9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Sejarah Puskesmas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Sejarah Puskesmas

  Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada tahun 1968 diterapkan konsep puskesmas yang dilangsungkan dalam Rapat Kerja Nasional di Jakarta, yang membicarakan tentang upaya mengorganisasi sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan pada saat itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengobatan (BP), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

  Melalui rakernas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas dibedakan menjadi 4 macam yaitu : 1) puskesmas tingkat desa, 2) puskesmas tingkat kecamatan 3) puskesmas tingkat kewedanan, 4) puskesmas tingkat kabupaten. Pada tahun 1979 mulai dirintis pembangunan di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa, untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di suatu kecamatan maka selanjutnya disebut sebagai puskesmas induk sedangkan yang lain disebut puskesmas pembantu, dua kategori ini

  9 dikenal sampai sekarang (hhtp:/PelangiIndonesia,Sejarah perkembangan puskesmas di Indonesia no.04, 2005, diakses tgl 7 Agustus 2013).

2.1.2 Pengertian Puskesmas

  Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. (Depkes, 2004). Merujuk dari defenisi puskesmas tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Unit Pelaksana Teknis Sebagai unit pelayanan teknis dinas Kabupaten/Kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

  2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

  3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah dinas kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.

  Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Disamping itu dikenal pula Puskesmas Pembantu dan Puskesmas

  Keliling.Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang merupakan bagian integral dari Puskesmas keliling yaitu unit pelayanan kesehatan keliling berupa kenderaan bermotor roda empat atau perahu motor, dilengkapi peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas (Depkes, 2004).

2.1.3 Konsep Dasar Puskesmas

2.1.3.1 Visi Puskesmas

  Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

  Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: 1.

  Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat 3. Cakupan pelayanan kesehatan bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

  Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setampat (Depkes, 2004).

2.1.3.2 Misi Puskesmas

  Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

  1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

  2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

  3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

  4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Depkes, 2004).

2.1.3.3 Tujuan Puskesmas

  Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya (Depkes, 2004).

2.1.4 Kedudukan Puskesmas

  Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah.

  1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

  2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

  3. Sistem Pemerintahan Daerah Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

  4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan starata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai Pembina (Depkes, 2004).

2.1.5 Fungsi Puskesmas 1.

  Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas dapat diharapkan bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerja. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat.

  2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Dalam Pembangunan Kesehatan Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas ikut memberdayakan masyarakat, sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu menjaga dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Wujud pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah tumbuh kembangnya upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, kemitraan dengan LSM dan pelbagai potensi masyarakat lainnya.

  Sebagai pusat pemberdayaan keluarga, puskesmas diharapkan bisa secara proaktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga keluarga sehat tetap sehat dan keluarga sakit menjadi sehat. Wujudnya adalah pelaksanaan Puskesmas Peduli Keluarga yang tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari makin banyaknya keluarga sehat di wilayah kerja puskesmas.

  3. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat umum.

  Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi: 1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

  2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan. Pada kondisi tertentu bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan anatar sebelum dirujuk ke Rumah

  Sakit (Depkes, 2004).

2.1.6 Upaya Puskesmas

  Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib

  Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

  Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a.

  Upaya Promosi kesehatan b.

  Upaya Kesehatan lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak,termasuk Keluarga Berencana d.

  Upaya Perbaikan gizi masyarakat e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular f. Upaya Pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan

  Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni: a.

  Upaya Kesehatan Sekolah b.

  Upaya Kesehatan Olah Raga c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d.

  Upaya Kesehatan Kerja e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa g.

  Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut i.

  Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apaila upaya kesehatan wajib di pukesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan erta peningkatan mutu pelayanan tercapai (Depkes, 2004).

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

  Menurut Dever (dalam Betty Sirait, 2013), ada beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: 1) faktor sosiokultural meliputi teknologi pemanfaatan pelayanan kesehatan dan norma/nilai yang ada dimasyarakat, 2) faktor organisasi meliputi, ketersediaaan sumber daya, akses geografi, sosial dapat diterima mengarah pada faktor psikologis, sosial dan faktor budaya, sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi, 3) faktor yang berhubungan dengan konsumen, interaksi konsumen dengan provider, 4) faktor yang berhubungan dengan produsen, mencakup karakteristik dari provider dan faktor ekonomi.

  Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau dari informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana kesehatan tersebut dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Sarwono, 2004).

  Menurut pendapat Wirick yang dikutip oleh Sopar (2009) terdapat 4 (empat) faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pelayanan kesehatan yaitu :

  1. Kebutuhan, seseorang yang menderita suatu penyakit akan mencari pelayanan atau pemeriksaan medis.

  2. Kesadaran akan kebutuhan tersebut, seseorang harus tahu dan memahami bahwa ia membutuhkan pelayanan medis.

  3. Kemampuan finansial harus tersedia untuk memperoleh pelayanan yang dibutuhkan

  4. Tersedia fasilitas dan sarana pelayanan Berbagai karakteristik masyarakat memengaruhi pembayaran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, diantaranya adalah karakteristik demografi.

  Faktor umur merupakan dasar penggunaan kesehatan yang utama, umur tidak hanya berhubungan dengan tingkat pelayanan melainkan juga jenis pelayanan dan penerimaan pelayanan.

  Faktor jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang memengaruhi penerimaan pelayanan, tuntutannya terhadap sistem pemeliharaan kesehatan termasuk diantaranya masalah dokter, obat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

  Tingkat penghasilan, pengetahuan masyarakat juga sebagai salah satu dasar utama dalam tingkat kemauan dan kemampuan dalam membayar premi asuransi.

  Penghasilan tidak hanya berhubungan dengan kemampuan dan kemauan membayar, melainkan juga berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan dan jenis pelayanan yang diterima.

  Menurut Anderson (1968) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah:

  1. Komponen yang memengaruhi (predisposing), ada banyak orang memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan layanan lebih banyak dari pada individu lainnya, dimana kecenderungan ke arah penggunaannya bisa diketahui dengan karakteristik individu yang ada sebelumnya dengan permulaan episode tertentu penyakit tersebut. Orang-orang tertentu yang karakteristik ini lebih memungkinkan memanfaatkan layanan kesehatan walaupun karakteristiknya tidak secara langsung bertanggungjawab terhadap pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demikian mencakup demografi, struktur sosial, dan variabel-variabel keyakinan bersikap. Usia dan jenis kelamin, misalnya diantara variabel-variabel demografis, adalah hal yang sangat terkait dengan kesehatan dan kesakitan. Namun, semua ini masih dianggap menjadi kondisi memengaruhi kalau sejauh usia tidak dianggap suatu alasan untuk memperhatikan perawatan kesehatan. Lain lagi orang-orang pada kelompok usia berbeda memiliki jenis berbeda dan jumlah kesakitan dan akibat pola berbeda dalam perawatan kesehatan. Kesakitan yang lalu dimasukkan dalam kategori ini karena ada bukti jelas bahwa orang-orang yang telah mengalami masalah kesehatan di masa lampau adalah mereka yang kemungkinan mempunyai sifat menuntut terhadap sistem perawatan kesehatan di masa mendatang.

  Variabel-variabel struktur sosial mencerminkan lokasi (status) individu dalam masyarakat sebagaimana diukur melalui karakteristik seperti pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, bagaimana gaya hidup individu, kondisi fisik serta lingkungan sosial dan pola perilaku yang akan menghubungkan dengan pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demografis dan struktur sosial juga terkait dengan sub komponen ketiga kondisi yang memengaruhi sikap atau keyakinan mengenai perawatan kesehatan, dokter, dan penyakit. Apa yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya bisa memengaruhi kesehatan dan perilaku kesakitan. Seperti halnya variabel- variabel lain yang memengaruhi, keyakinan kesehatan tidak dianggap menjadi suatu alasan langsung terhadap pemanfaatan layanan namun betul-betul bisa berakibat pada perbedaan dalam kecenderungan ke arah pemanfaatan layanan kesehatan. Misalnya, keluarga yang sangat yakin dalam hal kemanjuran pengobatan dokter mereka akan mencari dokter seketika dan memanfaatkan lebih banyak layanan daripada keluarga yang kurang yakin dalam hasil pengobatan tersebut.

