Gambaran Umum Kebijakan Moneter Dan Fisk

Gambaran Umum Kebijakan Moneter Dan Fiskal
Sunday, 18 March 2012 20:20 Alea
(FileInvestasi) Ada dua alat utama yang
digunakan pemerintah dan bank sentral
untuk mengarahkan perekonomian kita
ke tujuan yang ingin dicapai: kebijakan
fiskal dan moneter. Ketika digunakan
dengan benar, dua senjata ekonomi ini
dapat memiliki hasil yang sama di baik
pada merangsang perekonomian dan
memperlambatnya ketika memanas.
Perdebatan yang masih berlangsung
adalah mana yang lebih efektif dalam
jangka panjang ataupun pendek.
Kebijakan fiskal adalah ketika
pemerintah menggunakan pengeluaran
serta pajak untuk menimbulkan dampak terhadap perekonomian. Kombinasi dan interaksi
dari pengeluaran pemerintah dan pengumpulan pendapatan adalah keseimbangan yang rumit
dimana memerlukan timing yang baik dan sedikit keberuntungan untuk mendapatkan dampak
yang sesuai. Dampak langsung dan tidak langsung dari kebijakan fiskal dapat mempengaruhi
belanja pribadi, belanja modal, nilai tukar, tingkat defisit dan bahkan suku bunga, yang

biasanya dikaitkan dengan kebijakan moneter.
Kebijakan Fiskal – Teori Keynesian
Kebijakan fiskal sering dikaitkan dengan Keynesianisme, yang namanya berasal dari ekonom
Inggris John Maynard Keynes. Dengan karya besarnya, "Teori Umum Hubungan Kerja,
Bunga dan Uang," dipengaruhi teori-teori baru tentang bagaimana perekonomian bekerja, dan
masih dipelajari sampai hari ini. Keynes mengembangkan sebagian besar teori-teorinya
selama Depresi Besar dan teori Keynesian telah digunakan dan disalahgunakan dari waktu ke
waktu, karena teori ini memang populer dan secara khusus diterapkan untuk mengurangi
kemerosotan ekonomi.
Singkatnya, teori-teori ekonomi Keynesian didasarkan pada keyakinan bahwa tindakan
proaktif dari pemerintah adalah satu-satunya cara untuk mengarahkan perekonomian. Ini
berarti bahwa pemerintah harus menggunakan kekuatan guna meningkatkan permintaan
agregat dengan meningkatkan belanja dan menciptakan kondisi uang mudah didapatkan,
dimana akan merangsang perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja dan
kemakmuran pada akhirnya meningkat. Gerakan teori Keynesian menunjukkan bahwa
kebijakan moneter sendiri memiliki keterbatasan dalam menyelesaikan krisis keuangan,
sehingga menciptakan perdebatan Keynesian versus monetaris.
Sementara kebijakan fiskal telah berhasil digunakan selama dan setelah Depresi Besar, teori
Keynesian mulai dipertanyakan pada tahun 1980 setelah popularitas jangka panjang.
Monetaris, seperti Milton Friedman, dan pihak lain mengklaim bahwa tindakan pemerintah

yang sedang berlangsung tidak membantu negara itu menghindari siklus tak berujung
ekspansi produk domestik bruto (PDB) dibawah rata-rata, resesi dan berkutatnya tingkat suku
bunga.

Efek Samping
Sama seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal dapat digunakan dalam mempengaruhi baik
ekspansi dan kontraksi dari PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah
melaksanakan kekuasaannya dengan menurunkan pajak dan meningkatkan pengeluaran
mereka, mereka menjalankan kebijakan fiskal ekspansif. Sementara di permukaan, upaya
ekspansif tampaknya menyebabkan efek positif hanya dengan merangsang ekonomi, ada efek
domino yang jauh lebih luas dalam jangkauan. Ketika pemerintah menghabiskan uang
dengan kecepatan lebih cepat dari pendapatan pajak yang dapat dikumpulkan, pemerintah
dapat menumpuk kelebihan utang karena masalah bunga obligasi untuk membiayai
pengeluaran, sehingga menyebabkan peningkatan utang nasional.
Ketika pemerintah meningkatkan jumlah utang selama kebijakan fiskal ekspansif, penerbitan
obligasi di pasar terbuka akan berakhir dengan adanya persaingan versus sektor swasta yang
mungkin juga perlu untuk menerbitkan obligasi pada saat yang sama. Efek ini dapat
menaikkan suku bunga tidak langsung karena meningkatnya persaingan akan dana pinjaman.
Bahkan jika stimulus yang diciptakan oleh pengeluaran pemerintah meningkat akan memiliki
beberapa efek awal jangka pendek positif, sebagian dari ekspansi ekonomi ini dapat diatasi

