HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA DI KOTA MEDAN

  • Staf Pengajar Fakultas Psikologi USU
    • Alumnus Fakultas Psikologi USU

  PENDAHULUAN

  marketers , mudah untuk berinteraksi

  Pada dasarnya dalam diri seorang wanita terdapat beberapa sifat yang justru yang dapat membantunya berkembang dan sukses sebagai wirausaha. Hal tersebut diantaranya, seorang wanita dinilai sebagai individu multi-task oriented , natural

   Fenomena ini menunjukkan bahwa wanita berpotensi untuk melakukan berbagai kegiatan produktif yang menghasilkan dan dapat membantu perekonomian keluarga, serta ekonomi nasional secara lebih luas (Ryanti, 2007).

  Bisnis yang mereka geluti juga cukup bervariasi. Dua sektor utama yang menarik minat para wirausaha wanita ini adalah bisnis fashion dan bisnis kuliner

  Keberadaan wirausaha wanita dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia. D ata kepemilikan UMKM dari BPS tahun 2005 menunjukkan secara rinci bahwa sebanyak 44,29% usaha mikro dikelola oleh wanita, demikian pula di sektor usaha kecil sebanyak 10,28% juga dikelola oleh wanita (dalam Jati, 2009). Angka ini terus bertambah sejalan dengan Laporan Menteri Negara Pemberdayaan Wanita tahun 2007 ( dalam Jati, 2009) y a n g memperlihatkan bahwa 60% dari 41 juta pengusaha mikro dan kecil di Indonesia dimiliki oleh wirausaha wanita.

  Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada saat ini sebagian besar dikelola oleh wirausaha wanita.

  

Keywords: Entrepreneurial Satisfaction, Adversity Quotient, and Women

Entrepreneur.

  Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN KEPUASAN

BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA

DI KOTA MEDAN

  menggeluti bisnis kuliner di kota Medan. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara adversity quotient dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita. Implikasi dari penelitian ini dapat membantu wirausaha wanita agar lebih sadar dan mengetahui cara untuk meningkatkan adversity quotient untuk mencapai kepuasan dalam berwirausaha.

  

purposive sampling yang melibatkan 155 orang wirausaha wanita yang

  terhadap kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita di kota Medan. Metode penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan menggunakan teknik

  

Abstrak: : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity quotient

  

Abstract: This research was aimed to examine the correlation of adversity quotient

with women entrepreneurial satisfaction. The research method is quantitative

correlation by using purposive sampling technique that involves 155 women

entrepreneur do culinary business in Medan city. The statistical analysis result

showed there was a positive significant correlation between adversity quotient and

women entrepreneurial satisfaction. The implication of this research could help

women entrepreneurs more aware and find a way to raise the adversity quotient to

reach satisfaction in entrepreneurship.

  

Siti Zahreni*, Shoffa Malini**

  dengan orang lain, sabar, mampu menciptakan dan menggunakan jaringan yang ada, serta konsisten dalam menjalankan tugas keseharian. Hal ini tentunya semakin membuka peluang wanita untuk dapat menjadi seorang wirausaha yang berhasil (Meng & Liang dalam Ryanti, 2003).

   Siti Zahreni, Shoffa Malini:

Hubungan Adversity Quotient…

  psychological well being . Dalam

  dan tetap bertahan dimasa sulit dan menjadikan kesulitan sebagai penguat untuk menghadapi rintangan selanjutnya (Markman, 2004). Konsep Adversity

  Kepuasan kerja adalah sikap umum yang dimiliki seseorang terhadap pekerjaannya, yang mununjukan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima dan jumlah yang diyakini seharusnya diterima (Robbins,2003). Greenberg dan Baron dalam Indah (2008) mengartikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang dimiliki individual terhadap pekerjaan mereka.

  Kepuasan Berwirausaha

  Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara Adversity Quotient dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita. Hipotesis yang menjadi dugaan sementara untuk penelitian ini adalah ada hubungan positif antara Adversity Quotient dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita.

  Keberhasilan yang dicapai seorang wirausaha dapat mempengaruhi tingkat kepuasan berwirausaha yang ia miliki . Wirausaha wanita yang berhasil juga memperlihatkan kepuasan terhadap bisnis yang mereka jalankan daripada rekan- rekan pria mereka, meskipun omset rata- rata per bulan yang mereka dapatkan lebih rendah daripada laki-laki. (Carree & Verheul, 2011).

  keberhasilan wirausaha, karenadalam menjalankan usahanya wirausaha memerlukan keberanian untuk menghadapi kegagalan, dan kemauan untuk mencoba terus-menerus sampai berhasil.Secara keseluruhan konsep adversity quotient merupakan suatu kerangka konseptual dalam memahami dan meningkatkan keberhasilan (Stolz,2003; Stanley,2003 ; Henky & Ida,2012).

