CONTOH PROPOSAL PENELITIA 1 2

CONTOH
PROPOSAL
PENELITIAN KUANTITATIF
09 Des

44 Votes
1. Latar Belakang
Tidak jarang dijumpai, awal dari kesuksesan seseorang adalah dengan
membaca, sehingga ada sebuah istilah “Membaca adalah Jendela Dunia”.
Pernyataan ini menjelaskan bahwa pentingnya membaca bagi Prestasi
seseorang. Contoh orang sukses yang diawali dengan membaca, Negara
maju yang masyarakatnya gemar membaca. Agar kehidupan manusia
berlangsung dinamis, Allah SWT menciptakan manusia pada awalnya dalam
kondisi buta ilmu pengetahuan. Tetapi manusia memiliki ftrah ingin tahu,
dan Allah meberikan manusia sarana belajar yaitu hati, mata, akal, dan
telinga. Manusia yang belajar dengan menggunakan sarananya secara baik,
akan memiliki ilmu yang luas dan dalam. Mereka akan menguasai kuncikunci untuk membangun dan memanfaatkan alam semesta dengan sebaikbaiknya.
Akan tetapi, gelombang meterialistik yang destruktif, yang begitu gencar
melanda, telah membuat banyak anak-anak kita tidak terarahkan secara
baik. Banyak diantara mereka yang malas membaca. Tidak hanya dijenjang
sekolah yang lebih rendah, bahkan sampai diperguruan tinggi pun, minat

membaca sangat rendah. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi kualitas
ilmu mereka. Padahal potensi otak manusia sangat dahsyat. Dalam berbagai
penelitian ditunjukkan, bahwa tingkat pemanfaatan potensi otak manusia,
baru mencapai sepuluh sampai dua puluh persen.
“Tiada hari tanpa membaca”. Kalimat itu jelas taka sing menjadi kredo
(kepercayaan, keyakinan) yang menjejali berbagai ruang pencerahan di
negeri kita. Sayangnya, bagsa kita memang memiliki kebebalan rasa yang
sudah sedemikian parah. Beribu kredo, slogan, motto berderet, semua
hanya menjadi pajangan.

Akan tetapi membaca memang sebuah kebutuhan. Dengan membaca
seseorang dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan,
terangsang kreativitasnya, mendorong timbulnya keinginan untuk dapat
berpikir kritis dan sistematis, memperluas, dan memperkaya wawasan serta
membentuk kepribadian yang unggul dan komptitif.Lebih dari itu, membaca
secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Jadi, anda harus paham, bahwa tingkat kesejahteraan itu tidak hanya diukur
dari rumah-rumah yang megah, mobil yang kinclong, ataupun pakaian
rancangan para desainer kondang. Percayakan anda, bahwa ada sepasang
suami isteri bertitel Doktor, yang memiliki karier lumayan mentereng,

ternyata tak memiliki apa-apa selain koleksi buku yang mencapai ribuan
judul jumlahnya. Bahkan rumahpun masih mengontrak. Padahal gaji
mereka, anda bisa menebak, mencapai belasan juta rupiah. Jadi, kebiasaan
membaca merupakan cermin masyarakat yang sejahtera. Kok bisa? Karena
dengan membaca wawasan masyarakat akan semakin luas. Masyarakat
yang berwawasan, mudah bersikap proaktif terhadap perkembangan
zaman. Mereka akan peka terhadap kebutuhan hidunya, oleh karenya, di
era millennium ini, agar bagsa kita bisa menjadi bangsa yang tangguh,
membaca menjadi prasyarat yang mutlak diperlukan. Tidak hanya penting,
tetapi juga mendesak. Karena mambaca adalah kunci membangun
peradaban.
Sedangkan anda tahu, proses memilki ilmu pengetahuan tidak bisa
dilepaskan dari proses belajar. Padahal proses belajar itu sebagian besar
merupakan proses membaca. Ilmu pengetahuan yang berkembang secara
cepat, itu tidak mungkin lagi dapat dikuasai melalui proses mendengar atau
transisi dari sumber ilmu pengetahuan (guru) akan tetapi harus melalui
proses mambaca. Menurut Tilar (1999), proses membaca adalah proses
memberikan arti kepada dunia (Give meaning to the world). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang gemar membaca atau
(Reading society) akan melahirkan masyarakat yang belajar (Learning

Society).
Payahnya minat baca anak bangsa, Rendahnya kemampuan berbahasa yang
meliputi aspek mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara juga
berarti rendahnya kemampuan mebaca. Dengan kemampuan membaca
yang rendah, kemungkinan besar minat baca yang dimilikipun rendah.
Tingginya presentasi angak bebas buta huruf di Indonesi, yakni sebesar
87% ternyata juga tidak menjamin tingginya minat baca serta kebiasaan
membaca di masyarakat kita.
Kemampuan baca seseorang dipengaruhi oleh kesiapan membacanya.
Kesapan membaca seseorang dipengaruhi oleh factor lingkungannya.
Membaca merupakan proses komunikasi. Membaca dapat juga dikatakan
sebagai suatu kerja yang aktif dan interaktif sebagai proses memahami
makna, yang akan menjadikan seseorang tertantang untuk terus berpikir.

