Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan : Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

LAPORANPBLK

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan: Nasopharing Carcinoma (NPC)

di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Hafizhoh Isneini Purba 071101032

PROGRAM PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012


(2)

Experience Report Learn The Comprehensive Field

Management of Service and Upbringing of Client Treatment with The Trouble of Ear, Nose and Red Lane : Nasopharing Carcinoma (NPC) in

Rindu A 5 RSUP Haji Adam Malik Medan

Compiled to finishing the experience teaching learn of comprehensive field

By

Hafizhoh Isneini Purba 071101032

EDUCATION PROGRAME OF NURSING IN PROFESSION PHASE NURSING FACULTY

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA 2012


(3)

(4)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan: Nasopharing Carcinoma (NPC) ndi Ruang Rindu A5

RSUP Haji Adam Malik Medan

Hafizhoh Isneini Purba

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi FKep USU

ABSTRAK

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik. Praktik Belajar Lapangan ini dilakukan di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan selama 4 minggu, dimulai sejak tanggal 7 Juni sampai 5 Juli 2012. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Rindu A5 RSUP H. Adam Malik diperoleh bahwa fenomena kasus yang terbanyak adalah pasien dengan diagnosa Nasopharing Carcinoma (NPC). Pasien dengan diagnosa NPC memiliki beberapa keluhan, salah satunya yaitu sulit menelan. Untuk itu dilakukan evidance base nursing dalam bentuk Standar Asuhan Keperawatan (SOP) tentang latihan menelan yang ditujukan untuk pasien dengan masalah gangguan menelan. Selain itu discharge planning pada pasien NPC belum dilaksanakan secara optimal untuk mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan. Untuk itu, dilakukan discharge planning kepada pasien sehingga pasien siap menghadapi pemulangan. Hasil evaluasi yang dilakukan pada lima orang pasien yang telah dilakukan implementasi sesuai SOP yang telah dibuat tentang manajemen latihan menelan diperoleh terdapat penurunan ketidakmampuan menelan pada pasien dengan masalah gangguan menelan setelah pemberian implementasi asuhan keparawatan latihan menelan, sehingga pasien mampu menelan dengan baik setelah diajarkan latihan menelan. Hasil

implementasi discharge planningjuga menunjukan pemahaman pasien tentang

penyakitnya dan perawatan dirumah dalam kategori baik.

Kata Kunci: Nasopharing Carcinoma (NPC), Standar Operasional Prosedur


(5)

Management of Service and Upbringing of Client Treatment with The Trouble of Ear, Nose and Red Lane : Nasopharing Carcinoma (NPC) in Rindu A 5 RSUP Haji Adam Malik Medan

Hafizhoh Isneini Purba

Educational Studies Program Phase Professional Nurses F.Kep USU

ABSTRACT

Experience report learn the comprehensive field is a course that aims to prepare students to face the real world like at work by providing opportunities to enhance the ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the educational process. Experience report learn the comprehensive field activity is expected to provide input directly to an increase in nursing services in place to land practices. Practice Field Study was conducted in Rindu A5 room RSUP Haji Adam Malik Medan for 4 weeks, starting from 7th June until 5th July 2012. From the results of assessments conducted in Room Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik was found that the phenomenon that most cases were patients with diagnoses Nasopharing Carcinoma (NPC). One of the patients nursing diagnosis from NPC has a complaint of difficulty swallowing. For that done evidance base in the form of nursing Nursing Standard (SOP) on swallowing. In addition to the patient's discharge planning NPC has not been implemented optimally to prepare patients facing discharge. For that, do discharge planning to patients so that patients are ready for discharge. The results of the evaluation performed on five patients who had carried out the implementation of appropriate standard operating procedures that have been made also has been able to swallow well after swallowing

exercises taught. The results also show the implementation of discharge planning patient's understanding about the disease and treatment at home in either

category.

Keywords: Nasopharing Carcinoma (NPC), Standard Operating Procedure (SOP), Discharge planning


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga

laporan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan KeperawatanKlien dengan Gangguan

Telinga Hidung dan Tenggorokan: Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan” dapat diselesaikan yang merupakan syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses pelaksanaan PBLK dan penyusunan laporan ini, banyak kesulitan yang dihadapi penulis, namun karena rahmat Allah serta bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasi kesulitan tersebut. Berkenaan dengan hal itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utaradan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing sekaligus Koordinator Mata Ajar Praktik Belajar Lapangan Komprehensif yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, petunjuk serta saran sehingga laporan PBLK ini dapat diselesaikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya Kepala Ruang Rindu A5 Ibu Julinar, S.Kep, Ns, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan kemudahan selama penulis menjalankan


(7)

kegiatan PBLK di lapangan, serta seluruh pegawai di Ruangan RA5 RSUP Haji Adam Malik Medan tempat penulis melaksanakan PBLK.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga tercinta, Ayahanda tercinta Drs. Husein Abdullah Purba dan Ibunda Erliana Batubara, yang selalu memberikan doa tulusnya untuk penulis, adik-adik tersayang Muhammad Habib Purba, Anggi Khairani Purba, dan Hasanul Arifin Purba yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Kak Zal Fitria, Nesia Septiarini, Ruth DJ Pakpahan, Novinda Sari dan Megita Maha Putri Sandani yang selalu sabar menasehati, menyemangati dan membantu penulis dalam menyelesaikan PBLK ini, dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, dan doa dalam menyelesaikan PBLK ini.

Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua yang memberikan bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya penulis berharap laporan ini dapat memberi manfaat untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya pelayanan keperawatan kepada pasien dengan gangguan pada THT khususnya carcinoma nasopharing (NPC) dan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi dunia keperawatan.

