Perkembangan Keluarga di Kota Palembang

Perkembangan Keluarga
di Kota Palembang
Analisis Singkat Hasil Pendataan Keluarga
Tahun 2008 dan 2011

Disampaikan oleh

Imron A. Hakim
pada Seminar Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011 Kota Palembang
Selasa, 10 April 2012 di Hotel Swarna Dwipa Palembang

Tema: Dengan Pemanfaatan Data Hasil “Updating” Pendataan Keluarga Kita
Tingkatkan Ketajaman Perencanaan Pembangunan

Perkembangan Keluarga di Kota Palembang:
Analisis Singkat Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2008 dan 2011
Oleh Imron A. Hakim1

1. Pendahuluan
Pendataan Keluarga oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BkkbN) dilaksanakan setiap tahun. Cakupan wilayah pendataanya adalah

seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, tentu, termasuk di Kota
Palembang. Data yang dihimpun dalam Pendataan Keluarga secara garis besar adalah
mencakup data Karakteristik Demografi, Keluarga Berencana, dan tahapan Keluarga
Sejahtera. Hasil pendataan keluarga dijadikan acuan oleh BkkbN dalam menyusun
rencana dan program kerjanya. Hasil pendataan yang dipublikasikan tersebut, dapat
dimanfaatkan oleh instansi pemerintah seperti Bapeda, Dinas Sosial dan lembaga
swadaya masyarakat, badan usaha dan peneliti untuk berbagai keperluan masingmasing. Meningat pelaksanaan pendataan keluarga dilakukan atau di-update setiap
tahun, maka data perkembangan keluarga di suatu daerah dapat dipantau dan dianalisis
untuk keperluan penyusunan suatu program pembangunan.
Makalah ini akan memaparkan secara singkat perkembangan penduduk Kota
Palembang berdasarkan data yang dipublikasikan tahun 2008 dan

tahun 2011.

Pembahasan dilakukan dengan cara membandingkan data tahun 2008 dan tahun 2011,
sehingga diperoleh gambaran tren perkembangan (dalam tiga tahun terakhir) mengenai
sejumlah indikator keluarga, seperti jumlah rumah tangga, jumlah kepala keluarga
(KK), tingkat pendidikan kepala keluarga, status perkawinan kepala keluarga, status
pekerjaan kepala keluarga, jumlah jiwa dalam keluarga, jumlah pasangan usia subur,
keikutsertaan


dalam

program

keluarga

berencana,

jumlah

bayi,

balita

dan

keikutsertaanya pada program Posyandu, penduduk usia produktif dan lansia serta
perkembangan keluarga sejahtera. Dengan pemaparan data keluarga ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat program aksi yang tepat sasaran,

khususnya dalam membangun keluarga sejahtera.
1

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya; Staf Peneliti Pusat Penelitian
Kependudukan, Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya, dan Anggota Ikatan Peminat dan Ahli
Demografi Indonesia (IPADI) Sumatera Selatan.

2

2. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga
Wilayah Kota Palembang secara administratif dibagi menjadi 16 Kecamatan, 107
kelurahan dan pada tahun 2011 terdapat 3.970 Rukun Tetangga (RT). Jumlah RT ini
bertambah sekitar 3 persen dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 3.850 RT.
Kecenderungan yang sama terjadi pada jumlah rumah tangga, yaitu bertambah sekitar
6,6 persen, seperti disajikan pada Gambar 1. Meningkatnya jumlah rumah tangga ini
dapat difahami karena adanya peningkatan jumlah penduduk yang membentuk keluarga
baru.

Jumlah Rumah Tangga


310.565
290.097
Tahun 2008

Tahun 2011

Gambar 1. Perkembangan Rumah Tangga di Kota
Palembang

Dibandingkan dengan hasil pendataan tahun 2008, jumlah keluarga di Kota
Palembang pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan sekitar 8,2 persen (Gambar 2).
Peningkatan jumlah keluarga merupakan konsekwensi logis dari struktur penduduk
muda, dalam arti lebih banyak pada golongan usia muda, sehingga mereka membentuk
keluarga baru. Perkembangan ini berimplikasi pada sejumlah aspek, diantaranya adalah
penyediaan rumah/tempat tinggal bagi keluarga baru, pada saatnya ketika keluarga baru
memiliki anak, maka diperlukan ketersediaan sandang pangan dan faslitas pendidikan.

