Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik

di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh Yuliana 071101002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012


(2)

(3)

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik

di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

Yuliana

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU

ABSTRAK:

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen pelayanan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengelolaan manajemen ruangan dan Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian, intervensi, diagnosa, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruangan Rindu A4 Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Asuhan keperawatan dalam PBLK ini dilakukan terhadap satu orang pasien stroke dengan memberikan intervensi yang terkait dengan masalah yang muncul pada pasien. Pelaksanaan manajemen ruangan RA4 Neurologi dilakukan sejak tanggal 11-30 Juni 2012 dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dilakukan pada Tn. B dengan diagnosa stroke sebagai pasien kelolaan sejak tanggal 14-23 Juni 2012, dimana pasien mendapatkan asuhan keperawatan terkait dengan masalah keperawatan yang dialami selama di rumah sakit dan informasi bagaimana perawatan pasien setelah berada di rumah.


(4)

Management of Nursing Services and Nursing Care of Clients with Nerve System Disorders: Haemoraghic Stroke in Rindu A4 Neurology RSUP H.Adam Malik Medan

Yuliana

Educational Studies Program Phase Professional nurses Fkep USU

ABSTRACT:

Comprehensive Field Practice Learning aims to improve the ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the educational process by managing nursing service management and provide professional nursing care to patients. Activities undertaken during Comprehensive Field Practice Learning includes the management of ward and Nursing Care Management from the assessment, intervention, diagnosis, implementation, and evaluation for one month at room A4 Neurology RSUP H. Adam Malik Medan. Nursing care in this Comprehensive Field Practice Learning performed on one patient with stroke-related interventions with problems that arise in patients. Implementation of space management RA4 Neurology conducted from the date of 11 to 30 June 2012 and implementation of comprehensive nursing care performed at Tn. B with diagnosis of stroke as patients managed from the date of June 14 to 23, 2012, in which patients received nursing care associated with nursing problems experienced during in hospitals and how to care of patients after being at home.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur, dan hormat penulis panjatkan kepada Allah swt. yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif(PBLK) yang berjudul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem persarafan: Stroke Haemoragik di Ruangan Rindu A4 Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan”. Penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pertama sekali penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtuaku Ayahanda Kasmadi dan Ibunda Asma Ani yang telah memberikan kesempatan untuk mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi, atas dukungan motivasi yang selalu diberikan, dan atas kasih sayang yang sangat besar, doa, serta nasehat-nasehat yang selalu menjadi pedoman hidup bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku dosen pembimbing laporan praktek belajar lapangan komprehensif yang selalu sabar untuk membimbing dan


(6)

mengarahkan penulis dalam proses penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini.

3. Ibu Johanna Tarigan, S.Kep, Ns selaku kepala ruangan dan Ibu Shylena, S.Kep, Ns selaku Clinical Instructur Rindu A4 Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin praktek, arahan dan bimbingan kepada penulis selama praktek lapangan

4. Kepada semua teman-teman seperjuangan stambuk 2007 di Fakultas Keperawatan USU, teristimewa kepada sahabat-sahabatQ “JOMPO”, Podin (Dian Pita Loka Siregar), Pobet (Bty Manroe), Ponong (Restiana Simorangkir),kak Elyn (Nemo) terimakasih atas bantuan, perhatian dan kebersamaannya selama ini.

5. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Semoga Allah memberkati semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.

Medan, Juli 2012


(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Skema ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Manfaat ... 4

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan ... 6

B. Analisis situasional Manajemen RA4 Neurologi ... 41

1 Pengkajian ... 41

2. Analisa Situasi……… 68

3. Rumusan Masalah………... 84

4. Planning of Action ... 86

5. Implementasi……….. 88

6. Evaluasi……….. 88

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori Stroke ... 91

1. Defenisi Stroke ... 91


(8)

3. Faktor Resiko Stroke ... 93

4. Klasifikasi Stroke ... 96

5. Manifestasi Klinis Stroke ... 98

6. Rehabilitasi ... 95

B. Tinjauan Kasus ……….. 108

1. Pengkajian ... 108

2. Diagnosa Keperawatan... 109

3.Intervensi Keperawatan ... 110

4. Implementasi dan Evaluasi ... 116

5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 131

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 134

Daftar Pustaka ... 135


(9)

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik

di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

Yuliana

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU

ABSTRAK:

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen pelayanan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengelolaan manajemen ruangan dan Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian, intervensi, diagnosa, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruangan Rindu A4 Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Asuhan keperawatan dalam PBLK ini dilakukan terhadap satu orang pasien stroke dengan memberikan intervensi yang terkait dengan masalah yang muncul pada pasien. Pelaksanaan manajemen ruangan RA4 Neurologi dilakukan sejak tanggal 11-30 Juni 2012 dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dilakukan pada Tn. B dengan diagnosa stroke sebagai pasien kelolaan sejak tanggal 14-23 Juni 2012, dimana pasien mendapatkan asuhan keperawatan terkait dengan masalah keperawatan yang dialami selama di rumah sakit dan informasi bagaimana perawatan pasien setelah berada di rumah.


(10)

Management of Nursing Services and Nursing Care of Clients with Nerve System Disorders: Haemoraghic Stroke in Rindu A4 Neurology RSUP H.Adam Malik Medan

Yuliana

Educational Studies Program Phase Professional nurses Fkep USU

ABSTRACT:

Comprehensive Field Practice Learning aims to improve the ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the educational process by managing nursing service management and provide professional nursing care to patients. Activities undertaken during Comprehensive Field Practice Learning includes the management of ward and Nursing Care Management from the assessment, intervention, diagnosis, implementation, and evaluation for one month at room A4 Neurology RSUP H. Adam Malik Medan. Nursing care in this Comprehensive Field Practice Learning performed on one patient with stroke-related interventions with problems that arise in patients. Implementation of space management RA4 Neurology conducted from the date of 11 to 30 June 2012 and implementation of comprehensive nursing care performed at Tn. B with diagnosis of stroke as patients managed from the date of June 14 to 23, 2012, in which patients received nursing care associated with nursing problems experienced during in hospitals and how to care of patients after being at home.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam BAB ini akan dibahas latar belakang pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK), tujuan akhir kegiatan PBLK, manfaat bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan, Institusi Pendidikan dan Lahan Praktik yaitu di Ruangan Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan.