Medan, 7 Juli 2012


(8)

DAFTAR ISI

Halam an

Lembar Sampul

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... xi

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 4

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 6

B. Analisa Ruang Rawat ... 45

1. Pengkajian ... 45

2. Analisa Situasi ... 61

3. Rumusan Masalah ... 69

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 69

5. Implementasi ... 70

6. Evaluasi ... 74


(9)

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori ... 82

B. Tinjauan Kasus ... 108

1. Pengkajian ... 108

2. Diagnosa Keperawatan ... 113

3. Intervensi Keperawatan ... 118

4. Implementasi dan Evaluasi ... 125

5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 146

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 147

B. Saran ... 149

Daftar Pustaka ... 151 Lampiran-lampiran

1. Kuesioner kemampuan menelan

2. Lembar observasi latihan menelan

3. Data SPSS dari hasil observasi latihan menelan

4. Standart operasional procedure latihan menelan

5. Standart asuhan keperawatan dan discharge planning pasien NPC

6. SAP beserta leaflet mengenai ”Penyakit dan Perawatan Pasien NPC di

Rumah”

7. SAP beserta leaflet mengenai “ Manajemen Nyeri” 8. SAP beserta leaflet mengenai “ROM”

9. Instrumen manajemen keperawatan 10. Instrument tingkat kepuasan pasien


(10)

DAFTAR TABEL

Halam an

Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA ... 38

Tabel 2. JumlahTenaga Perawat yang dibutuhkan di Ruang Rawat Inap Rindu A 5 Berdasarkan kategori Asuhan Keperawatan Menurut Douglas (1984) ... 48

Tabel 3. Analisa SWOT ... 61

Tabel 4. Perbedaan Kemampuan Menelan Pasien dengan masalah gangguan menelan Sebelum dan Sesudah Pemberian Intervensi Manajemen Latihan ... 76

Tabel 5. Hasil Uji Paired T-Test untuk Perbedaan Kemampuan Menelan Pasien Sebelum dan Sesudah Pemberian Intervensi Manajemen Asuhan Keperawatan Latihan Menelan ... 77

Tabel 6.Intervensi Keperawatan... 97

Tabel 7. Fungsi dan Efek samping obat Ny.R ... 112

Tabel 8. Analisa Data ... 113

Tabel 9. Intervensi Keperawatan Pasien NPC ... 118


(11)

DAFTAR SKEMA

Halam an

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ... 31

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing ... 33

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing ... 34

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing ... 35

Skema 5.Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi) ... 37

Skema 6. Struktur Organisasi Ruangan Rindu A 5 ... 50

Skema 7.Alur Pendelegasian Tugas ... 57


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(13)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan: Nasopharing Carcinoma (NPC) ndi Ruang Rindu A5

RSUP Haji Adam Malik Medan

Hafizhoh Isneini Purba

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi FKep USU

ABSTRAK

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik. Praktik Belajar Lapangan ini dilakukan di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan selama 4 minggu, dimulai sejak tanggal 7 Juni sampai 5 Juli 2012. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Rindu A5 RSUP H. Adam Malik diperoleh bahwa fenomena kasus yang terbanyak adalah pasien dengan diagnosa Nasopharing Carcinoma (NPC). Pasien dengan diagnosa NPC memiliki beberapa keluhan, salah satunya yaitu sulit menelan. Untuk itu dilakukan evidance base nursing dalam bentuk Standar Asuhan Keperawatan (SOP) tentang latihan menelan yang ditujukan untuk pasien dengan masalah gangguan menelan. Selain itu discharge planning pada pasien NPC belum dilaksanakan secara optimal untuk mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan. Untuk itu, dilakukan discharge planning kepada pasien sehingga pasien siap menghadapi pemulangan. Hasil evaluasi yang dilakukan pada lima orang pasien yang telah dilakukan implementasi sesuai SOP yang telah dibuat tentang manajemen latihan menelan diperoleh terdapat penurunan ketidakmampuan menelan pada pasien dengan masalah gangguan menelan setelah pemberian implementasi asuhan keparawatan latihan menelan, sehingga pasien mampu menelan dengan baik setelah diajarkan latihan menelan. Hasil

implementasi discharge planningjuga menunjukan pemahaman pasien tentang

penyakitnya dan perawatan dirumah dalam kategori baik.

Kata Kunci: Nasopharing Carcinoma (NPC), Standar Operasional Prosedur


(14)

Management of Service and Upbringing of Client Treatment with The Trouble of Ear, Nose and Red Lane : Nasopharing Carcinoma (NPC) in Rindu A 5 RSUP Haji Adam Malik Medan

Hafizhoh Isneini Purba

Educational Studies Program Phase Professional Nurses F.Kep USU

ABSTRACT

Experience report learn the comprehensive field is a course that aims to prepare students to face the real world like at work by providing opportunities to enhance the ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the educational process. Experience report learn the comprehensive field activity is expected to provide input directly to an increase in nursing services in place to land practices. Practice Field Study was conducted in Rindu A5 room RSUP Haji Adam Malik Medan for 4 weeks, starting from 7th June until 5th July 2012. From the results of assessments conducted in Room Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik was found that the phenomenon that most cases were patients with diagnoses Nasopharing Carcinoma (NPC). One of the patients nursing diagnosis from NPC has a complaint of difficulty swallowing. For that done evidance base in the form of nursing Nursing Standard (SOP) on swallowing. In addition to the patient's discharge planning NPC has not been implemented optimally to prepare patients facing discharge. For that, do discharge planning to patients so that patients are ready for discharge. The results of the evaluation performed on five patients who had carried out the implementation of appropriate standard operating procedures that have been made also has been able to swallow well after swallowing

exercises taught. The results also show the implementation of discharge planning patient's understanding about the disease and treatment at home in either

category.

