1.5 Corporate Governance ... 18

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 20

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 22

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 22

2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 25

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 25

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.5 Variabel Penelitian ... 27

3.6 Definisi Operasional Variabel... 28

3.7 Metode Analisis Data ... 29

3.7.1 Pengujian asumsi klasik ... 29

3.7.2 Analisis regresi linier berganda ... 32

3.7.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 35

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 37

4.2.1 Uji Normalitas ... 38

4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 42

4.2.3 Uji Non-Autokorelasi atau Independensi Residual ………. ... 43

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas ………. ... 44

4.3 Pengujian Hipotesis ... 46

4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 46 vi


(8)

viii 4.3.2 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara Menyeluruh

(Uji F) ………...47

4.3.3 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara Individu (Uji T)………...48

4.3.3.1 Pengujian Pengaruh Perputaran Modal Kerja (X1) terhadap Return on Asset (Y)………...51

4.3.3.2 Pengujian Pengaruh Current Ratio (X2) terhadap Return on Asset (Y)………...51

4.3.3.3 Pengujian Pengaruh Debt to Equity Ratio (X2) terhadap Return on Asset (Y)………...52

4.3.3.4 Pengujian Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (X3) terhadap Return on Asset (Y)………...52

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian………52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 58


(9)

9 DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... .20

4.1 Statistik Deskriptif dari Perputaran Modal Kerja, Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Ukuran Dewan Komisaris, dan Return on Asset………35

4.2 Uji Normalitas ... .39

4.3 Uji Normalitas setelah Data Menyimpang/Outlier Dihapus . .40 4.4 Uji Multikolinearitas ... .42

4.5 Uji Autokorelasi ... .44

4.6 Koefisien Determinasi ... .46

4.7 Penghitungan F Tabel berdasarkan Microsoft Excel ... .47

4.8 Uji Signifikansi Simultan ... .47

4.9 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara Individu ... .48

4.10 Penghitungan t Tabel Berdasarkan Microsoft Excel ... .50


(10)

10 DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Rata-rata Profitabilitas Perusahaan Manufaktur ... 2

2.1 Kerangka Konseptual ... 22

4.1 Histogram Untuk Pengujian Asumsi Normalitas ... 41

4.2 Normalitas dengan Normal Probability Plot ... 41

4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 45


(11)

11 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 58

Lampiran 2 ... 61

Lampiran 3 ... 65

Lampiran 4 ... 68

Lampiran 5 ... 72

Lampiran 6 ... 74

Lampiran 7 ... 78

Lampiran 8 ... 81

Lampiran 9 ... 82

Lampiran 10 ... 86

Lampiran 11 ... 87

Lampiran 12 ... 88

Lampiran 13 ... 89


(12)

iii ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, LEVERAGE DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS

PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah kausal. Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan uji regresi berganda. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 78 perusahaan manufaktur, dengan pengumpulan data dilakukan secara studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, manajemen modal kerja, likuiditas, leverage dan corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Secara parsial, leverage dan corporate governance yang berpengaruh signifikan dan paling dominan terhadap profitabilitas perusahaan.

Kata Kunci : profitabilitas, corporate governance, leverage, likuiditas, dan manajemen modal kerja


(13)

iv ABSTRACT

EFFECT OF WORKING CAPITAL MANAGEMENT, LIQUIDITY, LEVERAGE AND CORPORATE GOVERNANCE TO PROFITABILITY

OF REGISTERED MANUFACTURED COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This research aim is to analyze how are the effects of working capital management, liquidity, leverage and corporate governance to profitability of registered mining company in Indonesian Stock Exchange. This is a causal research. The hypothesis of this research is analyzed using multiple linear regressions. Total numbers of samples of this research are 78 companies, which data collection are taken using literature studies. Research shows that simultaneously, working capital management, liquidity, leverage and corporate governance are affecting and significantly to profitability, while partially, only leverage and corporate governance that affecting positively, significantly, and dominating among others to profitability.

Keywords : profitability, corporate governance, leverage, liquidity and working capital manageent


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri-industri yang beroperasi di Indonesia. Salah satu perusahaan di Indonesia yang berperan serta dalam pembangunan perekonomian di Indonesia adalahperusahaan manufaktur.Perusahaan Manufaktur merupakan salah satu yang berkembang saat ini di Indonesia. Perkembangan ini dapat dilihat dari sepanjang triwulan II tahun 2014, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang tercatat naik tipis sebesar 4,57 persen dibanding triwulan II tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama disokong oleh peningkatan produksi industri mesin dan perlengkapan, makanan dan farmasi, serta produk obat kimia dan obat tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa industri manufaktur memiliki peluang bisnis yang cukup baik.

Adapun industri yang tercatat mengalami penurunan produksi yakni industri tekstil, jasa reparasi dan pemasangan mesin, serta industri percetakan dan reproduksi media rekaman. Provinsi yang paling tinggi mengalami kenaikan adalah Papua Barat, naik 26,14 persen, year-on-year. Sementara Banten turun 4,34 persen. ( http://www.tempo.co/read/news/2014/08/04/092597213/Industri-Manufaktur-Tumbuh-Tipis).


(15)

2 Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Gambar 1.1

Rata-Rata Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2010-2013

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwasanya rata-rata profitabilitas Perusahaan Manufaktur pada tahun 2010 sebesar 6.43%, kemudian naik pada tahun 2011 menjadi 7.61%, dan pada tahun 2012 menjadi 7.91%, dan menurun pada tahun 2013 menjadi 6.87%.