3

Jumlah Keluarga di Kota

Palembang
meningkat
8,2%

340.979
312.937
Tahun 2008

Tahun 2011

Gambar 2. Perkembangan Jumlah keluarga

3. Aspek Demografi Keluarga
a. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin
Peningkatan jumlah Kepala Keluarga (KK) relatif tidak banyak. Pada tahun
2008 tercatat sebanyak 312.937 KK, dan pada tahun 2011 tercatat

340.979

bertambah 28.042 yang berarti meningkat sekitar 8,2 persen. Jenis kelamin Kepala

Keluarga (KK) tidak semuanya laki-laki sebagaimana terjadi di Kota Palembang
(Lihat Gambar 3). Pada tahun 2008, jumlah perempuan yang menjadi kepala
sebanyak 30.239 atau 9.6 dari total KK. Pada tahun 2011 terdapat 33.172 atau 9,7
persen dari seluruh KK. Data ini menunjukkan ada peningkatan 1 persen peempuan
yang menjadi KK.
Persentase Kepala Keluarga Menurut
Jenis Kelamin

Perempuan
Laki-laki

9,7
9,6
90,3
90,4

Gambar 3. Perkembangan KK menurut jenis kelamin

4


b. Kepala Keluarga Menurut Status Pekerjaan
Kepala Keluarga sebagian besar berstatus bekerja, baik pada tahun 2008
maupun tahun 2011. Pada Gambar 4 nampak jumlah kepala kepala keluarga yang
tidak bekerja pada tahun 2011 cenderung menurun dibandingkan tahun (2008),
yaitu dari 17,5

persen menjadi 13,1 persen atau menurun sekitar 4,4 persen.

Dengan kata lain, KK yang bekerja pada tahun 2011 lebih banyak dibandingkan
tahun 2008. Adapun jenis pekerjaan KK tidak dijumpai pada Hasil Pendataan
Keluarga sehingga tidak dapat diinformasikan jenis pekerjaan apa saja yang
dimasuki oleh KK di Kota Palembang.
Persentasi KK menurut Status Pekerjaan
Tahun 2008

Tahun 2011

Bekerja
Tidak Bekerja
Gambar 4. Perkembangan KK menurut Status Pekerjaan


c. Kepala Keluarga menurut Status Kawin
Jumlah Kepala Keluarga berstatus kawin pada tahun 2011 cenderung lebih
banyak dibandingkan tahun 2008, yaitu masing-masing 87,0 persen dan 86,7
persen dari total KK. Data ini dapat juga dikatakan bahwa KK yang berstatus
duda/janda (single parent) jumlahnya menurun dibandingkan dengan kondisi tahun
2008 (Lihat Gambar 5). Informasi yang dihimpun dalam Hasil Pendataan Keluarga
tidak menjelaskan faktor penyebab KK menjadi duda/janda, apakah karena
perceraian atau ditinggal mati oleh pasangannya. Apabila KK yang menjadi “single
parent” karena perceraian, maka data tahun 2011 menunjukkan tren penurunan
angka perceraian pada keluarga di Kota Palembang. Namun, asumsi ini perlu
didukung data dari instansi terkait, seperti Kantor Urusan Agama (KUA).

5

Persentase KK Menurut Status Kawin
Tahun 2008

86,7


Tahun 2011

87,0

13,3

kawin

13,0

duda/janda

Gambar 5. Perkembangan KK menurut Status Kawin

d. Status Pendidikan Kepala Keluarga
Pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat. Berkaitan dengan itu, pendataan keluarga mencatat
status pendidikan dari setiap KK. Status pendidikan KK di Kota Palembang secara
umum relatif baik, yaitu sebagian besar tamat SD+SMP dan tamat SMA.
Perkembangan Status Pendidikan KK pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2008

dapat disimak pada Gambar 6. Persentase KK yang tamat perguruan tinggi
cenderung meningkat, yaitu dari 11,4 persen pada tahun 2008 menjadi 12,1 persen
pada tahun 2011. Kecenderungan yang sama terjadi pada KK yang tamat SMA,
yaitu meningkat sekitar 2 persen. Sebaliknya, KK yang tamat SD dan SMP serta
yang tidak Tamat SD cenderung menurun. Penurunan persentase yang tidak tamat
SD ini dapat ditafsirkan bahwa KK yang tidak tamat SD semakin sedikit yang
berarti pula bahwa tingkat pendidikan KK cenderung meningkat.

6

Tahun 2011

Tahun 2008

12,1
11,4

Tamat Ak/PT

40,8

38,7

Tamat SMA

38,5
40,9

Tamat SD-SMP

7,9
9,0

Tidak Tamat SD

Gambar 6. Perkembangan KK menurut Status Pendidikan

Berikut akan ditampilkan status pendidikan KK menurut jenjang pendidikan
dan kecamatan di Kota Palembang, pada kondisi tahun 2008 dan 2011. Dalam makalah
ini dibatasi pada KK yang Tidak tamat SD dan KK yang Tamat Perguruan Tinggi.
Gambar 7 dan 8 menunjukkan KK yang tidak tamat SD menurut kecamatan.