Buku menjadi bekal bagi mereka untuk menjadi anak yang berhasil, buku
itulah kuncinya. Kita harus menanamkan pada anak bahwa buku itu
segalanya. Jadi kita harus berusaha membuat buku itu menarik.
Membaca bisa menjadikan kaya pengetahuan, berkembang intelegensinya,
kemampuan konsentrasi serta komunikasinya. Membaca juga bisa
menjadikan bijak dan mengubah suasana hati seseorang, menjadikan

seseorang mampu menghargai dan tidak mudah meremehkan orang lain.
(Elly Damaiwati. Karena buku senikmat susu. 2007. Surakarta: Indiva
Media Kreasi)
Perilaku membaca mahasiswa psikologi berbeda-beda, ada yang ketika
kuliah berlangsung, ada yang membaca ketika di rumah, ataupun ada yang
membaca melalui diskusi tatapi aktivitas ini sangat minim dilakukan. Lebih
banyak mahasiswa psikologi yang memilih berbincang-bincang dengan
temannya saat menunggu Dosen atau di tempat lain dari pada membawa
buku dan membaca.
Rendahnya minat membaca mahasiswa fakultas psikologi terlihat dari
minornya mahasiswa psikologi yang mengunjungi perpustakaan UIN
Malang untuk meminjam maupun membaca buku-buku.
Sering dijumpai mahasiswa psikologi yang tidak bisa menjelaskan tentang
sejarah maupun teori-teori besar yang sangat penting dalam ilmu psikologi
(Great Theory).
Indeks prestasi tertinggi mahasiswa psikologi pada rekap nilai wisudawan
tahun 2008 adalah 3,61. Bila dibandingkan dengan fakultas tarbiyah (PAI)
yang indeks prestasi tertinggi 3,98, menunjukkan bahwa mahasiswa
psikologi tertinggal beberapa point dengan fakultas yang lain.
Jarang dijumpai mahasiswa psikologi yang membawa buku-buku bacaan

waktu masuk kuliah. Hanya beberapa orang saja yang membawa buku
sesuai dengan mata kuliah yang diikuti sedangkan yang lain biasanya hanya
membawa binder atau buku tulis.
Dari informasi-informasi yang kami peroleh diatas, mengenai keterkaitan
antara orang-orang yang sukses dengan aktivitas membacanya yang terusmenerus. Hal tersebut membuat kami tertarik untuk meneliti “Kebiasaan
Membaca Mahasisiswa psikologi dan Prestasi Belajar Mahasiswanya” untuk
mengetahui hubungan antara keduanya.
1. Perumusan Masalah
Dari gambaran diatas, terdapat beberapa permasalahan yang bisa kami
ajukan, diantaranya:

a. Bagaimana perilaku (kebiasaan) membaca mahasiswa psikologi?
b. Bagaimana prestasi belajar mahasiswa psikologi?
c. Adakah korelasi antara tingkat kebiasaan membaca dengan prestasi
belajar mahasiswa psikologi?
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, kami mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kebiasaan membaca mahasiswa psikologi
b. Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa psikologi.

c. Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara kebiasaan membaca
dengan prestasi belajar mahasiswa psikologi.
1. Manfaat Penelitian
- Manfaat teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pengetahuan terhadap ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan
psikologi belajar dalam mengembangkan ilmu dibidang tersebut.
- Manfaat praktis
a. Bagi pihak bidang kemahasiswaan (Akademik), khususnya BAK Fakultas
Psikologi dapat mengetahui kebiasaan membaca mahasiswa psikologi
sehingga bisa dijadikan sebagai bahan untuk pembenahan-pembenahan
kurikulum kedepannya.
b. Bagi pihak Pengurus Perpustakaan, hasil dari penelitian ini bisa dijadikan
sebagai bahan evaluasi untuk menciptakan lingkungan atau kondisi yang
nyaman untuk membaca sehingga minat membaca mahasiswa bisa
meningkat.
c. Hasil dari Penelitian ini dapat memberikan pemahaman Bagi Mahasiswa,
khususnya mahasiswa psikologi UIN Malang tentang kebiasaan membaca
dan prestasi belajar sehingga mereka mampu untuk melihat realita yang
ada.

1. Kajian Teori

a. Pengertian dari Perilaku (kebiasaan) membaca
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun
sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk
mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat
termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas.
Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer
dapat pula dibaca.
Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca
keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa
membangun konsentrasi kita sendiri.
Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri adalah membangun
kebiasaan untuk terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar
yang senantiasa haus akan informasi dan pengetahuan.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, pendiri General Motors
yang mengatakan bahwa “Anyone who stops learning is old, whether at
twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest

thing in life is to Keep your mind young.”
Tidak peduli berapapun usia kita, jika kita berhenti belajar berarti kita
sudah tua, sedangkan jika senantiasa belajar kita akan tetap awet muda.
Karena hal yang terbaik di dunia akan kita peroleh dengan memelihara
pikiran kita agar tetap muda.
Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca.
Namun sayangnya sebagian besar kita tidak pernah punya waktu untuk
membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan
pekerjaan. Kita terjebak dalam rutinitas dan tekanan pekerjaan sehingga
tidak memiliki kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang
diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya”The 7 Habits of Highly
Effective People” sebagai berikut:
Andaikan saja Anda bertemu seseorang
menebang Sebatang pohon di hutan.

yang

sedang

terburu-buru


“Apa yang sedang Anda kerjakan?” Anda bertanya.
“Tidak dapatkah Anda melihat?” demikian jawabnya dengan tidak sabar.
“Saya sedang menggergaji pohon ini.”

“Anda kelihatan letih!”
mengerjakannya?”

Anda

berseru.