Sebagai perusahaan yang berorientasi pada laba, maka laba memiliki peranan yang sangat dominan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan apakah perusahaan tersebut akan pailit atau dapat terus bertahan di dunia perindustrian. Salah satu cara agar perusahaan dapat mempertahankan serta memajukan perusahaannya yaitu dengan terus memantau tingkat likuiditas perusahaannya. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya. Perusahaan harus dapat menjaga likuiditasnya dengan cara mengatur kewajiban jangka pendeknya. Semakin banyak perusahaan


(16)

3 menahan uang kasnya maka semakin likuid perusahaan tersebut, dan semakin berkurang pula uang kas yang digunakan oleh perusahaan dalam peredarannya.

Selain likuiditas, faktor lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah faktor modal kerja. Setiap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan baik dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehari – hari maupun untuk melunasi hutang– hutangnya dan membiayai investasi jangka panjangnya akan membutuhkan dana. Dana yang digunakan untuk hal–hal yang demikianlah yang disebut sebagai modal kerja.

Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran aset (asset turnover) dan perputaran piutang (receivable turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat.

Modal kerja dalam suatu perusahaan harus dikelola dengan baik, modal kerja tersebut harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.Secara langsung, manajemen modal kerja yang baik akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Manajemen modal kerja akan berusaha untuk menekan bahkan berusaha menghilangkan resiko yang bersifat jangka panjang seperti melakukan investasi secara berlebihan.


(17)

4 Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat.

Semakin besar rasio solvabilitas (leverage) berarti semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas perusahaan karena semakin tinggi solvabilitas maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah.Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu perusahaan antara lain tingkat pengembalian atas investasi, kinerja operasi dan pemanfaatan aset, namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan salah satu indikator penilaian profitabilitas yaitu melalui pendekatan pemanfaatan aset dengan menggunakan tingkat pengembalian aset (return on asset) atau yang disingkat dengan ROA sebagai alat ukur profitabilitas perusahaan, alasannya karena tingkat pengembalian aset berkaitan erat dalam menilai efektivitas dan intensitas aktivitas dalam menghasilkan penjualan yang merupakan salah satu faktor penilaian modal kerja dan profitabilitas dan selain itu aset (persediaan) diangggap sebagai faktor yang paling likuid dibandingkan indikator yang mempengaruhi profitabilitas lainnya. ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi asetnya.


(18)

5 Selain itu, dalam perusahaan biasa dikenal suatu istilah yang dinamakan

corporate governance. Praktek corporate governance ini diakui membantu mengebalkan perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Dalam banyak hal, corporate governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat sampai 30% diatas tingkat kembalian (rate of return) yang normal.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Debora (2014) yang menganalisis pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran modal kerja dan peputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%. Namun secara simultan, likuiditas dan, perputaran modal kerja, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%.

Ginting (2013) juga meneliti pengaruh manajemen modal kerja dan likuditas terhadap profitabilitas pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen modal kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas, sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas. Dan secara simultan, manajemen modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.


(19)

6 Nugroho (2012) juga meneliti pengaruh Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Secara parsial WCT, CR, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara Simultan WCT, CR, dan Debt to Total capital asset tidak berpengaruh terhadap ROA.

Hasil-hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengenai faktor yang mempengaruhi profitabilitas di suatu perusahaan mendorong penulis untuk meneliti kembali variabel dari penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin menguji dan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini “Apakah manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013?”

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah manajemen


(20)

7 modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance berpengaruh terhadap profitabilitas baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013.

1.4. Manfaat Penelitian

a) Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, dan

corporate governance terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013.

b) Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis dengan menggunakan atau menambah variabel agar hasil penelitian menjadi lebih lengkap dan baik.

c) Bagi para praktisi dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan mengenai pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, corporate governance terhadap profitabiltas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2013.


(21)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Literatur 2.1.1 Teori Agency

Dalam rangka memahami konsep profitabilitas, maka digunakanlah dasar persfektif hubungan keagenan. Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam Ma’ruf (2006) yang dikutip Siagian (2011 : 10) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal

mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada

agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent

mereka. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham

(principal). Hubugan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri.

Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing– masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah


(22)

9 munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Maka dari itu mau tidak mau para manajer berusaha untuk meningkatkan tingkat profitabilitas agar kebutuhan baik para pemegang saham maupun manajer sama sama terpenuhi.

2.1.2 Profitabilitas

Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pedapatan investasi. Dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu menggunakan modal atau aktiva yang dimilikinya (Kasmir, 2008 : 135).

Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu:

1) Gross profit margin (GPM)

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik. Rumus untuk mencari GPM adalah sebagai berikut:


(23)

10 2) Operating profit margin (OPM).

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak. Rumus untuk mencari OPM adalah sebagai berikut:

3) Net profit margin (NPM).

Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

4) Return on assets (ROA).

Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.

5) Return on investment (ROI)

Return on Investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan perusahaannya.

6) Return on equity (ROE)

Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi di perusahaan.


(24)

11 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan return on asssets (ROA) sebagai parameter profitabilitas.

2.1.3 Manajemen Modal Kerja

Pengertian manajemen modal kerja menurut Brigham and Daves (2004 : 697), Working capital management involves both setting working capital policy and carrying out that policy in day-to-day operation”. Dapat disimpulkan bahwa manajemen modal kerja meliputi kebijakan modal kerja dan penggunaannya pada operasional perusahaan sehari-hari.

Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu:

1) Perputaran Modal Kerja

Menurut Abdullah (2005 : 71) “manajemen penggunaan modal kerja dapat diuji dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Formulasi dari

working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut:


(25)

12 Menurut Jumingan (2008:128) menjelaskan bahwa : “Perputaran Persediaan menunjukkan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi”. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan. Perputaran persedian ini dihitung dengan cara sebagai berikut :

Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan membagi jumlah persediaan akhir tahun dan awal tahun dengan dua. Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang. Melalui tingkat perputaran persediaan maka kita dapat menghitung hari rata-rata barang disimpan digudang yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Hari rata-rata barang disimpan digudang akan bermanfaat untuk menilai efisiensi dari persediaan.