dengan hambatan yang disebabkan oleh beban bunga yang lebih tinggi untuk peminjam,
termasuk pemerintah.
Efek lain tidak langsung dari kebijakan fiskal yang sering diabaikan, adalah potensi bagi
investor asing menawar atas mata uang dalam upaya mereka untuk berinvestasi dalam
perdagangan obligasi dimana hasilnya lebih tinggi di pasar terbuka. Sementara kuatnya mata
uang lokal terdengar positif di permukaan, tergantung pada besarnya perubahan suku bunga,
bisa-bisa malah membuat barang-barang lebih mahal untuk ekspor dan asing membuat
barang yang lebih murah untuk impor. Karena kebanyakan konsumen cenderung
menggunakan harga sebagai faktor yang menentukan dalam pembelian mereka, pergeseran
pembelian lebih banyak ke barang asing dan melambatnya permintaan produk dalam negeri
dapat menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan untuk sementara waktu. Ini semua
adalah skenario yang mungkin yang harus dipertimbangkan dan diantisipasi. Tidak ada cara
untuk memprediksi hasil mana yang akan muncul dan dengan seberapa besar, karena ada
begitu banyak target bergerak lainnya, pengaruh pasar, bencana alam, perang dan setiap event
berskala besar lainnya yang dapat menggerakkan pasar.
Langkah-langkah kebijakan fiskal juga ketertinggalan natural, atau keterlambatan waktu dari
ketika mereka diperlukan, dan ketika waktu tindakan melewati parlemen dan akhirnya
presiden. Dari perspektif peramalan, di dunia yang sempurna dimana ekonom memiliki
peringkat akurasi 100% untuk memprediksi masa depan, kebijakan fiskal bisa dilakukan
kapanpun diperlukan. Sayangnya, mengingat ketidakpastian yang melekat dan dinamika

perekonomian, sebagian besar ekonom mengalami tantangan dalam secara akurat
memprediksi perubahan jangka pendek pada ekonomi.
Kebijakan Moneter - Uang Beredar
Moneter juga dapat digunakan untuk mendorong atau memperlambat ekonomi tetapi
dikendalikan oleh bank sentral, dengan tujuan akhir untuk menciptakan lingkungan uang
mudah. Keynesian dimasa awal tidak percaya bahwa kebijakan moneter punya efek jangka
panjang pada perekonomian karena sejak bank memiliki pilihan untuk meminjamkan
kelebihan cadangan yang mereka miliki dari suku bunga rendah, mereka dapat memilih untuk
tidak meminjamkannya dan Keynesian juga percaya bahwa permintaan konsumen untuk
barang dan jasa tidak mungkin berkaitan dengan biaya modal untuk mendapatkan barang

tersebut. Pada waktu yang berbeda dalam siklus ekonomi, ini mungkin benar atau mungkin
tidak benar, tetapi kebijakan moneter telah terbukti memiliki pengaruh dan dampak terhadap
perekonomian dan pasar ekuitas juga pendapatan tetap.
Bank sentral membawa beberapa alat yang kuat dalam gudang senjatanya dan sangat aktif
dengan tiga jenis diantaranya. Alat yang paling umum digunakan adalah operasi pasar
terbuka, dimana mereka biasanya aktif setiap hari. Mereka membeli dan menjual obligasi
pemerintah di pasar terbuka yang dapat meningkatkan atau mengurangi cadangan dengan
bank meski mempengaruhi suplai uang apakah mereka membeli atau menjual obligasi. Bank
sentral juga dapat mengubah persyaratan cadangan di bank sehingga secara langsung

meningkatkan atau menurunkan jumlah uang beredar. Bank sentral juga dapat membuat
perubahan dalam tingkat diskonto (suku bunga) yang merupakan alat yang selalu menerima
perhatian besar dari media.
Tingkat diskonto seringkali disalahpahami, karena itu bukan kurs resmi dimana konsumen
akan membayar pinjaman mereka atau menerima pada rekening tabungan mereka. Namun,
tingkat yang dibebankan kepada bank-bank guna meningkatkan cadangan mereka ketika
mereka meminjam langsung dari bank sentral. Keputusan bank sentral untuk mengubah suku
bunga, bagaimanapun, akan melalui sistem perbankan dan pada akhirnya menentukan apa
yang konsumen bayar ketika meminjam dan apa yang mereka terima pada deposito mereka.
Secara teori, menerapkan suku bunga rendah akan mendorong bank untuk menahan kelebihan
cadangan lebih sedikit dan akhirnya meningkatkan permintaan terhadap uang. Ini
menimbulkan pertanyaan: mana yang lebih efektif, kebijakan fiskal atau moneter?
Pertempuran kedua jenis kebijakan ini telah hangat diperdebatkan selama puluhan tahun dan
jawabannya adalah keduanya. Misalnya, untuk kebijakan fiskal Keynesian mempromosikan
dalam jangka panjang (25 tahun), perekonomian akan melalui beberapa siklus ekonomi. Pada
akhir siklus tersebut, aset keras seperti infrastruktur seperti bangunan, jembatan, jalan dan
asset jangka panjang lainnya, masih akan berdiri dan kemungkinan besar merupakan hasil
dari beberapa jenis intervensi fiskal. Dalam 25 tahun yang sama, bank sentral mungkin
campur tangan ratusan kali ddengan menggunakan alat-alat moneter dan mungkin hanya
memiliki keberhasilan dalam tujuan mereka untuk beberapa waktu. Di sisi lain, dengan

menggunakan hanya satu metode mungkin bukan ide yang terbaik, karena ada kesenjangan
dalam kebijakan fiskal karena adanya filterisasi ke dalam perekonomian. Kebijakan moneter
telah menunjukkan efektivitasnya dalam memperlambat ekonomi yang sedang memanas
dengan kecepatan lebih cepat dari yang diinginkan (ketakutan inflasi), tetapi tidak memiliki
pengaruh perubahan yang sama besar ketika waktunya harus mendorong dengan cepat
ekonomi untuk berkembang seiring uang sudah mulai mereda, sehingga keberhasilannya
tidak cukup terdengar

Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pasca Krisis Moneter di
Indonesia

Monday, 03 December 2012 01:47 Edwin Basmar. SE. MM
Oleh : Edwin Basmar, SE., MM. Dosen STIM Nitro Makassar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Penerimaan Pajak, Pengeluaran
Pemerintah, Suku Bunga, Kurs Nilai Tukar dan Investasi secara langsung dan tidak langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Penerimaan Pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Investasi tetapi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, (2) Pengeluaran Pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Investasi tetapi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. (3) Suku Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Investasi dan
Pertumbuhan Ekonomi. (4) Kurs Nilai Tukar berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap Investasi tetapi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
(5) Investasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Paska
Krisis ekonomi Moneter di Indonesia.