  Quotient ini terkait erat dengan

  Quotient yang tinggi tidak akan menyerah

  penelitiannya, Carree dan Verheul (2011) menggunakan tiga kategori dasar ini sebagai aspek untuk mengukur kepuasan berwirausaha seseorang.

  Dalam dunia wirausaha, seorang wirausaha yang berhasil harus siap untuk mencari peluang, bersaing dan bahkan mampu memenangkan persaingan tersebut (Sunarso, 2010). Longenecker, Carlos, dan William (2001) menyatakan bahwa seorang wirausaha yang mampu mengubah hambatan menjadi peluang bisnis tentunya akan memberikan tingkat imbalan yang potensial. Setiap imbalan inilah yang nantinya menghasilkan kepuasan bagi wirausaha tersebut. Imbalan ini dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar yaitu income, leisure time dan

  Quotient yang tinggi maka dikhawatirkan

  gambaran sejauh mana kinerja seorang wirausaha dalam menghadapi tantangan dan menyelesaikan permasalahan dalam mengembangkan usaha. Tantangan tersebut dapat berupa finansial, emosional, fisik, pergaulan dan yang berkaitan dengan pengembangan karier dari wirausaha (Stolz,2003). Tanpa adanya Adversity

  Quotient pada wirausaha merupakan

  yang dapat melihat seberapa jauh seseorang mampu menghadapi suatu kesulitan serta bertahan dalam menghadapi kesulitan tersebut. Adversity

  adversity quotient (Stolz, 2000). Adversity Quotient merupakan konsep

  Keberhasilan yang dicapai wirausaha dapat mempengaruhi tingkat kepuasan berwirausahanya Kepuasan ini secara tidak langsung akan memotivasi dirinya untuk bekerja lebih giat agar usahanya dapat berkembang dengan semakin baik dan kuat dalam menghadapi persaingan (Suryana,2006). Kepuasan yang di rasakan tentu saja didapatkan dari perjuangan dalam menghadapi tantangan selama berwirausaha seperti permasalahan bisnis, kerja keras, waktu yang panjang, pendapatan yang tidak pasti serta resiko yang sangat besar. Oleh karenanya dibutuhkan pengorbanan (Longenecker, Carlos, & William, 2001), serta kecerdasan untuk menghadapi setiap tantangan tersebut (Stolz, 2003). Kecerdasan ini dikenal dengan istilah

  seseorang akan mengalami frustasi dan kegamangan dalam menjalani proses menjadi seorang wirausaha nantinya (Stoltz, 2000). Sedangkan seorang wirausaha yang memiliki Adversity

  • – dimensi CORE ini akan menentukan adversity

  Time adalah dua sumber utama utilitas

  Wirausaha wanita

  Dimensi Control merupakan Sejauh mana seseorang mampu secara positf memepengaruhi situasi dan Sejauh mana seseorang dapat mengendalikan tanggapan diri sendiri terhadap suatu situasi. Ownership merupakan sejauh mana seseorang mau mengandalkan diri sendiri untuk memperbaiki situasi yang dihadapi, tanpa memperdulikan penyebabnya (Stolz, 2003). Reach merupakan dimensi untuk mengetahui sejauh mana orang membiarkan suatu kesulitan menjalar/masuk ke dalam sisi-sisi kehidupan yang lain (Stolz, 2003). Dimensi endurance mempertanyakan dua hal yang berkaitan, yakni berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan akan berlangsung.

  quotient individu secara menyeluruh (Stoltz, 2003).

  Reach, & Endurance). Dimensi

  Adversity quotient terdiri atas empat dimensi yang tercakup dalam akronim CORE ( Control, Owenership,

  Adversity Quotient (AQ) adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. AQ mempunyai tiga bentuk. Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons terhadap kesulitan, dan yang ketiga, AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons terhadap kesulitan (Stoltz, 2000).

