Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan

(1)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN

DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SKRIPSI

OLEH :

FRISKA JULIANA SIMBOLON 070304047

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN

DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SKRIPSI

Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar

Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

OLEH :

FRISKA JULIANA SIMBOLON 070304047

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

FRISKA JULIANA SIMBOLON (070304047) dengan judul penelitian “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas sehari- hari sepanjang waktu. Penelitian ini ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang memiliki rumah tangga miskin. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dan metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan dan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga miskin yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 77,5 % sampel rumah tangga miskin memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi. Secara parsial faktor- faktor yang memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga adalah : pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga, sedangkan yang memiliki pengaruh yang nyata dan negatif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga adalah : jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima. Dan faktor- faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah : tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan lamanya berumah tangga/ umur perkawinan.

Kata Kunci : rumah tangga miskin, pengeluaran pangan, pangsa pengeluaran pangan


(4)

RIWAYAT HIDUP

FRISKA JULIANA SIMBOLON, lahir di Sidikalang pada 29 Juli 1989, anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Ir. Martua Simbolon dan Ibu Laura H. Malau.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh Penulis hingga saat ini adalah:

1. Tahun 1995, masuk Sekolah Dasar dan lulus pada tahun 2001 dari SD. ST. Thomas VI Medan.

2. Tahun 2001, masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus pada tahun 2004 dari SLTP Putri Cahaya Medan.

3. Tahun 2004, masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus pada tahun 2007 dari SMA ST. Thomas I Medan.

4. Tahun 2007, diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis melalui jalur SPMB.

Kegiatan yang pernah diikuti Penulis selama kuliah adalah:

1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara dari Tanggal 27 Juni sampai 26 Juli 2011. 2. Melaksanakan penelitian Skripsi di Kelurahan Baru Ladang Bambu,

Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Lau Cih dan Kelurahan Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia- Nya, yang senantiasa melindungi, menyertai, memimpin, dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing penulis selama dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing penulis selama dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS., selaku Ketua Program Studi Agribisnis atas bimbingan dan bantuannya selama penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 4. Seluruh Staf Pengajar dan pegawai Tata Usaha di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara atas bimbingan, arahan, serta ilmu- ilmu yang telah diajarkan selama penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 5. Teristimewa Ayahanda Ir. Martua Simbolon dan Ibunda Laura H. Malau


(6)

materiil serta doa kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Kedua Adinda terkasih (Immanuel Viktor Liberty Simbolon dan Frans Edward Jonathan Simbolon) yang telah banyak memberikan motivasi

dan doa kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. 7. Rekan - rekan mahasiswa Program Studi Agribisnis USU khususnya

Stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi dan semangat serta bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

8. Para responden dan instansi – instansi yang berkaitan dengan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, baik dari isi maupun tutur bahasanya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2011


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka... 6

Kemiskinan ... 7

Pengeluaran Rumah Tangga... 8

Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan ... 9

Landasan Teori ... 15

Kerangka Pemikiran ... 17

Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

Metode Penentuan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 22

Defenisi dan Batasan Operasional ... 24

Defenisi ... 24


(8)

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian ... 26

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 26

Keadaan Penduduk ... 27

Sarana dan Prasarana ... 39

Karakteristik Sampel Penelitian ... 40

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan pada Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan ... 45

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan ... 49

Uji Asumsi Klasik... 51

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 62

Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal.

1. Kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan yang Memiliki Rumah Tangga Miskin Tahun 2010 ... 20 2. Jumlah Sampel Rumah Tangga Miskin Penerima Subsidi Beras

Miskin (Raskin) di Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 21 3. Kelurahan yang Terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan ... 26 4. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu

Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 27 5. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu

Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010 ... 28 6. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu

Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010 ... 29 7. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut

Kelompok Umur Tahun 2010... 30 8. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut

Tingkatan Pendidikan Tahun 2010 ... 31 9. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut Jenis

Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010 ... 32 10. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Kelompok

Umur Tahun 2010 ... 33 11. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Tingkatan

Pendidikan Tahun 2010 ... 34 12. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Jenis Mata

Pencaharian Pokok Tahun 2010 ... 35 13. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut

Kelompok Umur Tahun 2010... 36 14. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut

Tingkatan Pendidikan Tahun 2010 ... 37 15. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut Jenis

Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010 ... 38 16. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Tuntungan ... 39


(10)

17. Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan

Tuntungan ... 40 18. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Sampel di Kecamatan

Medan Tuntungan ... 41 19. Jumlah Anggota Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan

Tuntungan ... 42 20. Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan Sampel di

Kecamatan Medan Tuntungan ... 43 21. Jumlah Subsidi Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang

Diterima Oleh Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan

Tuntungan ... 44 22. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin

di Kelurahan Baru Ladang Bambu ... 46 23. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin

di Kelurahan Sidomulyo ... 46 24. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin

di Kelurahan Lau Cih ... 47 25. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin

di Kelurahan Namo Gajah ... 48 26. Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Statistik Kolinieritas ... 51 27. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin

Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga ... 55 28. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga ... 56 29. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin

Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga ... 57 30. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin

Berdasarkan Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan ... 59 31. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 18 2. Grafik Uji Heterokedastisitas ... 52 3. Grafik Uji Normalitas dan Histogram Normalitas ... 53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal.

1. Data Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Baru Ladang Bambu... 66 2. Rincian Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di

Kelurahan Baru Ladang Bambu ... 67 3. Rincian Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga Miskin di

Kelurahan Baru Ladang Bambu ... 70 4. Data Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Sidomulyo ... 72 5. Rincian Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di

Kelurahan Sidomulyo ... 73 6. Rincian Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga Miskin di

Kelurahan Sidomulyo ... 76 7. Data Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Lau Cih ... 78 8. Rincian Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di

Kelurahan Lau Cih ... 79 9. Rincian Pengelaran Nonpangan Rumah Tangga Miskin di

Kelurahan Lau Cih ... 82 10. Data Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Namo Gajah ... 84 11. Rincian Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di

Kelurahan Namo Gajah ... 85 12. Rincian Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga Miskin di

Kelurahan Namo Gajah ... 88 13. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah

Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan ... 90 14. Besar Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan dan

Nonpangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan

Tuntungan ... 91 15. Data Hasil Output SPSS ... 92


(13)

ABSTRAK

FRISKA JULIANA SIMBOLON (070304047) dengan judul penelitian “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas sehari- hari sepanjang waktu. Penelitian ini ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang memiliki rumah tangga miskin. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dan metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan dan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga miskin yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 77,5 % sampel rumah tangga miskin memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi. Secara parsial faktor- faktor yang memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga adalah : pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga, sedangkan yang memiliki pengaruh yang nyata dan negatif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga adalah : jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima. Dan faktor- faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah : tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan lamanya berumah tangga/ umur perkawinan.

