Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

  Universitas Sumatera Utara

  7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 19 20 21 22 23 24

  Menentukan fenomena kasus

  2 . PENENTUAN KASUS

  Mengkaji prosedur pelayanan dimulai dari menerima pasien masuk hingga pasien pulang d.Mengkaji manajemen ruangan

  b. Mengkaji prosedur ruangan c.

  a. Mengkaji keadaan ruangan

  1. Orientasi Ruangan

  1 . PENGKAJIAN

  6

  Lampiran 1

PLANNING OF ACTION (POA) PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK)

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN USU

  5

  3

  2

  IV (2-7 Juli) 28 29 30 1

  III (25 – 30 Juni)

  II (18– 23 Juni)

  Minggu I-IV Evaluasi I (11 – 16 Juni)

  

DI RUANGAN RB2B RSUP HAM MEDAN

TANGGAL 11 JUNI – 7 JULI 2012

Nama Mahasiswa : Megita Maha Putri Sandani NIM : 071101047 No Kegiatan Metode

  • Pengkajian Kegiatan Pelayanan Ruangan terhadap pasien RB2 B
  • Pengkajian uraian tugas perawat ruangan
yang diambil sebagai bahan PBLK : Luka Bakar dengan melakukan Evidance Basic

  3 .

  INTERVENSI

  • Penyusunan Intervensi Manajemen Pelayanan Kasus -

  Penyusunan materi pendidikan kesehatan melalui Evidance Based Nursing

  • Penyusunan intervensi manajemen kasus

  4 .

  IMPLEMENTASI

  1. Implementasi Manajemen Pelayanan Keperawatan :

  Melakukan Penkes Sebagai Bagian Dari Evidance Basic

  2.Implementasi Manajemen Asuhan Keperawatan Pasien Luka bakar

  5 . EVALUASI

  1.Evaluasi manajemen pelayanan keperawatan

  2.Evaluasi manajemen asuhan keperawatan

  6 . PENYUSUNAN LAPORAN

  7 . PENYERAHAN LAPORAN Universitas Sumatera Utara

   Diketahui Oleh, Pembimbing PBLK (DIAH ARRUUM, S.Kep, Ns, M.Kep) Universitas Sumatera Utara

  Lampiran 2

INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. MAN I

a. Staffing 1.

  Berapa jumlah seluruh tenaga perawat di ruangan RB2 B? 2. Bagaimana jenjang pendidikannya? 3. Berapa lama masa kerjanya? 4. Bagaimana proses rekrutmen pegawai di ruangan RB2 B? 5. Apakah ada tenaga honorer di Ruangan RB2 B? 6. Bagaimana proses seleksi yang dilakukan untuk menempatkan pegawai honorer di ruangan

  RB2 B? 7. Apa kriteria pegawai yang akan ditempatkan di ruangan RB2 B? 8.

  Bagaimana cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan pegawai baru? 9. Pernahkah staf mengikuti pelatihan khusus di bidang keperawatan? 10.

  Bagaimana syarat/kriteria pegawai yang mendapatkan tugas belajar ataupun pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan ilmu keperawatan?

  11. Apakah ada subsidi yang diberikan rumah sakit/pemerintah untuk peningkatan pendidikan di ruangan RB2 B?

12. Berapa perbandingan jumlah pasien dengan tenaga perawat di ruangan RB2 B? 13.

  Apakah ada tugas rangkap yang dialakukan oleh staff selain melaksanakan asuhan keperawatan? jika ada jelaskan?

  b. Directing

  1) Berapa kali kepala ruangan mengikuti pelatihan tentang manajemen keperawatan?

  2) Berapa kali kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan staff?

  3) Bagaimana kepala ruangan merencanakan peningkatan SDM staf di ruangan RB2 B

  4) Bagaimana kepala ruangan memberi teguran kepada staff yang melakukan kesalahan?

  5) Bagaimana cara kepala ruangan memberi pujian kepada staffnya yang melakukuan tugas dengan baik?

  c. Controlling

  1) Adakah sistem penilaian terhadap kinerja perawat di Ruangan RB2 B, bagaimana pelaksanaanya?

  2) Adakah penilaian khusus tehadap kinerja perawatan di Ruangan RB2 B?

  3) Berapa kali dilakukan penilaian terhadap kinerja tersebut?

2. METODE

  9) Siapa saja sasaran pelayanan kesehatan di Ruangan RB2 B?

  2) Kapan saja kepala ruangan melakukan supervisi?

  1) Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di Ruangan RB2 B apakah berjalan atau tidak?

  6) Kendala apa saja yang dihadapi kepala ruangan dalam menjalankan tugasnya?