Mengenai Kebijakan Ekonomi,Kebijakan Fiskal dan Investasi
KEBIJAKAN EKONOMI
1.Kebijakan untuk Mengatasi Pengangguran
Untuk mengatasi pengangguran yang kian bertambah, ada beberapa kebijakan
pembangunan umum yang bisa ditempuh. Beberapa kemungkunan kebijakan
tersebut tersebut adalah :
a)Membuka lapangan kerja baru
b)Pemerintah perlu menetapkan kebijakan pembangunan ekonomi
c)Melarang investor dalam negeri melakukan investasi ke luar negeri
d)Untuk Indonesia, sektor pertanian menjadi sektor primadona pembangunan
ekonomi
e)Pemerintah perlu membersihkan berbagai inefisiensi ekonomi
Strategi lain yang bisa dilakukan untuk mengatsi pengangguran adalah dengan :

a)Pengiriman TKW ke luar negeri
b)Penyusunan modul usaha mandiri
c)Membantu modal untuk pengembang usaha kecil mandiri dan pemasaran
2.Kebijakan untuk Mengatasi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalh kompleks yang tidak mudah untuk diatasi.
Kemiskinan untuk tidak dapat dihindari, akan tetapi bisa dikurangi agar tidak
meluas. Ada beberapa srategi yang harus dilakukan untuk mengatasi
kemiskinan, yaitu sebagai berikut :
a) Pembangunan pertanian
Pembangunan dalam bidang pertanian telah memberikan kontribusi yang cukup
besar dalam mengurangi kemiskinan, terutama daerah pedesaan ini dihasilakn
dari adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk pembanguan
irigasi, dan meningkatkan produksi tanaman serat.
b) Pembanguan sumber daya manusia
Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan,
gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam strategi pemerintah secara
keseluruhan untuk mengurangi kemiskinan dan memperbaiki kesejahteraan
penduduk Indonesia.
c) Peranan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

LSM memainkan peranan penting dalam perancangan dan implementasi
program pengurangan kemiskinan. Karena fleksibilitas dan pengetahuan tentang
komunitas yang dibina, LSM dapat menjangkau golongan miskin secara efffektif.
3. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Inflasi merupkan kecenderungan kenaikan harga secara umum. Inflasi
merupakan proses dimana nilai uang semakin turun. Dengan demikian, jelaslah
bahwa cara-cara untuk mengatasi inflasi itu erat hubunganya atau harus
dihubungkan kepada usaha meniadakan faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan nilai uang.
Cara-cara mengatasi inflasi dengan kebijakan moneter sesungguhnya untuk
sebagian besar berhubungan dengan politik bank central dari negara yang
bersangkutan. Contohnya
a) Menaikkan cash ratio
Casah ratio adlah perbandingan antara uang tunai bank-bank ditambah dengan
demand deposit pada bank central terhadap demand deposit daripada
masyarakat terhadap bank yang bersangkutan.
b) Politik pasar terbuka
c) Menaikkan tingkat bunga
Selain melalui kebijakan moneter maka usah mengatasi inflasi dapat pula
dilakukan dengan kebijakan fiskal.

a) Penurunan pengeluaran pemerintah
b) Menaikkan pajak
c) Mengadakan pinjaman pemerintah
Sumber : referensi buku SMA

KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiscal adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk
mempengaruhi jalan atau proses kehidupan ekonomi masyarakat melalui
anggaran belanja Negara atau APBN.
Arti dan Tujuan Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah
untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiscal adalah kebjakan
pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.
Dari semua unsure APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan
Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal.
Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami
inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan

cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta
kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal
ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran
komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx)
yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn
nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Konsep-konsep Dasar
•Kebijakan Fiskal: perubahan-perubahan pada belanja atau penerimaan pajak
pemerintahan pusat yang dimaksudkan untuk mencapai penggunaan tenaga
kerja-penuh, stabilitas harga, dan laju pertumbuhan ekonomi yang pantas.
•Kebijakan Fiskal Ekspansioner: peningkatan belanja pemerintah dan/atau
penurunan pajak yang dirancang untuk meningkatkan permintaan agregat dalam
perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan produk
domestik bruto dan menurunkan angka pengangguran.
•Kebijakan Fiskal Kontraksioner: pengurangan belanja pemerintah dan/atau
peningkatan pajak yang dirancang untuk menurunkan permintaan agregat dalam
perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengontrol inflasi.
•Efek Pengganda: dalam ilmu ekonomi, peningkatan belanja oleh konsumen,
perusahaan atau pemerintah akan menjadi pendapatan bagi pihak-pihak lain.
Ketika orang ini membelanjakan pendapatannya, belanja tersebut menjadi
pendapatan bagi orang lain dan seterusnya, sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan produksi dalam suatu perekonomian. Efek pengganda dapat juga
berdampak sebaliknya ketika belanja mengalami penurunan.
•Kebijakan Fiskal Sisi-Penawaran: kebijakan fiskal dapat secara langsung
mempengaruhi bukan saja permintaan agregat, namun juga penawaran agregat.
Sebagai contoh, pemotongan tarif pajak akan memberikan insentif bagi
perusahaan untuk melakukan ekspansi atau investasi barang modal, karena
mereka memperoleh pendapatan setelah pajak yang lebih besar yang kemudian
dapat dibelanjakan.
Membiayai Defisit & Memanfaatkan Surplus
•Membiayai defisit
–Meminjam dari publik atau luar negeri (crowding out )