“Berapa

lama

Anda

sudah


“Lebih dari lima jam,” jawabnya, “ dan saya sudah lelah! Ini benar-benar
kerja keras.”
“Nah, mengapa Anda tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah
Gergaji itu?” Anda bertanya. “Saya yakin Anda akan dapat bekerja jauh
lebih cepat.”
“Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” orang itu berkata
dengan tegas. “Saya terlalu sibuk menggergaji.”
Bahkan menurut Covey, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan
yang paling penting karena melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada
paradigma tujuh kebiasaan manusia efektif. Kebiasaan ini memelihara dan
meningkatkan aset terbesar yang kita miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini
dapat memperbarui keempat dimensi alamiah kita – fsik, mental, spiritual,
dan sosial/emosional.
Membaca merupakan salah cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan
efektiftas diri kita. Meskipun kita memiliki “keterbatasan waktu”, kita tetap
perlu mengasah gergaji kita. Caranya adalah dengan menguasai cara
membaca yang efektif sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efsien.
b. Berbagai bentuk atau pola membaca seseorang
Kebanyakan model teoritis yang ada mengenai proses membaca mencoba
menjawab pertanyaan bagaimana orang mengenali kata-kata yang tercetak

dalam bacaan. Karena itu, hamper semua model terfokus pada pertanyaanpertanyaan berikut (Wolf dkk 1988: dalam Gleason dan Ratner 1998: 425).
1. Apakah kata dikenali dengan mengakses representasi kata itu secara
keseluruhan, ataukah dengan mengakses ftur-ftur seperti bentuk huruf,
gabungannya menjadi suku, kemudian kata dan sebagainya?.
2. apakah kata dikenali dengan akses langsung ke makna ataukah melewati
wujud fonologisnya?
3. Apakah pengenalan kata itu menyangkut proses yang berseri ataukah
proses yang simultan?
4. Apakah pengenalan kata itu terutama dibantu oleh konteks (dari atas ke
bawah) ataukah dari bawah ke atas? Ataukah merupakan interaksi antara
kedua-duanya?

5. apakah pengenalan kata itu terjadi melalui aktivasi atau melalui
pencarian di kamus mental kita?”
Berikut adalah beberapa model yang menjawab sebagian dari pertanyaanpertanyaan diatas.
1. Model atas ke bawah
Smith (1971, dalam Gleason dan Ratner 1998;426) mengajukan model atas
ke bawah yang prototipikal. Dalam model ini, representasi yang mewakili
kata dalam memori kita adalah ftur-ftunya seperti garis lurus, setengah
lingkaran, dan letaknya. Pada waktu sebuah kata dibaca, ftur-ftur ini
bermunculan, tetapi hanya ftur-ftur yang cocok, persis dengan apa yang
ada dalam leksikon mental itulah yang akhirnya dipilih. Akan tetapi, retrival
ftur-ftur ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang kita miliki dan konteks
dimana kata itu dipakai. Seandainya kata yang tertulis dalam suatu kalimat
anting seperti pada kata “Kucing itu sedang dikejar anting” maka tidak
mustahil bahwa pembaca akan menafsirkan kata anting sebagai salah cetak.
Pemakaian konteks sebagai pembantu menimbulkan kontroversi karena
dari penelitian yang lain ditemukan bahwa orang hanya menerka 1 dari 4
kata dalam konteks dimana kata itu dipakai. Sebaliknya, ftur yang
membentuk kata banyak mendapat dukungan karena wujud dan macam
huruf (font) seperti apapun yang dipakai, kita tetap saja bisa membacanya.
1. Model bawah ke atas
Landasan dasar untuk model yang disebut juga sebagai model yang
berdasarkan stimulus, adalah bahwa rekognisi terjadi secara diskrit,
berhierarki, dan bertahap. Informasi yang ada pada suatu tahap
dimanfaatkan untuk membangun tahap berikutnya. Karena itu pada tahap
ini ada tahap sensori, tahap rekognisi, dan tahap interpretasi. Bila
ditemukan makna dari kata itu, maka selesailah sudah proses interpretasi
kata itu. Seandainya kata yang dibaca tidak ditemukan maknanya, maka
pembaca dapat menolak kata itu sebagai kata bahasa Indonesia, atau dia
akan bertanya kepada orang lain, atau melihat dikamus, untuk mengetahui
makna kata itu.
Ada beberapa model lain seperti model Whole-Word, model componentletter, dan model lagogen yang menangani aspek-aspek lain dalam
membaca yang akan terlalu rinci untuk disajikan disini (Lihat Gleason dan
Ratner 1998: 427-436).
Tentunya, membaca bukan berhenti pada rekognisi kata demi kata saja
tetapi mencakup berkaitan antara satu kata dengan kata lain. Hal ini berarti
bahwa membaca merupakan suatu proses yang kompleks karena ia

menyangkut berbagai
ekstralinguistik.

kemampuan

linguistic

dan

pengetahuan

(Psikolinguistik. Pengantar pemahaman bahasa manusia.
dardjowidjojo. 2003. Jakarta: yayasan obor Indonesia).