  5) Menurut kepala ruangan apakah cara tersebut sudah efektif?

  4) Bagaimana cara kepala ruangan menyelesaikan konflik yang ada di Ruangan RB2 B?

  3) Masalah apa yang biasanya menjadi konflik di Ruangan RB2 B?

  2) Apakah gaya kepemimpinan tersebut telah dijalankan?

  1) Bagaimana gaya kepemimpinan Karu di Ruangan RB2 B?

  c. Directing

  11) Bagaimana pengklasifikasian pasien yang akan ditempatkan di Ruangan RB2 B?

  10) Bagaimana pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien di ruangan?

  8) Jika karu/katim berhalangan, kepada siapa dilimpahkan wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan?

  4) Siapa yang melakukan penilaian terhadap kinerja tersebut?

  7) Bagaimana cara karu atau katim dalam mendelegasikan tugasnya?

  6) Bagaimana sistem pendelegasian tugas yang dilakukan di Ruangan RB2 B?

  5) Bagaimana deskripsi kerja karu, katim dan perawat pelaksana?

  4) Ketetapan apa yang digunakan dalam penentuan Ka Tim dan perawat pelaksana?

  3) Apakah alasan penggunaan metode penugasan keperawatan tersebut?

  2) Apakah metode penugasan yang digunakan di Ruangan RB2 B?

  1) Bagaimana gambaran struktur organisasi di Ruangan RB2 B?

  b. Organizing

  Pelaksanaannya?

  2) Apakah di Ruangan RB2 B mempunyai standar asuhan keperawatan ? Bagaimana

  1) Apakah di Ruangan RB2 B mempunyai Visi, Misi serta Motto Keperawatan?

  a. Planning

d. Controlling

  3) Adakah monitoring dokumentasi askep pasien di Ruangan RB2 B

  4) Apakah dokter melakukan visite setiap hari?

  5) Adakah monitor terhadap harapan-harapan dan kepuasan pasien tentang pelayanan

  Keperawatan di Ruangan RB2 B? Jika ada, jelaskan! Kapan (frekwensinya) dan bagaimana pelaksanaannya?Jika tidak ada, jelaskan kenapa!

  6) Bagaimana kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain?

  7) Adakah supervisi bidang keperawatan ke ruangan-ruangan?

3. MATERIAL

a. Planning 1.

  Bagaimana kelengkapan logistik/ inventaris di Ruangan RB2 B? 2. Berapa jumlah bed yang tersedia dalam ruangan, bagaimana cara perawatan dan pangamprahannya ?

  3. Berapa jumlah tabung oksigen/ regulator, kondisinya dan bagaimana cara perawatan dalam ruangan RB2 B?

  4. Berapa jumlah alat EKG, kondisinya dan bagaimana cara perawatan dalam ruangan RB2 B? 5. Berapa jumlah standard infus yang ada, berapa yang tidak dapat digunakan dan bag cara perawatannya?

  6. Bagaimana cara penyimpanan obat-obatan, siapa yang bertanggung-jawab dalam pengamprahan obat-obatan tersebut?

  7. Berapa jumlah alat-alat medis seperti gunting, klem, pinset dll yang tersedia dalam ruangan?

  8. Bagaimana cara perawatan alat-alat medis seperti pinset, gunting , klem dll, pensterilan dan pengamprahannya serta penyimpanannya ?

  9. Berapa jumlah alat-alat tenun yang ada dalam ruangan seperti laken, sarung bantal dll? 10.

  Bagaimana cara perawatan alat-alat tenun seperti bantal, laken, kasur, dll, dan bagaimana cara pengamprahannya dan penyimpananya?

  Lampiran 3

Kumpulan evaluasi DiagnosaKeperawatan YANG

SERING MUNCUL Pada pasien di Rindu B 2 B

  

Sebagai panduan dalam pendokumentasianevaluasi keperawatan

pada pasien bedah urologi, bedah plastik dan bedah

cartho&vaskular

  

“PELAYANAN TEPAT, PASIEN SELAMAT”

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan

  

2012 o Diagnosa: Gangguan Pertukaran Gas

  S: ฀ Frekuensi nafas cepat dan dalam (Dispnea) ฀ Sakit kepala pada saat bangun ฀ Gangguan penglihatan

  O: ฀ Frekuensi pernafasan meningkat ฀ Irama pernafasan tidak teratur (irregular) ฀ Warna kulit tidak normal (pucat dan kehitaman) ฀ Sianosis ฀ Keringat yang berlebihan (Diaforesis) ฀ Cuping hidung mengembang ฀ Gelisah ฀ Penurunan kesadaran ฀ Peningkatan denyut nadi (Takikardia)