3) Perputaran Aset Tetap

Menurut Harahap (2010 : 309) menjelaskan bahwa “rasio perputaran asset tetap menunjukkan berapa kali nilai aset berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya kemampuan aset tetap menciptakan penjualan tinggi. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:


(26)

13 4) Rasio Perputaran Piutang

Menurut Harahap (2010 : 308) menjelaskan bahwa “rasio perputaran piutang menunjukkkan berapa cepat penagihan utang”. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan working capital turnover

(WCT) sebagai parameter profitabilitas sebab working capital turnover

menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan..

2.1.4 Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Kasmir, 2008: 110). Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain, rasio likuiditas merupakan yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Caranya dengan membandingkan seluruh komponen


(27)

14 yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar (utang jangka pendek).

Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan yaitu:

1) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar (Current Ratio) adalah aktiva lancar perusahaan yang dibagi dengan kewajiban lancar (Garrison dkk, 2007 : 600). Rumus dari

current ratio adalah sebagai berikut:

2) Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory) (Kasmir, 2008 :137). Quick ratio

dapat dihitung dengan formula :

Sebagai parameter dari likuiditas, penulis menggunakan current ratio

(CR). Karena dalam praktiknya, sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi perusahaan (Kasmir, 2008 : 135).


(28)

15 karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya (Andika, 2013 : 11). Rumus dari current ratio adalah sebagai berikut:

2.1.5 Leverage

Seperti yang diketahui, dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah pinjaman atau modal sendiri.

Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Dalam hal ini leverage

ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Agar perbandingan penggunaan kedua rasio ini dapat terlihat jelas, kita dapat menggunakan rasio

leverage.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio leverage yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain :

1)Debt to asset ratio

Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva (Kasmir,


(29)

16 2008: 156). Rumusan untuk mencari debt to asset ratio dapat digunakan sebagai berikut :

2)Debt to equity ratio

Rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Bagi perusahaan, semakin tinggi rasio ini akan semakin tinggi resiko keuangan perusahaan tersebut. Rumus dari debt to equity ratio adalah sebagai berikut:

3)Long term debt to equity ratio

Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan (Kasmir, 2008 : 159). Rumusan untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal sendiri, yaitu:


(30)

17 4)Time interest earned

Menurut J. Fred Weston, times interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Jumlah kali perolehan bunga merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. (Kasmir, 2008: 160). Rumus untuk mencari Time Interest Earned dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut:

Atau

5) Fix charged coverage

Fixed Charge Coverage (FCC) merupakan rasioyang dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (Kasmir, 2008 : 162).Rumus untuk mencari Fixed Charged Coverage (FCC) adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini penulis menggunakan debt to equity ratio (DER) sebagai parameter dari rasio leverage. Karena bagi perusahaan, semakin tinggi rasio ini akan semakin tinggi resiko keuangan perusahaan dan mempengaruhi profitabilitas perusahaan tersebut.


(31)

18 2.1.6 Corporate Governance

Corporate governance menurut Tunggal (2014: 365) adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Penerapan Corporate Governance yang baik memberikan manfaat sebagai berikut:

a. perbaikan dalam komunikasi b. minimisasi potensial benturan c. fokus pada strategi-strategi utama

d. peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi e. kesinambungan manfaat

f. promosi citra korporat

g. peningkatan kepuasan pelanggan

h. perolehan kepercayaan investor (Tunggal, 2014 : 373).

Menurut The Forum for Corporate Governancein Indonesia yang dikutip oleh Tunggal (2014 :374), kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah:

a. lebih mudah memperoleh modal

b. biaya modal (Cost of capital) yang lebih rendah c. memperbaiki kinerja usaha

d. mempengaruhi harga saham e. memperbaiki kinerja ekonomi.

Unsur-unsur yang penting dalam corporate governance yang baik menurut Tunggal (2014: 400) terdiri atas:

a. komisaris

b. pemegang saham c. direksi

d. komite audit

e. sekretaris perusahaan f. manajer dan karyawan g. auditor eksternal h. auditor internal


(32)

19 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ukuran dewan komisaris sebagai parameter corporate governance. Menurut UU No. 1/1995 tentang Perseroan Terbatas menganut two board system, yaitu direksi dan komisaris. Ini merupakan system yang dianut dari continental, Belanda. Ada direksi sebagai pengurus dan komisaris sebagai pengawas. Sedangkan di Amerika menganut single boardsystem yang disebut Board of Directors.

Board of Directors (di Indonesia Dewan Komisaris) merupakan faktor sentral dalam corporate governance karena hukum perseroan menempatkan tanggung jawab legal atas urusan suatu perusahaan kepada Board of Directors. Board of Directors secara legal bertanggung jawab untuk menetapkan sasaran korporat, mengembangkan kebijakan yang luas, dan memilih personel tingkat atas untuk melaksanakan sasaran dan kebijakan tersebut. Board of Directors juga menelaah kinerja manajemen untuk meyakinkan bahwa perusahaan dijalankan secara baik dan kepentingan pemegang saham dilindungi.

Ukuran dewan komisaris pada penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah seluruh anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.

UDK = Jumlah total anggota dewan komisaris 2.2 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan objek penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini.


