BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin (Studi Kasus di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material.

  Kebutuhan pokok dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu (makan, perumahan dan pakaian) maupun keperluan pelayanan sosial seperti air minum, transportasi, kesehatan dan pendidikan. Secara garis besar alokasi penggunaan pengeluaran konsumsi masyarakat dapat digolongkan dalam dua kelompok penggunaan yaitu pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran untuk non pangan. Di negara berkembang, pengeluaran pangan masih merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran rumah tangga (BPS, 2010).

  Pangan termasuk kebutuhan primer. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan kebutuhan pangan tidak dapat ditunda-tunda, sehingga kebutuhan pangan diberbagai negara mendapat perhatian khusus dalam pembangunan bangsa. Masing-masing rumah tangga mempunyai perilaku konsumsi yang berbeda- beda mencakup apa saja yang dikonsumsi, berapa banyak yang akan dikonsumsi dan bagaimana mengkonsumsinya. Hal ini sangat wajar apabila rumah tangga yang berpendapatan lebih tinggi akan melakukan konsumsi lebih banyak dibanding yang berpendapatan rendah.

  Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar sangat erat kaitannya dengan pendapatan yang diperoleh. Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dari besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan rendah akan mendahulukan pengeluaran untuk kebutuhan pangan.

  Secara ekonomi, kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serta keluarga yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Standar kehidupan atau kebutuhan minimal itu juga berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak geografisnya. Kebutuhan minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori sehingga memungkinkan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan serta kebutuhan minimal non makanan yang harus dipenuhi (BPS, 2010).

  Berdasarkan Profil Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan

  2

  (2011), Kelurahan Sidomulyo memiliki wilayah seluas 0,87 km , dengan jumlah penduduk sebesar 1.934 jiwa dan 458 rumah tangga. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pedagang keliling yaitu sekitar 440 jiwa, pegawai negeri sipil 48 jiwa, petani 40 jiwa dan lain-lain sekitar 49 jiwa. Besarnya pendapatan sesuai dengan pekerjaannya.

  Pendapatan rumah tangga bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga. Masih ada faktor lain yang turut memberikan kontribusinya, beberapa faktor yang diteliti dalam penelitian ini selain pendapatan rumah tangga antara lain : jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga dan jumlah subsidi beras miskin (raskin) yang diterima.

  Berdasarkan Badan Pusat Statistika, Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan (2012) rata-rata memiliki jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang. Banyaknya jumlah anggota rumah tangga akan mengakibatkan semakin berat ekonomi yang harus ditanggung. Hal ini disebabkan, biaya konsumsi semakin tinggi sehingga sebagian besar pendapatan keluarga digunakan untuk makan dan memenuhi kebutuhan pokok lainnya.

  Akhir-akhir ini, harga bahan-bahan pokok pangan mengalami kenaikan. Akibatnya daya beli masyarakat semakin menurun. Hal tersebut menyebabkan rumah tangga di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan harus mengatur pengeluaran konsumsi pangannya. Jalan yang ditempuh adalah dengan memberi prioritas pada pengeluaran untuk pangan daripada untuk non pangan.

  Sesuai dengan pembahasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran

  

Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin (Studi kasus di Kelurahan Sidomulyo

Kecamatan Medan Tuntungan)”.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimanakah korelasi antara pendapatan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lamanya berumah tangga/usia perkawinan dan jumlah subsidi beras miskin (raskin) yang diterima terhadap pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian.

  2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian.

  1.3. Batasan Masalah

  1. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan.

  2. Waktu penelitian dimulai tanggal 28 Maret - 14 April 2013.

  3. Rumah tangga yang menjadi objek penelitian adalah rumah tangga miskin yang menerima bantuan beras miskin (raskin) dari pemerintah setempat.

  4. Faktor-faktor yang diteliti adalah pendapatan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lama berumah tangga/usia perkawinan dan jumlah subsidi beras miskin (raskin) yang diterima.

  1.4. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara pendapatan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lama berumah tangga/usia perkawinan dan jumlah subsidi beras miskin (raskin) yang diterima dengan pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian.

  2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian.

  1.5. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  a. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi instansi/pemerintah daerah setempat di dalam mengambil kebijakan sehubungan dengan peningkatan kesejahteraan hidup warganya.

  b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.

  1.6. Tinjauan Pustaka

  Tingkat kesejahteraan rumah tangga secara nyata dapat diukur dari tingkat pendapatan yang dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup layak. Perubahan pada tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pola pengeluaran rumah tangga, yang dibedakan menjadi dua yaitu pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran bukan makanan. Di negara berkembang umumnya pengeluaran untuk makanan masih merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sebaliknya, di negara yang relatif sudah maju, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa seperti untuk perawatan kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga, dan sejenisnya merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran rumah tangga (BPS, 2010).

  Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Tetapi jelas bahwa tingkat pendapatan rumah tangga bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi konsumsi. Tingkat konsumsi untuk suatu barang dari suatu rumah tangga juga dipengaruhi oleh jumlah anggota-anggota keluarga, letak geografis dan lainnya (Rahardja, 2004).

  Secara ekonomi, kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serta keluarga yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Terjadinya kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain yaitu : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografis dan lainnya. Selanjutnya standar kehidupan atau kebutuhan minimal itu juga berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak geografisnya (BPS, 2010).

  Penduduk yang berada pada golongan pengeluaran rendah, persentase pengeluaran untuk bahan makanan pokok (padi-padian dan umbi-umbian) sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa penduduk miskin sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Semakin tinggi pendapatan maka semakin berkurang persentase pengeluaran untuk makanan pokok, namun semakin tinggi persentase pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi, serta makanan berprotein tinggi seperti daging, telur dan susu (BPS, 2010).

  Menurut Yasril (2008), analisis regresi linier berganda didefinisikan sebagai analisis regresi yang variabel tak bebas Y ditentukan oleh sekurang-kurangnya dua variabel bebas X dan setiap variabel X maupun variabel Y hanya berpangkat satu . (linier) Regresi linier berganda merupakan perluasan dari regresi linier sederhana. Regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antar beberapa variabel bebas yang biasa X , X , X ...,X terhadap variabel terikat Y. Jenis data pada

  1

  2 3 k

  analisis regresi linier ganda untuk variabel dependen harus numerik sedangkan untuk variabel independen boleh semuanya numerik atau campuran numerik dengan kategorik. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Model umum regresi linier berganda seperti yang di bawah ini :

  • =

  (1.1) ⋯

  • dengan :

  = variabel terikat = titik potong dengan sumbu tegak (intercept)

  , , , …,

  = koefisien regresi (slope)

  , , , …, = variabel bebas

  = nilai kesalahan (error) Persamaan umum (1.1), dapat diestimasi dengan persamaan (1.2) di bawah ini :

  =

+ + + + + +

  (1.2)

  Untuk menghitung koefisien regresi persamaan (1.2) digunakan persamaan (1.3) (Irianto, 2004), yaitu :

  ∑ ∑ ∑ ∑ = ∑ ⋯

  =

  ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ⋯

  =

  (1.3) ∑ ∑ ∑ ∑ ∑

  ∑ ⋯

  =

  ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ⋯

  =

  ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ⋯ ∑

  Drapper dan Smith (1992) menyatakan bahwa salah satu metode pemilihan persamaan regresi terbaik adalah metode eliminasi langkah mundur (backward). Eliminasi langkah mundur mulai dengan regresi terbesar dengan menggunakan semua variabel bebas (X) dan secara bertahap mengurangi banyaknya variabel di dalam persamaan sampai suatu keputusan dicapai untuk menggunakan persamaan yang diperoleh dengan jumlah variabel tertentu. Metode eliminasi langkah mundur mencoba memeriksa hanya regresi terbaik yang mengandung sejumlah tertentu variabel bebas (X).

1.7. Metodologi Penelitian

  Populasi sasaran adalah semua rumah tangga miskin yang menerima bantuan beras miskin (raskin) dari pemerintah setempat. Jumlah populasi sasaran sebanyak 141 rumah tangga. Teknik sampling yang digunakan adalah metode acak sederhana. Anggota rumah tangga yang menjadi responden penelitian adalah kepala rumah tangga dan atau istri yang berumur sekitar 17-64 tahun pada saat penelitian. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 rumah tangga miskin. Dengan pertimbangan penentuan ukuran sampel tersebut dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai penduga ragam populasi (lebih dari 30), (Sugiarto, 2001).

  Cara mengumpulkan data menggunakan kuisioner dengan wawancara tatap muka kepada responden yang terpilih. Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan program SPSS 17. Selanjutnya dilakukan langkah-langkah pengolahan data yang dapat dilihat pada diagram 1.1 berikut :

  Diagram 1.1. Langkah-Langkah Pengolahan Data

Langkah-Langkah Pengolahan Data

  

Mentabulasi data hasil

kuisioner penelitian di

SPSS 17

Menentukan uji korelasi Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier Berganda

  Menentukan persamaan regresi linier berganda dengan metode backward .

  Menghitung koefisien determinasi ganda (R 2 ) Uji F

  (uji simultan/gabungan) Uji t (uji parsial)

  Uji Normalitas Uji heteroskedastisitas

  Uji Multikolinieritas