–Mencetak uang.
•Memanfaatkan surplus
–Mengurangi hutang
–Disimpan
•Masalah dalam Kebijakan Fiskal
•Masalah waktu
•Pertimbangan politis
•Respon pelaku ekonomi
•Dampak crowding-out
•Kondisi perekonomian dunia/luar negeri
Masalah Pokok Ekonomi Makro
Tingkat kegiatan ekonomi Negara pada suatu waktu tertentu adalah berbentuk
salah satu dari tiga keadaan, yaitu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh
(full employment), menghadapi masalah pengangguran dan menghadapi
masalah inflasi. (Sadono Sukirno, 2000)
•Tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment)
Keadaan ini merupakan keadaan yang ideal untuk setiap perekonomian.Dalam
perekonomian yang mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh,
pengeluaran agregat yang sebenarnya adalah sama dengan pengeluaran
agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh. Kondisi tenaga kerja penuh tercapai ketika pendapat nasional sama
dengan pendapat nasional potensial.
•Masalah Pengangguran
Masalah ini terjadi karena pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Jurang deflasi, yaitu jumlah kekurangan
pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai penggunaan tenaga
kerja penuh. Kondisi deflasi terjadi sat pendapatan nasional lebih kecil dari pada
pendapatan national potensial. Akibatnya, penawaran barang dan jasa jauh
melebihi permintaan.
•Masalah Inflasi
Pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksi
barang dan jasa. Kelebihan permintaan tersebut akan menimbulkan kenaikan
harga-harga inflasi.
Sumber:
http://www.scribd.com/doc/32623450/Ekonomi-Kebijakan-Fiskal
http://id.shvoong.com/social-sciences/1997514-arti-dan-tujuan-kebijakan-fiskal/

INVESTASI
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan

dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi
suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa
depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal.
Pengertian :
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari
modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan
datang (barang produksi). Contohnya membangun rel kereta api atau pabrik.
Investasi adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (XM). Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential
(seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Investasi
adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I=
(Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih
besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk
investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan
meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk
menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan
suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan
untuk mendapatkan bunga.
Produk
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Definisi
efek adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan
dalam bentuk surat berharga, saham/obligasi, bukti hutang (Promissory Notes),
bunga atau partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk
membeli suatu saham (Rights), garansi untuk membeli saham pada masa
mendatang atau instrumen yang dapat diperjual belikan.
Bentuk
•Investasi tanah - diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan
tanah; harga tanah akan meningkat di masa depan.
•Investasi pendidikan - dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian,
diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.
•Investasi saham - diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil
kerja atau penelitian.
Resiko
Selain dapat menambah penghasilan seseorang, investasi juga membawa risiko
keuangan jika investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh
banyak hal, diantaranya adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau
diakibatkan faktor manusia), atau ketertiban hukum.

Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan penerimaan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan perekonomian. Terdapat dua instrumen pada
kebijakan fiskal yaitu pengaturan belanja atau pengeluaran negara dan pengaturan
perpajakan. Kebijakan fiskal memiliki dua tipe yang sama dengan kebijakan moneter yaitu
ekspansif dan kontraktif. Kebijakan ekspansif dapat berupa penambahan belanja negara atau
pengurangan pajak terhadap masyarakat. Sedangkan kebijakan kontraktif adalah pengurangan
pengeluaran pemerintah atau penambahan pajak terhadap masyarakat. Terdapat dua sasaran
kebijakan fiskal yaitu peningkatan PDB dan memperluas kesempatan kerja atau mengurangi
pengangguran.
Pengaruh kebijakan fiskal terhadap ekonomi makro dapat dilihat melalui kurva keseimbangan
pasar barang (Kurva IS). Keseimbangan pasar barang diturunkan dari belanja otonom
terencana dan tingkat bunga. Jika tingkat bunga tinggi maka belanja akan menurun. Hal ini
karena tingkat bunga adalah biaya dari dana yang dipinjam sehingga setiap peningkatan
tingkat bunga akan menambah biaya pengembalian dana tersebut. Setelah belanja turun maka
selanjutnya akan mendorong penurunan konsumsi barang sehingga PDB akan ikut turun juga.
Dalam keseimbangan pasar barang, setiap kebijakan fiskal ekspansif akan membuat kurva
permintaan belanja otonom terencana (Planned Autonomous Spending) bergeser ke kanan.
Hasil derivasi akan membuat kurva IS akan mengikuti bergeser ke kanan. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan PDB. Secara teori, pengeluaran pemerintah yang bertambah akan
meningkatkan permintaan agregat dan meningkatkan PDB sesuai dengan rumus Y = C + I +
G +NX. Di mana G adalah pengeluaran pemerintah. Di sisi pajak, penurunan pajak akan
meningkatkan peluang konsumsi bagi masyarakat dan mendorong peningkatan permintaan
agregat. Setiap kebijakan fiskal kontraktif akan membuat kurva permintaan belanja otonom
terencana (Planned Autonomous Spending) bergeser ke kiri. Hasil derivasinya akan membuat
kurva IS akan mengikuti bergeser ke kiri. Hal ini akan menyebabkan penurunan PDB. Secara
teori, penurunan dalam pengeluaran pemerintah akan mengurangi permintaan agregat
sehingga PDB akan turun. Di sisi pajak, penambahan pajak terhadap masyarakat akan
mengurangi konsumsi masyarakat dan mengurangi permintaan agregat.
Untuk sasaran memperluas kesempatan kerja, kebijakan fiskal ekspansif akan mengurangi
tingkat pengangguran. Hal ini disebabkan setiap pengeluaran pemerintah akan diusahakan
untuk pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek padat karya yang menyerap banyak
tenaga kerja. Di sisi pajak, pengurangan pajak akan meningkatkan investasi karena biaya
investasi akan berkurang. Investasi yang tinggi akan memacu munculnya lapangan kerja
baru. Demikian sebaliknya jika dilakukan kebijakan fiskal kontraktif, penambahan pajak akan
mengurangi investasi dan pengeluran pemerintah yang ditahan tidak akan mengalir ke
masyarakat dalam bentuk kesempatan kerja.
Dari uraian di atas terlihat bahwa kebijakan fiskal ekspansif sangat efektif meningkatkan
PDB. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan tingginya pengeluaran pemerintah dan
rendahnya penerimaan pajak sebagai konsekuensi kebijakan fiskal ekspansif akan
menyebabkan defisit anggaran pemerintah. Defisit anggaran pemerintah dapat
membahayakan stabilitas ekonomi makro. Dampak dari defisit fiskal yang kronis dan
besarnya utang pemerintah dapat menimbulkan beberapa akibat. Pertama, Fiskal defisit dapat
meningkatkan rasio utang sehingga dapat meningkatkan beban utang dan menurunkan
investasi yang produktif. Kedua, Peningkatan jumlah bond yang dikeluarkan untuk menutup
fiskal defisit akan menciptakan crowding-out effect, yaitu penurunan investasi swasta yang
produktif, sehingga membahayakan kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, defisit