Kata Kunci : rumah tangga miskin, pengeluaran pangan, pangsa pengeluaran pangan


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap individu atau keluarga berusaha memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan sebagai kebutuhan pangan dan kebutuhan nonpangan, sedangkan salah satu sumberdaya adalah uang. Pemilikan sumberdaya uang ini salah satunya berasal dari pendapatan. Upaya pemenuhan kebutuhan merupakan upaya pengalokasian pendapatan untuk kebutuhan pangan dan nonpangan. Hal ini dikarenakan pendapatan bersifat terbatas, sementara kebutuhan terutama nonpangan bersifat tidak terbatas (Fatimah, 1995).

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhannya dengan berbagai cara. Dalam perkembangan peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup yang maju, mandiri, dalam suasana tenteram serta sejahtera lahir dan bathin, semakin dituntut penyediaan pangan yang cukup, berkualitas, aman, dan merata. Oleh karena itu, kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk mewujudkan pembangunan sumber daya manusia yang sehat, aktif, dan produktif (BKP, 2010).


(15)

Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena

pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan

kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas sehari- hari sepanjang waktu. Dengan definisi deperti itu, ketahanan pangan tidak hanya cukup sampai tingkat global, nasional, maupun regional tetapi harus sampai pada tingkat rumah tangga dan individu (Rachman, 2005).

Secara nasional, kewajiban mewujudkan ketahanan pangan tertuang secara eksplisit dalam UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dimana dalam konsep ketahanan pangan telah termuat aspek keamanan, mutu dan keragaman sebagai kondisi yang harus dipenuhi dalam kebutuhan pangan penduduk secara cukup dan merata serta terjangkau. Kondisi ketahanan pangan yang diperlukan juga mencakup persyaratan bagi kehidupan sehat. Definisi ketahanan pangan sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan adalah sebagai berikut : “ Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata terjangkau” (Sumarmi, 2010).

Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian pendapatannnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar. Akan tetapi, karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka


(16)

dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran nonpangan (Fatimah, 1995).

Peningkatan total pengeluaran untuk nonpangan mulai pada pendapatan tertentu jauh lebih besar dari peningkatan pengeluaran untuk pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk nonpangan meningkat dengan meningkatnya pendapatan, sedangkan persentase pengeluaran untuk pangan justru menurun. Persentase pengeluaran untuk pangan pada keluarga berpendapatan rendah akan lebih besar dari keluarga berpendapatan lebih tinggi (Fatimah, 1995).

Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya. Standard minimal kebutuhan hidup ini berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, karena sangat bergantung pada kebiasaan/ adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak geografisnya. Kebutuhan minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori sehingga kemungkinan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan. Patokan tingkat kecukupan kalori yang dijadikan acuan adalah sebesar 2.100 kalori setiap orang per hari (untuk makanan). Selain kebutuhan makanan, juga diperlukan kebutuhan lain yang minimal harus dipenuhi, yaitu meliputi tempat perlindungan (rumah) termasuk fasilitas penerangan, bahan bakar dan pemeliharannya, pakaian


(17)

termasuk alas kaki, pendidikan, kesehatan, dan transportasi (BPS, 2009).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (Raskin) yang diterima.

Dilakukannya penelitian ilmiah ini, karena penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan pertimbangan bahwa daerah Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu daerah miskin yang terdapat di Kota Medan, sehingga perlu dibina ketahanan pangannya.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian ?

2) Bagaimana pengaruh faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah


(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain :

1) Untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian.

2) Untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :

1) Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti lebih lanjut tentang beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin selain daripada faktor pendapatan. 2) Sebagai bahan masukan dan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.Tinjauan Pustaka

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman (BKP, 2010).

Pangan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok yakni : 1) Padi- padian

Terdiri dari beras, jagung, terigu 2) Makanan berpati atau umbi- umbian

Terdiri dari kentang, wortel, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan umbi- umbian lain 3) Pangan hewani dan tumbuhan

Terdiri dari ikan, daging, susu, telur 4) Minyak dan lemak

Terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan margarine

5) Buah dan biji berminyak


(20)

Terdiri dari kacang tanah, kacang hijau, tahu dan tempe 7) Gula

Terdiri dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya 8) Sayur dan buah

Adalah seluruh jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi 9) Lain- lain

Terdiri dari teh, kopi, bumbu makanan dan minuman beralkohol. (BKP, 2010).

Kemiskinan

Penentuan batas kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengacu pada kebutuhan minimal yang setara dengan kebutuhan energi sebesar 2.100 kalori per kapita per hari ditambah dengan pemenuhan kebutuhan minimum non-makanan. Patokan 2.100 kalori ditentukan berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang menyatakan bahwa hidup sehat rata- rata setiap

orang harus mengkonsumsi makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari (BPS, 2009).

Konsep kemiskinan menurut Inpres nomor 12 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Program Raskin, dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pengeluaran keluarga yang terdiri atas 4 anggota keluarga.

1) Golongan sangat miskin adalah mereka yang mengkonsumsi makanan senilai sampai dengan 1.900 kalori per hari, yang senilai dengan Rp.120.000,- per


(21)

minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.480.000,- per rumah tangga per bulan.

2) Golongan miskin adalah mereka yang mengkonsumsi makanan senilai sampai 2.100 kalori per hari, yang senilai dengan Rp.150.000,- per minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.600.000,- per rumah tangga per bulan.

3) Golongan hampir miskin yaitu mereka yang mengkonsumsi makanan senilai sampai dengan 2.300 kalori per hari, yang senilai sampai dengan Rp.175.000,- per minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.700.000,- per rumah tangga per bulan (Asa’ad, 2007).

Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Tingkat pengeluaran terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan/ permintaan (demand) terhadap kedua kelompok tersebut pada dasarnya berbeda- beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan (BKP, 2010).


(22)

Pergeseran komposisi dan pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan secara umum rendah, sedangkan elastisitas terhadap kebutuhan bukan makanan relatif tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan, sedangkan sisa pendapatan dapat disimpan sebagai tabungan (saving) atau diinvestasikan (BKP, 2010).

Uraian di atas dapat menjelaskan bahwa pola pengeluaran merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan (ekonomi penduduk), sedangkan pergeseran komposisi pengeluaran dapat mengindikasikan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk (BKP, 2010).

Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan

Yang dimaksud dengan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga adalah rasio pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga. Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga menggunakan formula sebagai berikut :

PF =

Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)


(23)

Dalam konteks analisis ketahanan pangan, pengetahuan tentang proporsi atau pangsa pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga merupakan indikator ketahanan pangan rumah tangga yang sangat penting. Hubungan antara pangsa pengeluaran pangan dengan total pengeluaran dikenal sebagai Hukum Working. Dalam hukum working menyatakan bahwa ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga, maka semakin rendah tingkat ketahanan pangan rumah tangga tersebut (Pakpahan, 1993).

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan (Purwantini, 1999).

Rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran rendah dan cukup mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan rendah berarti kurang dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Dan ini mengindikasikan bahwa rumah tangga tahan pangan memiliki kemampuan untuk mencukupi konsumsi energi karena mempunyai akses yang

tinggi secara ekonomi juga memiliki akses yang tinggi secara fisik. Rumah tangga rawan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa


(24)

tinggi berarti lebih dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Ini mengindikasikan rendahnya pendapatan yang diterima oleh kelompok rumah tangga tersebut. Dengan rendahnya pendapatan yang dimiliki, rumah tangga rawan pangan dalam mengalokasikan pengeluaran pangannya tidak dapat memenuhi kecukupan energi (Purwaningsih, 2010).