A. Latar Belakang

Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting dalam menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian pelayanan rumah sakit. Keperawatan sebagai pelayanan asuhan professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2002).

Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan pelayanan kesehatan holistic berkembang bagi konsep holisme. kesehatan holistic melibatkan individu secara total, keseluruhan status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya (Kozier & Erb, 1995). Sehingga perawat dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi disekitarnya.


(12)

Perkembangan teknologi dan pengetahuan dimasa globalisasi memberikan dampak positif dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan. Pengetahuan tersebut membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanaan kesehatan yang bermutu akan tercapai kepada pasien bila perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan harus berlandaskan ilmu pengetahuan, dan teori keperawatan. Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada pasien, peran perawat sangat penting, diantaranya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, peneliti, advocate. Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif.

Sifat pendidikan keperawatan menekankan pada pemahaman tentang profesi keperawatan. Dalam hal menghasilkan perawat yang memenuhi karakteristik esensial profesi maka proses pendidikan keprofesian perawat “Ners” dirancang dengan mempertimbangakan 5 aspek yaitu : (1) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, (2) kemampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah, (3) sikap dan tingkah laku professional, (4) belajar aktif dan mandiri, dan (5) pendidikan berada di masyarakat. Berdasarkan kelima aspek tersebut diharapkan lulusan program pendidikan profesi ners mamiliki sikap, pengetahuan dan keterampilam professional sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat professional baik sebagai pemberi asuhan (caregiver), pembela klien (clien advocate), penilai kualitas asuhan (quality of


(13)

evaluator), manajer (manager), peneliti (researcher), pendidik (educator), maupun konsultan (consultant).

Berdasarkan kriteria diatas maka Program Pendidikan Profesi Ners mengembangkan suatu program sebagai salah satu mata ajar pada akhir kegiatan mahasiswa profesi yaitu PBLK (Praktek Belajar Lapangan Komprehensif). PBLK bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik. Praktikan mengikuti PBLK berdasarkan mata ajar yang ditentukan oleh Bagian Profesi Fakultas Keperawatan USU. PBLK dilaksanakan selama 4 minggu dengan 6 hari praktik dari mulai Senin-Sabtu di tempat kegiatan PBLK berdasarkan bidang kepeminatan dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing.

Berdasarkan hal ini praktikan mendapat bagian lahan pembelajaran PBLK pada mata ajar Keperawatan Dasar di tempat ruangan neurologi RINDU A4 RSUP. H. Adam Malik Medan selama 4 minggu dengan kegiatan pertama yaitu penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi sesuai dengan penemuan fenomena kasus di ruangan. Kegiatan kedua yaitu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan


(14)

efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan sesuai dengan kasus kelolaan.

Berdasarkan dari hasil pengkajian yang telah dilakukan di ruangan neurologi diperoleh bahwa salah satu kasus terbanyak yaitu pasien dengan diagnosa Stroke. Seperti yang telah diketahui bahwasanya penyakit Stroke merupakan salah satu penyakit neurologi, dimana pada pasien tersebut telah mengalami gangguan mobilitas sehingga sering terjadinya luka dekubitus. Berdasarkan hal ini, maka praktikan menyusun intervensi penatalaksanaan teknik mobilisasi pada pasien Stroke dalam mencegah terjadinya luka dekubitus dan pemenuhan kebutuhan aktifitas pada pasien stroke. Selain itu, praktikan juga melakukan manajemen keperawatan sesuai dengan kasus kelolaan.

B. Tujuan

Tujuan akhir kegiatan PBLK ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan professional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Selain itu juga dapat melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

C. Manfaat


(15)

Adapun manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat professional yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efisien.

2. Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Selama kegiatan PBLK maka lahan praktik dapat menggunakan tenaga mahasiswa sebagai sumber pengembangan ilmiah agar dapat meningkatkan mutu pelayanan lahan praktik dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi bagi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif


(16)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

Dalam bagian ini akan dibahas beberapa aspek yakni pertama mengenai manajemen keperawatan di lahan praktik khususnya manajemen ruangan di Ruang Rawat Inap Terpadu (RA4 Neuro) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang meliputi fungsi manajemen Man, Methode, Material, dan Money. Bagian kedua mengenai Manajemen Kasus Keperawatan di ruangan meliputi tahapan pengkajian, perumusan masalah dan diagnosa keperawatan, penyusunan intervensi, melakukan implementasi hingga evaluasi dan pendokumentasian.

A. Konsep Dasar

1. Defenisi Manajemen

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1989).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui


(17)

manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

2.1. Planning (Perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan


(18)

dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

a. Tujuan Perencanaan

a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan b) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif c) Membantu dalam koping dengan situasi kritis

d) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya

e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang.

f) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah g) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif


(19)

b. Tahap dalam perencanaan :

a) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

b) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta. c) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah

d) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai. e) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan

program.

f) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

c. Jenis Perencanaan a) Perencanaan Strategi

b) Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.


(20)

- Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.

- Perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.

d. Manfaat Perencanaan

a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.

b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan c) Memudahkan kordinasi

d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara jelas

e) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat

f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti


(21)

e. Keuntungan Perencanaan

a) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif. b) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai

c) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan

d) Memodifikasi gaya manajemen

e) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

f. Kelemahan Perencanaan

a) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang

b) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak c) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis d) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif

e) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil

2.2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua


(22)

kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

a. Manfaat Pengorganisasian

Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui : a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.

c) Pendelegasian wewenang.

d) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.

b. Langkah-langkah Pengorganisasian

a) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.

b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

c) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.