  >45 mmHg)

  2

  ฀ Hiperkapnia (Peningkatan PCO

  2 ) dalam darah)

  ฀ Hipoksemia (Penurunan saturasi oksigen (PO ฀ Hasil lab menunjukan nilai AGDA tidak normal

  (nilai normal: pH 7,35-7,45; PO 80-100mmHg; PC0 35-45mmHg;

  2

  2 HCO 22-26 mmol/L, BE -2-(+2)

3 Alkalosis pH> 7,45

  Alkalosi respiratorik pH >7,4; PCO

  2 <35mmHg

  Alkalosis metabolik HCO

  3 > 26 mmol/l

  Asidosis pH <7,35 Asidosis respiratorik pH < 7,35 PCO >42 mmHg

  2 Asidosis metabolik pH< 7,35 dan HCO 3 >28 mmol/l

  A: Gangguan Pertukaran Gas P:

  ฀ Observasi bunyi paru ; frekuensi napas, kedalaman,dan usaha pernapasan ฀ Pantau status mental misalnya tingkat kesadaran somnolen ฀ Observasi adanya sianosis ฀ Pantau status pernapasan dan oksigenasi ฀ Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi ฀ Pantau hasil gas darah (pH, PO2, PCO2, HC03, BE) ฀ Pantau kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida) ฀ Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen ฀ Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (misalnya, natrium bikarbonat untuk mempertahankan keseimbangan asam- basa)

  ฀ Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator, aerosol, dan nebulasi ultrasonik sesuai dengan keperluan pasien ( cnth: Ventolin) ฀ Lakukan konsultasi dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien

7.Diagnosa:Gangguan Perfusi Jaringan Serebral

  S: ฀ Mengungkapkan nyeri kepala secara verbal ฀ Mengungkapkan kelelahan dan kelemahan ฀ Mengungkapkan dispnea (nafas cepat dan dalam) secara verbal

  O: Penurunan Kesadaran

  ฀ ฀ Kelemahan ektermitas atau kelumpuhan ฀

  Tidak terjadi perubahan reaksi pupil

  ฀

  Kesulitan menelan

  ฀

  Perubahan respon motorik

  ฀

  1 : tidak ada respon 2 : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada) 3 : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada) 4 : tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsangan

  5 : menjangkau stimulus saat diberi rangsangan nyeri 6 : mengikuti perintah A: Gangguan perfusi jaringan serebral P:

  ฀ Ukur tanda vital : suhu badan, tekanan darah, nadi, respirasi ฀ Observasi status cairan termasuk asupan dan haluaran ฀ Observasi ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaksivitas pupil, ฀ Pantau refleks korneal, batuk dan muntah ฀ Observasi hasil laboratorium AGDA : PO2, PCO2, dan kadar bicarbonat, SaO2 dan kadar hemoglobin untuk menentukan penerimaan oksigen ke jaringan

  ฀ Kolaborasi dalam pemberikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral ฀ Kolaborasi dalam pemberikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler ฀ Kolaborsi dalam pemberikan obat diuretik dan osmotik misalnya ;

  Furosemid ฀ Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai 45 derajat, bergantung pada kondisi klien dan permintaan medis

  8. Diagnosa: Ansietas

  S: ฀ Banyak bertanya tentang penyakitnya/ tindakan yang akan dilakukan

  O: ฀ Gelisah ฀ Cemas ฀ Tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu meningkat ฀ Berkeringat dingin

  A: Ansietas P: ฀ Kaji tingkat kecemasan pasien.

  ฀ Yakinkan pasien dengan menyentuh, saling memberi empatik, dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya. ฀ Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan, terapi okupasi. ฀ Berikan lingkungan yang tenang ฀ Beri dorongan kepada keluarga untuk menemani pasien ฀ Berikan informasi tentang diagnosa dan perawatan, instruksikan tentang teknik relaksasi, jelaskan semua prosedur. ฀ Kolaborasi dalam pemberian pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai dengan kebutuhan

  9.Diagnosa : Defisit perawatan Diri

  S: Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri

  O: ketidakmampuan untuk : ฀

  Menyuapkan makanan dari piring ke mulut ฀

  Menguyah makanan ฀

  Meletakkan makanan ke piring ฀

  Memegang alat makan ฀

  Menelan makanan Ketidakmampuan dalam melakukan : ฀ Mengeringkan badan ฀ Mengambil perlengkapan mandi ฀ Masuk dan keluar kamar mandi ฀ Membersihkan anggota tubuh

  A: Defisit perawatan Diri P:

  ฀ Libatkan keluarga dalam perawatan diri ฀ Ajarkan pasien menggunakan metode alternative untuk makan/minum.