(33)

20 Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti Terdahulu

Variabel Penelitian Hasil penelitian

1 Debora (2014)

Variabel Independen:

Liquidity, working capital turnover, inventory turnover Variabel Dependen : Profitabilitas

Secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%. Namun secara simultan, likuiditas, perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%

2 Ginting

(2013) Variabel

Independen: : Manajemen Modal kerja dan Likuiditas

Variabel Dependen: Profitabilitas

1. Manajemen modal kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas 2. Likuiditas berpengaruh terhadap

profitabilitas

3. Manajemen modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

3 Nugroho (2012)

Variabel Independen: Working capital turnover

Current ratio Total debt to total capital asset. Variabel Dependen : Profitability (ROA)

1. Secara parsial Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

2. Secara Simultan Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Debt to Total capital asset tidak berpengaruh terhadap ROA.


(34)

21 Debora (2014) yang menganalisis pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%. Namun secara simultan, likuiditas dan, perputaran modal kerja, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%.

Ginting (2013) juga meneliti pengaruh manajemen modal kerja dan likuditas terhadap profitabilitas pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen modal kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas, sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas.

Nugroho (2012) juga meneliti pengaruh Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Secara parsial WCT, CR, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara Simultan WCT, CR, dan Debt to Total capital asset tidak berpengaruh terhadap ROA.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui


(35)

22 dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah.

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu manajemen modal kerja yang diproksikan dengan working capital turnover (X1), likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (X2), leverage yang diproksikan dengan

debt to equity ratio (X3), corporate governance yang diproksikan dengan ukuran dewan komisaris (X4) akan mempengaruhi variabel dependen profitabilitas (ROA) (Y).

Profitabilitas (Y) Manajemen Modal

Kerja (X1) Likuiditas (X2)

Leverage (X3)

Corporate Governance


(36)

23 Aktiva lancar adalah aktiva yang bisa dirubah menjadi kas dalam jangka waktu, normalnya satu tahun. Manajemen modal kerja dimaksudkan sebagai pengelolaan aktiva-aktiva tersebut (Husnan, 1984 : 3). Tujuan manajemen modal kerja lainnya adalah mengelola aset lancar dan utang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Working Capital Turnover sebagai parameter manajemen modal kerja. Semakin besar perputaran modal kerja, semakin tinggi tingkat profitabilitas. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa manajemen modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Kasmir, 2008 : 110). Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Semakin tinggi tingkat likuiditas maka ada kemungkinan profitabilitas juga meningkat. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Semakin tinggi jumlah utang maka semakin menurun tingkat profitabilitas. Sebab, semakin banyak utang yang dipakai dalam operasi perusahaan, semakin sedikit kemungkinan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan tersebut.


(37)

24 Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Corporate Governance yang baik diakui membantu mengebalkan perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan dan juga telah terbukti meningkatkan kinerja korporat sampai 30% di atas rate of return yang normal (Tunggal, 2014 : 373). Dapat disimpulkan bahwa seiring dengan dilakukannya praktik corporate governance, kinerja korporat akan meningkat yang berarti bahwa tingkat profitabilitas juga akan meningkat. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Zikmund (1991 :20) “a hypothesis is a proportion that is empirically testable”. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta kerangka konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance

berpengaruh terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013.


(38)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kausal, yaitu “identification of cause-and-effect relationship studies” (Zikmund, 1991 : 34).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti adalah data sekunder. Menurut Zikmund (1991 : 102) “secondary data are data gathered and recorded by someone else prior to (and for purpose other than) the current needs for researcher”. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala rasio dan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui situs www.idx.co.id. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu :

1. Informasi mengenai perputaran modal kerja perusahaan 2. Informasi mengenai rasio lancar perusahaan

3. Informasi mengenai rasio utang terhadap modal perusahaan 4. Informasi mengenai jumlah dewan komisaris perusahaan 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian” (Suharyadi, 2008 : 7). Populasi yang digunakan


(39)

26 dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 138 perusahaan.

Menurut Suharyadi (2008 : 7), “sampel merupakan bagian dari populasi”. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel dengan dengan pertimbangan tertentu.Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian (Suharyadi, 2008: 17). Dengan pertimbangan peneliti, maka kriteria dalam pengambilan sampel yang pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seluruh industri manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 hingga tahun 2013.

2. Seluruh industri manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah pada situs Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2010 hingga tahun 2013. (www.idx.co.id).

3. Perusahaan yang memiliki data lengkap mengenai ukuran dewan komisaris. Setelah dilakukan penentuan kriteria sampel terhadap populasi, akhirnya didapatkan jumlah sampel sebanyak 78 perusahaan manufaktur dari jumlah populasi sebanyak 138 perusahaan yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yaitu internet melalui situs Bursa Efek Indonesia dengan melihat laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahunnya baik dalam media cetak maupun data yang di download dari internet melalui www.idx.co.id.


(40)

27 3.5 Variabel Penelitian

1.Variabel bebas (independent variable)

“Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain” (Liana, 2009 :91). Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Rasio perputaran modal kerja (X1) yaitu rasio yang menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

b. Rasio lancar (X2) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio likuiditas dapatdiukur dengan rumus sebagai berikut :

c. Debt to equity ratio (X3) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dapat diukur dengan :

d. Ukuran dewan komisaris (X4) pada penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah seluruh anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.