(23)

d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas. f) Mendelegasikan wewenang.

2.3. Staffing (Kepegawaian)

Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.

Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staf harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staf keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana


(24)

departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staf medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

Pengaturan staf kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staf efektif, dan evaluasi periodik terencana.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Perekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.


(25)

2.4. Directing (Pengarahan)

Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) stafnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu :

a. Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.


(26)

Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

b. Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

c. Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.5. Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.

Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah


(27)

dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.

b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

c. Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.


(28)

d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem kontrol yang baik : f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas

g. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera h. Harus memandang ke depan

i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis j. Harus objektif

k. Harus fleksibel

l. Harus menunjukkan pola organisasi m. Harus ekonomis

n. Harus mudah dimengerti

o. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.

Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:

- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya


(29)

mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :

a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.

b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya

c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh olehnya.

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam


(30)

memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres, Peraturan Pemerintah.

Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan.

Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:

Standard 1: Falsafah keperawatan

Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan Standard 3: Pengkajian Keperawatan Standard 4 : Diagnosa Keperawatan Standard 5 : Perencanaan Keperawatan Standard 6: Intervensi Keperawatan Standard 7 :Evaluasi Keperawatan

Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan

Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien. Standard


(31)

membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis, pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel, kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif, kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat mengembangkan kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria keperawat-perawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan sebagai proses asuhan keperawatan.

Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2004) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.

Standard I : Pengkajian keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.

Kriteria Pengkajian meliputi :

a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang


(32)

b. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

b. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : c. Status kesehatan pasien masa lalu

d. Status kesehatan pasien saat ini

e. Status biologis-psikologis-sosial-spritual f. Respon terhadap terapi

g. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

Standard II : Diagnosa keperawatan Adapun kriteria proses :

a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

c. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.

d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

Standard III : Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.


(33)

Kriteria proses, meliputi :

a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan

b. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan

c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien

d. Mendokumentasikan rencana keperawatan

Standard IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan.

Kriteria proses, meliputi :

a. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien. d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai

konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan

e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.


(34)

Standard V : Evaluasi keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya adalah:

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus

b. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah pencapaian tujuan

c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat

d. Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan

e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.

4. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1998). Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Fisbach, 1991 dalam Tyo, 2009).


(35)

4.1. Tujuan Dokumentesi Keperawatan

Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut (Potter, 1989 dalam Tyo, 2009):

a. Alat komunikasi anggota tim b. Biling keuangan

c. Bahan pendidikan

d. Sumber data dalam menyusun NCP e. Audit keperawatan

f. Dokumen yang legal g. Informasi statistik h. Bahan penelitian

4.2. Makna Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek yaitu :

a. Hukum

Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga


(36)

kesehatan (perawat), tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam, 2001).

b. Jaminan mutu (Kualitas pelayanan)

Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001). c. Komunikasi

Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2001).

d. Keuangan

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2001).

e. Pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai


(37)

bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan (Nursalam,2001).

f. Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan. (Nursalam, 2001).

g. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001). Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Tyo, 2009):

a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan

b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang informasi/data yang penting tentang keadaannya

c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat

d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi


(38)

e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat

f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.

g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat

h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.

i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.

j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis

k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir.

l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap. 4.3. Proses dokumentasi keperawatan

Proses dokumentasi keperawatan mencakup: a. Pengkajian

- Mengumpulkan Data - Validasi data

- Organisasi data - Mencatat data


(39)

b. Diagnosa Keperawatan - Analisa data

- Identifikasdi masdalah - Formulasi diagnosa c. Perencanaan / Intervensi

- Prioritas Masalah - Menentukan tujuan

- Memilih strategi keperawatan

- Mengembangkan rencana keperawatan d. Pelaksanaan/implementasi

- Melaksanakan intervensi keperawatan

- Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi.

- Memberikan laporan secara verbal - Mempertahankan rencana asuhan

e. Evaluasi

- Mengidentifikasikan kriteria hasil - Mengevaluasi pencapaian tujuan - Memodifikasi rencana keperawatan


(40)

4.4. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi

Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:

a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk :

- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang seharusnya tidak perlu terjadi

Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga diberikan obat kembali

- Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya dengan standar yang telah dibuat

- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan yang sudah diberikan (evaluasi klinis)

b. Menjadi dasar penentuan tugas

Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga c. Memperkuat pelayanan keperawatan

Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-dokumen yang ada.

- Dokumen tentang kondisi klien

- Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien


(41)

d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan

Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.

5. Model Asuhan Keperawatan

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer.

5.1. Metode fungsional

Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senoir menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.


(42)

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

5.2. Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


(43)

waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.

Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.


(44)

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

5.3. Metode primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 €jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim

Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien


(45)

Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

Kepala Ruangan Sarana RS Dokter

Perawat Primer

Perawat pelaksana jika diperlukan days Perawat

pelaksana

Perawat pelaksana


(46)

5.4. Metode kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien


(47)

5.5. Modifikasi : MAKP Tim-Primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :

a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara. b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab

asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.


(48)

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti)

Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)

6. JCIA (Joint Comite International Acreditation)

Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien yang diharapkan.

Strata-strata dalam sistem

Input Proses Output

Sumber daya Perlengkapan Persediaan

Penerimaan pasien rawat inap

Pemeriksaan pasien

Meningkatnya status kesehatan

Pelayanan yang efisien

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA

PA PA

PA PA PA PA

PA PA

PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien

7-8 Pasien 7-8 Pasien


(49)

Edukasi terhadap pasien pengobatan

Kepuasan pasien

Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA 6.1. Misi JCIA

Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh dunia.