  2. Komponen pemungkin (enabling), Walaupun individu akan lebih cenderung memanfaatkan layanan kesehatan, harus pula banyak perangkat yang wajib tersedia bagi mereka. Kondisi yang memungkinkan suatu keluarga bisa bertindak menurut nilai atau memenuhi kebutuhan terkait layanan kesehatan pemanfaatannya dianggap sebagai faktor pemungkin.

  Kondisi pemungkin menyebabkan sumberdaya layanan kesehatan tersedia wajib bagi individu. Kondisi pemungkin bisa diukur menurut sumberdaya keluarga seperti pendapatan, tingkatan pencakupan asuransi kesehatan. Atau sumber lain dari pembayaran pihak ketiga, apakah individunya memiliki sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala, dan akses kesumberdaya menjadi hal sangat penting. Terlepas dari sifat-sifat keluarga, karakteristik pemungkin tertentu pada komunitas dimana keluarga tersebut hidup bisa juga memengaruhi pemanfaatan layanan. Satu karakteristik demikian adalah pokok dari fasilitas kesehatan dan petugas dalam suatu komunitas. Apabila sumberdaya menjadi melimpah dan bisa dipakai tanpa harus bertunggu, maka semuanya bisa dimanfaatkan lebih sering oleh masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, orang bisa berharap orang-orang yang mengalami pendapatan rendah agar menggunakan lebih banyak layanan kesehatan medis. Ukuran lain sumberdaya masyarakat mencakup wilayah negara bagian dan sifat pola pedesaan dan perkotaan dari masyarakat dimana keluarga tinggal.

  Variabel-variabel ini akan dikaitkan dengan pemanfaatan dikarenakan norma- norma setempat menyangkut bagaimana pengobatan sebaiknya dipraktekkan atau melombai nilai-nilai masyarakat yang memengaruhi perilaku individu yang tinggal di masyarakat tersebut.

  3. Komponen tingkatan kesakitan (illness level), ada faktor memengaruhi dan pemungkin, individu atau keluarganya harus merasa kesakitan ataupun kemungkinan kejadiannya dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan akan terjadi. Tingkatan kesakitan memperlihatkan penyebab paling langsung pemanfaatan layanan kesehatan. Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson

  (1974) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

  Faktor pemungkin Kebutuhan Faktor predisposisi Keluarga: Pendapatan, dukungan , Asuransi kesehatan.

  Tingkat rasa sakit: Ketidakmampuan, Gejala penyakit, Diagnosis, Keadaan umum. Demografi : Umur, Jenis kelamin, status perkawinan, penyakit masa lalu

  Komunitas/ Masyarakat: Informasi, Tersedianya fasilitas dan petugas kesehatan, lokasi/ jarak transportasi biaya pelayanan

  Struktur sosial: Pendidikan, Ras, Pekerjaan, Besar keluarga, Agama,

  Evaluasi: Gejala-gejala, Diagnosis- diagnosis

  Keyakinan : Persepsi, Sikap, pengetahuan

2.3 Minat

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karangan WJS, minat diartikan sebagai perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Minat merupakan suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal dan aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan di luar diri, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minat.

  Beberapa kondisi yang memengaruhi minat: 1. Status ekonomi.

  Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka cenderung untuk mempersempit minat mereka.

2. Pendidikan

  Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Seperti yang dikutip Notoatmojo, 1997 dari L.W. Green jika seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan memengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka.

3. Tempat tinggal

  Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak (hhtp://Psikologi.or.id, Minat- Gede Juliarsa, diakses tgl 5 April 2014).

2.4 Kerangka Konsep

  Berdasarkan konsep skematis yang dikemukanan oleh Anderson (1974) yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen

  Faktor Predisposisi :

  1. Pendidikan

  2. Pekerjaan

  3. Pengetahuan

  4. Sikap Faktor Pemungkin : 1.

  Pendapatan 2.

  Pemanfaatan Puskesmas Informasi 3.

  Keterjangkauan Kebutuhan :

  1. Kondisi Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.5 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan latar belakang di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor pedidikian, pekerjaan, pengetahuan, sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.