Keywords: Nasopharing Carcinoma (NPC), Standard Operating Procedure (SOP), Discharge planning


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keperawatan merupakan pelayanan asuhan profesional yang bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2001). Proses pembelajaran dalam keperawatan menunjukkan adanya kontinuitas antara teori dan praktek yang didapatkan melalui pengalaman belajar di lahan praktek yang mendukung pertumbuhan dan pembinaan, kemampuan profesional untuk mendapat gambaran nyata dalam menjalankan peran secara terintegrasi antara penatalaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan secara komprehensif. Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan salah satu program akhir kegiatan mahasiswa profesi yang terintegrasi antara penatalaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan secara komprehensif.

Tujuan dari kegiatan PBLK ini adalah dapat mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkannya dalam proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Kegiatan PBLK dilakukan dengan


(16)

mengintegrasikan pengelolaan manajemen ruangan dengan manajemen kasus. Manajemen merupakan proses bekerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki sistem manajemen keperawatan. Sistem manajemen memiliki beberapa elemen penting yaitu Man, Methode, Material, Money, Machine. Praktik Belajar Lapangan ini dilakukan di ruang Rindu A 5 selama 4 minggu, dimulai sejak 11 Juni 2012 - 7 Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik dan pasien kelolaan. Pengkajian terhadap analisa situasi ruangan dilakukan pada tanggal 11 Juni Mei - 13 Juli 2012 menggunakan metode wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner maka diperoleh beberapa masalah pada sistem manajemen di Ruang Rindu A 5 RSUP H. Adam Malik Medan.

Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh, ruang Rindu A 5 merupakan ruang rawat inap terpadu untuk penyakit THT, mata, kulit dan kelamin, serta gigi dan mulut. Rindu A 5 mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 46 tempat tidur yang terdapat di masing-masing kelas/ ruang

rawat.Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada 10 pasien dengan kategori lama rawat lebih dari 3 hari yang dirawat di ruangan Rindu A 5 mengenai tingkat kepuasan pasien dapat disimpulkan bahwa 80% pasien merasa puas dan 20% merasa tidak puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan yaitu


(17)

terkait dengan komunikasi yang terjalin antara perawat dengan pasien ataupun keluarga pasien.

Pada PBLK ini mahasiswa mengambil kasus nasopharyng carcinoma (NPC) karena menurut hasil pengkajian pada tanggal 11 Juni – 13 Juli 2012 jumlah penderita nasopharyng carcinoma (NPC) di Ruang A 5 merupakan kasus terbanyak diantara penyakit lainnya yang terdapat di ruang Rindu A 5 yaitu mencapai 37 %. Dan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap pasien khususnya pasien dengan nasopharyng carcinoma, masalah keperawatan yang paling sering muncul adalah masalah kesulitan menelan pada pasien sebagai akibat dari masalah kesehatan yang dialami oleh pasien tersebut. Untuk masalah kesulitan menelan dilakukan manajemen asuhan keperawatan latihan menelan terhadap pasien-pasien yang mengalami kesulitan menelan di ruang Rindu A 5 selama kegiatan PBLK berlangsung.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengaplikasikan manajemen keperawatan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kesulitan menelan dengan diagnosa medis nasopharing carcinoma di ruang rawat inap terpadu Rindu A 5 di RSUP H. Adam Malik Medan.

B.Tujuan

Selama melakukan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif mahasiswa mampu :


(18)

1) Mengidentifikasi dan melakukan sistem manajemen pelayanan keperawatan di Ruang Rindu A5 RSUP H Adam Malik.

2) Melakukan asuhan keperawatan pada klien nasopharyng carcinoma (NPC) di

Ruang Rindu A5 RSUP H Adam Malik. C. Manfaat

Kegiatan PBLK ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Mahasiswa

Manfaat dari kegiatan PBLK ini bagi mahasiswa yaitu diharapkan mampu mencapai kompetensi utama perawat profesional yaitu mengelola manajemen asuhan keperawatan pada klien secara individu dan pengelolaan pelayanan keperawatan dengan menggunakan metode asuhan keperawatan pada ruang rawat secara profesional.

2. Intitusi Keperawatan

Manfaat bagi institusi keperawatan yaitu menghasilkan mahasiswa profesi keperawatan yang mampu memenuhi karakteristik esensial profesi keperawatan yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah yang ditumbuhkan secara langsung berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien melalui tahapan proses keperawatan, memiliki sikap dan tingkah laku profesional yang


(19)

dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan kehidupan profesi dan mampu belajar aktif dan mandiri pada pengalaman praktik di lapangan

3. Lahan Praktek

Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada lahan praktek.


(20)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Konsep Dasar Manajemen

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1994).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Muninjaya (1999), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk


(21)

mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama

yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing

(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi). a. Planning (Perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam

manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.


(22)

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

a) Tujuan Perencanaan

- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.

- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif.

- Membantu dalam koping dengan situasi kritis.

- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya.

- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan

berdasarkan masa lalu dan akan datang.

- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.

- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif.

b) Tahap dalam perencanaan :

- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif.

- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.

- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.

- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.

- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam

pelaksanaan program.

- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO).


(23)

- Perencanaan Strategi

Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.

- Perencanaan Operasional

Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.

Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.


(24)

- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.

- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.

- Memudahkan kordinasi.

- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional

secara jelas.

- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat.

- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami.

- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.

- Menghemat waktu dan dana.

e) Keuntungan Perencanaan

- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.

- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.

- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama

fungsi keperawatan.

- Memodifikasi gaya manajemen.

- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.

f) Kelemahan Perencanaan

- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan

fakta-fakta tentang masa yang akan datang.

- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak.

- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis.


(25)

- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil. b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

a) Manfaat Pengorganisasian

Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :

- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

- Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut

melalui kegiatan yang dilakukannya.

- Pendelegasian wewenang.

- Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.

b)Langkah-langkah Pengorganisasian

- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang


(26)

- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang

praktis.

- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan

menyediakan fasilitas yang diperlukan.

- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

- Mendelegasikan wewenang.

c. Staffing (Kepegawaian)

Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.

Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana


(27)

pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat


(28)

distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.

d. Directing (Pengarahan)

Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu :


(29)

- Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

- Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

- Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

e. Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah


(30)

terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk

menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Swanburg, 2000)

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Gillies, 1998).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Gillies, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :

- Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah

diukur, misalnya menepati jam kerja.

- Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya

mencapai tujuan organisasi.

- Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,

sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.


(31)

- Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

- Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik.

- Harus menunjukkan sifat dari aktivitas.

- Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera.

- Harus memandang ke depan.

- Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis.

- Harus objektif.

- Harus fleksibel.

- Harus menunjukkan pola organisasi.

- Harus ekonomis.

- Harus mudah dimengerti.

- Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.

Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:

- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya


(32)

mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :

- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai

dengan standard atau rencana kerja.

- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf

dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi

kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi

dan latihan lanjutan.

2. Standard Asuhan Keperawatan

Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan

sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para ahli,

dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh olehnya.

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan berupa standar yang


(33)

dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres, Peraturan Pemerintah.

Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan.

Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:

Standard 1: Falsafah keperawatan

Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan

Standard 3: Pengkajian Keperawatan

Standard 4 : Diagnosa Keperawatan

Standard 5 : Perencanaan Keperawatan

Standard 6: Intervensi Keperawatan

Standard 7 :Evaluasi Keperawatan


(34)

Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien. Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis, pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel, kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif, kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat mengembangkan kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria keperawat-perawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan sebagai proses asuhan keperawatan.

Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2004) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.

Standard I : Pengkajian keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.


(35)

Kriteria pengkajian meliputi :

- Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan

fisik, serta dari pemeriksaan penunjang.

- Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan,

rekam medis dan catatan lain.

- Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi.

- Status kesehatan pasien masa lalu.

- Status kesehatan pasien saat ini.

- Status biologis-psikologis-sosial-spritual.

- Respon terhadap terapi.

- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal.

Standard II : Diagnosa keperawatan

Adapun kriteria proses :

- Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah,

perumusan diagnosa keperawatan.

- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala

(S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

- Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi

diagnosa keperawatan.

- Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.


(36)

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.

Kriteria proses, meliputi :

- Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana

tindakan keperawatan.

- Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

- Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

- Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Standard IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan.

Kriteria proses, meliputi :

- Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

- Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.

- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai

konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan.

- Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan


(37)

Standard V : Evaluasi keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya adalah:

- Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,

tepat waktu dan terus-menerus.

- Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah

pencapaian tujuan.

- Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

- Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan

keperawatan.

- Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.

3. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu

kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1999). Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Hidayat, 2002).


(38)

a. Tujuan Dokumentesi Keperawatan

Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut:

- Alat komunikasi anggota tim.

- Biling keuangan.

- Bahan pendidikan.

- Sumber data dalam menyusun NCP.

- Audit keperawatan.

- Dokumen yang legal.

- Informasi statistik.

- Bahan penelitian.

b. Makna Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek yaitu :

- Hukum :

Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlu dihindari adanya

interpretasi yang salah (Nursalam, 2001).


(39)

Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk

mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001).

- Komunikasi :

Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan dapat

melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2001).

- Keuangan :

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat

dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2001).

- Pendidikan :

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan (Nursalam,2001).


(40)

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan(Nursalam, 2001).

- Akreditasi :

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan dan

pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).

Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Hidayat, 2002):

a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama

dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan.

b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang

informasi/data yang penting tentang keadaannya.

c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat.

d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat,

dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi.


(41)

e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut: adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat.

f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah

unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.

g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan

yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat.

h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan

menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.

i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret

dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.

j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan

nama jelas penulis.

k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain

sebelum menulis data terakhir.

l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

c. Proses dokumentasi keperawatan

Proses dokumentasi keperawatan mencakup: a)Pengkajian

- Mengumpulkan Data.

- Validasi data.

- Organisasi data.


(42)

b) Diagnosa Keperawatan

- Analisa data.

- Identifikasdi masalah.

- Formulasi diagnosa.

c) Perencanaan / Intervensi

- Prioritas Masalah.

- Menentukan tujuan.

- Memilih strategi keperawatan.

- Mengembangkan rencana keperawatan.

d) Pelaksanaan/implementasi

- Melaksanakan intervensi keperawatan.

- Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan tanggal

pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi.

- Memberikan laporan secara verbal.

- Mempertahankan rencana asuhan.

e) Evaluasi

- Mengidentifikasikan kriteria hasil.

- Mengevaluasi pencapaian tujuan.

- Memodifikasi rencana keperawatan.


(43)

Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:

a) Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan

untuk klien. Hal ini penting untuk :

- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang

seharusnya tidak perlu terjadi. Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga diberikan obat kembali.

- Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya dengan standar yang telah dibuat.

- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan

yang sudah diberikan (evaluasi klinis).

b) Menjadi dasar penentuan tugas

Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga.

c) Memperkuat pelayanan keperawatan

Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-dokumen yang ada.

- Dokumen tentang kondisi klien.

- Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien.

- Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan.


(44)

Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.

4. Model Asuhan Keperawatan

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer.

a. Metode fungsional

Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senoir menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.


(45)

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

b. Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi

Kepala Ruangan

Perawat : Merawat luka Perawat :

Pengobatan Perawat :

Pengobatan

Perawat : Merawat luka


(46)

tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.

Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.


(47)

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

c. Metode primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim

Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien / klien


(48)

Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing Sarana RS Kepala Ruangan

Dokter

Perawat Primer Pasien / Klien

Perawat pelaksana

evening

Perawat pelaksana jika diperlukan

days Perawat


(49)

d. Metode kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk

keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat

lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien


(50)

e. Modifikasi : MAKP Tim-Primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :

a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer

harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.

b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab

asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.