  ฀ Sediakan makanan dalam porsi kecil ฀ Berikan dukungan kemandirian dalam makan dan minum, bantu pasien jika perlu ฀ Ajarkan pasien/keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan hygiene mulut ฀ Tawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi ฀ Mandirikan pasien dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu pasien hanya jika diperlukan

10. Diagnosa : Resiko Infeksi

  S: ฀ Luka terasa gatal ฀ Luka terasa panas ฀ Luka terasa nyeri

  O: ฀ Terdapat kerusakan integritas kulit ฀ Pengetahun yang kurang untuk menghindari infeksi (kurang pengetahuan mengenai pentingnya mencuci tangan) ฀ Malnutrisi (Nilai albumin) ฀ Penurunan nilai Hb, leukosit

  A:Resiko infeksi P:

  ฀ Anjurkan klien/keluarga untuk menjaga hygine pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi ฀ Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar ฀ Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan pasien ฀ Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan ฀ Batasi jumlah pengunjung bila diperlukan

  ฀ Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melapor ke pusat kesehatan ฀ Kolaborasi dalam pemberian antibiotik untuk pengendalian infeksi : Cefotaxim, Ceftriaxon.

  Lampiran 4 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INFEKSI NOSOKOMIAL

  A. TUJUAN

  1. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga dan pasien mengerti dan memahami tentang Infeksi Nosokomial.

  2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan akan dapat: a.

  Pasien dan keluarga dapat menjelaskan defenisi infeksi nosokomial b. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara penularan infeksi nosokomial c.

  Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara pencegahan dari infeksi nosokomial d.

  Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan 6 tekhnik cara cuci tangan yang baik dan benar

  B. Pokok Bahasan

  Infeksi Nosokomial

  C. Sub Pokok Bahasan 1.

  Defenisi Infeksi Nosokomial 2. Cara Penularan Infeksi Nosokomial 3. Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial 4.

6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

D. Sasaran Penyuluhan

  Keluarga dan pasien yang di rawat di ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

  E. Waktu dan tempat

   : Jum’at, 22 Juni 2012 Hari/tanggal

   : 09.00-selesai Waktu

   : Ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan Tempat

  F. Metode

  Ceramah

   Demonstrasi  Tanya Jawab

   G. Media dan alat

   Leaflet

I. KegiatanPenyuluhan

  Media Kegiatan

Tahap Kegiatan Penyuluhan Metode dan

sasaran alat

  Pendahuluan

  1. Ceramah Menjawab salam Leaflet Memberi salam pembuka

  2. Memperkenalkan diri Memperhatikan

  3. Menjelaskan pokok Memperhatikan bahasan dan tujuan penyuluhan

  Penyajian

  1. Ceramah Memperhatikan Leaflet Menjelaskan Pengertian infeksi nosokomial Dan

  2. demonstr Memperhatikan Menjelaskan cara penularan infeksi asi nosokomial Memperhatikan 3.

  Menjelaskan cara pencegahan dari infeksi nosokomial 4. Menjelaskan dan mendemonstrasikan 6 tekhnik cara mencuci tangan yang baik dan benar

  Penutup

  1. Diskusi Umpan balik Leaflet Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya 2.

  Memberikan pertanyaan kepada pasien serta keluarga

  J. Evaluasi

  1. Struktur Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan

   Media dan alat memadai

   Setting sesuai dengan kegiatan

   2. Proses Pelaksanaan pre planning sesuai dengan alokasi waktu

   Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif

   Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh

   penyuluh pada saat diskusi

  3. Hasil Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

   penyuluh pada saat evaluasi

  K. Materi Penyuluhan

MATERI PENYULUHAN

  A. Pengertian Infeksi Nosokomial

  Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

  Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.

  B. Cara Penularan Infeksi Nosokomial

  Cara penularan infeksi nosokomial bisa berupa infeksi silang (Cross infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Infeksi lingkungan (Environmental infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit. Misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain (Depkes RI, 1995). Menurut Jemes H,Hughes dkk, yang dikutip oleh Misnadiarli 1994, tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien. Seterusnya, kontak tidak langsung ketika objek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh perawatan luka paska operasi. Selain itu, penularan cara droplet infection dimana kuman dapat mencapai ke udara (air borne) dan penularan melalui vektor yaitu penularan melalui hewan/serangga yang membawa kuman (Depkes RI, 1995).

C. Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial

  Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk : a)

  Membatasi transmisi organisme dari atau antara pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.

  b) Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

  c) Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.

  d) Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.

  e) Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya. Terdapat berbagai pencegahan yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi nosokomial. Antaranya adalah dikontaminasi tangan dimana transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama.

  Penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan apabila melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan yang dirawat di rumah sakit (Louisiana, 2002).

  Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara berkembang tidak aman contohnya adalah jarum, tabung atau keduanya yang dipakai secara berulang-ulang. Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui jarum suntik maka diperlukan, penggunaan jarum yang steril dan penggunaan alat suntik yang disposabel. Masker digunakan sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk setiap pasiennya, baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses (Louisiana, 2002).

  Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Administrasi rumah sakit harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali. Usahakan pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik boleh menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemprosesan serta filternya untuk mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri. Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan (Wenzel, 2002).

D. 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

  Ada 3 istilah dalam mencuci tangan yaitu hand wash, hand rub dan cuci tangan surgical. Yang memungkinkan untuk kita lakukan di rumah adalah hand wash dan hand rub karena cuci tangan surgical biasanya dilakukan oleh dokter- dokter pra dan pasca operasi. Hand wash dilakukan bila terlihat tangan kita kotor dan menggunakan air dan sabun sedangkan hand rub dilakukan bila tangan kita terlihat bersih dengan membersihkan tangan menggunakan cairan berbasis alcohol. Berikut adalah langkah melakuka

  Tuangkan cairan cuci tangan pada telapak tangan (hand rub) atau bisa menggunakan sabun dan air mengalir (hand wash) lalu ikuti gerakan cuci tangan pada gambar dibawah

1. Telapak tangan dengan telapak tangan 2.

  Telapak tangan kiri diatas punggung tangan kanan dan sebaliknya 3. Telapak dan jari saling terkait 4. Punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci 5. Jempol kiri digosok memutar dan sebaliknya 6. Jari kiri menguncup dan diputar pada telapak tangan kanan dan sebaliknya.

  Bila menggunakan air dan sabun setelah selesai mencuci tangan tiriskan tangan dengan mengangkat kedua tangan atau dengan kain yang bersih ( Admin, 2010).

  Referensi Depkes RI. (1995).Infeksi Nosokomial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

  Admin. (2010). Cara Pencegahan Infeksi Nosokomial. Diakses dari

  da tanggal 20 Februari 2012

  Lampiran 5 LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“PENGENDALIAN INFEKSI”

  A. Persiapan

  Persiapan kegiatan penyuluhan pengendalian infeksi dilakukan mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU dengan sebelumnya berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam hal pengadaan penyuluhan di ruang RB2B. Kemudian mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU mempersiapkan materi yang akan disampaikan melalui media leaflet.

  Materi penyuluhan yang dipersiapkan disesuaikan dengan susunan materi yang telah disusun dalam satuan acara pengajaran (SAP) yaitu Defenisi Infeksi Nosokomial, Cara Penularan Infeksi Nosokomial, Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial dan 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar. Materi dipersiapkan dalam bentuk leaflet.

  B. Pelaksanaan

  Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan adalah Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga dan pasien mengerti dan memahami tentang Infeksi Nosokomial dan dapat mempraktekkan 6 langkah cuci tangan dengan benar.Adapun penyuluhan tentang pengendalian infeksi dilakukan pada: Hari/ Tanggal : Jum’at, 22 Juni 2012 Waktu : 09.00-selesai Tempat : Ruang RB2B Dan dilaksanakan oleh:

  1. :Rini Lestari S.Kep Moderator

  2. :Megita Maha Putri S,S.Kep Penyuluh

  Penyuluhan dimulai setelah melakukan operan bed to bed bersama kepala ruangan. Penyuluhan diberikan kepada seluruh pasien dan keluarga yang terdapat di sembilan ruangan rawat inap RB2B. Materi disampaikan dengan baik. Penyuluhan dilakukan diawali dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien mengenai infeksi nosokomial dan juga tentang cara cuci tangan, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan diselingi dengan menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang disampaikan. Kemudian dilakukan pendemostrasian mengenai 6 langkah mencuci tangan yang benar.

C. Evaluasi

   Kegiatan dilaksanakan di Sembilan ruang rawat inap RB2B yaitu kamar III

  , III

   Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar.

   Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang pengendalian infeksi.

  3. Evaluasi Hasil

   Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan.

   Penyuluhan dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Durasi waktu penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan yaitu 30 menit.

  2. Evaluasi Proses

   Media yang digunakan berupa leaflet.

   Penyuluhan dimulai pukul 09.00 WIB selama 30 menit dan diakhiri pada pukul 09.30 WIB.