  Adversity Quotient

  tradisional di bidang ekonomi (Bonke et al. Dalam Carree & Verheul,2011). Beberapa orang memulai usaha dengan memiliki jam kerja yang lebih fleksibel sehingga dapat menggabungkan jam kerja di rumah tangga dan tanggung jawab pekerjaan. Seseorang dapat mengatur waktunya sendiri untuk mulai mengelola usaha. Bahkan jika usahanya berada di rumah, wirausaha tidak perlu meninggalkan rumah untuk menjalankan kegiatan usahanya. Wirausahawan seperti orang yang bebas tanpa adanya ikatan waktu tertentu yang harus ia pertanggungjawabkan.Wirausaha menggunakan kebebasan tersebut untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara fleksibel (Longenecker et al, 2001).

  kerja secara pribadi (Longenecker, Carlos & Wiliam, 2001). Income dan Leisure

   Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014

  Being juga merefleksikan pemenuhan

  Dukungan dari dalam dapat diperoleh dari kecerdasan emosional pada diri tiap pengusaha, dan dukungan dari luar dapat diperoleh dari dukungan sosial dari orang di sekitar pengusaha. Psychologial Well

  Psychologial Well Being adalah dukungan dari dalam dan dari luar diri wirausaha.

  kepada imbalan berupa laba. Sehingga Kepuasan terhadap income sangat relevan bagi pengusaha yang memulai usaha untuk mendapatkan hidup atau untuk kesuksesan finansial (Andersson 2008; Feldman & Bolino, 2000; Carree & Verheul, 2011; Hasni, 2011). Psychological Well Being memiliki peranan penting dalam kepuasan berwirausaha khususnya selama fase awal yang bisa menimbulkan stres serta tekanan (Andersson, 2008 ; Feldman & Bolino, 2000; Carree & Verheul, 2011).

  Income bagi pengusaha merujuk

  menjadi aspek untuk mengukur tingkat kepuasan berwirausaha seseorang (Martin dan Ingrid, 2011).

  income, psychological well being dan leisure time . Nilai tambah ini kemudian

  Kepuasan berwirausaha dirasakan ketika wirausaha telah mendapatkan nilai tambah dari kegiatan usaha yang ia jalankan (Longenecker, Carlos & Wiliam, 2001). Nilai tambah tersebut adalah,

  Kepuasan kerja menurut Kreiter dan Kinicki (2005) adalah respon emosional terhadap pekerjaan seseorang. Jika dikaitkan dengan pekerjaan sebagai wirausaha, maka kepuasan berwirausaha merupakan sikap dan respon emosional seseorang terhadap kegiatan wirausaha yang ia jalankan. Kepuasan wirausaha juga merupakan tingkat dimana wirausaha menyukai kegiatan wirausahanya (Suyatini, 2004).

  Wirausaha wanita adalah wanita yang memiliki bisnis, inisiatif, menerima segala resikonya, termasuk dalam hal keuangan, bertanggung jawab, baik secara

   Siti Zahreni, Shoffa Malini:

Hubungan Adversity Quotient…

  Nasution Noer dan Suef (2001) menjelaskan bahwa wirausaha wanita memiliki karekteristik feminitas antara lain: emosional, sensitif, peka, kooperatif, penuh kasih, cermat, hangat, simpati dan intuitif. Pada wanita yang makin tinggi pendiidkannya maka makin luas pula wawasan mereka dan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa wirausahanya. Dari segi usianya makin berumur maka para wirausaha wanita ini makin toleran dan semakin matang sifat- sifat wirausahanya.

  yang dirasakan dan leisure time yang dimiliki. Skala kepuasan berwirausaha diukur dengan Skala model likert dengan 5 (lima) buah alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable).

  pada wirausaha wanita. Sebelum melakukan pengujian hipotesis data penelitian, penelitian terlebih dahulu melakukan uji normalitas. Uji normalitas

  quotient dengan kepuasan berwirausaha

  Peneliti berhipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara adversity

  HASIL

  diminta untuk memberikan respon setuju atau tidak setuju, akan tetapi diminta untuk langsung memberikan bobot penilaian mereka terhadap suatu stimulus pada setiap kontinum dalam skala. Kontinum dalam skala ini dibagi atas 5 bagian yang diberi angka 1 sampai dengan 5, mulai dari kutub favorabel sampai dengan kutub tak favorabel.

  semantic differential. Responden tidak

  Skala adversity quotient ini terdiri dari 25 aitem yang disusun berdasarkan dimensi AQ dari Stolz (2003) yaitu control, ownership, reach dan endurance. Skala terdiri dari 7 peristiwa. Model skala yang digunakan adalah penskalaan model

  well being

  Dengan adanya kemampuan yang wanita miliki, wanita terus berjuang untuk melawan arus perbedaan gender. Wirausaha wanita ini berusaha untuk menjadi wirausaha yang baik, yang tidak kalah dengan wirausaha pria, baik dalam keputusan yang mereka buat serta dalam perilaku mengambil resiko.