6.2. Tujuan JCIA

a. Kualitas pelayanan b. Kepercayaan masyarakat

c. Patient safety ervirontment safety d. Staff safety

e. Revenue f. Margin

g. Kesejahteraan karyawan h. Daya saing

6.3. Manfaat JCIA

a. Meningkatkan kepercayaan publik

b. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien -> kepuasan karyawan


(50)

d. Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya, melibatkan mereka dalam proses pelayanan

e. Menciptakan budaya yang terbuka

f. Membangun kepemimpinan yang kolaboratif 6.4. Persyaratan umum

a. Izin operasi

b. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan c. Mengikuti standar JCIA

6.5. Standar JCIA

a. Patient focus function

a) International patient savety goals b) Access to care and continuity of care c) Care of patient

d) Assesment of patient

e) Anasthesia and surgical care f) Patient and family right g) Patient and family education h) Madication managemet and use b. Organitation function

a) Staff Qualification and education b) Goverments, leadership and direction c) Fasility management and savety


(51)

d) Management of comunication and information e) Quality improvement and patient savety f) Prevention and control of infection

B. Analisis Situasional Sistem Manajemen Rindu A 4 Neurologi

Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen di ruangan Rindu A4 Neurologi yaitu keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang melaksanakan pekerjaan di ruangan RA4 Neurologi. Hal ini dilakukan utnuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi.

1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di Ruangan RA 4 Neurologi dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 11-14Juni 2012 melalui metode:

a.Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, beberapa perawat pelaksana, dan CI ruangan.

b.Observasi dilakukan oleh kelompok manajemen pada shift pagi, yaitu observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

c.Penyebaran kuesioner, pada tanggal 13-14 Juni 2012.

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi ruangan di ruangan Rindu A4 Neurologi


(52)

1.1. MAN

Gambaran hasil analisa situasi diruangan RA4 Neurologi dideskripsikan sebagai berikut :

a. Gambaran ketenagaan Perawat di RA4

Perawat di ruangan RA4 terdiri dari seorang kepala ruangan dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, seorang pegawai tata usaha dengan pendidikan SPK, seorang CI dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, tiga orang ketua tim dengan satu orang pendidikan sarjana keperawatan dan dua orang pendidikan diploma keperawatan. Tiga orang perawat pelaksana dengan latar belakang pendidikan sarjana keperawatan, empat orang pegawai tetap dengan latar belakang diploma, enam orang perawat honor dengan latar belakang diploma dan seorang sarjana keperawatan, dan enam orang pegawai latar belakang pendidikan SPK. Jumlah keseluruhan perawat di ruangan RA4 sebanyak 26 orang yang terdiridari 19 orang PNS dan 7 orang Honor.


(53)

(54)

Kepala Ruangan

Tata Usaha Bernike, SPK

Clinical Instructure (CI) Shylena Siregar, S.Kep, Ns

Katim I S Uli AMK

1. Elva Erguna, S.Kep 2. Lena Parida, S.Kep 3. Mbuai, SPK 4. Rosdawati, AMK 5. Samsuci, AMK (Honor) 1. Riahna, AMK

2. Rostina, SPK 3. Tiurma, SPK 4. Uliana, AMK 5. Riani Bukit, SPK 6. Ariesa, AMK (Honor) 7. Linda, AMK (Honor)

Katim Stroke Corner K i Eli b th S K Katim II

1. Bena Malem, AMK

2. Sehati, SPK 3. Rahimah, SPK 4. Rohani, AMK

5. Irmasyahdani, AMK (Honor) 6. Marhamah, S.Kep (Honor) 7. Indo Natalia, AMK (Honor) 8. Dameria, AMK (Honor)


(55)

III II 1 UTM-2 (VIP) UTM-1 (SUPERV IP) SVIP (SUIT ROOM) Rp. 45.00 0 Rp. 160.0 00 Rp. 250.0 00 Rp. 325.0 00 Rp. 365.0 00 Rp. 400.0 00 Rp. 6.000 Rp. 40.00 0 Rp. 50.00 0 Rp. 75.00 0 Rp. 85.00 0 Rp. 150.0 00 Rp. 51.00 0 Rp. 200.0 00 Rp. 300.0 00 Rp. 400.0 00 Rp. 450.0 00 Rp. 550.0 00

Tabel 5 . Biaya Tarif Umum

Naik Kelas

(AKM+Visite)-Jaminan


(56)

Kelas II 1 UTM-2 (VIP) UTM-1 (VIP) SVIP (SUIT ROO M) Rp.250.000 + Rp.50.000-Rp.250.000 Rp.325.000 + Rp.75.000-Rp.250.000 Rp.365.000 + Rp.85.000-Rp.250.000 Rp.400.000+Rp.150 .000-Rp.250.000 Rp.50.00 0 Rp.150.0 00 Rp.200.0 00 Rp.300.0 00 1 UTM-2 (VIP) UTM-1 (VIP) SVIP (SUIT ROO M) Rp.325.000 + Rp.75.000-Rp.350.000 Rp.365.000 + Rp.85.000-Rp.350.000 Rp.400.000+Rp.150 .000-Rp.350.000 Rp.50.00 0 Rp.100.0 00 Rp.200.0 00


(57)

Ruangan rawat inap Rindu A 4 Neurologi terdiri dari 5 kamar (2 kamar kelas 3 dan 3 kamar kelas 2) dan Stroke Corner, untuk rawat inap stroke corner 1 hari untuk pasien umum dikenakan biaya Rp. 300.000 di tambah visite dokter Rp.75.000 dan untuk konsul Rp. 75.000.

Dalam urusan biaya pasien semua diatur dalam system pembayaran dari RSUP HAM. RSUP H. Adam Malik menerima pasien ASKES gratis jika sesuai dengan golongan jika tidak sesuai atau penambahan kelas maka akan dikenakan biaya sesuai dengan tarif kenaikan kelas yang dituju, selain itu ada juga pasien JAMKESMAS yang pembayaran gratis. Semua transaksi terpadu RSUP H. Adam Malik.