(41)

28 2. Variabel terikat (dependent variable)

“Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel dependen “(Liana, 2009 : 91). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah profitabilitas yang diukur dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA). Rasio ini dihitung sebagai berikut:

3.6 Definisi Operasional Variabel

TABEL 3.2 Definisi Operasional

Nama

variabel Definisi Operasional Parameter Yang Digunakan Skala

Perputaran Modal Kerja

Rasio untuk

memperlihatkan adanya efisiensi modal kerja dalam pencapaian tujuan

Rasio

Current ratio

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang pada saat ditagih

Rasio

Debt to equity ratio

Rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas Rasio Ukuran Dewan Komisaris Jumlah seluruh anggota dewan komisaris

UDK= Jumlah Dewan Komisaris Rasio

Return on Asset

Rasio yang

menghubungkan laba dari penjualan dan asset

Rasio


(42)

29 3.7 Metode Analisis Data

Dalam melakukan analisis data digunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik, yaitu uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, dan pengujian hipotesis.

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji analisis regresi linear berganda, maka hal yang pertama dilakukan adalah uji asumsi klasik, yang bertujuan untuk mendapatkan nilai estimasi yang diperoleh bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and Estimator), yang artinya nilai estimator yang terbaik, estimator yang linear, dan estimator yang tidak bias. Maka data-data yang digunakan dalam analisis regresi terlebih dahulu akan diuji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normaliitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, maka digunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal maka digunakan statistik nonparametrik atau lakukan treatment agar data normal.Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.Untuk melihat normalitas dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal.Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada


(43)

30 sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1. jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2. jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

H0 : data residual berdistribusi normal, Ha : data residual tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2009: 91), “uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.” Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel- variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk


(44)

31 menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai VIF tidak lebih dari sepuluh dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Menurut Ghozali (2009:125) Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

1) titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol, 2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah,

3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,

4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1.Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Menurut Ghozali (2009:99). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya


(45)

32 autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:

1. nilai D-W lebih kecil dari -2 berarti ada korelasi positif,

2. nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3. nilai D-W lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi negative. 3.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untukmenganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua (Suharyadi, 2009: 210). Analisis ini menggunakan teknik analisis statistik SPSS dengan metode analisis regresi berganda dengan model persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2 X2 b3 X3 + b4 X4 + e Dimana:

Y = Return on Assets / ROA

X1 = Manajemen Modal Kejra X2 = Likuiditas

X3 = Leverage

X4 = Corporate Governance a = Konstanta

b = Koefisien regresi e = Standard Error


(46)

33 3.7.3 Pengujian Hipotesis

a. Uji t (Uji Secara Parsial)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.Tujuan dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.

Rumusan Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

1. H0 diterima bila ttabel >thitung, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

2. Ha diterima bila thitung> ttabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

b. Uji F (Uji Secara Serentak)

Pengujian Hipotesis Distribusi F pada model regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

1. Terima H0 (tolak Ha) bila Fhitung ≤ Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. Tolak H0 (terima Ha) bila Fhitung> Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai

signifikansinya apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat.


(47)

34 c. Pengujian Koefisien Determinan (R2 )

Pengujian koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinan. Koefisien determinan (R2) merupakan besaran non negatif dan besarnya koefisien determinasi adalah ( . Jika koefisien determinan bernilai 0, maka tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya jika koefisien determinan bernilai 1, maka ada keterikatan sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Uji Determinasi, untuk melihat besarnya kontribusi pengaruh variabel bebas dan variabel terikat dapat dihitung dengan rumus :


(48)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif adalah Perputaran Modal Kerja, Current Ratio,Debt to Equity Ratio, Ukuran Dewan Komisaris, dan Return on Asset. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif dari Perputaran Modal Kerja, Current Ratio,

Debt to Equity Ratio, Ukuran Dewan Komisaris, dan Return on Asset

Sumber: hasil olahan software SPSS 17

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 312 unit analisis yang terdiri dari 78 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 312 unit analisis tersebut terdiri dari data pada periode tahun 2010-2013.

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai Perputaran Modal Kerja minimum adalah -881,39, yang artinya bahwa modal kerja berputar sebanyak -881,39 kali dalam setahun dan merupakan Perputaran Modal Kerja terendah pada penelitian


(49)

36 ini, sedangkan nilai Perputaran Modal Kerja maksimum adalah 248,69, yang artinya bahwa modal kerja berputar sebanyak 248,69 kali dalam setahun dan merupakan Perputaran Modal Kerja tertinggi pada penelitian ini. Nilai Perputaran Modal Kerja minimum terjadi pada Perusahaan PT. Siantar Top Tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai Perputaran Modal Kerja maksimum terjadi pada Perusahaan PT. Berlina Tbk pada tahun 2011. Diketahui rata-rata (mean) Perputaran Modal Kerja adalah 0,0171, dan standar deviasi Perputaran Modal Kerja adalah 72,02705.

Diketahui nilai Current Ratio minimum adalah 9,13, yang artinya terdapat Rp 9,13,- aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap-tiap Rp 100,- kewajiban yang jatuh tempo saat ini dan merupakan nilai Current Ratio terendah pada penelitian ini, sedangkan nilai Current Ratio maksimum adalah 24744,41, yang artinya terdapat Rp 24.744,41,- aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap-tiap Rp 100,- kewajiban yang jatuh tempo saat ini dan merupakan nilai current ratio tertinggi pada penelitian ini. Nilai Current Ratio minimum terjadi pada Perusahaan PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk pada Tahun 2010 sedangkan nilai Current Ratio maksimum terjadi pada Perusahaan PT Jaya Pari Steel Tbk pada Tahun 2013. Diketahui rata-rata (mean) Current Ratio adalah 347,3130, dan standar deviasi Current Ratio adalah 1460,57126.