  7

  dan II

  7

  6

  3

  1. Evaluasi Struktur

  6

  , III

  5

  , II

  5

  , III

  4

  , II

  4

  III

  ,

  , II

D. KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan Penyuluhan pengendalian infeksi dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif dan peserta dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat menjawab pertanyaan 80% dengan benar dan dapat mengulangi kembali 6 langkah cuci tangan yang benar.

  2. Saran Sebaiknya pasien dan keluarga diingat setiap hari tentang 6 langkah mencuci tangan yang benar, sehingga pasien dan keluarga dapat mengingat serta melakukannya setiap hari.

  Lampiran 6 DAFTAR INVENTARIS DI RUANGAN RAWAT INAP RINDU B 2B No Nama Alat Jumlah Kondisi Baik Rusak Tidak Layak Pakai

  17 Gunting Perban Besar (19 cm) 3 buah 3 buah - -

  30 Irigator (Klisma) Besar 1 buah 1 buah - -

  29 Ceret Listrik 2 buah 2 buah - -

  28 Branchart 2 buah 2 buah - -

  27 Rostul 3 buah - - 3 buah

  26 Troli GV 7 buah 5 buah 2 buah -

  25 Continue Suction 2 buah - 2 buah -

  24 Suction 2 buah - - 2 buah

  23 Sterilisator 1 buah 1 buah - -

  22 Autoclave 1 buah - 1 buah -

  21 Nald Holder 1 buah 1 buah - -

  20 Gunting Hecting 2 buah 2 buah - -

  19 Gunting Kecil 4 buah 4 buah - -

  18 Gunting Perban Kecil (14 cm 2 buah 2 buah - -

  16 Bak Instrumen Besar (40 cm) 4 buah 4 buah - -

  1 Minor Set 8 set 8 set - -

  15 Bak Instrumen Sedang (27 cm) 5 buah 3 buah 2 buah -

  14 Bak Instrumen Kecil (23 cm) 9 buah 8 buah 1 buah -

  13 Neirbeken Kecil 2 buah 2 buah - -

  12 Neirbeken Besar 6 buah 6 buah - -

  11 Korentang 8 buah 7 buah 1 buah -

  10 Kom Kecil 3 buah - - 3 buah

  9 Kom Besar 3 buah 1 buah 2 buah -

  8 Tromol Besar 1 buah 1 buah - -

  7 Tromol Sedang 3 buah 2 buah 1 buah -

  6 Tromol kecil 8 buah 5 buah 3 buah -

  5 Klem Arteri 2 buah 2 buah - -

  4 Gunting Lurus 8 buah 8 buah - -

  3 Pinset Chirurgis 10 buah 10 buah - -

  2 Pinset Anatomis 8 buah 8 buah - -

  31 Irigator (Klisma) Kecil 1 buah 1 buah - -

  

32 Regulator Central 3 buah 3 buah - -

  

33 Regulator Biasa 4 buah 4 buah - -

  

34 Pispot 8 buah 8 buah - -

  

35 Krenda Plastik 6 buah 6 buah - -

  

36 Kulkas 1 buah - 1 buah -

  

37 Lemari laken 2 buah - 2 buah -

  

38 Lemari Alat 2 buah - 2 buah -

  

39 Keranjang Sampah 17 buah 17 buah - -

  

40 Jam Dinding 3 buah - 3 buah -

  

41 Dispenser 1 buah - 1 buah -

  Lampiran 7 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR DI RUMAH

A. PENDAHULUAN

  Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan yang dapat menyebabkan gangguan fungsional dengan harapan hidup 50%. Saat ini seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%, dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luas luka bakar 95%. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif, semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah pasien dengan luka bakar serius.

  Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebabnya (etiologi), dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang lebih luas dan melibatkan jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif dari pada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang disebabkan oleh api atau papan radiasi ionisasi. Luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia memerlukan penanganan yang berbeda dibandingkan luka bakar yang disebabkan oleh sengatan listrik (elektrik) atau percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar daripada luka yang mengenai area lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi fungsi kerja pasien dan memerlukan pengobatan yang berbeda dengan area tubuh yang lain.

  Prognosis pasien yang mengalami luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Pasien dengan luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk penanganan segera dan masalah penanganan jangka panjang untuk kemungkinan adanya komplikasi. Namun sebelum dirujuk, keluarga atau orang-orang disekitar pasien harus mengetahui pertolongan pertama yang dapat diberikan, demikian juga dengan perawatan yang dapat dilakukan di rumah setelah pasien pulang ke rumah sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi dan membantu penyembuhan luka klien.