(58)

b. Proses Rekruitmen dan Seleksi Tenaga Kerja

Schular dan Jackson (1997) mengatakan “ Rekruitmen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Stoner (1992) mengatakan “ Rekruitmen dimaksudkan untuk menyediakan sekelompok calon yang cukup besar sehingga organisasi yang bersangkutan akan dapat menyeleksi karyawan yang memenuhi syarat sesuai yang dibutuhkan”.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa rekruitmen adalah upaya untuk mencari tenaga kerja yang memenuhi syarat, tepat, kualitas, dan kuantitas untuk diperkerjakan dalam dan oleh perusahaan pada waktu yang dibutuhkan, sedangkan seleksi merupakan proses pemilihan staf baru atau calon tenaga yang tepat sesuai dengan posisi yang kosong.

Metode rekruitmen yang diterapkan di ruangan RA4 melalui ujian CPNS dari Departemen Kesehatan Pusat RI dan tenaga honorer yang langsung di rektrut oleh pihak rumah sakit.

c. Orientasi

Dalam proses memasuki tempat kerja baru, perlu adanya program orientasi dimana kegitan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada tenaga baru dalam menjalankan tugasnya. Pemahaman ini diberikan agar dalam menjalankan tugasnya pegawai baru dapat menyesuiakan dengan prosedur yang ada di rumah sakit.


(59)

Pada proses orientasi, pegawai baru akan melakukan orientasi terhadap pekerjaan dan rumah sakit, dimana diperlukan waktu yang cukup lama sekitar 6-12 bulan untuk dapat beradaptasi.

Orientasi memberikan gambaran tentang tugas pokok di rumah sakit dengan tujuan :

• Mempercepat proses adaptasi dan kerja sesuai dengan bidangnya masing-masing.

• Memahami tugas, kewajiban, wewenang, dan prosedur kerja.

• Memahami tujuan, falsafah dan peraturan-peraturan dilingkungan rumah sakit serta kebijakan pimpinan rumah sakit.

• Memahami prosedur-prosedur pengamanan dalam berbagai bidang di berbagai unit kerja

• Memahami tehnik-tehnik mengerjakan basic life support dalam keadaan darurat.

• Memahami prosedur tentang penilaian terhadap penampilan kerja staf keperawatan.

Proses orientasi pegawai baru diruang RA4 dilakukan selama 3 bulan yang kinerjanya dinilai langsung oleh kepala ruangan, selanjutnya kepala ruangan akan menyampaikan penilaiannya kepada Kapokja Instalasi dan diteruskan kebidang keperawatan, selanjutnya pegawai yang sudah diberikan penilaian akan di tempatkan di ruangan yang sudah di tentukan.


(60)

d. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

Dari hasil pengkajian pada tanggal 11-14 Juni 2012 diperoleh data rata-rata jumlah pasien di ruang RA4 Neurologi dalam 2 minggu terakhir ( 28 Mei s/d 10 Juni 2012 ) sebanyak 24 orang (Neurologi) dan 4 orang (stroke corner). Dimana jumlah tempat tidur di ruang RA4 neurologi 28 bed dan 4 bed di ruang SC.

Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR: Ruangan RA 4 Neurologi :rata-rata pasien

Tempat tidur pasien

x 100%

: 24 28

x 100%

: 85,71%

Ruangan RA 4 Stroke Corner :rata-rata pasien Tempat tidur pasien

x 100%

: 4 x 100% 4

: 100% Tingkat

Ketergantungan Pasien

Pagi Sore Malam

Minimal Care 4x 0.17= 0.68 4x 0.14=0.56 4x 0.07=0.28 Partial Care 16x 0.27=4.32 16x 0.15=2.4 16x 0.07=1.12

Total Care 4x 0.36=1.44 4x 0.30=1.2 4x 0.20=0.8

Jumlah 6.44 4.16 2.2

Tabel 2. JumlahTenaga Perawat yang dibutuhkan di Ruang Rawat Inap RA4 Neurologi Berdasarkan kategori Asuhan Keperawatan Menurut Douglas (1984) Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pembagian perawat:


(61)

Pagi : 6.44 orang Siang : 4.16 orang Malam:

12,80 orang=13 orang 2.2 orang

Faktor libur dan cuti= 25% x 13= 3,25= 4 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah 13+4+ 1karu+2 katim= 20 orang

Tingkat

KetergantunganPasien

Pagi Sore Malam

Minimal Care - - -

Partial Care - - -

Total Care 4x 0.36 4x 0.30 4x 0.20

Jumlah 1.44=2 1.2=2 1

Tabel 3. Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan di Ruang Rawat Inap RA4 Stroke corner Berdasarkan kategori Asuhan Keperawatan Menurut Douglas (1984)

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pembagian perawat: Pagi : 2 orang

Siang : 2 orang Malam:

5 orang 1 orang

Faktor libur dan cuti= 25% x 5 = 1,25= 1 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah 5+1+1katim= 7 orang


(62)

RA4 Neurologi yaitu 20 orang dan 6 orang di ruangan SC. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut tingkat ketergantungan pasien jumlah tenaga perawat di RA4 neurologi tidak dijumpai kekurangan tenaga perawat, namun di ruang SC kekurangan tenaga perawat sebanyak 1 orang.

e. Deskripsi kerja

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas kepala perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Adapun uraian tugas yang dimiliki struktur organisasi RA 4 adalah sebagai berikut :

Kepala Ruangan

Kedudukan

Kepala ruangan adalah seorang perawat professional secara teknis fungsional bertanggung jawab kepada Kapokja.

Tugas pokok :

Membantu pelaksanaan bimbingan asuhan keperawatan penerapan etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan diruangan.

Uraian tugas :

1. Mengatur pelaksanaan kegiatan Askep yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan klien/anggota keluarga.


(63)

2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan

3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistic keperawatan agar selalu siap pakai.

4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua TIM dan pelaksanaan agar melaksanakan askep sesuai standar, etis dan professional.

5. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru, siswa/mahasiswa, klien/anggota keluarga baru.

6. Mendampingi dokter/supervisor selama kunjungan visite.

7. Mengelompokkan klien/anggota keluarga menurut tingkat jenis kelamin untuk mempermudah askep.

8. Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas, klien/anggota keluarga sehingga member ketenangan

9. Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal 2 kali perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di rumah.