Diketahui nilai Debt to Equity Ratio minimum adalah -21,23, yang artinya tiap-tiap Rp 1,- pendanaan ekuitas, terdapat Rp -21,23,- pendanaan dari kreditor dan merupakan Debt to Equity Ratio terendah pada penelitian ini, sedangkan nilai

Debt to Equity Ratio maksimum adalah 70,83, yang artinya tiap-tiap Rp 1,- pendanaan ekuitas, terdapat Rp 70,83,- pendanaan dari kreditor dan merupakan


(50)

37

Debt to Equity Ratio tertinggi pada penelitian ini. Nilai Debt to Equity Ratio

minimum terjadi pada Perusahaan PT APAC Citra Centertex Tbk pada Tahun 2013 sedangkan nilai Debt to Equity Ratio maksimum terjadi pada Perusahaan PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk pada Tahun 2013. Diketahui rata-rata (mean)

Debt to Equity Ratio adalah 1,7140, dan standar deviasi Debt to Equity Ratio

adalah 5,24876.

Diketahui nilai Ukuran Dewan Komisaris minimum adalah 2,00, sedangkan nilai Ukuran Dewan Komisaris maksimum adalah 12,00. Nilai Ukuran Dewan Komisaris minimum terjadi pada Perusahaan PT Beton Jaya Manunggal Tbk pada Tahun 2010, 2011, 2012, 2013, PT Ekadharma International Tbk pada Tahun 2013, PT Gunawan Danjaya Steel Tbk pada Tahun 2013, PT Jaya Pari Steel Tbk pada Tahun 2010, 2011, 2012, 2013, PT Langgeng Makmur Industri Tbk pada Tahun 2010, 2011, 2012, 2013, PT Nusantara Inti Corpora Tbk pada Tahun 2010, 2011, 2013, PT Pelangi Indah Canindo pada Tahun 2013, PT Siantar Top Tbk pada Tahun 2011, 2012, 2013, PT Tirta Mahakam Resource Tbk pada Tahun 2010, 2011, 2012, dan PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk pada Tahun 2010, sedangkan nilai Ukuran Dewan Komisaris maksimum terjadi pada Perusahaan PT Astra International Tbk pada Tahun 2012. Diketahui rata-rata (mean) Ukuran Dewan Komisaris adalah 4.1635, dan standar deviasi Ukuran Dewan Komisaris adalah 1,89657.

Diketahui nilai Return on Assets minimum adalah -0,76, yang artinya bahwa setiap Rp 1,- investasi aset menghasilkan Rp -0,76,- laba tahunan dan merupakan Return on Assets terendah pada penelitian ini, sedangkan nilai Return on Assets maksimum adalah 0,66, yang artinya bahwa setiap Rp 1,- investasi aset


(51)

38 menghasilkan Rp 0,66,- laba tahunan dan merupakan Return on Assets tertinggi pada penelitian ini. Nilai Return on Assets minimum terjadi pada Perusahaan PT Alam Karya Unggul Tbk pada Tahun 2011 sedangkan nilai Return on Assets

maksimum terjadi pada Perusahaan PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada Tahun 2013. Diketahui rata-rata (mean) Return on Assets adalah 0,0720, dan standar deviasi Return on Assets adalah 0,12085.

4.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (2003) suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat best linear unbiased estimator (BLUE). Di samping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi ekonometrika yang melandasinya. Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesa harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan juga untuk mendapatkan model regresi yang tidak bias dan efisien.

Estimasi dari parameter-parameter dengan metode ordinary least square

(OLS) akan memiliki sifat ketidakbiasan (unbiasedness), varians yang minimum (minimum varians), dan sebagainya, yang disebut best linear unbiased estimator

(BLUE) (Gujarati, 2003:107, Supranto, 2005:70). Dalam penggunaan regresi linear berganda, terdapat empat uji asumsi klasik, yakni uji normalitas residual, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas (Supranto, 2005:151).

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui


(52)

39 bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160, Gujarati, 2003:339, Field, 2009:221, Supranto, 2005:90). Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Caranya menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu:

Hipotesis Nol (H0) : data terdistribusi secara normal Hipotesis Alternatif (HA) : data tidak terdistribusi secara normal

Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan . Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan ketentuan sebagai berikut.

Jika nilai probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Tabel 4.2 Uji Normalitas


(53)

40 Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai probabilitas atau Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan adalah . Karena nilai probabilitas sebesar 0,000 dan lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Untuk memperoleh hasil terbaik, maka data pencilan atau outlier yang ada dihilangkan. Outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-obsevasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2011,36). Setelah data pencilan atau outlier dihilangkan sebanyak 22, maka data yang semula sebanyak 312 menjadi 290.

Setelah dilakukan pembuangan data-data pencilan atau outlier pertama,

didapathasil pengujian normalitas yang kedua dimana nilai probabilitas sebesar 0,005 dan lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Setelah dilakukan pembuangan data-data pencilan atau outlier kedua, didapat hasil pengujian normalitas yang ketiga dimana nilai probabilitas sebesar 0,023 dan lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Setelah dilakukan pembuangan data-data pencilan atau outlier ketiga, didapat hasil pengujian normalitas yang keempat dimana nilai probabilitas sebesar 0,021 dan lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Setelah dilakukan pembuangan data-data pencilan atau outlier

keempat, didapathasil pengujian normalitas yang kelima dimana nilai probabilitas sebesar 0,055 dan lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi. Sesuai dengan


(54)

41 ketentuan, dimana nilai probabilitas di atas 0,05 yakni 0,055 diperlihatkan dalam Tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.3 Uji Normalitas setelah Data Menyimpan/Outlier Dihapus

Sumber: hasil olahan software SPSS 17

Berdasarkan Tabel 4.3, nilai probabilitas atau Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,055. Oleh karena nilai probabilitas, yakni 0,055 lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Pengujian asumsi normalitas dapat juga digunakan pendekatan analisis grafik, histogram. Pada untuk pendekatan histogram, jika kurva berbentuk kurva normal, maka asumsi normalitas dipenuhi. Pada pendekatan normal probability plot, jika titik-titik (dots) menyebar jauh (menyebar berliku-liku pada garis diagonal seperti ular) dari garis diagonal, maka diindikasi asumsi normalitas error tidak dipenuhi. Jika titik-titik menyebar sangat dekat pada garis diagonal, maka asumsi normalitas dipenuhi. Untuk informasi selengkapnya, dapat dilihat pada lampiran 9.

Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 merupakan output dari SPSS. Perhatikan bahwa pada Gambar 4.1 kurva pada histogram berbentuk kurva normal, sehingga disimpulkan bahwa asumsi normalitas error dipenuhi. Di samping itu pada


(55)

42

normal probability plot (Gambar 4.2), titik-titik menyebar cukup dekat pada garis diagonal, maka disimpulkan bahwa asumsi normalitas dipenuhi.

Gambar 4.1 Histogram untuk Pengujian Asumsi Normalitas

Sumber: hasil olahan software SPSS 17 Gambar 4.2 Normalitas dengan Normal Probability Plot

Sumber: hasil olahan software SPSS 17 4.2.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi (yang tinggi) antar variabel bebas (Ghozali, 2011:105). Ketika terdapat korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi, maka permasalahan ini disebut dengan istilah multikolinearitas (Stevens, 2009:74). Jika terjadi multikolinearitas yang sempurna (perfect multicolinearity), maka


(56)

43 koefisien-koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan (indeterminate), jika terjadi multikolinearitas yang tinggi, koefisien-koefisien regresi dari variabel bebas dapat ditentukan, namun memiliki nilai standar error yang tinggi yang berarti bahwa koefisien-koefisien regresi tersebut tidak dapat diestimasi dengan tepat atau akurat (Gujarati, 2003:344). Field (2009:221) juga menyatakan bahwa seharusnya tidak terjadi hubungan linear yang sempurna dari dua atau lebih variabel bebas. Jadi, variabel-variabel bebas seharusnya tidak berkorelasi terlalu tinggi.

Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Myers dalam Stevens, 2009:75).

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF

1 (Constant)

Perputaran Modal Kerja .996 1.004 Current Ratio .994 1.006 Debt to Equity Ratio .993 1.007 Ukuran Dewan Komisaris .987 1.013

Sumber : hasil olahan software SPSS 17

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.4, nilai VIF dari variabel Perputaran Modal Kerja adalah 1,004, nilai VIF dari variabel Current Ratio

adalah 1,006, nilai VIF dari variabel Debt to Equity Ratio adalah 1,007, dan nilai VIF dari Ukuran Dewan Komisaris adalah1,013. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat. Untuk informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.


(57)

44 4.2.3 Uji Non-Autokorelasi atau Independensi Residual (Independent Errors)

Uji independensi residual (uji non-autokorelasi) merupakan suatu uji untuk memeriksa apakah untuk setiap dua pengamatan residual saling berkorelasi atau tidak (Field, 2009:220). Supranto (2005:151) mengartikan non-autokorelasi sebagai tidak terjadinya korelasi antara kesalahan pengganggu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun terjadinya autokorelasi terhadap estimator-estimator yang dihasilkan oleh metode ordinary least square (OLS) tetap tak bias (unbiased), konsisten (consistent), dan terdistribusi normal secara asimtotis, namun estimator-estimator tersebut tidak lagi efisien. Sebagai akibatnya, pada uji t, F, dan chi kuadrat tidak lagi sah untuk digunakan (cannot be legitimately applied) (Gujarati, 2003:489). Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Field, 2009:220). Riyanto (2012:59) menyatakan jika nilai statistik Durbin-Watson -2 s/d +2, maka asumsi independensi terhadap residual (non-autokorelasi terpenuhi). Sebaliknya, bila nilai statistik Durbin-Watson < -2 atau > 2, berarti asumsi independensi terhadap residual (non-autokorelasi) tidak terpenuhi.

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi

Model

Durbin-Watson

1 1.873

Sumber: hasil olahan software SPSS 17

Berdasarkan Tabel 4.5, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 1,873. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara -2 dan +2, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala


(58)

45 autokorelasi yang tinggi pada residual. Untunk informasi selengkapnya, dapat dilihat pada lampiran 11.

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011:139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Supranto (2005:57) mengartikan homoskedastisitas sebagai varians kesalahan pengganggu untuk setiap pengamatan adalah sama, sedangkan heteroskedastisitas adalah sebaliknya.

Model regresi yang baik adalah yang homoskesdasitas atau tidak terjadi heterokesdatisitas. Apabila terjadi heteroskedastisitas, estimator-estimator yang dihasilkan dengan metode OLS (ordinary least square) tidak lagi memiliki sifat varians yang minimum atau efisien.Dalam keadaan heteroskedastisitas, ketika tetap menggunakan metode OLS yang biasa (usual OLS formulas), maka uji t dan uji F dapat memberikan kesimpulan yang salah (Gujarati, 2003:428).

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X (Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field (2009:248, Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar


(59)

46 di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas

Sumber: hasil olahan software SPSS 17

Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.3, tidak terdapat pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.3 Pengujian Hipotesis

Pada pengujian hipotesis, akan dilakukan analisis koefisien determinasi, pengujian signifikansi koefisien regresi parsial secara menyeluruh atau simultan (uji F), dan uji signifikansi koefisien regresi parsial secara individu (uji t).

4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( ) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas


(60)

47 (Supranto, 2005:158, Gujarati, 2003:212). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. Nilai koefsien determinasi yang kecil (mendekati nol) berati kemampuan variabel-variabel tak bebas secara simultan dalam menerangkan variasi variabel tak bebas amat terbatas. Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel tak bebas.

Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Model R. Square

1 .092

Sumber: hasil olahan software SPSS 17

Berdasarkan Tabel 4.6, nilai koefisien determinasi terletak pada kolom

R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar . Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel

Return on Asset sebesar 9,2%, sisanya sebesar 90,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Untuk informasi selengkapnya, dapat dilihat pada lampiran 11.

4.3.2 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial secara Menyeluruh (Uji F) Uji signifikansi koefisien regresi parsial secara menyeluruh merupakan suatu uji untuk menguji apakah seluruh koefisien regresi parsial secara menyeluruh atau simultan sama dengan nol atau tidak (Gujarati, 2003:253, Supranto, 2005:199). Dengan kata lain, menguji apakah seluruh variabel bebas secara bersamaan atau simultan mempengaruhi variabel Return on Asset.


(61)

48 Tabel 4.7 Penghitungan F Tabel dengan Microsoft Excel

Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui nilai . Diketahui nilai . Karena nilai , maka disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, artinya variabel bebas yaitu perputaran modal kerja, likuiditas,

leverage, dan corporate governance mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia. Selain itu, cara pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dengan nilai tingkat signifikansi.

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Model Sig

1 Regression .000 Sumber: hasil olahan software SPSS

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, nilai probabilitas atau Sig adalah 0,000. Karena nilai probabilitas, yakni 0,000 lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari variabel bebas terhadap Return on Asset signifikan secara statistik. Untuk informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.


(62)

49 4.3.3 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial secara Individu (Uji t)

Uji signifikansi koefisien regresi parsial secara individu merupakan suatu uji untuk menguji apakah nilai dari koefisien regresi parsial secara individu bernilai nol atau tidak (Gujarati, 2003:250, Supranto, 2005:196).

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara Individu

Model

Unstandardized Coefficients

Standard Coefficients

t. Sig. B

Standard

Error Beta

1 (Constant) 0.038 .010 3.942 .000

Perputaran Modal Kerja 4.36E-06 .000 .004 .076 .940 Current Ratio 1.482E-06 .000 .031 .555 .579 Debt to Equity Ratio -.002 .001 -.195 -3.448 .001 Ukuran Dewan Komisaris .008 .002 .217 3.819 .000 Sumber: hasil olahan software SPSS 17

Berdasarkan Tabel 4.10, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.

Keterangan:

1) Konstanta sebesar 0,038 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X1=0, X2=0, X3=0, X4=0) maka ROA sebesar 0,038.


(63)

50 2) B sebesar menunjukkan bahwa setiap kenaikan setiap kenaikan perputaran modal kerja sebesar 1 kali maka akan diikuti oleh kenaikan ROA sebesar dengan asumsi variable lain tetap. 3) B sebesar menunjukkan bahwa setiap kenaikan setiap

kenaikan current ratio sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan ROA sebesar dengan asumsi variable lain tetap.

4) B sebesar menunjukkan bahwa setiap kenaikan debt to equity ratio sebesar 1 maka akan diikuti oleh penurunan ROA sebesar

dengan asumsi variable lain tetap.

5) B sebesar menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran dewan komisaris sebesar 1 maka akan diikuti oleh kenaikan ROA sebesar dengan asumsi variable lain tetap.

Cara pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas atau Sig. dengan nilai tingkat signifikasi, yakni . Jika nilai probabilitas tingkat signifikansi yang digunakan, dalam penelitian ini , maka nilai koefisien regresi parsial . Hal ini berarti pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel Return on Asset tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Namun jika nilai probabilitas < tingkat signifikansi yang digunakan, maka nilai koefisien regresi parsial . Hal ini berarti pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel Return on Asset

signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%.

Cara lain pengambilan keputusan terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan membandingkan nilai statistik dari uji terhadap t tabel berdasarkan tabel


(64)

51 distribusi . Sebelum menghitung nilai , terlebih dahulu menghitung nilai derajat. Berikut rumus untuk menghitung nilai derajat bebas.

Perhatikan bahwa menyatakan jumlah elemen dalam sampel, sedangkan merupakan jumlah variabel. Diketahui jumlah elemen dalam sampel sebanyak 290 dan jumlah variabel adalah 5, sehingga derajat bebas adalah . Misalkan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5%, sehingga nilai

dengan derajat bebas 285 dan tingkat signifikansi berdasarkan tabel distribusi adalah . Tabel 4.10 merupakan penghitungan tabel berdasarkan

Microsoft Excel.

Tabel 4.10 merupakan penghitungan tabel berdasarkan Microsoft Excel


(65)

52 4.3.3.1 Pengujian Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return

on Asset

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.9, diketahui nilai probabilitas atau

Sig. dari variabel Perputaran Modal Kerja adalah 0,940 dan nilai , yakni maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel manajemen modal kerja yang diukur dengan

Working Capital Turnover (WCT) tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA).

4.3.3.2 Pengujian Pengaruh Current Ratio terhadap Return on Asset

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.9, diketahui nilai probabilitas atau

Sig. dari variabel Current Ratio adalah 0,579.dan nilai , yakni maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas yang diukur dengan current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

4.3.3.3 Pengujian Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return on Asset

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.9, diketahui nilai probabilitas atau

Sig. dari variabel Debt to Equity Ratio adalah 0,001 dan nilai , yakni maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan Daerah penerimaan .

Daerah penolakkan . Daerah penolakkan .


(1)

(2)

(3)

87 Lampiran 10


(4)

88 Lampiran 11


(5)

89 Lampiran 12


(6)

90 Lampiran 13


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 92 161

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 6 91

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 17

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

ABSTRAK PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, LEVERAGE DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11

Analisis Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 42