anggaran pemerintah yang kronis dapat mengakibatkan tingginya inflasi. Defisit fiskal yang
dibiayai dari penciptaan uang telah mengakibatkan pesatnya pertumbuhan uang beredar dan
selanjutnya hal tersebut telah mengakibatkan meroketnya laju inflasi. Inflasi telah
mengakibatkan anjloknya daya beli masyarakat dan tingginya biaya transaksi ekonomi
sehingga negara dapat jatuh ke dalam resesi ekonomi

Kita mengetahui bahwa analisa fundamental sedikit-banyak
mempengaruhi trend pergerakan pasar. Kebijakan-kebijakan pemerintah
yang umumnya bersifat politis akan ditanggapi baik negatif maupun
positif oleh pasar. Untuk itu biasanya pemerintah sangat berhati-hati
dalam mengeluarkan kebijakan fiskal dan moneter yang akan memberikan
pengaruh pada pasar. Apa sebenarnya kebijakan fiskal dan moneter itu?
Kebijakan fiskal umumnya didefinisikan sebagai kebijakan ekonomi untuk
mengarahan kondisi perekonomian yang lebih baik dengan jalan
mengubah pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Penerapan
kebijakan fiskal ini umumnya berhubungan erat dengan penerimaan dari
pajak. Pemerintah harus bijak membuat keputusan yang berkenaan
dengan pajak ini. Bila pemerintah menaikan pajak, bagi daya beli
masyarakat akan menurun yang berakibat pada turunnya pula hasil
produksi. Namun bila pajak diturunkan maka kemampuan beli masyarakat
akan meningkat dan menggenjot hasil produksi.
Kebijakan fiskal ini juga berhubungan dengan Defisit Anggaran atau
Kebijakan Fiskal Ekspansif. Kebijakan ini adalah kebijakan pemerintah
membuat pengeluaran besar berbanding pemasukan. Gunanya adalah
untuk menggerakan perekonomian negara. Biasanya kebijakan ini
diterapkan pada saat perekonomian negara dalam kondisi resesi.
Kemudian pada Surplus Anggaran atau dikenal dengan istilah Kebijakan
Fiskal Kontraktif, merupakan kebijakan yang dibuat pemerintah yang
mengharapkan pemasukan besar berbanding pengeluaran. Kondisi yang
terjadi biasanya ada pada pemerintah. Untuk menurunkan suhu panas
atau mengurangi tekanan pada pemerintah.
Kebijakan fiskal juga membuat kebijakan Anggaran Berimbang yang
memiliki tujuan menerapkan disiplin pemasukan dan pengeluaran.
Termasuk pula mewujudkan angka-angka yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Selain kebijakan fiskal, terdapat pula kebijakan moneter yang didefinisikan
sebagai usaha membuat keadaan ekonomi makro jauh lebih terkendali