10.Memeriksa dan meneliti : pengisian daftar permintaan makanan, pengisian sensus harian, pengisian buku register, pengisian rekam medic.

11.Mengawasi dan menilai pelaksanaan askep 5 tahapan : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan

12.Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan 13.Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruangan.


(64)

Kepala Group

Kedudukan

Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.

Tugas Pokok :

Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara efisien dan efektif.

Uraian Tugas :

1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar

2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistik keperawatan, administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.

7. Membantu pelaksanaan rujukan

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.


(65)

9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan 10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas

cleaningservice, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.

11.Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan

12.Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga keperawatan

13.Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungan.

CI

Uraian tugas :

1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik 2. Melakukan pre conference.

3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien

4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi terapeutik 5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan

keperawatan

6. Melakukan bedside teaching 7. Melakukan ronde keperawatan


(66)

9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta didik dalam melakukan asuhan keperawatan selama dinas.

10.Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di suatu ruangan

11.Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila peserta didik tidak hadir memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal : melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan membimbing pembuatan laporan kasus.

12.Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore dan malam.

Perawat Pelaksana

Uraian tugas :

1. Menjalankan asuhan keperawatan sesuai standar 2. Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga

3. Mengikuti serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistik keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

4. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.


(67)

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter bila Kepala Group tidak ditempat

7. Membantu pelaksanaaan rujukan dan menyiapkan klien untuk pemeriksaan diaganostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan. 8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru

mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas 9. Membuat laporan pergantian dinaas dan setelah selesai diparaf.

10.Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan

11.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service dan peserta didik

12.Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan

13.Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan

14.Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga dan lingkungannya.

15.Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga/keluarga.

16.Mengkomunikasikan kepada Kepala Ruangan/Kepala Group jika ada masalah yang belum terselesaikan.


(68)

18.Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan kepala group.

f. Lingkungan Kerja

Proses asuhan keperawatan dan proses manajerial supaya terlaksana secara optimal maka ruangan RA4 dibagi menjadi ruangan stroke corner dan ruangan neurologi. Dengan jumlah bed yang tersedia 28 buah di neurologi dan 4 buah di SC (Stroke Corner.

Rumah sakit memberikan kesempatan yang seluasnya untuk mengembangkan dan meningkatkan SDM stafnya yaitu memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (S1 Keperawatan), dan mengenai pengaturan jadwal dinas disesuaikan oleh kepala ruangan. Perawat juga diberikan kebebasan untuk mengikuti pelatihan yang terkait dengan keperawatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit maupun di luar rumah sakit Haji Adam Malik Medan. Dua orang perawat di RA4 sudah pernah mengikuti pelatihan mengenai manajemen penyakit stroke.

Kepala ruangan RA4 Neurologi dan SC (Stroke Corner) juga menggadakan pertemuan harian, mingguan, dan bulanan.Pada pertemuan harian dilakukan lebih kurang 20 menit sebelum atau sesudah pelaksanaan timbang terima. Pertemuan mingguan yang dilakukan setiap hari selasa atau membahas masalah yang terjadi di ruangan selama seminggu, sedangkan pertemuan bulanan dilakukan tiap tiga bulan pada hari sabtu untuk membahas permasalahan yang terjadi selama sebulan di ruangan RA4 Neurologi dan SC (Stroke Corner) baik


(69)

yang berhubungan dengan pasien maupun yang berhubungan ada masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh kepala ruangan maka diserahkan kepada Kapokja dan diteruskan kepada instalasi.

Kepala ruangan juga melakukan penilaian terhadap kinerja perawat dengan setiap sebulan sekali, selain itu kepala ruangan juga memberikan teguran/punishment langsung kepada staf yang kinerjanya bagus kepala ruangan juga memberikan pujian/reward secara langsung dan menjadikan staf tersebut sebagai role model terhadap staf yang lain.

g. Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Rumah Sakit di Ruang RA4

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 10 orang pasien dengan kriteria lama hari rawat lebih dari dua hari hari diperoleh hasil bahwa 97,7 % menyatakan puas dan 2,3 % menyatakan cukup puas dengan pelayanan di ruangan Rindu A 4 Neurologi.

1.2. METODE 1.2.1. Perencanaan

Ruangan Rindu A 4 Neurologi tidak memiliki visi, misi, motto, dan falsafah ruangan tetapi visi, misi, motto dan falsafah rumah sakit secara keseluruhan.

Visi

Membantu klien atau pasien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui kegiatan asuhan keperawatan.


(70)

Misi

Memberi bantuan kepada klien atau pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya melalui pelayanan asuhan keperawatan yang profesional dengan menerapkan: senyum yang manis, sapa yang ramah, sentuh dengan kasih.

Motto

Perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan harus bersikap: senyum yang manis, sapa yang ramah, sentuh dengan kasih, tanggap.

Falsafah

Memberi bantuan paripuna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan bio, psiko, sosial, spiritual dan kultural yang komprehensif dengan mengutamakan kepentingan klien/pasien melalui pendekatan proses keperawatan oleh tenaga keperawatan.

Tujuan

Terlaksananya pelayanan asuhan keperawatan yang etis, bermutu, dengan penggunaan logistik, asuhan keperawatan secara efisien dan efektif sesuai dengan standar di RA4 neurologi.

Berdasarkan pengkajian diperoleh bahwa ruangan Rindu A 4 Neurologi memberikan pelayanan kesehatan untuk pasien dengan Umum, Askes, Jamkesmas, Jamkesda, dan SKTM.