Yang dimaksud dengan akses secara fisik adalah: akses pangan yang dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan/ produksi pangan dan sarana infrastruktur seperti akses jalan, transportasi yang mendukung lancarnya distibusi pangan untuk menjamin pasokan pangan tersedia dengan cukup di mana saja dan di setiap waktu. Sedangkan yang dimaksud dengan akses secara ekonomi adalah akses pangan yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat terhadap pangan. Daya beli antara lain dipengaruhi oleh sumber mata pencaharian dan pendapatan (BKP, 2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima.

1) Pendapatan Rumah Tangga

Adanya sifat keterbatasan sumberdaya keluarga atau pendapatan yang tersedia akan mempengaruhi adanya prioritas alokasi pengeluaran keluarga. Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar. Akan tetapi karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan pendapatan akan


(25)

dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran nonpangan (Fatimah,1995).

Hasil penelitian Oktavionita, 1989 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang berbeda akan menyebabkan alokasi pengeluaran yang berbeda, karena tingkat pengeluaran merupakan fungsi dari total pendapatan. Pada golongan berpendapatan rendah, persentase pengeluaran untuk pangan lebih besar dibandingkan pengeluaran lainnya, sedangkan pada golongan berpendapatan tinggi, persentase pengeluaran pangan lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran lainnya.

Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60 - 80 % dari pendapatannya dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk makanan yang digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan untuk tiap 1 % perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin dibandingkan pada rumah tangga kaya (Soekirman, 2000).

Untuk komoditas pangan, peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan peningkatan permintaan yang progresif. Hal ini sesuai dengan Hukum Engel, yang menyatakan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga, maka semakin

besar proporsi dari pendapatan tersebut yang dibelanjakan untuk makanan. (Sinaga dan Nyak Ilham, 2002).


(26)

2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang akan memberikan pendapatan relatif lebih tinggi pula. Oleh karenanya, orang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai kemampuan untuk memiliki pangan lebih banyak dan lebih bermutu (Roedjito, dkk, 1988).

Seorang ibu memiliki peranan besar dalam keluarga, dialah yang berbelanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan lain- lain. Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan pengasuhan dan kesadaran dalam pemberian pangan kepada anak. Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kesadaran seorang ibu rumah tangga untuk mencari informasi sebanyak- banyaknya dalam usaha mensejahterakan keluarganya, termasuk informasi tentang pangan dan pengetahuan gizi. Sebaliknya, ibu rumah tangga dengan pendidikan rendah, maka rata- rata pengetahuan gizi ibu rumah tangga ini pun rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu rumah tangga, maka semakin kecil persentase pengeluaran untuk pangan (Fatimah, 1995).

3) Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi konsumsi. Rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar cenderung mempunyai tingkat konsumsi yang tinggi. Jumlah anggota rumah tangga menentukan sampai batas tertentu jumlah pangan yang dikonsumsi, susunan isi keranjang pangan,


(27)

ukuran ruang rumah tempat tinggal, pengeluaran untuk pakaian, pendidikan, kesehatan dan rekreasi (Sicat dan Arndt, H., 1991).

4) Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan

Alokasi pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh lamanya berumah tangga/ umur perkawinan. Setiap tingkatan keluarga baik keluarga yang muda ataupun keluarga tua memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda- beda, baik pangan dan nonpangan. . Karena kebutuhan berbeda pada setiap tahapan rumah tangga, maka penggunaan/ alokasi pendapatan akan berbeda pula (Fatimah, 1995).

5) Jumlah Subsidi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang Diterima Mengingat pentingnya pemenuhan kebutuhan minimum bagi rakyat miskin sebagai salah satu langkah peningkatan ketahanan pangan, maka sejak tahun 2002 pemerintah melakukan kebijakan Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN). Kebijakan RASKIN ini dianggap sebagai subsidi pangan terarah atau income

transfer kepada keluarga miskin dalam bentuk beras. Alasan dilaksanakannya

program ini adalah masih banyaknya masyarakat miskin yang masih kesulitan

untuk memenuhi kebutuhan minimumnya yaitu makanan pokok. Orientasi RASKIN adalah lebih kepada bantuan kesejahteraan sosial bagi


(28)

2.2. Landasan Teori

Teori Konsumsi

Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment,

Interest and Money memberikan perhatian besar terhadap hubungan antara

konsumsi dan pendapatan. Lebih lanjut Keynes mengatakan bahwa ada pengeluaran konsumsi minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat

(outonomous consumption) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan

bertambahnya penghasilan (Waluyo, D. E., 2002).

Menurut Supriana (2008) dalam bukunya Ekonomi Makro menyebutkan bahwa konsumsi itu merupakan fungsi dari pendapatan yang dapat dibelanjakan. Penghasilan keluarga atau uang masuk sebagian besar dibelanjakan lagi, untuk membeli yang diperlukan untuk hidup. Dalam ilmu ekonomi dikatakan: dibelanjakan untuk dikonsumsi. Konsumsi tidak hanya mengenai makanan, tetapi mencakup pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (Gilarso, 1992).

Teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif dikemukakan oleh James Duesenberry dengan bukunya Income, Saving, and the Theory of

Consummer Behavior, bermaksud merekonsiliasi hubungan yang tidak

proporsional dan yang proporsional antara konsumsi dengan pendapatan dengan maksud agar diperoleh gambaran mengenai alasan sebab- sebab timbulnya perbedaan tersebut.


(29)

Di dalam teorinya, Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan untuk mengamati faktor- faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi seseorang.

a) Selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah Interdependen. Artinya, pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga). Jadi faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi.

b) Pengeluaran konsumsi adalah Irreversible. Artinya, pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Di dalam hal ini dikatakan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang dalam jangka pendek dapat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan relatif. Pendapatan relatif disini adalah merupakan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai oleh seseorang. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka secara otomatis konsumsi juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan sebaliknya bila pendapatan mengalami penurunan maka akan diikuti juga oleh penurunan konsumsinya. Akan tetapi, proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan proporsi akibat kenaikan pendapatan tadi


(30)

2.3. Kerangka Pemikiran

Pengeluaran rumah tangga dibagi dua, yakni pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran untuk nonpangan. Besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan dan nonpangan dapat dianalisis terhadap total pengeluaran pada rumah tangga tersebut. Dilihat dari besar pangsanya, yaitu jenis pengeluaran terhadap jumlah pengeluaran (pangan dan nonpangan), menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat ketahanan pangan suatu rumah tangga maka semakin besar pangsa pengeluaran pangan dan semakin kecil pangsa pengeluaran nonpangan.

Pengeluaran pangan rumah tangga miskin dipengaruhi oleh beberapa faktor dan masing- masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa faktor tersebut antara lain seperti: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima.