yang

soenjono

Cara membaca yang menyenangkan
Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan.
Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan
ilmu dan pengetahuan. Tanpa bisa membaca, manusia dapat dikatakan
tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia sangat
bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca.
Di zaman sekarang ini, nampaknya sebagian besar pelajar kurang memiliki
minat membaca, terutama membaca buku pelajaran. Ini diakibatkan oleh
karena sebagian pelajar tidak memiliki metode dalam membaca, sehingga
pada saat membaca timbul rasa malas, bosan, dan mengatuk. Simak deh
tip-tip di bawah ini supaya tercipta suasana membaca yang menyenangkan.
Persiapan Sebelum Membaca
1. Pilihlah waktu yang menurut kita sesuai untuk membaca. Waktu yang
sesuai disini adalah waktu dimana tidak terdapat gangguan, baik dari luar
maupun dari dalam diri kita. Waktu yang sesuai disini hanya kita sendiri
yang tahu kapan. Namun, sebagain besar orang percaya bahwa waktu yang
baik untuk membaca, khususnya buku pelajaran, adalah di pagi hari.
2. Pilihlah tempat dan suasana yang sesuai untuk membaca, yaitu tempat
yang terang, sejuk, bersih, nyaman, tenang dan rapih menurut kita sendiri.
3. Pastikan posisi membaca kita adalah posisi yang benar. Posisi yang benar
pada waktu membaca adalah duduk dengan posisi badan tegak, tidak
bungkuk, dan pastikan jarak antara buku dengan mata kita kurang lebih
30cm.
4. Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu kita dalam membaca,
seperti pensil atau spidol.
5. Ada baiknya sebelum belajar kita berdoa terlebih dahulu sesuai dengan
kepercayaan masing-masing supaya ilmu yang kita dapat bermanfaat.
c. Berbagai Jenis Membaca

Terdapat 3 cara umum membaca di dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari
apa tujuan proses membaca tersebut.
1. Membaca sebagai hiburan tanpa perlu memeras otak terlalu keras.
Bacaan yang mengandung unsur hiburan disini contohnya novel, cerpen,
komik, majalah ringan dll.
2. Membaca untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya adalah
mencari dan memahami ilmu yang terkandung dalam bacaan tersebut.
3. Membaca kritis. Membaca disini sama dengan membaca untuk mencari
ilmu. Namun membaca disini diikuti oleh proses menelaah isi bacaan
tersebut, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan apa itu?, mengapa bisa
terjadi?, oleh siapa?, kapan?, dimana? dan bagaimana itu bisa terjadi?
Dalam membaca kritis, kita membuat bacaan sebagai lawan yang harus
dikalahkan dengan cara mengetahui dan memahami seluruh isinya.
Belajar dengan menggunakan metode membaca kritis akan menjadi
menyenangkan dan tidak membosankan. Kita tidak hanya diminta untuk
memahami isi bacaan tapi juga diajak berpikir kreatif mengenai isi tersebut.
Tertarik dengan membaca kritis? Simak deh aturan main dalam membaca
kritis di bawah ini :
a. Melakukan survei isi buku. Langkah awal yang harus kita lakukan adalah
membaca terlebih dahulu bahan bacaan secara sepintas pada bagian-bagian
tertentu saja. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran umum mengenai
bacaan tersebut. Bagian-bagian yang perlu diperhatikan adalah:
- Paragraf awal, paragaraf akhir dan juga beberapa paragraph di tengah
- Bagian daftar isi, gambar-gambar, tabel dan grafk yang memiliki
gambaran umum mengenai bacaan tersebut.
- Soal-soal yang mungkin terdapat dalam bacaan tersebut.
b. Membuat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya akan timbul
pada saat kita melakukan survei. Jika tidak terdapat pertanyaan, usahakan
cari apa yang kita tidak mengerti, minimal ada sebuah kata yang kita tidak
tahu artinya dan beri tanda pada bagian-bagian yang tidak dimengerti
tersebut.
c. Membaca, merupakan langkah dominan dalam metode ini. Membaca
disini sebagai langkah untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dalam proses survei. Baca dengan teliti dan seksama paragraf
demi paragraf, bagian demi bagian untuk menangkap pokok-pokok pikiran

dari tiap bagian. Usahakan jangan pindah bagian jika kita belum mengerti
dan memahami bagian tersebut.
d. Evaluasi. Merupakan langkah dimana terdapat pertanyaan apakah kita
sudah menguasai bahan? Yakinkan bahwa kita sudah memahami bahan
bacaan tersebut. Jika belum, coba cari apa yang anda tidak mengerti dan
temukan jawabannya.
e. Meninjau ulang. Merupakan langkah terakhir kita dalam membaca kritis.
Cobalah kita tutup dulu bukunya, kemudian pikirkan apa yang sudah
didapat dari bacaan tersebut. Tuliskan hasil pikiran tersebut dalam secarik
kertas, dan bandingkan dengan apa yang terdapat pada buku bacaan.
d. Factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi Belajar Dipengaruhi Oleh Dua Faktor, Internal dan eksternal.
Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal, yakni
kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama
problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi
pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian reinforcement yang
tidak tepat.
Disfungsi neurologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar
tetapi juga dapat menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan fungsi neurologis yang pada
gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain adalah faktor
genetik, luka pada otak karena trauma fsik atau karena kekurangan
oksigen, biokimia yang hilang, biokimia yang dapat merusak otak, gizi yang
tidak memadai, dan pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang
merugikn perkembangan anak (Deprivasi lingkungan).
Belajar sebagai proses atau aktiftas disyaratkan oleh banyak sekali ha-hal
atau factor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah
banyak sekali macamnya, terlalu banyak untu disebutkan satu per satu.
Umtuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan klasifkasi demikian :
1. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat
digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa overlapping tetap
ada, yaitu :
a. Factor-faktor non social, dan
b. Faktor-faktor social