Standar pelayanan keperawatan di ruangan Rindu A 4 Neurologi adalah a. Pelayanan harus sesuai dengan standar pelayanan medis


(71)

b. Pelayanan yang diberikan adalah spesialis dan sub spesialis dan dilaksanakan secara terpadu

c. Adanya panduan orientasi bagi pasien dan keluarga

Ruangan Rindu A 4 Neurologi memiliki ketetapan jam berkunjung untuk keluarga pasien yaitu pagi jam 07.00-08.00, siang jam12.00-14.00 WIB dan sore 17.00-20.00 WIB berdasarkan observasi penetapan jam berkunjung sudah optimal, hal ini terlihat dengan adanya keluarga pasien yang berkunjung datang pada jam yang telah ditentukan

a. Metode asuhan keperawatan

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, metode asuhan keperawatan yang dipergunakan ruang Rindu A 4 Neurologi adalah metode tim. Setiap Ketua Group memiliki lima orang perawat pelaksana dan setiap perawat bertanggung jawab 3 atau 4 orang pasien.

b. Standar Asuhan Keperawatan

Ruangan Rindu A 4 Neurologi memiliki standar asuhan keperawatan (SAK) yang terdiri dari: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan catatan asuhan keperawatan.

Dari hasil observasi ditemukan bahwa format pengkajian dalam bentuk pertanyaan terbuka sehingga dari hasil observasi pengisian format tidak lengkap sehingga data pengkajian tidak optimal. Ruangan Rindu A 4 Neurologi juga sudah


(72)

memiliki format pengkajian awal secara head to toe namun belum berjalan secara efektif. Selain itu, di ruangan Rindu A 4 Neurologi format baku untuk pengkajian neurologi belum begitu lengkap hanya secara garis besar.

c. Penerimaan Pasien Baru

Pasien baru diterima oleh perawat yang bertugas di ruangan Rindu A 4 Neurologi. Prosedur penerimaan pasien baru diawali dengan penerimaan informasi (pemberitahuan) dari IGD ataupun poliklinik. Kemudian perawat ruangan akan mempersiapkan ruangan dan tempat tidur untuk pasien baru. Penentuan ruangan berdasarkan jenis pembayaran. Pasien dengan jenis pembayaran Askes ditempatkan pada Kelas I atau II. Pasien dengan pembayaran Jamkesmas ditempatkan di kelas III. Sedangkan pasien umum ditempatkan berdasarkan keinginan pasien dan keluarga.

Saat pasien masuk ke ruangan, perawat akan menerima RM 8 yaitu identitas pasien rawat inap, RM 10 yaitu ringkasan pada waktu pasien masuk, pengkajian pasien diinstalasi gawat darurat, serta stiker nama pasien. Setiap pasien baru memiliki hakdan kewajiban yang berlaku di ruangan Rindu A 4 neurologi. Oleh karena itu, pasien dan keluarga mendapatkan orientasi.

Hak pasien adalah :

1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan dilakukan mencakup :

a. Diagnosa dan tata cara tindakan medis b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan c. Alternatif tindakan lain dan risikonya


(73)

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan 2. Meminta pendapat dari dokter dan dokter spesialis. 3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien 4. Menolak tindakan medis

5. Mendapatkan isi rekam medis, dalam bentuk resume medis

Kewajiban pasien antara lain :

1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit

2. Mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobataan

3. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat

4. Melunasi semua imbalan atas jasa dan pelayanan rumah sakit dan/atau dokter. 5. Mematuhi hal-hal yang telah disepakati atau diperjanjikan

1.2.2. Pengorganisasian

Metode penugasan perawat adalah metode tim. Perawat ruangan telah memiliki uraian tugas masing-masing. Apabila kepala ruangan tidak hadir maka pendelegasian tugasnya diberikan kepada ketua tim. Jika ketua tim yang tidak hadir maka tugas didelegasikan kepada perawat yang ditunjuk. Berdasarkan pengkajian melalui wawancara dan observasi, sistem pendelegasian tugas keperawatan di rungan Rindu A 4 Neurologi dilaksanakan sesuai dengan model keperawatan tim, dimana pendelegasian dilakukan dari kepala ruangan kepada


(74)

ketua tim, dan selanjutnya ketua tim mendelegasikan kepada perawat pelaksana di dalam timnya. Setiap perawat juga bertanggung jawab terhadap 2 - 4 orang pasien. Apabila kepala ruangan berhalangan atau sakit maka yang bertanggung jawab untuk menggantikan kepala ruangan adalah ketua tim, dan bila ketua tim dari grup I berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, pelimpahan tugas dan wewenang diberikan kepada ketua Tim dari grup II dan juga sebaliknya.

1.2.3. Kepegawaian

Penyusunan daftar dinas pagi, sore, dan malam dilakukan oleh kepala ruangan dengan ketentuan :

a. Ka. Group : di dalam satu bulan masuk malam 2x, masuk hari minpggu 1x, dan tinggal 1x

b. Clinical instructur : di dalam satu bulan masuk pada hari minggu 1x, masuk malam 2x, dan tinggal 1x sebulan

c. Perawat pelaksana : di dalam satu bulan masuk malam 6-7x

Operan tanggung jawab perawatan dilakukan setiap perawatan. Operan tanggung jawab diikuti oleh semua perawat yang bertugas. Operan dengan cara bed to bed dilakukan saat operan dinas pagi ke dinas sore, dinas sore ke dinas malam, dinas malam ke dinas pagi. Operan bed to bed penting dilakukan untuk mengetahui keadaan umum pasien sehingga perawat dapat mengetahui perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menentukan tindakan perawatan selanjutnya.


(75)

1.2.4. Pengarahan

Gaya kepemimpinan yang diterapakan kepala ruangandi Rindu A 4 Neurologi adalah gaya kepemimpinan demokratis.

Manajemen konflik Rindu A 4 Neurologi dilakukan dengan cara pemecahan masalah (win-win solution) yang terdiri dari tahapan:

1) Melakukan diskusi bersama 2) Menyadari adanya perbedaan 3) Memiliki sikap empati

4) Asertif dialog dengan bebagai perbedaan, prinsip, dan permasalahan sesuai dengan pengakuan kelompok

5) Setuju terhadapp keputusan bersama

Jadi straegi yang dilakukan oleh kepala ruangan di Rindu A4 untuk menyelesaikan konflik dalam tim perawat adalah “smoothing over” yaitu mempertahankan keharmonisan kelompok, walaupun memiliki pandangan berbeda, serta menyatakan dengan komunikasi yang baik, dan tana emosional.