ALANG-ALANG LEBAR
SEMATANG BORANG
KALIDONI
KEMUNING
BUKIT KECIL
PLAJU
KERTAPATI
GANDUS
SUKARAMI
SAKO
ILIR TIMUR II
ILIR TIMUR II
ILIR BARAT I
SEBERANG ULU II
SEBERANG ULU I
ILIR BARAT II

4,2
12,9
8,0
4,4
6,5
7,1
10,9
11,1
6,3
3,8
9,8
9,1
16,2
9,4
6,9
15,9
-

2,0

4,0

6,0

8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0

Tidak Tamat SD

Gambar 7. Persentase KK yang tidak tamat SD per Kecamatan Tahun 2008

7

Pada Gambar 7, dapat dilihat proporsi paling sedikit KK yang Tidak tamat SD
terdapat di Kecamatan Sako (3,8 persen), sebaliknya KK yang paling banyak Tidak
tamat SD berada di Kecamatan Ilir Barat I (16,2 persen). Pada urutan terbanyak kedua,
KK yang tidak tamat SD bermukim di Kecamatan Ilir Barat II (15,9 persen). Gambar 8
menunjukkan persentase KK yang Tidak tamat SD pada tahun 2011.

Kecamatan

dengan jumlah KK yang Tidak tamat SD paling sedikit adalah Kecamatan Alang-alang
Lebar (1,0%), yang pada tahun 2008 terdapat di Kecamatan Sako. Kecamatan dengan
jumlah KK yang paling banyak adalah Kecamatan Ilir Barat II, yang pada tahun 2011
berada pada urutan kedua setelah Kecamatan Ilir Barat I.
Tidak Tamat SD
ALANG-ALANG LEBAR
SEMATANG BORANG
KALIDONI
KEMUNING
BUKIT KECIL
PLAJU
KERTAPATI
GANDUS
SUKARAMI
SAKO
ILIR TIMUR II
ILIR TIMUR II
ILIR BARAT I
SEBERANG ULU II
SEBERANG ULU I
ILIR BARAT II

1,0
10,0
9,0
3,8
6,3
6,4
10,9
8,0
5,3
3,4
8,5
7,6
13,4
12,9
5,6
15,3

Gambar 8. Persentase KK yang tidak tamat SD per Kecamatan Tahun 2008

Gambar 9 dan 10 menunjukkan KK yang Tamat Perguruan Tinggi menurut
Kecamatan pada tahun 2008 dan 2011. Pada tahun 2008, kecamatan dengan jumlah KK
yang Tamat Perguruan Tinggi paling rendah adalah Kecamatan Kertapati. Kondisi yang
sama terjadi juga pada tahun 2011. Sebaliknya, kecamatan dengan jumlah KK yang
Tamat Perguruan Tinggi terbanyak adalah Kecamatan Kalidoni dan Kecamatan Ilir
Barat I, sedangkan pada tahun 2011 ditempati oleh Kecamatan Sukarami, kemudian

8

pada urutan kedua adalah Kecamatan Alang-alang Lebar. Data ini memberikan
gambaran bahwa KK yang berpendidikan tinggi kurang berminat bertempat tinggal di
Kecamatan Kertapati. Mengapa? Untuk menjawabnya diperlukan penelitian lebih lanjut.

Tahun 2008 Tamat PerguruanTinggi
18,0
16,0
14,0
12,0
10,0
8,0
6,0
4,0
2,0
-

Gambar 9. Persentase KK yang TamatPerguruan Tinggi per Kecamatan
Tahun 2008

.

Tahun 2011 Tamat Perguruan Tinggi
20,0
18,0
16,0
14,0
12,0
10,0
8,0
6,0
4,0
2,0
-

Gambar 10. Persentase KK yang Tamat Perguruan Tinggi per Kecamatan
Tahun 2011

9

e. Jumlah Jiwa dalam Keluarga
Jumlah jiwa dalam keluarga pada tahun 2011 hanya relatif sedikit meningkat,
yaitu sekitar 0,5 persen. Pada tahun 2008 terdapat 1.459.463 jiwa, dan pada tahun
2011 menjadi 1.466.494 atau bertambah sebanyak 7.031 jiwa. Jumlah laki-laki dan
perempuan relatif seimbang dengan kecenderungan lebih banyak perempuan, baik
pada tahun 2008 maupun 2011 seperti dijelaskan pada Gambar 11.

50,3
50,2
50,1
50,0
49,9
49,8
49,7
49,6
49,5
Tahun 2008

Laki-laki
49,8

Perempuan
50,2

Tahun 2011

49,8

50,2

Gambar 11. Persentase Jumlah Jiwa dalam Keluarga menurut Jenis Kelamin

4. Jumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur
Perkembangan jumlah jiwa yang menurut kelompok umur yang didata dalam
Pendataan Keluarga adalah mencakup kelompok umur 0 s.d