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipin dapat lagi
digolongkan lagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Faktor-faktor fsiologis, dan
b. Faktor-faktor psikologis.
Faktor-faktor Non Sosial Dalam Belajar. Kelompok faktor-faktor ini
boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya : keadaan
udara, suhu udsara, cuaca, waktu )pagi, atau siang, ataupun malam),
tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar
(seperti alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang
bias kita sebut sebagai alat-alat pelajaran).
Semua factor yang telah disebutkan diatas itu, dan juga factor-faktor yang
belum disebutkan harus kita atur sedemikin rupa, sehingga dapat
membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara maksimal.
Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat
seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan
ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran
harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat menurut
pertimbangan psikologis.
Faktor-faktor Sosial Dalam Belajar. Faktor-faktor social disini adalah
factor manusia (sesame manusia), baik manusia itu ada (hadir) mauoun
kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran
orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali
mengganggu belajar itu.
Factor-faktor Fisiologis Dalam Belajar. Faktor-faktor fsiologis ini masih
dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Tonis jasmani pada umumnya
Dapat dikatakan melatarbalakangi aktiftas belajar, keadaan jasmani yang
segar akan lagi pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar,
keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah.
Dalam hubugan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan .
1. Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan
mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa
kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan sebagainya. Terlebih-lebih bagi
anak-anak yang masih terlalu muda, pengaruh itu besar sekali. HAsil-hasil
penyelidikan Danziger, Paul Lazarsfeld, Netschareffe, Else Liefmann,

Holingworth, Baldwin yang dikutip oleh Ch. Buhler (1950: 105-112) kiranya
dapat merupakan ilustrasi yang sangat berharga.
2. Beberapa penyakit kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakitpenyakit seperti pilek, infuenza, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan
itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk
mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya
pengakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktiftas belajar itu.
b. Keadaan fungsi-fungsi fsiologis tentunya.
Keadaan Fungsi-fungsi Jasmani Tertentu Terutama Fungsi-fungsi Panca
Indera
Orang mengenal dunia sekitar dan belajar dengan mempergunakan
pancainderanya. Baiknya berfungsinya panca indera merupakan syarat
dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam system persekolahan
dewasa ini diantara panca indera itu yang paling memegang peranan dalam
belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi kewajiban bagi
setiap pendidik untuk menjaga, agar panca indera anak didiknya dapat
berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang
bersifat preventif, seperti misalnya adanya pemeriksaan dokter secara
periodic, penyediaan alat-alat pelajaran serta perlengkapan yang memenuhi
syarat, dan penempatan murid-murid secara baik di kelas (pada sekolahsekolah), dan sebagainya.
Faktor-faktor Psikologis Dalam Belajar. Arden N. Frandsen mengatakan
bahwa hal-hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai
berikut :
- Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
- Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju
- Adanya keinginan unutk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman-teman
- Adanya keinginan intuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi
- Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila mengusai pelajaran
- Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar (Frandsen,
1961: 216).

Maslow (menurut Frandsen, 1961: 234) mengemukakan motof-motif untuk
belajar itu ialah :
- Adanya kebutuhan fsik
- Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran
- Adanya kebutuhan akan kecintaan dan menerima dalam hubungan dengan
orang lain
- Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat
- Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri.
Adapun dalam hal yang lain tentang faktor yang mempengaruhi dalam
belajar adalah memperkirakan kemungkinan sebab/faktor-faktor prestasi
belajar dapat dikelompokkan dalam empat kategori yaitu :
1. Kondisi-Kondisi Fisiolois Yang Permanent
1. Intelegensi Yang Terbatas
Setiap anak sejak dilahirkan telah memiliki kecerdasan yang berbeda-beda
atau bervariasi, meskipun mereka telah memiliki usia kalender yang sama
tetapi kemampuan mentalnya belum tentu sama.
1. Hambatan Persepsi
Mengalami gangguan oleh mekanisme penafsiran atau persepsi image
sehingga salah menafsirkan informasi.
1. Hambatan Penglihatan dan Pendengaran
Indera yang terpenting untuk belajar di sekolah adalah penglihatan dan
pendengaran. Apabila kedua indra ini mengalami gangguan, maka siswa
sudah pasti akan susah untuk menerima materi dari pendidik.
1. Kondisi-Kondisi Fisiologis Temporer
a. Masalah makanan
b. Kecanduan (Drugs)
c. Kecapekan dan kelelahan
1. Kondisi-Kondisi Lingkungan Yang Permanent

Harapan orang tua yang selalu tinggi tanpa memperhatikan kemampuan
atau taraf intelegensi anak Konfik keluarga yang menyebabkan anak
mengalami kecemasan batin sehingga menimbulkan kesulitan.
1. Pengaruh Kondisi Lingkungan Social Yang Temporer
1. Ada bagian-bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami
2. Kurang adanya motivasi yang merupakan kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar
e. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Prestasi Belajar
- Tipe gaya belajar seseorang
Belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih
khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan. Ini berarti,
bahwa orang mesti mengumpulkan fakta-fakta sebanyk-banyaknya. Jika
konsep ini yang dipakai orang, maka pada orang itu masih dipertanyakan,
apakah dengan belajar dengan semacam itu orang menjadi tumbuh dan
berkembang. Orang yang belajar dengan memakai konsep ini menjadikan
dirinya ibarat botol kosong yang perlu dituangi air. Apabila air dituangkan
sebanyak-banyaknya ke dalam botol kosong, dapat kita bayangkan, berapa
banyak yang dapat masuk dan dari sebanyak yang masuk itu tentunya
sesuai dengan daya tamping botolnya.
Memang kalau kita bertanya kepada seseorang tentang apakah belajar itu,
akan memperoleh jawaban yang bermacam-macam. Perbedaan pendapat
orang tentang arti belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa
perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam. BAnyak jenis kegiatan yang
oelh kebanyakanorang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar misalnya
menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata,
mengumpulkan
fakta-fakta,
menghafalkan
lag,
menghitung
dan
mengerjakan soal-soal matematika, dan sebagainya. Tidak semua kegiatan
dapat tergolong sebagai kegiatan belajar misalnya : melamun, marah,
menjiplak, dan menikmati hiburan.
Dengan kenyataan diatas, terdapat banyak defnisi belajar. Berikut ini
dikemukakan beberapa defnisi menurut para ahli.
Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefnsikan sebagai proses di
mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
“Learning may be defned as the process by which behavior
originates or is altered thraogh training or experience.” (Whittaker,
1970: 15)

Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan
fsik atau kematangan, kelemahan, penyakit, atau pertumbuhan oleh
Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Education Psychology” sebagai
berikut “
“Learning is shown by change in behavior as a result of expe-rience.”
(Cronbach,1954: p.47).
Dengan demikian, belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam
proses belajar, seseorang berinteraksi langhsung dengan objek belajar
dengan menggunakan semua alat indranya.
Satu defnisi lagi yang perlu dikemukakan disni yaitu yang dikemukakan
oleh Howard L. Kingsley sebagai berikut :
“Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is
originated through practice or training.” (Kingsley, 1957; 12)
(Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan
atau diubah melalui praktek atau latihan)
Tipe gaya belajar seseorang, yaitu diantaranya:
a.Visual.
Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram.
Kita suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video.
b.Auditori.
Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio,
ceramah kuliah, diskusi, debat dan instruksi verbal.
c.Kinestetik.
Belajar melalui aktivitas fsik dan keterlibatan langsung. Kita suka
“menangani”, bergerak, menyentuh dan merasakan/mangalami sendiri.
Semua kita, dalam beberapa hal, memanfaatkan ketiga gaya tersebut.
Tetapi kebanyakan orang menunjukkan kelebihsukaan dan kecenderungan
pada satu gaya belajar tertentu dibandingkan dua gaya lainnya. Pada anakanak kecenderungannya adalah pada kinestetik dan auditori, namun pada
saat mereka dewasa, kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih
mendominasi.

Memahami gaya belajar pribadi Anda akan dapat meningkatkan kinerja dan
prestasi Anda. Anda akan mampu menyerap informasi lebih cepat dan
mudah. Anda dapat mengidentifkasi dan mengapresiasi cara yang paling
Anda sukai untuk menerima informasi. Anda akan bisa berkomunikasi jauh
lebih efektif dengan orang lain dan memperkuat pergaulan Anda dengan
mereka.
- Bentuk Belajar
Berikut ini dikemukakan beberapa bentuk aktiftas belar dalam beberapa
hal :
1. Mendengarkan
Dalam kehidupan sehari-hari bergaul dengan orang lain akan terjadi
komunikasi verbal berupa percakapan yang meberikan situasi tersendiri
bagi orang yang terlibat ataupun yang tidak terlibat tetapi secara tidak
langsung mendengarkan informasi, nah itulah yang disebut belajar melalui
dengan mendengarkan.
2. Memandang
Setiap stimuli visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan
tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah belajar.
3. Menulis atau Mencatat
Setiap aktivitas penginderaan kita yang bertujuan, akan memberikan kesan
yang berguna bagi belajar kita selanjutnya.
4. Membaca
Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring santai
ditempat tidurnya hanya dengan maksud agar dia bias tidur. Membaca
semacam ini adalah bukan aktiftas belajar. Ada pula orang yang membaca
sambil berbaring dengan tujuan belajar. Menurut ilmu jiwa, membaca yang
demikian belum dapat dikatakan sebagai belajar. Belajar adalah aktif, dan
membaca untuk keperluan belajar hendaknya dilakukan di meja belajar dari
pada di tempat tidur, karena sambil tiduran itu perhatian dapat terbagi.
Dengan demikian, belajar sambil tiduran mengganggu set belajar.
5. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan
ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang

dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali materi
dalam buku untuk masa-masa yang akan dating. Untuk keperluan belajar
yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum
cukup. Sementar membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah
(underlining). Hal ini sangat membantu kita dalam usaha menemukan
kembali materiil nitu di kemudian hari.
6. Mengamati Table-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan
Dalam buku ataupun lingkungan lain sering kita jumpai table-tabel diagram
ataupun bagan-bagan. Materiil non verbal semacam ini sangat berguna bagi
kita dalam mempelajari materiil yang relevan itu. Demikian pula gambargambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang
membantu pemehaman kita tentang sesuatu hal.
7. Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Dalam membuat paper, terutama yang perlu mendapatkan perhatian adalah
rumusan topic paper itu. Dari rumusan topic itu kita akan dapat menetukan
materiil yang relevan. Kemudian kita perlu mengumpulkan materi yang
akan ditulis ke dalam paper dengan mencatatkan pada buku notes atau
kartu-kartu catatan. Paper yang baik memerlukan perencanaan yangmasak
dengan terlebih dahulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta
menediakan sumber-sumber yang relevan.
8. Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu, belum termasuk
sebagai aktiftas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta
kesadaran untuk mencapai, tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk
aktiftas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitasaktivitas belajar lainnya.
9. Berfkir
Adapun yang menjadi objek serta tujuan, berfkir adalah termasuk aktiftaas
belajar. Dengan berfkir, orang memperoleh penemuan baru, setidaktidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Latihan atau Praktek
Orang yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai
dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan
sesuatu aspek yang pada dirinya. Orang yang berlatih atau berpraktek
sesuatu tentunya menggunakan set tertentu sehingga setiap gerakan atau
tindakannya terarah kepada suatu tujuan. Dalam berlatih atau berpraktek