sesuai dengan keinginan. Tujuan dari kebijakan moneter ini adalah
menjaga inflasi dan harga dalam posisi stabil serta meningkatkan hasil
produksi dalam posisi yang stabil pula.
Tentunya kebijakan moneter ini berhubungan dengan pangaturan pada
peredaran jumlah uang dalam masyarakat, entah itu menambah atau
mengurangi. Dalam kebijakan moneter dikenal dalam dua kebijakan, yakni
Kebijakan Ekspansif yang menambahkan jumlah peredaran uang.
Sedangkan Kebijakan Kontraktif kebalikan dari Kebijakan Ekspansif.
Kebijakan Kontratif ini umumnya dikenal dengan istilah Kebijakan Uang
Ketat.
Sedangkan instrumen yang digunakan untuk menerapkan kebijakan
moneter ini terbagi dalam tiga point. Yakni Operasi Pasar Terbuka,
merupakan usaha yang dilakukan untuk mengendalikan jumlah peredaran
uang melalu cara membeli atau menjual surat berharga pemerintah. Jadi
jika pemerintah mau mengurangi peredaran uang dalam masyarakat,
maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah. Surat
berharga pemerintah yang dimaksud adalah Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
Kemudian Kebijakan Moneter lainnya adalah Discount Rate atau Fasilitas
Diskonto yang merupakan kebijakan yang dilakukan dengan mengatur
tingkat bunga sentral pada bank-bank umum, sehingga terjadi pengaturan
terhdap jumlah uang yang beredar. Dalam kegiatan perbankan, jikalau
bank umum mengalami kekurangan uang, dapat meminjam dari bank
sentral dengan jumlah bunga tertentu. Jika pemerintah menghendaki
peredaran uang bertambah maka bunga akan diturunkan. Begitu juga
sebaliknya bila menghendaki peredaran uang berkurang, bunga akan
dinaikan.
Kebijakan Moneter juga memiliki instrumen lainnya, yakni Reserve
Requirement Ratio atau Rasio Cadangan Minimum/Wajib. Hal ini
berkenaan dengan cadangan wajib atau minimum dari perbankan yang
harus disimpan pada bank sentral (pemerintah). Rasio Cadangan ini dapat
dikendalikan oleh pemerintah yang digunakan untuk mengatur peredaran
jumlah uang. Yakni dengan menaikan rasio cadangan, maka jumlah uang
yang beredar akan turun. Begitu juga dengan menambah uang beredar
dengan menurunkan rasio cadangannya. Namun adapula instrumen yang
menghimbau pada pelaku ekonomi untuk bijak dalam mengedarkan
jumlah uang, hal ini dinamakan Moral Persuasion. Seperti bank lebih
banyak memberikan kredit pada usaha kecil dan menengah

Pengaruh krisis global terhadap kebijakan fiskal dan moneter
BAB I

Pendahuluan
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Sebagaiman kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan
mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu
akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi
tingkat agregat.
Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran
agregat, yang pada giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan
keadaan di pasar barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan
tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah
yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan
umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai umpan balik
terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga.
Seperti hal nya di Negara Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang
berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami
negeri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas
inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyakmodal yang
dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak
bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu
kebijakan dalam mengatasinya.
Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah
mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola
perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah. Dan dalam makalah
ini akan membahas mengenai pengaruh krisis global terhadap kebijakan fiskal dan moneter.
BAB II

Latar belakang

BAB II

Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini terdapat beberapa pokok
permasalahan yaitu:
1. Apa pengertian dan macam-macam kebijakan fiscal itu?
2. Apa pengertian dan macam-macam kebijakan moneter itu?
3.

bagaimana pengaruh krisis global terhadap kebijakan fiskal dan moneter?

BAB IV

Pembahasan
A. Kebijakan Fiskal
1. Pengertian kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal adalah suatu tindakan pemerintah didalam mengatur perekonomian
melalui anggaran belanja negara, dan biasanya di kaitkan dengan masalah perpajakan
meskipun tidak selalu demikian, namun orang lebih melihat kebijaksaan pemerintah disektor
perpajakan.[2] Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi
dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan
pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Pada sektor rumah tangga(RTK), dimana rumah tangga melakukan pembelian barang
dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan untuk konsumsi daan mendapatkan pendapatan
berupa gaji, upah, sewa, dividen, bunga, dll dari perusahaan. kegiatan ekonomi dengan
Pemerintah adalah rumah tangga menyetorkan sejumah uang sebagai pajak dan menerima
penerimaan berupa gaji, bunga, penghasilan non balas jasa, dll. Sedangkan dengan Dunia
Internasional adalah rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negeri untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Pada sektor perusahaan, kegiatan ekonomi memiliki hubungan dengan rumah tangga
yaitu perusahaan menghasilkan produk-produk barupa barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat dan memberikan penghasilah dan keuntungan kepada rumah tangga barupa gaji,
deviden, sewa, upah, bunga. Sedangkan hubungan dengan Pemerintah, perusahaan akan
membayar pajak kepada pemerintah dan menjual produk dan jasa kepada pemerintah.
[

Sedangkan hubungan dengan Dunia Internasional, perusahaan melakukan impor atas produk
barang maupun jasa dari luar negri.
Pada sektor pemerintah, kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan RumahTangga
dimana pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga untuk kebutuhan operasional,
pembangunan. Dan untuk hubungan dengan Perusahaan, pemerintah mendapatkan
penerimaan pajak dari pengusaha. Pemerintah membeli produk dari perusahaan berdasarkan
dana anggaran belanja yang ada. Pada sektor Dunia Internasional / Luar Negeri, dimana
Hubungan dengan RumahTangga adalah dunia internasional menyediakan barang dan jasa
untuk kepentingan rumah tangga. dan untuk Hubungan dengan Perusahaan, dunia
internasional mengekspor produknya kepada bisnis-bisnis perusahaan.[3]
2. Macam-Macam Anggaran
Untuk mencapai tingkat stabilitas kegiatan perekonomian, mencegah terjadinya infasi dan
pengangguran serta menciptakan pertumbuhan eonomi yang pesat, dapat ditempuh dengan
berbagai kebijakan anggaran. Adapun macam-macam kebijakan anggaran yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
a.