1.2.5. Pengawasan

Di ruang Rindu A 4 Neurologi, pemeriksan dokumentasi asuhan keperawatan pasien dilakukan secara berkala oleh bagian bidang keperawatan yaitu 1x dalam 4 bulan. Namun, berdasarkan observasi pendokumentasian asuhan keperawatn pasien belum sesuai dengan standard asuhan keparawatan yang terdapat di ruangan Rindu A 4 Neurologi. Format pengkajian belum diisi dengan baik dan jelas.


(1)

- Peserta didik mengikuti kegiatan sampai selesai. - Pertemuan berjalan dengan lancar.

 Penyuluh

- Bisa memfasilitasi jalannya penyuluhan.

- Bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggungjawab. f. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh


(2)

MATERI NYERI

1. PENGERTIAN NYERI

Nyeri adalah perasaan tak nyaman dan sensasi yang sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain

Nyeri adalah sensori yang tidak nyaman dan pengalaman emosi yang dihubungkan dengan luka nyata atau potensial atau digambarkan dalam bentuk luka (IASP/International Association for the Study of Pain, 1979)

Nyeri adalah apapun yang dikatakan seseorang yang dialaminya, ada kapanpun seseorang mengatakannya (McCaffery, 1979)

Nyeri merupakan fenomena yang dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor affective (emosional), behavior, cognitive, dan physiologic-sensory.

Definisi keperawatan tentang nyeri adalah sensasi apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya.

2. MACAM-MACAM NYERI a. Nyeri Akut

Nyeri yang berlangsung hanya selama periode penyembuhan yang diharapkan

b. Nyeri Kronik

Berlangsung selama proses penyembuhan dan biasanya dalam periode 6 bulan

Perbedaan Nyeri Akut dengan Nyeri Kronik

NYERI AKUT NYERI KRONIK

Ringan sampai berat Ringan sampai berat Respon sistem syaraf Symphatic:

 Nadi meningkat  Pernafasan meningkat

Respon sistem syaraf Parasymphatic:


(3)

 Peningkatan tekanan darah  Diaphoresis

 Dilatasi pupil

 Kulit kering, hangat  Pupil normal atau dilatasi

Berhubungan dengan luka jaringan; hilang dengan penyembuhan

Penyembuhan berlangsung lama

Klien tampak gelisah dan cemas Klien tampak depresi dan menarik diri

Klien melaporkan nyeri Klien sering tidak menyatakan nyeri tanpa ditanya

Klien memperlihatkan perilaku yang mengindikasikan nyeri: menangis, menggaruk atau memegang area

Perilaku nyeri tidak ada

3. RENTANG DAN SKALA INTENSITAS NYERI Skala Intensitas Numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Intensitas Deskriptif Sederhana

4. MANAJEMEN NYERI a. Farmakologis

Tidak Ringan Sedang

Hebat Sangat Paling H b t


(4)

Kolaborasi dengan dokter, obat-obatan analgesia, narkotik cute oral atau parenteral ( IM, IV, SC ) untuk mengurangi nyeri secara cepat

b. Non Farmakologis 1) Stimulasi dan pijatan

Pasien jauh lebih nyaman karena otot relaksasi, sensasi tidak nyeri memblokir menurunkan transmisi nyeri, menggosok kulit, punggung, bahu.

2) Kompres Es dan Panas

• Es : menurunkan prostaglandin, sensitivitas reseptor nyeri kuat, menghambat inflamasi

• Panas : melancarkan aliran darah, nyeri berkurang 3) Distraksi

Suatu metode yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal - hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang di alami.

Trik-trik :

 Memfokuskan sesuatu selain nyeri  Persepsi nyeri berkurang

 Melihat film, musik, kunjungan teman–teman atau keluarga, permainan, aktivitas tertentu (misal : catur)

Beberapa teknik distraksi :

 Bernafas secara pelan – pelan, massase sambil menarik nafas pelan–pelan, mendengarkan lagu, sambil menepuk – nepukkan jari/kaki.

 Membayangkan hal – hal yang indah sambil menutup mata  Menonton TV atau acara kegemaran

4) Relaksasi

 Ketegangan otot berkurang, nafas abdomen, frekuensi lambat, berirama


(5)

 Pejamkan mata, bernafas perlahan teratur konstan  Menghitung dalam hati saat udara masuk dan keluar  Perlu latihan dulu.

5) Imajinasi Terbimbing

 Membayangkan setiap energi dalam menarik nafas adalah energi kesembuhan.

 Bayangkan saat mengeluarkan nafas, nyeri keluar dan tegang berkurang.

 Sebagai tambahan dari bentuk pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology

Carpenitto, Lynda Juall. (2000).

. Bandung : Elemen.

Buku Saku Diagnosa Keperawatan

Doengoes, Marilynn E. (2001).

. Alih bahasa : Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2

G.W Garland and Joan M.E, 1999,

. Jakarta : EGC.

Quickly Obstetric and ginekology of Nurses

Haen Forer. (1999).

, English University Press, London


(6)

Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan.

Manuaba. (2001).

Edisi; 17. EGC : Jakarta

Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologidan KB

Muchtar Rustam. (1998).

. Jakarta : EGC.

Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2. Jakarta : EGC.


Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

9 89 255

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

8 132 220

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Endokrin : Diabetes Melitus di Ruangan Rindu A1 RSUP H. Adam Malik Medan

20 134 152

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan : Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan

4 50 227

Pengaruh Kualitas Pelayanan Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) RSUP. H. Adam Malik Medan

25 264 129

Tindakan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemit Pada Pasien Yang Terpasang Kateter Di Ruang Rindu A4 RSUP H. Adam Malik Medan

5 59 60

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

0 1 35

A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

0 0 89

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

1 3 38

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 11