terjadi interaksi atau interaktif antara subjek dengan lingkungannya. Dalam
kegiatan berlatih atau praktek, segenap tindakan subjek terjadi secara
interaktif dan terarah suatu tujuan. Hasil dari latihan atau praktek itu
sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subjek sarta,
mengubah lingkungannya. Lingkungan berubah dalam diri anak.
6. Rumusan Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua
arah yaitu Hipotesis alternative dan hipotesis Nol. Hipotesis benar jika
Hipotesis alternative (Ha) terbukti kebenarannya.
Ha : adanya hubungan antara tingkat kebiasaan dengan prestasi belajar
mahasiswa psikologi.
Ho : Tidak adanya hubungan antara kebiasaan membaca dengan prestasi
belajar mahasiswa psikologi.
7. Identifkasi Variabel
a. Variabel bebas : Kebiasaan membaca
b. Variabel terikat : Prestasi Belajar
8. Defnisi Operasional
- Kebiasaan membaca : suatu aktiftas membaca yang dilakukan secara
berulang-ulang dan berlanjut tiap hari yang diukur dengan berkunjung ke
perpustakaan, membawa buku, Meminjam buku, Membuka buku dalam
sehari dan Memahami isi buku yang dibaca.
- Prestasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini lebih mengacu pada
prestasi komulatif yang dihasilkan oleh mahasiswa psikologi selama 1
semester berupa IP (Indeks Prestasi).
9. Populasi dan sampel
a. Populasi : Mahasiswa Psikologi UIN Malang.
b. Sampel : 50 Mahasiswa Psikologi UIN Malang yang terbiasa
membaca
10. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi
Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat
data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala
bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan
hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga
menilai reaksi tersebut sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita
kehendaki
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya
Lexi J. Moleong (2004) mendefnisikan dokumen sebagai setiap bahan
tertulis ataupun flm, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
aseorang penyidik.
Penggunaan metode dokumen dalam penelitian ini karena alasan sebagai
berikut (Guba dan Lincoln, 1981) dalam bukunya Lexy J. Moleong (2004)
1) Merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong.
2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
3) Berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang
alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.
4) Tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.
5) Dokumentasi harus dicari dan ditemukan.
6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas
tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
c. Wawancara
Adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. (Moleong, 2000 : 135).

d. Angket
Metode angket adalah salah satu metode penelitian dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang berisi aspek yang hendak diukur, yang harus
dijawab atau dikerjakan oleh subyek penelitian, berdasarkan atas jawaban
atau isian itu peneliti mengambil kesimpulan mengenai subyek yang diteliti
(Suryabrata, 1990).
Penggunaan metode angket, menurut Hadi (1993) didasari oleh beberapa
anggapan, yaitu:
1. Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar-benar dapat
dipercaya
3. Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya adalah sama demngan yang dimakksud peneliti.
Angket memiliki bermacam-,macambentuk yakni:
1. Angket langsung atau tidak langsung
2. Angket terbuka atau angket tertutup
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
langsung dan tertutup. Artinya angket yang merupakan daftar pertyanyan
diberikan langsung kepada mahasiswa sebagai subyek penelitian, dan
dakam mengisi angket, mehasiswa diharuskan memilih karena jawaban
telah disediakan.
UJI COBA ANGKET
Setiap usaha pengukuran selalu diarahkan untuk mencapai tingkat
obyektivitas yaitu dengan menguji validitas dan reliabilitas alat ukur.
Masalah kesahihan dan reliabilitas alat ukur ini semakin serius apabila
pengukuran tersebut dikenakan pada gejala-gejala social (Hadi, 1992).
a. Uji kesahihan Butir (Validitas)
Menurut Azwar (1986) para ahli psikometri telah menetapkan kriteria bagi
suatu alat ukur psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang
baik dan mampu memberikan informasi yang tidak menyesatkan. Kriteria
itu antara lain adalah valid, reliabel, norma dan praktis.

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Azwar 1986).
Sifat reliabel dan valid diperlihatkan oleh tingginya reliabilitas dan validitas
hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid
akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau
individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar
atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan
suatu keputusan yang tepat.
Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir
1988) membagi validitas menjadi concurrent validity, construct validity,
face validity, factorial validity, empirical validity, intrinsic validity,
predictive validity, content validity, dan curricular validity. Keterangannya:
Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor dengan kinerja.
Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek
psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi
bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik
dalam pengukuran.
?Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam
mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
?Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur
dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau
ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan
menggunakan teknik analisis faktor.
?Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang
bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan
teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk
mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya
sampling dari suatu populasi.
Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi
dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut
merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai
dengan tujuan instruksional.
Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu
content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan
criterion-related validity (validitas berdasar kriteria).
Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Yang didasarkan pada alasan bahwa validitas isi bertujuan untuk melihat
kesesuaian butir-butir dalam angket yang mencakup keseluruhan kawasan
isi yang hendak diukur. Validitas isi dinyatakan dalam bentuk koefsien
korelasi yang diungkap dengan cara mengkorelasikan skor setiap butir
dengan skor totalnya.
b. Uji Keandalan butir (reliabilitas)
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa
pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan
memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif,
apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar
penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang
dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes
tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan
dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila
memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa
diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang
berbeda-beda.
Pengukuran
reliabilitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan berbagai alat statistik.
Reliabilitas bisa disebut sebagai uji keajegan atau konsistensi alat ukur. Alat
ukur yang reliabilitasnya tinggi adalah alat ukur yang stabil yang serlalu
memberikan hasil yang relatif konstan. Tinggi rendahnya reliabilitas alat
ukur dinyatakan dengan angka yang disebut koefsien reliabilitas. Besar
koefsien reliabilitas berkisar antara 0 sampai 1 dan tidak ada patokan yang
pasti. Besar koefsien reliabilitas yang baik adalah sebesar mungkin,
mendekati 1,00 yang disebut sempurna (Azwar, 1997)