(51)

Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)

6. JCIA (Joint Comite International Acreditation) Kepala Ruang

PP1 PP1 PP3 PP4

PA PA

PA PA

PA PA PA PA

PA PA

PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien

7-8 Pasien 7-8 Pasien


(52)

Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien yang diharapkan.

Strata-strata dalam sistem

Input Proses Output

Sumber daya

Perlengkapan Persediaan

Penerimaan pasien rawat inap

Pemeriksaan pasien Edukasi terhadap pasien Pengobatan

Meningkatnya status kesehatan Pelayanan yang efisien

Kepuasan pasien

Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA

a. Misi JCIA

Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh dunia. b. Tujuan JCIA

1. Kualitas pelayanan

2. Kepercayaan masyarakat

3. Patient safety ervirontment safety

4. Staff safety

5. Revenue

6. Margin

7. Kesejahteraan karyawan


(53)

c. Manfaat JCIA

1. Meningkatkan kepercayaan public.

2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien -> kepuasan

karyawan.

3. Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran.

4. Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya,

melibatkan mereka dalam proses pelayanan.

5. Menciptakan budaya yang terbuka.

6. Membangun kepemimpinan yang kolaboratif.

d. Persyaratan umum 1. Izin operasi.

2. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan.

3. Mengikuti standar JCIA.

e. Standar JCIA

1. Patient focus function

a. International patient savety goals.

b. Access to care and continuity of care.

c. Care of patient.

d. Assesment of patient.

e. Anasthesia and surgical care.

f. Patient and family right.

g. Patient and family education.


(54)

2. Organitation function

a. Staff Qualification and education.

b. Goverments, leadership and direction.

c. Fasility management and savety.

d. Management of comunication and information.

e. Quality improvement and patient savety.

f. Prevention and control of infection.

7. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat, Kepala Group, CI dan Perawat Pelaksana

a. Kepala Ruangan

1. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan

bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.

2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan

PA.

3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.

4. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.

5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan

melakukan penelitian.

6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan


(55)

7. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP.

8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan

memberikan masukan untuk perbaikan.

9. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil

evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.

b. Kepala Group

Kedudukan

Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan. Tugas Pokok :

Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara efisien dan efektif.

Uraian Tugas :

1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar.

2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan

group.tim (group petugas ganti) mengawasi: kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.


(56)

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program

pengobatan dokter.

7. Membantu pelaksanaan rujukan.

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru

mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.

10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas

cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.

11.Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan.

12.Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga

keperawatan.

13.Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan

lingkungan. c. CI

Uraian tugas :

1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik.


(57)

3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien.

4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi

terapeutik.

5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan

keperawatan.

6. Melakukan bedside teaching.

7. Melakukan ronde keperawatan.

8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi

tertentu.

9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta

didik dalam melakukan asuhan keperawatan selama dinas.

10.Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di

suatu ruangan.

11.Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat

apabila peserta didik tidak hadir memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal : melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan membimbing pembuatan laporan kasus.

12.Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore


(58)

d. Perawat Pelaksana Uraian tugas :

1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar.

2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas

ganti) mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group

sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program

pengobatan dokter.

7. Membantu pelaksanaaan rujukan.

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru

mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan

penyuluhan kesehatan.

10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas

cleaning service dan peserta didik.

11.Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,


(59)

12.Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.

13.Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan

keperawatan serta tenaga keperawatan.

14.Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota

keluarga dan lingkungannya.

15.Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota

keluarga/keluarga.

B. Analisis Ruang Rawat

Ruang rawat inap Rindu A 5 merupakan ruang rawat inap yang etrdapat di RSUP H. Adam Malik Medan untuk pasien dengan masalah penyakit THT, mata, kulit dan kelamin serta gigi dan mulut yang dibagi menjadi kelas 1, 2 dan 3bagi pasien umum, jamkesmas dan askes. Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen di ruangan Rindu A 5 yaitu keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang melaksanakan pekerjaan di ruangan Rindu A 5. Hal ini dilakukan utnuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi demi meningkatkan pengelolaan

pelayanan keperawatan. 1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di Ruangan Rindu A 5 dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 11-13Juni 2012 melalui metode:


(60)

a. Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, beberapa perawat pelaksana, dan CI ruangan.

b. Observasi dilakukan oleh kelompok manajemen pada shift pagi, yaitu

observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

c. Penyebaran kuesioner, kuesioner disebarkan pada tanggal 13 Januari 2012.

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi ruangan di ruangan Rindu A 5 dideskripsikan sebagai berikut:

a) Man

.Perawat di ruangan Rindu A 5 terdiri dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, 1 orang CI dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, 1 orang TU dengan pendidikan SPK, 2 orang ketua tim dengan pendidikan D3 keperawatan, 13 orang perawat pelaksana dengan latar belakang pendidikan D3keperawatan. Jumlah keseluruhan perawat di ruangan RA4 sebanyak 18 orang yang terdiridari 16 orang PNS dan 2 orang Honor.

Proses perekrutan perawat pegawai negeri di ruang Rindu A 5 dilakukan melalui ujian penerimaan pegawai dari depkes pusat, sedangkan untuk pegawai honorer perekrutan dilakukan langsung oleh RSUP H. Adam Malik Medan. Pegawai baru yang telah diterima di orientasikan selama 3 bulan dan dilakukan penilaian oleh bidang keperawatan. Selain itu beberapa perawat di ruang Rindu A


(61)

5 mendapatkan pelatihan di bidang keperawatan yang dilaksankan oleh RSUP H. Adam Malik Medan yang langsung disampaikan oleh Kapokja melalui kepala ruangan seperti pelatihan infeksi nosokomial, PPGD, EKG, manajemen bangsal, manajemen nyeri, dll.