  administrasi maupun sosial dan secara efektif memimpin dalam manajemennya (Meng & Liang, 1996; Ryanti, 2007). Definisi yang lebih umum, wirausaha wanita adalah wanita pemilik bisnis yang menjalankan bisnisnya sendiri atau bersama rekan bisnisnya, baik yang membayar pegawai ataupun yang tidak membayar pegawai ( Ryanti, 2007)

  Prosedur dan Alat Ukur Penelitian

  Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability yaitu dengan teknik purposive sampling karena pemilihan sekolompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri- ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000).

  Partisipan pada penelitian ini adalah sebanyak 155 orang wirausaha wanita yang sedang menggeluti bisnis kuliner dengan populasi wirausaha wanita di kota Medan. Karakteristik atau ciri sampel dalam penelitian ini adalah Wirausaha wanita yang menggeluti bisnis kuliner, berwirausaha minimal 1 tahun, dan wirausaha dalam kategori mikro dan kecil.

  Partisipan

  Pada penelitian mengenai hubungan Adversity Quotient dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita ini digunakan metode penelitian korelasional. Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah kepuasan berwirausaha sebagai variabel tergantung dan Adversity Quotient sebagai variabel bebas.

  METODE

  Untuk keperluan penelitian ini, alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang berisi skala-skala untuk mengukur variabel-variabel penelitian. kuesioner ini disebarkan pada para subjek penelitian untuk diiisi. Kuesioner dikumpulkan setelah para partisipan menyelesaikan pengisian. Skala kepuasan berwirausaha terdiri dari 30 aitem, yang disusun mengacu pada aspek kepuasan berwirausaha yang dikemukakan oleh Longenecker (2001) yaitu income yang diterima, psychological

   Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014

  Koefisien determinan (r²) yang diperoleh dari hubungan adversity quotient terhadap kepuasan berwirausaha adalah 0,12 (r² = 0,12). hal ini menunjukkan bahwa peranan adversity quotient terhadap kepuasan berwirausaha adalah sebesar 12% sedangkan sisanya di pengaruhi oleh variabel lain.

  Alasan kedua bahwa dari hasil penelitian Suyatini (2004) menjelaskan bahwa seorang wirausaha yang memiliki keberanian mengambil resiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan berwirausaha. Sedangkan menurut Stolz (2000) seorang wirausaha yang berani mengambil resiko merupakan seorang yang berani mengubah kegagalan menjadi suatu peluang keberhasilan. Oleh karena itu, setiap resiko yang di ambil wirausaha dibutuhkan adanya Adversity Quotient sehingga memberikan kepuasan dalam berwirausaha.

  time dan psychological well being (Longenecker, Carlos, & William, 2001).

  berwirausaha pada wirausaha wanita yaitu: Alasan pertama menjelaskan bahwa konsep dversity quotient terkait dengan mengubah tantangan dan hambatan menjadi suatu peluang (Stolz, 2000). Oleh karena itu, seorang wirausaha yang mampu mengubah hambatan menjadi peluang bisnis, tentunya akan memberikan tingkat imbalan yang potensial. Setiap imbalan inilah yang nantinya menghasilkan kepuasan bagi wirausaha tersebut dalam menjalankan usaha. Imbalan ini dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar yaitu income, leisure

  adversity quotient dengan kepuasan

  Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan terdapatnya hubungan positif antara

  yang sangat signifikan. Dimana Semakin tinggi tingkat adversity quotient wirausaha wanita maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan dalam berwirausaha dan semakin rendah tingkat adversity quotient wirausaha wanita maka semakin rendah juga kepuasan dalam berwirausaha.

  quotient dengan kepuasan berwirausaha

  Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara adversity

  PEMBAHASAN

  pada wirausaha wanita. Dimana Semakin tinggi tingkat adversity quotient wirausaha wanita maka semakin rendah juga kepuasan dalam berwirausaha.

  sebaran ini dilakukan dengan menggunakan kolmogorov smirnov dan

  quotient terhadap kepuasan berwirausaha

  Dari hasil analisa data penelitian dan perhitungan korelasi dengan menggunakan pearson product moment diperoleh korelasi = 0,347 dan P = 0,000 pada level 0,01 dengan hipotesa 1 arah. Hal ini berarti menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara adversity