Untuk lebih jelasnya, kaitan antara faktor- faktor tersebut tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.


(31)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor- Faktor:

• Pendapatan Rumah Tangga • Tingkat

Pendidikan Ibu Rumah Tangga • Jumlah Anggota

Rumah Tangga • Lamanya

Berumah Tangga/ Umur Perkawinan • Jumlah Subsidi

Beras untuk Keluarga

Miskin (Raskin) yang Diterima

Rumah Tangga Miskin

Total Pengeluaran

Pengeluaran Pangan Pengeluaran Nonpangan

Pangsa Pengeluaran Pangan


(32)

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :

1) Rumah tangga miskin di daerah penelitian, memiliki pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60% pengeluaran total) sehingga tergolong rumah tangga rawan pangan.

2) Faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima memiliki pengaruh yang nyata/ siginifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian.


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Tuntungan pada empat kelurahan, yakni pada Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Lau Cih dan Kelurahan Namo Gajah, dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang memiliki rumah tangga miskin.

Tabel 1. Kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan yang Memiliki Rumah Tangga Miskin Tahun 2010

Kecamatan Kelurahan Rumah

Tangga (KK)

Rumah Tangga Miskin (KK)

Persentase Rumah Tangga Miskin (%) Tuntungan

Lau Cih Sidomulyo

Baru Ladang Bambu Namo Gajah

410 465 933 417

124 194 340 161

30,24 41,72 36,44 38,61

Jumlah 2.225 819 36,80

Sumber : BKP, 2010.

Dalam menentukan kriteria rumah tangga miskin, Badan Ketahanan Pangan (BKP) menggunakan indikator ketahanan pangan atau konsumsi rumah tangga yang diindikasikan oleh terpenuhinya pangan bagi rumah tangga secara kualitas maupun kuantitas, aman, merata dan terjangkau (BKP, 2010).


(34)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang menerima bantuan subsidi beras raskin yang terdapat di Kecamatan Medan

Tuntungan. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 KK dari seluruh

kelurahan terpilih, dimana untuk setiap kelurahan diwakili oleh 10 sampel KK. Hal ini dapat dilakukan karena anggota populasinya bersifat homogen, maka sampel yang kecil dapat mewakili seluruh populasi (Gulo, 2002).

Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Miskin Penerima Subsidi Beras Miskin (Raskin) di Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

No Kelurahan Jumlah Rumah Tangga Miskin

(KK)

1 Baru Ladang Bambu 340

2 Sidomulyo 194

3 Lau Cih 124

4 Namo Gajah 161

5 Kemenangan Tani 122

6 Simalingkar B 241

7 Simpang Selayang 817

8 Tanjung Selamat 296

9 Mangga 686

Medan Tuntungan 2.981

Sumber : BPS Kota Medan, 2010 : Kecamatan Medan Tuntungan dalam Angka

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada tiap rumah tangga miskin yang dijadikan sampel dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap


(35)

penelitian ini, hasil studi pustaka baik berupa buku ataupun data statistik yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1), dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga miskin di daerah penelitian, dan dihitung dengan menggunakan formula :

PF =

Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan (Purwantini, 1999).

Untuk hipotesis 2), diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan

dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah


(36)

perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima) terhadap variabel terikat yakni pengeluaran pangan rumah tangga miskin digunakan analisis regresi linier berganda (Hasan, 2002).

Model regresi linier berganda yang digunakan adalah :

Ỳ = a b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + µ

Dimana:

Ỳ = Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin (Rp/ Bulan) a = Intercept atau konstanta

b1,b2,…, b5 = Koefisien regresi

X1 = Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ bulan)

X2 = Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun) X3 = Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

X4 = Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun) X5 = Jumlah Subsidi Beras Raskin yang Diterima (Kg) µ = Error term ( koefisien error)

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap pengeluaran pangan, digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika Fhitung≤ Ftabel : maka terima H0 atau tolak H1 Jika Fhitung > Ftabel : maka terima H1 atau tolak H0

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap pengeluaran pangan, digunakan uji t dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika thitung≤ ttabel : maka terima H0 atau tolak H1


(37)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1.Defenisi

1) Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman.

2) Rumah Tangga adalah seorang/ sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari- hari bersama menjadi satu.

3) Pengeluaran Pangan Rumah Tangga adalah jumlah pendapatan rumah tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan pangan yang dibeli oleh rumah tangga, yang yang dinyatakan dalam uang (rupiah) pada periode waktu satu bulan. 4) Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga adalah jumlah pendapatan rumah

tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan nonpangan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan dan iuran yang dinyatakan dalam uang (rupiah) pada periode waktu satu bulan.

5) Kepala rumah tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari- hari rumah tangga tersebut.


(38)

6) Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga, yang dinyatakan dalam uang (rupiah) pada periode waktu satu bulan.

7) Tingkat pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh seorang ibu rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan tahun.

8) Jumlah anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan jiwa.

9) Lamanya berumah tangga/ umur perkawinan adalah umur suatu rumah tangga tersebut mulai saat terbentuk (menikah) hingga pada saat sekarang ini, yang dinyatakan dalam satuan tahun.

10)Jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima adalah jumlah beras subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada setiap rumah tangga miskin (beras raskin) untuk setiap bulannya, yang dinyatakan dalam satuan Kg.

3.5.2.Batasan Operasional

1) Daerah penelitian adalah di Kecamatan Tuntungan di empat kelurahan, yakni pada Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Lau Cih dan Kelurahan Namo Gajah.

2) Waktu penelitian adalah Agustus – Oktober 2011.

3) Sampel penelitian adalah rumah tangga miskin yang telah menerima bantuan berupa subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin).


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISKTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah

Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki luas wilayah sebesar 21,58 Km2 berada pada ketinggian 12 Meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batasan wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor

- Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Medan Tuntungan memiliki sembilan kelurahan, yakni :

Tabel 3. Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan No Kelurahan Luas (Km2) Persentase terhadap Luas

Kecamatan (%)

1 Baru Ladang Bambu 1,35 6,26

2 Sidomulyo 0,87 4,03

3 Lau Cih 1,50 6,95

4 Namu Gajah 1,01 4,68

5 Kemenangan Tani 1,50 6,95

6 Simalingkar B 4,43 20,53

7 Simpang Selayang 5,12 23,73

8 Tanjung Selamat 3,00 13,90


(40)

1) Kelurahan Baru Ladang Bambu

Secara administratif, Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki batasan wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan. Sebelah Selatan : Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu

Sebelah Barat : Desa Durin Jangak, Kecamatan Pancur Batu

Keadaan Penduduk

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu pada tahun 2010 adalah 2.474 jiwa, yang terdiri dari 1.245 jiwa laki- laki dan 1.229 jiwa perempuan. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Baru Ladang Bambu dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No Golongan Umur (Tahun)

Laki – Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0 - 4 186 209 395 15,96

2 5 - 14 135 172 307 12,40

3 15 - 44 542 497 1.039 41,99

4 45 - 64 313 291 604 24,42

5 > 65 69 60 129 5,21

Jumlah 1.245 1.229 2.474 100


(41)

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar di Kelurahan

Baru Ladang Bambu berada pada golongan umur 15 - 44 tahun, yakni sebanyak 1.039 jiwa (41,99 %). Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil berada

pada golongan umur > 65 tahun, yakni sebanyak 129 jiwa (5,21 %). Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu tergolong penduduk yang masih produktif.