Berdasarkan penyebaran kuesioner kepada 16 orang perawat ruang Rindu A 5 tentang kepuasan kerja perawat diperoleh hasil bahwa 93,75%perawat merasa puas dengan pekerjaan mereka dan 6,25% perawat mengatakan tidak puas dengan pekerjaan mereka. Sedangkan dari hasil penyebaran kuesioner pada 10 orang pasien dengan kriteria pasien yang hari rawatan minimal 3 hari, disimpulkan bahwa 80 % pasien merasa puas, 20% merasa tidak puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan yaitu terkait dengan komunikasi yang terjalin antara perawat dengan pasien ataupun keluarga pasien.

Berdasarkan hasil dokumentasi dari bagian pencatatan terhadap kasus yang ada di ruang rindu A 5, ditemukan bahwa kasus yang paling banyak dialami pasien yang mengalami gangguan pada telinga, hidung dan tenggorokan adalah nasopharyng carcinoma (NPC) yaitu sebanyak 37 % disusul dengan kanker laryng 18,5 %, kanker lidah 8,3 % dan OMSK 0,5%.

Pendistribusian tenaga perawatan yang ada di ruangan Rindu A 5 sesuai jadwal dinas Rindu A 5 bulan Juni 2012 adalah sebagai berikut:

Pagi : 11 orang Sore : 2 orang Malam : 2 orang Libur + cuti : 3 orang


(62)

Pembagian jam kerja untuk:

Dinas pagi : jam 08-00 – 14.00 WIB Dinas sore : jam 14.00 – 20.00 WIB

Dinas malam : jam 20.00 WIB – 08.00 WIB

Jumlah rata-rata pasien setiap harinya tahun 2011 adalah 31 orang, dengan BOR 62 % dan seluruhnya dengan tingkat ketergantungan total, partial dan minimal care.

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

Dari hasil pengkajian pada tanggal 11-13 Juni 2012 diperoleh data rata-rata jumlah pasien perharinya di ruang Rindu A 5 sebanyak 31 orang. Dimana jumlah tempat tidur di ruang Rindu A 5 46 bed.

Berdasarkan data tersebutdiperolehnilai BOR: Ruangan Rindu A 5:Rata-rata pasien x 100%

Tempat tidur pasien : 31

Tingkat

Ketergantungan Pasien x 100% 46

: 67, 3%

Pagi Sore Malam

Minimal Care 6.x 0,17= 1,02 6 x 0,14= 0,84

6 x 0,07= 0,42 Partial Care 22 x 0,27=

5,94

22 x 0,15= 3,3

22 x 0,07= 1,54 Total Care 3 x 0,36= 1,08 3 x 0,30=

0,90

3 x 0,20= 0,60


(63)

Tabel 2. JumlahTenaga Perawat yang dibutuhkan di Ruang Rawat Inap Rindu A 5 Berdasarkan kategori Asuhan Keperawatan Menurut Douglas

(1984)

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pembagian perawat: Pagi : 8 orang

Siang : 5 orang

Malam: 3 orang

Total : 16 orang

Faktor libur dan cuti= 25% x 16= 4 orang.

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah 16+4+ 1karu+2 katim= 23 orang.

Dari data diatas diperoleh jumlah kebutuhan perawat sebanyak 23 orang di ruangan Rindu A 5. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut tingkat

ketergantungan pasien jumlah tenaga perawat di RA4 neurologi kekurangan tenaga perawat sebanyak 5 orang.


(64)

Skema 6 . Struktur Organisasi Ruangan Rindu A 5 Kepala Ruangan

Julinar Z. Pasaribu, S.Kep, Ners (196907061997032004)

Tata Usaha Normawati (196806241991032003) CI Ruangan

Delima Warita P., S.Kep, Ners (197012081997032001)

Ketua Tim 2 Asiah

(196404041996032000) Anggota:

1. Ani Sihotang

2. Hetty O Sibarani

3. John Herianto

4. Hotminaplina

5. Fadillah Ulfah

6. Lusiana

7. Imertikana

Ketua Tim 1 Erni Syam (196709071995032001) Anggota:

1. Rosmaida

2. Fadli

3. Risma

4. Rosparida

5. Lindawati


(65)

Adapun uraian tugas dari masing-masing perawat di ruangan adalah sebagai berikut:

a. Kepala Ruangan

Kedudukan :

Kepala ruangan adalah seorang perawat professional secara teknis fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan melalui perawat pengawas keperawatan, secara operasional bertanggung jawab kepada kepala instalasi.

Tugas Pokok :

Membantu pelaksanaan bimbingan asahan keperawatan, penerapan etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan di ruangan.

Uraian Tugas :

1. Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang diselenggarakan

sesuai dengan kebutuhan klien/ anggota keluarga.

2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan.

3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan selalu siap

pakai.

4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua group/tim dan pelaksanaan

agar melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standart, etis dan professional.

5. Melaksanakan program orientasi kepada:


(66)

- Siswa/ mahasiswa

- Klien/ anggota keluarga baru

6. Mendampingi dokter/ supervisor selama kunjungan visit.

7. Mengelompokkan klien/ anggota keluarga menurut penempatan ruangan

menurut tingkat jenis kelamin untuk mempermudah asuhan keperawatan.

8. Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas, klien/

anggota keluarga/ keluarga sehingga member ketenangan.

9. Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal 2 kali perhari

untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan.

10. Memeriksa dan meneliti:

- Pengisian daftar permintaan makanan.

- Pengisian sensus harian.

- Pengisian buku registrasi.

- Pengisian rekam medic.

11. Mengawasi dan menilai pelaksaan asuhan keperawatan 5 tahapan:

- Pengkajian keperawatan.

- Diagnosa keperawatan.

- Perencanaan keperawatan.

- Pelaksanaan keperawatan.