  Kemudian peneliti melakukan uji linearitas. Hasil uji linieritas untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antar kedua varibel. Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan analisis statistik test for linearity. Analisis data ini menghasilkan taraf signifikansi P= 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa taraf signifikansi < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier.

  sebaran normal dengan nilai P=0,200 Analisis data shapiro-wilk juga menunjukkan bahwa variabel kepuasan berwirausaha menunjukkan sebaran normal dengan nilai P=0,234, sedangkan variabel adversity quotient juga menunjukkan sebaran normal dengan nilai P=0,091.

  adversity quotient juga menunjukkan

  variabel kepuasan berwirausaha menunjukkan sebaran normal dengan nilai signifikansi (P)=0,200 sedangkan variabel

  adversity quotient. Analisis data kolmogorov smirnov menunjukkan bahwa

  kepuasan berwirausaha dan variabel

  shapiro wilk dengan metode statistik liliefors yang dilakukan pada variabel

  Alasan ketiga bahwa seorang wirausaha yang memiliki kebutuhan akan keberhasilan berpengaruh secara positif terhadap kepuasan berwirausaha (Suyatini, 2004; Schjoedt, 2009; Carree & Verheul, 2011). Dalam mencapai keberhasilan tentu saja membutuhkan suatu perjuangan dalam menghadapi tantangan. Oleh karena itu dibutuhkannya adversity quotient sebagai modal sukses dalam berwirausaha (Henky & Ida, 2012). Adversity quotient merupakan suatu kerangka konseptual dalam memahami dan meningkatkan

Hubungan Adversity Quotient…

  Henky, & Ida 2012. Modal wirausaha sukses. Jurnal Penelitian Fakultas

  Fazriyati, W. 2011. Trend dan tantangan bisnis kuliner [Online]. Diakses pada tanggal 22 maret 2013. Feldman, D. C., & Bolino, M. C. 2000.

  Career patterns of the self-employed: career motivations and career outcomes. Journal of Small Business Management, 38(3) , 53 –67. Gazioglu, S., & Tansel, A. 2006. Job satisfaction in Britain: Individual and job related factors. Applied

  Economics, 38 , 1163 –1171.

  Haile, A. G. 2009. Workplace job satisfaction in Britain: Evidence from linked employer-employee data.

  Discussion Paper no.4101 , 1-25.

  Hasni, N. J. 2011. Entrepreneurial success attributes and entrepreneurs. International

  conference on business and economic research (2nd icber 2011) proceeding; 1204-1209.

  Ekonomi,

  Determinants of satisfaction for entrepreneurs. Journal of Business

  1 –18 Hurlock, E. 2004. Psikologi

  perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.

  Jakarta: Erlangga Jati, W. 2009. Analisis motivasi wirausaha perempuan (wirausahatawati) di kota

  Malang, Jurnal Humanity, 4(2), 14- 153. Kihlstrom, R. E., & Laffont, J. J. 1979. A general equilibrium entrepreneurial theory of firm formation based on risk aversion. Journal of Political

  Economy, 87 , 719 –748.

  Lambing, P & Kuehl, C.R 2000.

  Entrepreneurship (ed). USA:

  Pretince Hall. Lundeberg, M. A., Fox, P. W., & Puncochar, J. (1994). Highly confident but

   Venturing, 10 , 439 –457.

  57 –81. Cooper, A. C., & Artz, K. W. 1995.

   Siti Zahreni, Shoffa Malini:

  Personality and Social Psychology Bulletin, 2, 157

  Is job satisfaction U-shaped in age?.Journal of Occupational and

  Clark, A., Oswald, A., & Warr, P. 1996.

  keberhasilan (Stolz,2003). Sehingga Keberhasilan dalam mengelola usaha akan memberikan kepuasan tersendiri kepada seorang wirausaha yang diperoleh dari adanya adversity quotient dalam berwirausaha.

  Selanjutnya peneliti menyadari berbagai kekurangan dari penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian yang tidak memperhatikan latar belakang budaya (asal suku), tingkat pendidikan, jenis usaha serta lamanya berwirausaha. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membedakan tingkat kepuasan berwirausaha dan adversity quotient berdasarkan latar belakang budaya (asal suku), tingkat pendidikan, jenis usaha serta lamanya berwirausaha .