Komposisi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan

Sebagian besar penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu telah memperoleh pendidikan khususnya pendidikan formal, yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010

No Tingkatan Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%) 1 Usia 3- 6 tahun yang belum masuk TK 25 1,89 2 Usia 3- 6 tahun yang sedang TK/ play group 50 3,78 3 Usia 7- 18 tahun yang tidak pernah sekolah 6 0,45 4 Usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah 90 6,82 5 Usia 18- 56 tahun yang tidak pernah sekolah 18 1,36 6 Usia 18- 56 tahun yang pernah SD tetapi

tidak tamat

15 1,14

7 Tamat SD sederajat 18 1,36

8 Tamat SMP/ Sederajat 306 23,18

9 Tamat SMA/ Sederajat 470 35,60

10 Tamat D-1/ Sederajat 14 1,06

11 Tamat D-2/ Sederajat 5 0,38

12 Tamat D-3/ Sederajat 208 15,75

13 Tamat S-1/ Sederajat 80 6,06

14 Tamat S-2/ Sederajat 15 1,14

Jumlah 1.320 100

Sumber : Data Profil Kelurahan Baru Ladang Bambu, 2010


(42)

sebanyak 470 jiwa (35,60 %). Sedangkan penduduk yang terkecil adalah penduduk yang tamat D-2/ Sederajat, yakni sebanyak 5 jiwa (0,38 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu tergolong cukup baik.

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok

Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu adalah sebagai karyawan perusahaan swasta. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010

No Jenis Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 162 19,80

2 Buruh tani 15 1,83

3 Pegawai Negeri Sipil 80 9,78

4 Pedagang Keliling 222 27,14

5 Peternak 10 1,22

6 Perawat Swasta 4 0,48

7 Pembantu Rumah Tangga 2 0,24

8 TNI 8 0,98

9 POLRI 8 0,98

10 Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 10 1,22

11 Pengusaha Kecil dan Menengah 3 0,36

12 Dosen Swasta 4 0,48

13 Karyawan Perusahaan Swasta 290 35,45

Jumlah 818 100

Sumber: Data Profil Kelurahan Baru Ladang Bambu, 2010

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu yang paling dominan adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai karyawan perusahaan swasta, yakni sebanyak 290 jiwa (35,45 %). Sedangkan yang terkecil adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai pembantu rumah tangga, yakni sebanyak 2 jiwa (0,24 %).


(43)

2) Kelurahan Sidomulyo

Secara administratif, Kelurahan Sidomulyo memiliki batasan wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan Sebelah Selatan : Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu Sebelah Timur : Desa Simalingkar A, Kecamatan Pancur Batu

Sebelah Barat : Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan

Keadaan Penduduk

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk di Kelurahan Sidomulyo tahun 2010 adalah 1.927 jiwa, yang terdiri dari 1.017 jiwa laki- laki dan 910 jiwa perempuan. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Sidomulyo dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No Golongan Umur (Tahun)

Laki – Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0 - 4 185 219 404 20,96

2 5 - 14 174 184 358 18,58

3 15 - 44 426 376 802 41,62

4 45 - 64 165 94 259 13,44

5 > 65 67 37 104 5,40

Jumlah 1.017 910 1.927 100

Sumber : Data Profil Kelurahan Sidomulyo, 2010


(44)

(41,62 %). Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil berada pada golongan umur > 65 tahun, yakni sebanyak 104 jiwa (5,40 %). Dari Tabel 7, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Sidomulyo tergolong penduduk yang masih produktif.

Komposisi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan

Sebagian besar penduduk di Kelurahan Sidomulyo telah memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan formal, yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010

No Tingkatan Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%) 1 Usia 3- 6 tahun yang belum masuk TK 101 5,51 2 Usia 3- 6 tahun yang sedang TK/ playgroup 125 6,81 3 Usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah 347 18,93 4 Usia 18- 56 tahun yang pernah SD tetapi

tidak tamat

227 12,38

5 Tamat SD sederajat 250 13,63

6 Jumlah usia 12- 56 tahun tidak tamat SLTP 149 8,12 7 Jumlah usia 18 – 56 tahun tidak tamat

SLTA

144 7,85

8 Tamat SMP/ Sederajat 216 11,78

9 Tamat SMA/ Sederajat 207 11,29

10 Tamat D-1/ Sederajat 20 1,09

11 Tamat D-2/ Sederajat 16 0,87

12 Tamat D-3/ Sederajat 24 1,30

13 Tamat S-1/ Sederajat 7 0,38

Jumlah 1.833 100

Sumber : Data Profil Kelurahan Sidomulyo, 2010

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Sidomulyo yang paling dominan adalah penduduk usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah, yakni sebanyak 347 jiwa (18,93 %). Sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah penduduk yang tamat S-1/ Sederajat, yakni sebanyak 7 jiwa (0,38 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Sidomulyo tergolong masih rendah.


(45)

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok

Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Sidomulyo adalah sebagai pedagang keliling. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut Jenis

Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010

No Jenis Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 40 6,93

2 Pegawai Negeri Sipil 48 8,31

3 Pedagang Keliling 440 76,25

4 Peternak 6 1,04

5 Montir 8 1,38

6 Pembantu Rumah Tangga 10 1,73

7 POLRI 1 0,17

8 Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 8 1,39

9 Pengusaha Kecil dan Menengah 16 2,77

Jumlah 577 100

Sumber: Data Profil Kelurahan Sidomulyo, Tahun 2010

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Sidomulyo yang paling dominan adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai pedagang keliling, yakni sebanyak 440 jiwa (76,25 %). Sedangkan yang terkecil adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai POLRI, yakni sebanyak 1 jiwa (0,17 %).

3) Kelurahan Lau Cih

Secara administratif, Kelurahan Lau Cih memiliki batasan wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan Sebelah Selatan : Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Medan Tuntungan


(46)

Keadaan Penduduk

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk di Kelurahan Lau Cih tahun 2010 adalah 1.111 jiwa, yang terdiri dari 605 jiwa laki- laki dan 506 jiwa perempuan. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Lau Cih dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No Golongan Umur (Tahun)

Laki – Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0 - 4 49 42 91 8,19

2 5 - 14 111 96 207 18,63

3 15 - 44 281 223 504 45,36

4 45 - 64 143 128 271 24,40

5 > 65 21 17 38 3,42

Jumlah 605 506 1.111 100

Sumber : Data Profil Kelurahan Lau Cih, 2010

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar di Kelurahan Lau Cih berada pada golongan umur 15 - 44 tahun, yakni sebanyak 504 jiwa (45,36 %). Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil berada pada golongan umur > 65 tahun, yakni sebanyak 38 jiwa (3,42 %). Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Lau Cih tergolong penduduk yang masih produktif.