- Evaluasi keperawatan.

12. Pertemuan secara rutin dengan pelaksanaan keperawatan.


(67)

b. Kepala Group Kedudukan

Perawat ketua group/tim adalah seorang perawat professional dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan. Tugas Pokok

Melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien/ anggota keluarga sesuai standart profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara efektif dan efisien.

Uraian tugas :

1. Bersama anggota group/ tim melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

standart.

2. Bersama anggota group/ tim mengadakan serah terima tugas dengan group/

tim (group petugas ganti) mengawasi :

- Kondisi klien/ anggota keluarga.

- Logistic keperawatan.

- Administrasi rekam medic.

- Pelayanan pemeriksaan penunjang.

- Kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yangbelum diselesaikan oleh group sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter.

6. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan


(68)

7. Membantu pelaksanaan rujukan.

8. Melakukan orientasi terhadap klien/ anggota keluarga baru mengenai :

- Tata tertib ruangan rumah sakit.

- Perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.

10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan :

- Mengatur tugas cleaning sevice.

- Mengatur tugas peserta didik.

- Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,

peserta didik dan pengunjung ruangan.

11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.

12. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.

13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungannya.

c. CI (Clinical Instructure)

Uraian Tugas

1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik.

2. Melakukan pre conference dan membahas laporan pendahuluan.

3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien.

4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi teraupetik.

5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan.

6. Melakukan bed side teaching.


(69)

8. Mengambil alih tindakan yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu.

9. Melakukan post conference yang membahas tentang kegiatan peserta didik

dalam melakukan asuhan keperawatan.

10. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila

peserta didik tidak hadir.

11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila

peserta didik tidak hadir :

a. Memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya

dalam hal : melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan.

b. Membimbing pembuatan laporan kasus.

12. Memberi penilaian terhadap hasil kerja peserta didik sesuai dengan tepat

tugasnya dan menyerahkan kepada koordinator instruktur klinis setiap akhir minggu.

13. Mengkoordinasikan tugas bimbingan kepada penanggung jawab sore dan

malam.

d. Perawat Pelaksana

Uraian tugas :

1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standart.

2. Mengadakan serah terima dengan group/ tim lain (group petugas ganti)

mengenai :


(70)

- Logistik keperawatan.

- Administrasi rekam medic.

- Pelayanan pemeriksaan penunjang.

- Kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group

sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan group.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter.

6. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan

dokter.

7. Membantu pelaksanaan rujukan.

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/ keluarga baru

mengenai :

- Tata tertib ruangan/ rumah sakit.

- Perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan klien/ anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan

kesehatan.

10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan :

- Mengatur tugas cleaning service.

- Mengatur tugas peserta didik.

- Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,

peserta didik dan pengunjung ruangan.


(71)

12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan.

13. Menulis laporan tim/ group mengenai kondisi klien/ anggota keluarga dan

lingkungannya.

14. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/ anggota keluarga/

keluarga.

15. Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak, dan kewajiban klien/ anggota

keluarga.

Dalam hal pendelegasian tugas, ruangan Rindu A 5 memiliki alur pendelegasian tugas sebagai berikut :

Kepala Ruangan

Kepala Tim Kepala Tim

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Skema 7. Alur Pendelegasian Tugas

Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dengan kepala ruangan, sistem pendelegasian tugas keperawatan di ruangan rawat inap Rindu A 5

dilaksanakan sesuai dengan metode penugasan tim, yaitu pendelegasian dilakukan dari kepala ruangan kepada ketua tim dan selanjutnya ketua tim mendelegasikan kepada perawat pelaksana, apabila salah satu ketua tim berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, pelimpahan tugas diberikan kepada ketua tim dari tim lainnya, tetapi metode tim ini.


(72)

Pembagian kerja anggota tim disesuaikan dengan jumlah anggota yang hadir, masing-masing perawat memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pasien dan pembagian ini dilakukan pada saat pembacaan laporan pagi atau operan pagi yang dilakukan oleh karu terhadap perawat pelaksana di setiap harinya dan pada saat operan bed to bed tentang keadaan pasien sekaligus dilakukan pemeriksaan lemari pasien dan membersihkan sisa-sisa kemasan obat ataupun spuit dan botol infuse.

b) Metode

Ruangan rawat inap Rindu A 5 merupakan ruang rawat yang

memberikan pelayanan terhadap pasien dengan diagnosis penyakit THT, mata, kulit dan kelamin, serta gigi dan mulut yang dibagi menjadi kelas 1, 2 dan 3 bagi pasien umum, jamkesmas dan askes.

Ruang R A 5 telah dimiliki struktur organisasi yang jelas, uraian tugas yang jelas untuk karu, Katim, CI dan perawat pelaksana, alur pendelegasian yang jelas dengan metode penugasan tim, serta memiliki SAK (Standart Asuhan Keperawatan) dan catatan terintegrasi untuk setiap pasien (RM 14 ), lembar pengkajian pasien (RM 50a dan RM 50b), dan lembar pendidikan kesehatan pasien (RM 23). Namun dalam pelaksanaan pendokumentasiannya belum efektif. Masih banyak perawat dalam ruangan yang belum melaksanakan pengisian lembar dokumentasi tersebut dengan benar. Selain itu ruang RA5 belum maksimal dalam pemberian pendidikan kesehatan berupa asuhan keperawatan dalam mengatasi keluhan pasien seperti manajemen nyeri, teknik komunikasi


(73)

pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi, serta discharge planning saat pasien akan pulang.

Ruangan RA 5 melaksanakan proses kontroling (penilaian kerja) yang dilakukan oleh Karu dan KAPOKJA terhadap kinerja perawat pelaksana setiap bulannya. Karu juga melakukan supervisi terhadap staf, logistik dan mahasiswa yang sedang praktek di ruangan RA 5.