  Terakhir, mengingat bahwa hasil penelitian hanya memperlihatkan hubungan Adversity Quotient dan kepuasan berwirausaha sebesar 12% maka bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan variabel lain yang kemungkinan ikut mempengaruhi munculnya kepuasan berwirausaha khususnya pada wirausaha wanita.

  Andersson, P. 2008. Happiness and health: Well-being among the self- employed. The Journal of

  Socio-Economics, 37 , 213 –236.

  Beyer, S., & Bowden, E. M. 1997. Gender differences in self-perceptions: Convergent evidence from three measures of accuracy and bias.

   Organizational Psychology, 69 ,

  • –172. Blanchflower D.G. & Oswald A.J., 2007.

  What makes a young entrepreneur?. Discussion Paper,

  Bonke, J., Deding, M., & Lausten, M.

  2009. Time and money: A simultaneous analysis of men ’s and women

  ’s domain satisfactions. Journal of

  Happiness Studies, 10 , 113 –131.

  Carree, M. A., & Verheul, I. 2011.

  What makes entrepreneurs happy? Determinants of satisfaction among founders. J Hapiness Stud, 13; 371-387.

  3139 , 1-15.

  Wood, S.J., Sheehan, M., Clegg, C.W. & West, M. 2004. On the validity of subjective measures of company performance. Journal of applied research, 57, 95- 118.

  Grasindo. . 2003. Adversity

  1996, A Re-examination of the determinants of consumer satisfaction. Journal of marketing, 60(3), 15-32. Suryana. 2006. Kewirausahaan pedoman

  praktis: Kiat dan proses menuju sukses. Edisi ketiga. Jakarta:

  Penerbit Salemba Empat. Suryana, Y. & Bayu, K. 2010.

  Kewirausahaan ; Pendekatan karakteristik wirausahawan sukses.

  Edisi pertama, Cetakan ke-I. Jakarta: Kencana. Suryabrata, S. 2000. Metode penelitian.

  Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Stolz, G. (2000). Adversity

  quotient; Mengubah hambatan menjadi peluang. Jakarta: PT

  ; Mengatasi kesulitan di tempat kerja . Batam: Interaksara.

  Ekonomi dan Kewirausahaan, 10(2) , 182

  Suyatini, S. 2004. Analisis pengaruh karekteristik wirausahawan terhadap kepuasan berwirausaha dan kepuasan hidup wirausahawan.

  [Thesis]. Universitas Diponogoro.

  Semarang. Tambunan,. 2012. Wanita pengusaha di umkm di Indonesia: Motivasi dan kendala . Policy Discussion Paper Series , 1-19 .

  VandenHeuvel, A., & Wooden, M.

  1997. Self-employed contractors and job satisfaction. Journal of

  Small Business Management, 35(3 ),

  11 –20. Wall, T.D., Michie, J., Patterson, M.,

  Spreng, R., MacKenzie. & Olshavsky.

  Sunarso. 2010. Sikap mental wirausahawan dalam menghadapi perkembangan zaman. Jurnal

   Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014

  Addison wisley publishing company. Nasution, A.H., Noer, B.A., & Suef, M.

  wrong: Gender differences and similarities in confidence judgments. Journal of Educational

  Psychology, 86 , 114 –121.

  Longnecker, J., Carlos, W., &. William, J. 2001. Kewirausahaan

  manajemen usaha kecil. Terjemahan

  Thomson Learning. Jakarta: Salemba Empat. Luthans, F. 2006. Perilaku organisasi.

  Edisi Sepuluh. ANDI , Yogyakarta. Meng, L.A. & Liang, T.W. 1996.

  Entrepreneurs, entrepreneurship and entreprising culture. Paris:

  2001. Membangun spirit entrepreneur muda indonesia. Jakarta: PT. Alex Komputindo. Riyanti, Benedicta P.D.2003.

  Entrepreneurship Theory and Practice, 619-642.

  kewirausahaan dari sudut pandang psikologi kepribadian .

  Jakarta: Penerbit PT Grasindo. .2007. Fear of ssucces dan risk taking pada wirausaha wanita Bali.

  Jurnal penelitian psikologi, 2(2) , 109 - 26.

  Robbin, S.P. 2003. Perilaku organisasi

  jilid I . Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia,.

  Scarborough, M. & Zimmerer, W. 1992.

  Effective Small Business Management, Third Ed. New York:

  An amprint of macmillan publishing co. Schjoedt,. 2009. Entrepreneural job characteristic: an examination of their effect on entrepreneural satisfaction. Journal of

  • – 189.