Kebijakan angaran seimbang
Ahli ekonomi klasik berpendapat untuk mencapai tingkat ekonomi yang dikehendai,
pemerintah harus melakukan kebijakan anggaran keseimbangan. Artinya, anggaran belanja
negara harus sama dengan pendapatan negara. bila pemerintah ingin menaikan anggaran
belanja maka pemerintah harus menaikan pendapatan negara sesuai kenaikan belanja
tersebut. Sebaliknya, bila pendapatan negara turun maka anggaran belanja negara juga harus
diturunkan agar APBN berlangsung seimbang.

b. Kebijakan anggaran surplus
Arti kebijakan anggaran surplus adalah anggaran pendapatan negara lebih besar dari
anggaran belanja. Dengan demikian pemerintah memiliki tabungan. Semakin besar tabungan
maka semakin tinggi kemampuan pemerintah dalam meningkatkan dan memperluas
investasi.

Selanjutnya,

akan

memperbanyak

lapangan

pekerjaan

dan

mendorong

meningkatkan produksi. Jadi, anggran yang surplus ini akan mempermudah mengarahkan
tingkat kegiatan ekonomi sesuai dengan yang dikehendaki pemerintah.
c.

Kebijakan anggaran deficit
Makna kebijakan anggaran defisit adalah anggaran pendapatan negara lebih kecil dari
anggaran belanja. Jadi, terdapat kekurangan pendapatan. jika pemerintah memiliki banyak
[3]

tabungan yang dapat ditimbun sebelumnya, tabungan tersebut dapat digunakan untuk
menutup deficit.[4]
Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah
(G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah
sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja
(N).[5]
B.

Kebijakan Moneter
1. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijaksanaan moneter adalah suatu tindakan pemerintah (atau bank sentral) untuk
mempengaruhi situasi makro yang dilaksanakan melalui pasar uang beredar. [6] Usaha
tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan. Dengan kata lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana
pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai (i) uang, (ii)
ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan
berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu
perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang.
Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua,
untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata
uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan,
atau dimana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan
bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar
dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan gol).
2. Macam-macam kebijakan moneter
a.

Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah tindakan bank sentral membeli atau menjual surat-surat
berharga di pasar uang. Pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan menaikkan

[4]
[5]
[

jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Dan begitu sebaliknya bila bank sentral
menjual surat-surat berharga di pasar uang. [7]
b. Kebijakan Diskonto (Discount Policy)
Yaitu kebijakan pemerintah dengan jalan menaikkan suku bunga pada saat inflasi dan
\menurunkan pada saat deflasi, ditunjukkan untuk menaikkan tingkat bunga karena dengan
bunga kredit tinggi maka aktivitas ekonomi yang menggunakan dana pinjaman akan tertahan
karena modal diskontonya atau discount rate policy (tingkat bunga yang dikenakan pada bank
umum atas pinjaman dana yang diberikan), maka jumlah uang yang
beredar
c.

cenderung

berkurang,

begitu

sebaliknya.

Kebijakan Cadangan kas (Cash Ratio Policy)

Yaitu kebijakan pemerintah dengan jalan menaikkan cadangan kas pada saat inflasi dan
menurunkan cadangan kas pada saat deflasi, atau bisa juga menaikkan perbandingan antara
uang yang beredar dengan uang yan mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan
bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan
berkurang. Cara baru untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat yaitu
dengan car amengubah-ubah minimum kas rasio. Bank sentral pada umumnya menentukan
anka banding minimum antara uang tunai dengan kewajiban giral bank. Angka banding
tersebut biasa disebut minimum cash ratio. Bila pemerintah menurunkan minimum kas rasio,
maka dengan uang tunai yang sama bank dapt menciptakan uang lebih banyak dari jumlah
sebelumnya.
d. Kebijakan Kredit Ketat
Yaitu kebijakan pemerintah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
memperketat pemberian kredit, kredit boleh diberikan asal memenuhi syarat 5C, Character,
Capability, collateral, capital, dan Condition of economy, tetapi pada saat deflasi syarat dapat
dipelonggar. Bank sentral (Bank Indonesia) berusaha mempengaruhi bank-bank umum dalam
hal memberikan kredit kepada nasabah melalui berbagai macam peraturan kredit.
e. Kebijakan dorongan moral (moral suasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi
jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
f.kebijakan sanering
Yaitu kebijakan memotong nilai nominal pada saat inflasi, misalnya Rp 1.000,00
menjadi Rp 1,00.
[7]

g.

Kebijakan

Devaluasi

Yaitu menurunkan nilai mata uang asing, dengan tujuan mendorong ekspor dan menghambat
impor
h.

Kebijakan

revaluasi

Yaitu kebijakan menaikkan nilai mata uang sendiri terhadap nilai mata uang asing.[8]
C. Pengaruh krisis global terhadap Kebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal
dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah
(goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP,
inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut
diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia
internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing – masing
dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian
menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari
walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah.
Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan
kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan
fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan, (http://majalah.tempointeraktif.com) negara-negara yang
tergabung dalam G-20 dalam komunike bersamanya baru ini-ini sepakat mendorong lebih
cepat ekspansi kebijakan fiskal minimal 2 persen dari produk domestik bruto untuk
memulihkan perekonomian dunia. Meskipun secara teoretis kebijakan fiskal dapat berfungsi
sebagai stimulus perekonomian, dalam pelaksanaannya sering kali terdapat hambatan.
Hambatan ini dirasakan terutama di negara berkembang.
Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan negara dan
pengeluaran negara. Disamping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran
(defisit atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis sumber penerimaan negara
dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara

[

Di dalam perhitungan defisit atau surplus anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN), perlu diperhatikan jenis-jenis penerimaan yang dapat dikategorikan sebagai
penerimaan negara, dan jenis-jenis pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai
pengeluaran negara. Pada dasarnya yang dimaksud dengan penerimaan negara adalah pajakpajak dan berbagai pungutan yang dipungut pemerintah dari perekonomian dalam negeri,
yang menyebabkan kontraksi dalam perekonomian. Dengan demikian hibah dari negara
donor serta pinjaman luar negeri tidak termasuk dalam penerimaan negara. Di lain sisi, yang
dimaksud dengan pengeluaran negara adalah semua pengeluaran untuk operasi pemerintah
dan pembiayaan berbagai proyek di sektor negara ataupun badan usaha milik negara. Dengan
demikian pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri tidak termasuk dalam perhitungan
pengeluaran negara.
Dari perhitungan penerimaan dan pengeluaran negara tersebut, akan diperoleh
besarnya surplus atau defisit APBN. Dalam hal terdapat surplus dalam APBN, hal ini akan
menimbulkan efek kontraksi dalam perekonomian, yang besarnya tergantung kepada
besarnya surplus tersebut . Pada umumnya surplus tersebut dapat dipergunakan sebagai
cadangan atau untuk membayar hutang pemerintah (prepayment).
Dalam hal terjadi defisit, maka defisit tersebut dapat dibayai dengan pinjaman luar
negeri (official foreign borrowing) atau dengan pinjaman dalam negeri. Pinjaman dalam
negeri dapat dalam bentuk pinjaman perbankan dan non-perbankan yang mencakup
penerbitan obligasi negara (government bonds) dan privatisasi. Dengan demikian perlu
ditegaskan bahwa penerbitan obligasi negara merupakan bagian dari pembiayaan defisit
dalam negeri non-perbankan yang nantinya diharapkan dapat memainkan peranan yang lebih
tinggi. Hal yang paling penting diperhatikan adalah menjaga agar hutang luar negeri atau
hutang dalam negeri tersebut masih dalam batas-batas kemampuan negara (sustainable).
Pada dasarnya defisit dalam APBN akan menimbulkan efek ekspansi dalam
perekonomian . Dalam hal defisit APBN dibiayai dengan pinjaman luar negeri, maka hal ini
tidak menimbulkan tekanan inflasi jika pinjaman luar negeri tersebut dipergunakan untuk
membeli barang-barang impor, seperti halnya dengan sebagian besar pinjaman dari CGI
selama ini. Akan tetapi bila pinjaman luar negeri tersebut dipergunakan untuk membeli
barang dan jasa di dalam negeri, maka pembiayaan defisit dengan memakai pinjaman luar
negeri tersebut akan menimbulkan tekanan inflasi. Dilain pihak, pembiayaan defisit APBN
dengan penerbitan obligasi negara akan menambah jumlah uang yang beredar dan akan
menimbulkan tekanan inflasi.

Adapun pembiayaan defisit dengan menggunakan sumber dari pinjaman luar negeri
akan berpengaruh pada neraca pembayaran khususnya pada lalu lintas modal pemerintah .
Semakin besar jumlah pinjaman luar negeri yang dapat ditarik, lalu lintas modal Pemerintah
cenderung positif. Adapun kinerja pemerintah dapat dilihat dari besarnya nilai lalu lintas
moneter. Nilai lalu lintas moneter yang positif menunjukkan adanya cash inflow.
Pada dasarnya, kebijaksanaan moneter ditujukan agar likuiditas dalam perekonomian
berada dalam jumlah yang “tepat” sehingga dapat melancarkan transaksi perdagangan tanpa
menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya pelaksanaan pengaturan jumlah likuiditas dalam
perekonomian ini dilakukan oleh bank sentral, melalui berbagai instrumen , khususnya open
market operations (OMOs).
Dalam melaksanakan OMO, pada umumnya bank sentral menjual atau membeli
obligasi negara jangka panjang. Jika likuiditas dalam perekonomian dirasakan perlu
ditambah, maka bank sentral akan membeli sejumlah obligasi negara di pasar sekunder,
sehingga uang beredar bertambah, dan dilain pihak bila bank sentral ingin mengurangi
likuiditas dalam perekonomian, bank sentral akan menjual sebagian obligasi negara yang
berada dalam portofolio bank sentral. Perlu difahami bahwa portofolio obligasi negara di
bank sentral tersebut memberikan pendapatan kepada bank sentral berupa bunga obligasi.
Dalam kasus Indonesia, sampai saat ini Bank Indonesia belum memiliki obligasi
negara yang dapat dipakai untuk OMO. Walaupun pemerintah Indonesia telah menerbitkan
obligasi, yang dimulai pada masa krisis untuk rekapitalisasi bank-bank yang bermasalah,
tetapi pasar sekunder bagi obligasi negara baru pada tahap awal dan volume transaksi jual
beli di pasar sekunder tersebut masih sedikit. Selama ini Bank Indonesia masih
mempergunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk melaksanakan OMOs. Disamping
menimbulkan beban pada Bank Indonesia, karena BI harus membayar bunga SBI yang cukup
tinggi, jangka waktu SBI juga sangat pendek, umumnya 1 (satu) bulan, sehingga instrumen
ini sebenarnya kurang memadai untuk dipakai dalam OMOs. [9]
BAB IV

Simpulan
Kebijakan fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk
mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati

[9]

full employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi dan
deflasi tidak terjadi.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal
dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah
(goverment expenditure).
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian
menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari
walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah.
Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan
kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan
fiscal.