Komposisi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan

Sebagian besar penduduk di Kelurahan Lau Cih telah memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan formal, yang dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.


(47)

Tabel 11. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010

No Tingkatan Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%) 1 Usia 7- 18 tahun yang tidak pernah sekolah 35 3,25 2 Usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah 173 16,06 3 Usia 18- 56 tahun yang tidak pernah sekolah 26 2,41 4 Usia 18- 56 tahun yang pernah SD tetapi tidak

tamat

21 1,95

5 Tamat SD sederajat 33 3,06

6 Jumlah usia 12- 56 tahun tidak tamat SLTP 30 2,78 7 Jumlah usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA 39 3,62

8 Tamat SMP/ Sederajat 119 11,04

9 Tamat SMA/ Sederajat 474 44,01

10 Tamat D-1/ Sederajat 47 4,36

11 Tamat D-2/ Sederajat 22 2,04

12 Tamat D-3/ Sederajat 35 3,25

13 Tamat S-1/ Sederajat 20 1,85

14 Tamat S-2/ Sederajat 3 0,28

Jumlah 1.077 100

Sumber : Data Profil Kelurahan Lau Cih, 2010

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Lau Cih yang paling dominan adalah penduduk yang tamat SMA/ Sederajat, yakni sebanyak 474 jiwa

(44,01 %). Sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah penduduk yang tamat S-2/ Sederajat, yakni sebanyak 3 jiwa (0,28 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Lau Cih tergolong cukup baik.

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok

Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Lau Cih adalah sebagai petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.


(48)

Tabel 12. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010

No Jenis Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 150 33,70

2 Pedagang Keliling 52 11,69

3 Pegawai Negeri Sipil 48 10,78

4 Pegawai Swasta 116 26,06

5 Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 9 2,02

6 Lainnya 70 15,73

Jumlah 445 100

Sumber: Data Profil Kelurahan Lau Cih, Tahun 2010

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Lau Cih yang paling dominan adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani, yakni sebanyak 150 jiwa (33,70 %). Sedangkan yang terkecil adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai pensiunan PNS/ TNI/ POLRI, yakni sebanyak 9 jiwa (2,02 %).

4) Kelurahan Namo Gajah

Secara administratif, Kelurahan Namo Gajah memiliki batasan wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Kemenangan Tani dan Tanjung Slamat, Kecamatan Medan Tuntungan.

Sebelah Selatan : Kelurahan Lau Cih dan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan

Sebelah Timur : Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan Sebelah Barat : Sungai Belawan


(49)

Keadaan Penduduk

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk di Kelurahan Namo Gajah tahun 2010 adalah 2.006 jiwa, yang terdiri dari 957 jiwa laki- laki dan 1.049 jiwa perempuan. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Namo Gajah dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No Golongan Umur (Tahun)

Laki – Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0 - 4 74 76 150 7,48

2 5 - 14 177 208 385 19,19

3 15 - 44 553 588 1.141 56,88

4 45 - 64 140 156 296 14,75

5 > 65 13 21 34 1,69

Jumlah 957 1.049 2.006 100

Sumber : Data Profil Kelurahan Namo Gajah, 2011

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar di Kelurahan Namo Gajah berada pada golongan umur 15 - 44 tahun, yakni sebanyak 1.141 jiwa (56,88 %). Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil berada pada golongan umur > 65 tahun, yakni sebanyak 34 jiwa (1,69 %). Dari Tabel 13. dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Namo Gajah tergolong penduduk yang masih produktif.


(50)

Komposisi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan

Sebagian besar penduduk di Kelurahan Namo Gajah telah memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan formal, yang dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010

No Tingkatan Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%) 1 Usia 3 - 6 tahun yang belum masuk TK 45 2,35 2 Usia 3 - 6 tahun yang sedang TK/ Play group 87 4,54 3 Usia 7- 18 tahun yang tidak pernah sekolah 14 0,73 4 Usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah 467 24,38 5 Usia 18- 56 tahun yang tidak pernah sekolah 16 0,83 6 Usia 18- 56 tahun yang pernah SD tetapi

tidak tamat

75 3,92

7 Tamat SD sederajat 150 7,83

8 Jumlah usia 12- 56 tahun tidak tamat SLTP 165 8,62 9 Jumlah usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA 214 11,17

10 Tamat SMP/ Sederajat 181 9,45

11 Tamat SMA/ Sederajat 379 19,79

12 Tamat D-1/ Sederajat 15 0,78

13 Tamat D-2/ Sederajat 9 0,47

14 Tamat D-3/ Sederajat 50 2,61

15 Tamat S-1/ Sederajat 44 2,29

16 Tamat S-2/ Sederajat 4 0,20

Jumlah 1.915 100

Sumber : Data Profil Kelurahan Namo Gajah, 2010

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Namo Gajah yang paling dominan adalah penduduk usia 7 - 18 tahun yang sedang sekolah , yakni sebanyak 467 jiwa (24,38 %). Sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah

penduduk yang tamat S-2/ Sederajat, yakni sebanyak 4 jiwa (0,20 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Namo


(51)

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok

Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Namo Gajah adalah sebagai karyawan perusahaan swasta. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010

No Jenis Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 62 9,55

2 Buruh tani 60 9,24

3 Pegawai Negeri Sipil 106 16,33

4 Pedagang Keliling 10 1,54

5 Peternak 5 0,77

6 Montir 3 0,46

7 Bidan swasta 2 0,31

8 Perawat swasta 5 0,77

9 Pembantu rumah tangga 32 4,93

10 POLRI 9 0,93

11 Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 39 6,01

12 Pengusaha Kecil dan Menengah 25 3,85

13 Dosen swasta 3 0,46

14 Karyawan perusahaan swasta 151 23,26

15 Karyawan perusahaan pemerintah 48 7,40

16 Lainnya 89 13,71

Jumlah 649 100

Sumber: Data Profil Kelurahan Namo Gajah, Tahun 2010

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Namo Gajah yang paling dominan adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai karyawan perusahaan swasta, yakni sebanyak 151 jiwa (23,26 %). Sedangkan yang terkecil adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai bidan swasta, yakni sebanyak 2 jiwa (0,31 %).


(52)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana maka akan mempercepat laju pembangunan suatu daerah. Sarana dan prasarana di Kecamatan Medan Tuntungan sekarang ini sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari terdapatnya berbagai jenis sarana dan prasarana yang dikelola dengan baik, antara lain meliputi sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan, olahraga, hiburan dan wisata yang cukup memadai. Secara jelas, sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Tuntungan

No Kelurahan

Jumlah Sarana dan Prasarana

Jumlah (Unit) Peribadatan

(Unit)

Kesehatan (Unit)

Pendidikan (Unit)

Hiburan dan Wisata

(Unit) 1

2 3 4

Baru Ladang Bambu Sidomulyo Lau Cih Namo Gajah

5 2 4 5

9 2 5 3

3 2 10

6

5 1 6 1

22 7 25 15 Sumber : BPS Kota Medan, 2010 : Kecamatan Medan Tuntungan dalam Angka


(53)

4.2. Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang telah menerima bantuan berupa penerimaan subsidi beras miskin (raskin) yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan. Karakteristik rumah tangga sampel yang dimaksud meliputi pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota keluarga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah beras miskin (beras raskin) yang diterima.

1) Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga per bulannya di Kecamatan Medan Tuntungan cukup bervariasi, hal ini disebabkan beragamnya mata pencaharian pokok penduduk di Kecamatan Medan Tuntungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini.

Tabel 17. Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan

No Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)

Jumlah Rumah Tangga

Persentase (%)

1 800,000 - 900,000 7 17.5

2 1,000,000 - 1,500,000 30 75.0

3 1,600,000 - 1,800,000 3 7.5

Jumlah 40 100.0

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 17 di atas, dapat diketahui bahwa pendapatan rumah tangga yang terbanyak di Kecamatan Medan Tuntungan adalah pendapatan yang berkisar antara Rp 1.000,000 – 1.500.000 per bulannya, yakni sebanyak 30 rumah tangga (75 %). Sedangkan yang terkecil adalah pendapatan rumah tangga yang berkisar


(54)

(7,5 %). Hal ini menunjukkkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan tersebut adalah rumah tangga dengan pendapatan yang relatif kurang.

2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Tingkat pendidikan ibu rumah tangga mempengaruhi kebijakan ibu dalam mengurus pangan dan mengatur pengeluaran pangan di rumah tangga tersebut. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan

No

Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

(Tahun)

Jumlah Rumah

Tangga Persentase (%)

1 1 - 6 18 45.0

2 7 - 9 18 45.0

3 10 - 12 4 10.0

Jumlah 40 100.0

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 18 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang terbanyak di Kecamatan Medan Tuntungan adalah berpendidikan 1 - 6 tahun (SD) dan berpendidikan 7 - 9 tahun (SMP), yakni sebanyak 18 rumah tangga (45 %). Sedangkan yang terkecil adalah berpendidikan 10 - 12 tahun (SMA), yakni sebanyak 4 rumah tangga (10 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para ibu rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan masih tergolong rendah.


(55)

3) Jumlah Anggota Rumah Tangga

Dalam membeli dan mengkonsumsi pangan, jumlah anggota rumah tangga sangat mempengaruhi kuantitas pembelian pangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap banyaknya uang yang dikeluarkan untuk belanja pangan tersebut.

Adapun jumlah anggota rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19. Jumlah Anggota Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan

No Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

Jumlah Rumah

Tangga Persentase (%)

1 1 3 7.5

2 2 6 15.0

3 3 7 17.5

4 4 6 15.0

5 5 8 20.0

6 6 10 25.0

Jumlah 40 100.0

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Medan Tuntungan adalah berjumlah 6 jiwa, yakni

sebanyak 10 rumah tangga (25 %). Sedangkan yang terkecil adalah berjumlah 1 jiwa yakni sebanyak 3 rumah tangga (7,5 %). Hal ini menunjukkan bahwa

rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga besar karena memiliki jumlah anggota rumah tangga yang cukup banyak.

4) Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan


(56)

rumah tangga (menikah). Adapun lamanya berumah tangga atau umur perkawinan pada rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini.

Tabel 20. Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan

No

Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun)

Jumlah Rumah

Tangga Persentase (%)

1 1 - 5 5 12.5

2 6 - 10 6 15.0

3 11 - 15 8 20.0

4 16 - 20 5 12.5

5 21 - 25 9 22.5

6 26 - 35 7 17.5

Jumlah 40 100.0

Sumber: Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 20 di atas. dapat diketahui bahwa lama berumah tangga dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Medan Tuntungan adalah pasangan suami istri dengan umur perkawinan antara 21 - 25 tahun, yakni sebanyak 9 rumah tangga (22,5 %). Sedangkan jumlah terkecil adalah pasangan suami istri dengan umur perkawinan antara 1 - 5 tahun dan umur perkawinan antara 16 - 20 tahun yakni sebanyak 5 rumah tangga (12,5 %). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga tua, ditandai dengan dengan bertambah lamanya waktu berumah tangga (bertambahnya umur perkawinan).

5) Jumlah Subsidi Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang Diterima Di Kecamatan Medan Tuntungan, masing- masing rumah tangga menerima jumlah subsidi beras miskin (raskin) yang berbeda- beda untuk di setiap kelurahan. Seperti di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Lau Cih dan Namo Gajah


(57)

untuk masing- masing rumah tangga menerima subdidi beras raskin sebanyak 15 Kg. Akan tetapi di Kelurahan Sidomulyo, masing- masing rumah tangga jumlah menerima jumlah subsidi beras raskin berbeda- beda ada yang sebanyak 6 Kg, 10 Kg dan 15 Kg sesuai dengan tingkat pendapatan di setiap rumah tangga. Adapun jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.

Tabel 21. Jumlah Subsidi Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang Diterima oleh Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan

No

Jumlah Beras Raskin yang Diterima (Kg)

Jumlah Rumah Tangga

Persentase (%)

1 6 2 5.0

2 10 2 5.0

3 15 36 90.0

Jumlah 40 100.0

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 21 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang terbanyak di Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebanyak 15 Kg, yakni berjumlah 36 rumah tangga (90 %). Sedangkan jumlah penerimaan beras raskin yang terkecil adalah sebanyak 6 Kg dan 10 Kg yakni masing- masing berjumlah 2 rumah tangga (5 %).


(58)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan pada Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan

Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga dengan menggunakan formula sebagai berikut:

PF =

Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

Menurut Purwantini, 1999 bahwa apabila menggunakan indikator ekonomi,

dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan

rumah tangga tahan pangan. Sementara itu, apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan.

Untuk lebih jelasnya, mengenai pangsa pengeluaran pangan untuk rumah tangga miskin pada masing- masing kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dijelaskan sebagai berikut.


(59)

1. Kelurahan Baru Ladang Bambu

Tabel 22. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Baru Ladang Bambu

No

Pangsa Pengeluaran

Pangan

Jumlah Rumah Tangga Sampel

Persentase Sampel (%)

Rata- Rata Pangsa Pengeluaran

Pangan (%)

1 ≤ 60% 2 20 57.82

2 > 60% 8 80 70.79

Rata- Rata 64.31

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Apabila dilihat secara keseluruhan, maka rata- rata pangsa pengeluaran pangan untuk rumah tangga miskin di Kelurahan Baru Ladang Bambu yaitu sebesar 64,31 %, hal tersebut berarti secara keseluruhan rumah tangga di Kelurahan Baru Ladang Bambu dapat dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan. Hal ini dapat dilihat secara jelas dari Tabel 22 bahwa diperoleh sebanyak 8 rumah tangga sampel (80 %) memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 70,79 %.