  Tn. P sudah mengalami luka bakar yang kedua kalinya dan pasien ataupun keluarga kurang mengetahui pertolongan pertama yang dapat diberikan pada pasien dan perawatan yang dapat dilakukan keluarga setelah pasien pulang kerumah. Oleh karena itu, perlu diadakan penyuluhan tentang penangan luka bakar dirumah.

B. TUJUAN

  1. TIU : Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, keluarga akan dapat memahami penanganan luka bakar dirumah.

  2. TIK : Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, keluarga akan dapat

  memahami tentang : a.

  Definisi luka bakar.

  b.

  Penyebab dan gejala luka bakar.

  c.

  Luas dan derajat luka bakar.

  d.

  Kebutuhan cairan pada pasien dengan luka bakar.

  e.

  Pertolongan pertama luka bakar dirumah.

  f.

  Perawatan luka bakar di rumah.

  C. POKOK BAHASAN Penatalaksanaan luka bakar di rumah.

  D. SUB POKOK BAHASAN 1.

  Pengertian luka bakar.

  2. Penyebab dan gejala luka bakar.

  3. Luas dan derajat luka bakar.

  4. Kebutuhan cairan pada pasien dengan luka bakar.

  5. Pertolongan pertama luka bakar dirumah.

  6. Perawatan luka bakar di rumah.

  E. SASARAN Keluarga Tn. P di ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan.

  F. METODE Ceramah dan diskusi.

  G. WAKTU

  Hari/tanggal : Senin / 2 Juli 2012 Pukul : 10.00-10.30 Tempat : Kamar III.7 RB2B RSUP H. Adam Malik Medan.

  H. MEDIA

  Leaflet

I. PELAKSANAAN KEGIATAN

  

No. Kegiatan Penyuluh Peserta Media Waktu

  1. - Orientasi - Menjawab salam Leaflet 5 menit Memberi salam dan perkenalan

  • manfaat dan cakupan memperhatikan penyuluhan.
  • Mendengarkan dan Menjelaskan tujuan,

  2 Kerja - Mendengarkan dan Leaflet

  • luka bakar. memperhatikan. menit

  20 Menjelaskan pengertian

  • dan gejala luka bakar.

  Menjelaskan penyebab

  • derajat luka bakar.

  Menjelaskan luas dan

  • cairan pada pasien dengan luka bakar.

  Menjelaskan kebutuhan

  • pertolongan pertama luka bakar dirumah.

  Menjelaskan

  • perawatan luka bakar di rumah.

  Menjelaskan prinsip

  3. Terminasi - Leaflet -

  Mengevaluasi Menjawab pengetahuan peserta pertanyaan. penyuluhan mengenai

  • materi yang dan disampaikan dengan memperhatikan.
  • memberi pertanyaan.

  Mendengarkan

  Menjawab salam. Menyimpulkan kegiatan

  • penyuluhan.
  • menutup penyuluhan.

  Memberi salam dan

  J. EVALUASI 1.

  Evaluasi struktur.

  a.

  Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan.

  b.

  Media dan alat yang memadai.

  c.

  Pengaturan tempat sesuai dengan kegiatan.

2. Evaluasi proses.

  a.

  Pelaksanaan preplaning sesuai dengan alokasi waktu. b.

  Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif.

  c.

  Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang dijelaskan oleh penyuluh.

  3. Evaluasi hasil.

  Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi

MATERI PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR DI RUMAH

  A. PENGERTIAN

  Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001). Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik, radiasi dll) atau zat-zat yang bersifat membakar.

  B. PENYEBAB DAN GEJALA

1. Penyebab luka bakar :

  Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme cederanya meliputi : a.

  Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.

  b.

  Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya cedera karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

  c.

  Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

  d.

  Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

2. Gejala luka bakar meliputi : a.

  Adanya luka yang mengakibatkan kerusakan pada kulit yaitu luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.

  b.

  Nyeri/sakit pada area yang terkena luka bakar c. Kulit hangat/kering d.

  Adanya gelembung/ kulit yang melepuh berisi cairan e. Jika luka bakar yang terjadi terlalu luas dan dalam akan mempengaruhi gangguan fungsi organ tubuh lainnya, serta dapat menyebabkan kematian.

C. LUAS DAN DERAJAT LUKA BAKAR 1.

  Berdasarkan kedalaman luka bakar

  a. Luka bakar derajat I

  Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis

   Kulit kering, hiperemi berupa eritema

   Tidak dijumpai bulae

   Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

   Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari.

   b. Luka bakar derajat II

 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi

inflamasi disertai proses eksudasi.

   Dijumpai bulae. Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. 

   Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.

  c. Luka bakar derajat III

   dalam.

  Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih

   sebasea mengalami kerusakan.

  Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

   Tidak dijumpai bulae.

   Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.

   sebagai eskar.

  Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal

   saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.

  Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung

   Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

  Gbr 1. Lapisan kulit Ukuran luas luka bakar

  Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :

  Rule of nine 9%

  Kepala dan leher : 9%

  • Dada depan dan belakang : 18%
  • 9% 9%

  Abdomen depan dan belakang : 18%

  • Back 18% Front

  1 Tangan kanan dan kiri : 18%

  • Paha kanan dan kiri : 18%
  • Kaki kanan dan kiri : 18%
  • Genital : 1%
  • 9

D. KEBUTUHAN CAIRAN

  Perhitungan cairan berdasarkan pada pasien luka bakar adalah sebagai berikut :

  1. Untuk 24 jam I : Cairan Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB. ½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan), ½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.

2. Untuk 24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.

E. PENANGANAN LUKA BAKAR LISTRIK DI RUMAH (pertolongan pertama)

  • segera mematikan sumber arus listrik. Sebelum sumber listrik dimatikan, penolong sebaiknya jangan dulu menyentuh korban, apalagi jika sumber listrik memiliki tegangan tinggi. Jika sumber arus tidak dapat dimatikan, gunakan benda-benda non-konduktor (tidak bersifat menghantarkan listrik; misalnya sapu, kursi, karpet atau keset yang terbuat dari karet) untuk mendorong korban dari sumber listrik. Jangan menggunakan benda-benda yang basah atau terbuat dari logam. Jika memungkinkan, berdirilah di atas sesuatu yang kering dan bersifat non-konduktor (misalnya keset atau kertas koran yang dilipat).

  Cara paling aman untuk memisahkan korban dari sumber listrik adalah

  • 10-15 menit untuk mengurangi panas dan mencegah kerusakan jaringan yang lebih luas serta mengurangi rasa nyeri.

  Jika terdapat luka bakar dinginkan luka bakar dengan air mengalir selama

  • dingin di kulit, karena mengandung mentol. Jika dioleskan pada kulit yang terkena luka bakar, pori-pori kulit akan tertutup pasta gigi itu. Saat diobati, paramedis di rumah sakit akan kesulitan untuk membersihkan luka, guna mencegah infeksi.

  Sebaiknya hindari penggunaan pasta gigi , pasta gigi memang terasa

  • memang cairan yang bersifat mendinginkan. Tetapi kandungan bahan kimia di dalamnya sangat berbahaya, dan bisa memperlambat proses penyembuhan luka, bahkan memperparah.

  Diolesi kecap atau minyak rem tidak disarankan. Kecap dan minyak rem

  Mengkonsumsi vitamin C untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

  • Dapat dilakukan kompres dengan susu. Rendam daerah luka dengan susu
  • selama 15 menit atau lebih. Bila kesulitan merendam, bisa menggunakan handuk yang telah dibasahi susu untuk menutup daerah yang terbakar. Lemak yang terdapat dalam susu akan menyejukkan daerah yang terbakar dan mempercepat penyembuhan.
  • bersih yang tidak dapat melekat pada luka

  Untuk mencegah infeksi tutup luka menggunakan perban/ kain kering

  • kesehatan.

  Setelah pertolongan pertama pasien langsung dirujuk ke pelayanan

F. PERAWATAN LUKA BAKAR DI RUMAH

  Setelah pasien pulang ke rumah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan pasien di rumah, yaitu : a.

  Cara Pencegahan Infeksi Mandi 2 kali sehari Daerah yang terbalut luka jangan sampai terkena air atau basah karena dapat meningkatkan kelembaban pada kulit yang terbungkus sehingga dapat menjadi tempat berkembang biak kuman b. Makanan yang dibutuhkan

  Makanan yang mengandung protein atau tinggi kalori tinggi protein (TKTP).

  Makanan yang banyak mengandung protein misalnya: susu, telur, madu, roti, ikan laut, kacang-kacangan c.

  Ganti balutan minimal 1 kali sehari

  • Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan
  • Alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengganti balutan harus dalam keadaan steril atau bersih
  • Minum obat sesuai anjuran misalnya obat antibiotik untuk mencegah infeksi
  • Hindari kontak sinar matahati pada masa penyembuhan, karena mengakibatkan jaringan kulit baru rusak

  Referensi

  Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

6 105 189

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

9 89 255

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

8 132 220

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

8 92 131

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Endokrin : Diabetes Melitus di Ruangan Rindu A1 RSUP H. Adam Malik Medan

20 134 152

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan : Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan

4 50 227

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

0 1 35

A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

0 0 89

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

4 4 63

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

3 4 61