11. Analisis data
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga tahap utama:
1. Persiapan: mengecek nama, isisan, dan macam data.
2. Tabulasi : memberi skor, memberi kode, mengubah jenis data, dan coding
dalam coding form.
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian:
a. Penelitian deskriptif : presentase dan komparasi engan criteria yang
telah ditentukan
b. Penelitian komparasi: dengan berbagai teknik korelasi sesuai dengan
jenis data.
c. Penelitian eksperimen: diuji hasilnya dengan t-test.
Namun oleh karena data yang dikumpulkan baru data mentah, maka
sebelum di analisis, data mentah tersebut diolah lebih dahulu sebelum
dianalisis dengan tehnik analisis tertentu. Dan secara umum teknik analisa
data untuk kuantitatif menggunakan metode statistic, dan agar mudah
biasanya di bantu oleh program komputer, seperti SPSS, SPS, Minitab, MS
exel, dll. Terdapat dua macam statistic yang digunakan untuk analisa data
dalam penelitian, yaitu: statistic deskriptif dan statistic inferensial. Statistic
inferensial meliputi statistic parametris dan statistic non parametris.
Dalam penelitian ini, menggunakan statistic inferensia dan juga deskriptif,
karena kedua- duanya sangat membantu dalam penelitian ini.
Bila persyaratan penggunaan teknik analisis statistic benar, maka hasilnya
dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis atau untuk
menolak atau menerima teori yang diujinya. Sebagimana diketahui bahwa
tujuan akhir penelitian kuantitatif ialah untuk menguji teori. Oleh karena
itu, lengkapnya data yang dikumpulkan dari uji validitas dan uji reliabilitas
merupakan criteria mutu hasil penelitian. Sebab, data yang tidak valid dan
tidak reliable berarti data itu salah dan tidak dapat dipercaya, sehingga
kalau data itu dianalisis, hasilnya juga akan salah.
Berdasarkan skala pengukurannya, jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data interval, yaitu data yang selain mengandung
unsure penemaan urutan juga memiliki sifat interval (selangnya bermakna).
Disamping itu data ini memiliki cirri angka nolnya tidak mutlak. Skala
interval memiliki cirri matematis additivity, artinya kita dapat menambah
atau mengurangi.

Dalam penelitian ini, akan digunakan analisis data dengan metode statistic
parametik. Karena statistic parametik dapat dilakukan jika sample yang
akan dipakai berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jumlah data
yang digunakan dalam analisis ini minimal 30 sampel dan menggunakan
yang berupa data interval dan ratio. Ini sangat berkaitan dengan data
Interval yang telah digunakan sebelumnya.
Dalam penelitian ini, menggunakan analisis hubungan (Korelasi). Karena
digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah
kedua variabel tersebut memang mempunyai hubungan yang signifkan,
bagaimana arah hubungan dan seberapa kuat hubungan tersebut. Secara
umum korelasi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Product momen: uji ini untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel
atau lebih dengan asumsi jenis datanya interval dan rasio serta distribusi
datanya nomal. Pengujian kenormalan data dengan menggnakan
kolmogorow-smirnov test for goodness of ft. Jika data penelitian
menunjukkan dsitribusi normal maka terdapat tiga statistic parametik yang
mungkin digunakan yaitu korekasi pearson product moment, korelasi ganda
dan korelasi parsial. Statistic parametik yang akan digunakan dalam
penelitian ini dengan data yang terdistribusi normal adalah korelasi person
product moment karena data berbentuk ratio, hanya terdiri dari dua
variable, dan tidak ada yang dikendalikan atau tidak ada hubungan timbale
balik.
Untuk menguji penerimaan atau penolakan Ho telah ditentukan untuk
menggunakan 2 arah (two sided test). Tahap dari penggunaan rumus
korelasi diatas adalah:
a. Menggunakan rumus korelasi untuk mendapatkan r hitung
b. Menentukan tingkat signifkansi (level of signifcance) yaitu sebesar 5 %.
c. Melihat nilai kritis menurut table nilai t dengan tingkat signifkansi
sebesar 5 %.
d. Mengambil kesimpulan apakah menerima atau menolak Ho dengan
membandingkan antara nilai r hitung dan r tabel.
2. Karena data yang digunakan berupa ata interval, maka analisis datanya
juga menggunakan korelasi spearman rank, yaitu digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel.
UJI VALIDITAS

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan validitas konstruk (construct
validity) yaitu validitas yang mengacu pada konsistensi dari semua
komponen kerangka konsep. Untuk menguji tingkat validitas instrumen
penelitiannya, maka digunakan rumus teknik korelasi product moment dari
pearson.
Bagian dari uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah melalui
analisis butir-butir, dimana untuk menguji setiap butir skor total valid
tidaknya suatu item dapat diketahui dengan membandingkan antara angka
korelasi product moment pearson (r Hitung) pada level signifkansi 0,05
nilai kritisnya. Instrumen penelitian ini dikatakan valid dimana nilai
korelasinya lebih besar dari 0,3.
UJI RELIABILITAS
Uji realibilitas adalah dengan menguji skor antar item dengan tingkat
signifkansi 0,05 sehingga apabila angka korelasi yang diperoleh lebih besar
dari nilai kritis, berarti item tersebut dikatakan reliabel. Uji Alpha Cronbach
digunakan untuk menguji realibilitas instrumen ini.
***