2. Kelurahan Sidomulyo

Tabel 23. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Sidomulyo

No

Pangsa Pengeluaran

Pangan

Jumlah Rumah Tangga Sampel

Persentase Sampel (%)

Rata- Rata Pangsa Pengeluaran

Pangan (%)

1 ≤ 60% 2 20 59.90

2 > 60% 8 80 71.30

Rata- Rata 65.60

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa dari sepuluh rumah tangga sampel yang ada di Kelurahan Sidomulyo, hanya diperoleh sebanyak 2 rumah tangga (20 %) yang


(60)

pangsa pengeluaran pangan sebesar 59,90 %, sementara itu sebanyak 8 rumah tangga (80 %) dapat dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 71,30 %. Maka dapat disimpulkan bahwa rumah tangga miskin di Kelurahan Sidomulyo termasuk rumah tangga rawan pangan.

3. Kelurahan Lau Cih

Tabel 24. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Lau Cih

No

Pangsa Pengeluaran

Pangan

Jumlah Rumah Tangga Sampel

Persentase Sampel (%)

Rata- Rata Pangsa Pengeluaran

Pangan (%)

1 ≤ 60% 3 30 58.63

2 > 60% 7 70 69.24

Rata- Rata 63.94

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Lau Cih termasuk rumah tangga rawan pangan. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 24 bahwa dari sepuluh sampel rumah tangga, hanya diperoleh sebanyak 3 rumah tangga (30 %) yang dikategorikan termasuk rumah tangga tahan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan rendah (≤ 60 %) dengan rata - rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 58,63 %, sedangkan 7 rumah tangga lainnya (70 %) dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 69,24 %.


(61)

4. Kelurahan Namo Gajah

Tabel 25. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Namo Gajah

No

Pangsa Pengeluaran

Pangan

Jumlah Rumah Tangga Sampel

Persentase Sampel (%)

Rata- Rata Pangsa Pengeluaran

Pangan (%)

1 ≤ 60% 2 20 59.86

2 > 60% 8 80 68.99

Rata- Rata 64.43

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Melihat nilai rata- rata pangsa pengeluaran pangan seperti di Tabel 25 di atas, diperoleh bahwa dari sepuluh rumah tangga sampel di Kelurahan Namo Gajah, diperoleh hanya sebanyak 2 rumah tangga (20 %) yang dapat dikategorikan termasuk rumah tangga tahan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan rendah (≤ 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 59,86 %, sedangkan 8 rumah tangga lainnya (80 %) termasuk rumah tangga rawan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata – rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 68,99 %. Maka dapat disimpulkan bahwa secara rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Namo Gajah dapat dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan.

Jika dilihat dari secara keseluruhan, maka Kelurahan Sidomulyo memiliki rata- rata pangsa pengeluaran pangan terbesar jika dibandingkan dengan 3 kelurahan yang lainnya yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan, yakni memiliki rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 65,60 %, sedangkan yang memiliki rata- rata pangsa pengeluaran pangan terkecil adalah Kelurahan Lau Cih yani sebesar 63,94 %. Akan tetapi, keempat kelurahan tersebut dapat dikategorikan termasuk


(62)

daerah rawan pangan, karena keempat kelurahan tersebut memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %).

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan diuji dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X).

Di dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat (variabel Y) adalah pengeluaran pangan rumah tangga miskin (Rp/ Bulan) dan sebagai

variabel bebas (variabel X) adalah: pendapatan rumah tangga (X1), tingkat pendidikan ibu rumah tangga (X2), jumlah anggota rumah tangga (X3),

lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (X4) dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima (X5).

Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapat hasil akhir dari estimasi faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebagai berikut :

Y = 280676.592 + 0.573 X1 – 2488.604 X2 + 17164.789 X3 + 36.145 X4

– 15497.678 X5 + µ

Dimana:

Y = Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) X1 = Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)


(63)

X3 = Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

X4 = Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun) X5 = Jumlah Subsidi Beras Raskin yang Diterima

µ = Koefisien Error

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh (R- Square) adalah sebesar 0,845. Artinya, sebesar 84,5 % variasi variabel terikat (pengeluaran pangan rumah tangga) dapat dijelaskan oleh variabel- variabel bebas (pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah beras raskin yang diterima), sedangkan sisanya sebesar 15,5 % dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Berdasarkan uji F yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi Fhitung adalah sebesar (0,000) ≤ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model yakni pendapatan rumah tangga (X1), tingkat pendidikan ibu rumah tangga (X2), jumlah anggota rumah tangga (X3), lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (X4) dan jumlah subsidi beras raskin yang diterima (X5) secara serempak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap variabel terikat yakni pengeluaran pangan rumah tangga (Y).

Uji asumsi klasik dari faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dijelaskan sebagai berikut.


(1)

Jumlah Beras Raskin yang Diterima (Kg)

40 40 40 40 40 40

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Jumlah Beras

Raskin yang Diterima (Kg), Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun), Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa) , Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan), Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)


(2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R

Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .919a .845 .822 71408.58515 .845 37.064 5 34 .000 2.057 a. Predictors: (Constant), Jumlah Beras Raskin yang Diterima (Kg), Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun), Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa) , Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan), Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

b. Dependent Variable: Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.450E11 5 1.890E11 37.064 .000a

Residual 1.734E11 34 5.099E9

Total 1.118E12 39

a. Predictors: (Constant), Jumlah Beras Raskin yang Diterima (Kg), Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun), Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa) , Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan), Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)


(3)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero

-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) 280676.592 113797.987 2.466 .019

Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)

.573 .063 .794 9.092 .000 .890 .842 .614 .598 1.674

Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

-2488.604 7486.589 -.029 -.332 .742 .053 -.057 -.022 .591 1.692

Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

17164.789 7690.219 .167 2.232 .032 .295 .357 .151 .813 1.229

Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun)

36.145 1714.058 .002 .021 .983 .314 .004 .001 .597 1.675

Jumlah Beras Raskin yang Diterima (Kg)

-15497.678 6440.498 -.203 -2.406 .022 -.442 -.381 -.162 .639 1.565


(4)

Collinearity Diagnosticsa Mod el Dimensi on Eigenval ue Conditi on Index Variance Proportions (Consta nt) Pendapat an Rumah Tangga (Rp/ Bulan) Tingkat Pendidik an Ibu Rumah Tangga (Tahun) Jumla h Anggo ta Ruma h Tangg a (Jiwa) Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawin an (Tahun) Jumla h Beras Raski n yang Diteri ma (Kg)

1 1 5.641 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .195 5.381 .00 .00 .04 .02 .39 .00

3 .096 7.648 .00 .01 .00 .95 .15 .00

4 .039 12.064 .00 .33 .00 .01 .04 .16

5 .024 15.468 .10 .07 .83 .00 .35 .03

6 .006 31.536 .89 .59 .13 .01 .07 .81

a. Dependent Variable: Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 560988.2500 1308951.8750 776515.0000 155660.18428 40

Std. Predicted Value -1.385 3.421 .000 1.000 40

Standard Error of Predicted Value

13536.851 51978.438 26202.960 8960.472 40

Adjusted Predicted Value 560769.8125 1228885.0000 777116.3489 149427.76873 40 Residual -109808.39063 142855.56250 .00000 66674.16467 40

Std. Residual -1.538 2.001 .000 .934 40

Stud. Residual -1.760 2.256 -.004 1.038 40


(5)

(6)