Berdasarkan hasil observasi, kepala ruangan RA5 memiliki gaya kepemimpinan bersifat demokratis. Jika terdapat masalah dalam ruangan, langsung diselesaikan oleh kepala ruangan dengan metodem win winsolution. Selain itu, dalam ruangan RA5 terdapat kebijakan untuk mencapai kedisiplinan kerja yang sesuai dengan standar JCIA.

c) Material

Ruangan RA5 telah memiliki sistem komputerisasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Pengadaan logistik di ruangan Rindu A 5 cukup lengkap baik alat tenun maupun alat-alat kesehatan. Saat ini ruangan Rindu A 5 sedang menjalani masa peralihan menuju standardisasi JCIA (Join Commitee International Accreditation). Dalam pengadaan logistik baik alat tenun maupun alat kesehatan diatur secara terstruktur. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara, telah tersedia pembuangan sampah yang terpisah di Rindu A 5, yaitu tempat pembuangan sampah medis, tempat pembuangan sampah domestik, dan tempat pembuangan sampah benda tajam, penggunaan papan identitas pasien sudah tidak digunakan lagi namun diganti dengan menggunakan Id Bend. Gelang nama berwarna biru digunakan pada pasien pria, gelang nama berwarna


(1)

• Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur dengan tangan Satu

• Dengan tangan lainnya penolong memegang pingang pasien • Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arifiyanto, Dafid. (2008). Range Of Motion. Diambil pada tanggal 27 September 2010 dari: http://dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/02/range-of-motion.html

, (2009). Latihan Gerakan ROM Aktif dan Pasif. Diambil pada tanggal 27 september 2010 dari: http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/08/latihan-gerakan-rom-aktif-dan-pasif.html


(3)

INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RA5

1. MAN I

a. Staffing

1) Berapa jumlah seluruh tenaga perawat di RA5? 2) Bagaimana jenjang pendidikannya?

3) Berapa lama masa kerjanya?

4) Bagaimana proses rekrutmen pegawai di RA5? 5) Apakah ada tenaga honorer di RA5?

6) Bagaimana proses seleksi yang dilakukan untuk menempatkan pegawai honorer di RA5?

7) Apa kriteria pegawai yang akan ditempatkan di ruangan RA5?

8) Bagaimana cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan pegawai baru?

9) Pernahkah staf mengikuti pelatihan khusus di bidang Keperawatan? 10)Bagaimana syarat/kriteria pegawai yang mendapatkan tugas belajar

ataupun pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan ilmu Keperawatan?

11)Apakah ada subsidi yang diberikan rumah sakit/pemerintah untuk peningkatan pendidikan staf di RA5?

12)Berapa perbandingan jumlah pasien dengan tenaga perawat di RA5? b. Directing

1) Berapa kali kepala ruangan mengikuti pelatihan tentang manajemen keperawatan?

2) Berapa kali kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan staff? 3) Bagaimana kepala ruangan merencanakan peningkatan SDM staf di

RA5?


(4)

1) Adakah sistem penilaian terhadap kinerja perawat di RA5, bagaimana pelaksanaanya?

2) Berapa kali dilakukan penilaian terhadap kinerja tersebut? 3) Siapa yang melakukan penilaian?

2. METODE

a. Planning

1) Apakah di RA5 mempunyai Visi, Misi serta Motto Keperawatan? 2) Apakah di RA5 mempunyai standar asuhan keperawatan ? Bagaimana

Pelaksanaannya?

b. Organizing

1) Bagaimana gambaran struktur organisasi di RA5? 2) Apakah metode penugasan yang digunakan di RA5?

3) Apakah alasan penggunaan metode penugasan keperawatan tersebut? 4) Ketetapan apa yang digunakan dalam penentuan Ka Tim dan perawat

pelaksana?

5) Bagaimana deskripsi kerja karu, katim dan perawat pelaksana? 6) Bagaimana sistem pendelegasian tugas yang dilakukan di RA5? 7) Bagaimana cara karu atau katim dalam mendelegasikan tugasnya? 8) Jika karu/katim berhalangan, kepada siapa dilimpahkan wewenang dan

tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan? c. Staffing

1) Bagaimana cara menyusun jam dinas pegawai di RA5?

2) Berapa jumlah jam kerja per minggu dan hari kerja per bulan pada satu orang staf?

3) Bagaimana pengaturan jadwal untuk staf yang izin/cuti, hari libur dan tugas belajar?

4) Berapa lama batasan jam kerja dalam setiap shift di RA5? 5) Apakah ada penanggung jawab dalam setiap shift?


(5)

d. Directing

1) Bagaimana gaya kepemimpinan Karu di Ruangan RA5? 2) Apakah gaya kepemimpinan tersebut telah dijalankan?

e. Controlling

1) Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di RA5, apakah berjalan atau tidak?

2) Kapan saja kepala ruangan melakukan supervisi? 3) Adakah monitoring dokumentasi askep pasien di RA5?

3. MATERIAL

a. Planning

Bagaimana kelengkapan logistik di RA5?

b. Controlling

1) Adakah analisa terhadap penggunaan sarana pada pasien dengan masalah khusus yang membutuhkan perhatian serius di RA5?

Jika ada, jelaskan bagaimana!

Jika tidak ada, jelaskan kenapa!

4. MONEY


(6)

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

6 105 189

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

9 89 255

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

8 92 131

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Endokrin : Diabetes Melitus di Ruangan Rindu A1 RSUP H. Adam Malik Medan

20 134 152

Kolaborasi Perawat dengan Dokter di ruangan Rindu B RSUP Haji Adam Malik Medan.

10 61 69

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

4 4 63

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

3 4 61

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan : Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan

1 1 54

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Konsep Dasar Manajemen - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan : Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Med

0 0 76

LAPORANPBLK Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan: Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapan

0 0 12