Eksistensi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

MAKALAH
EKSISTENSI BAHASA INDONESIA
SEBAGAI BAHASA NASIONAL
DALAM PERGAULAN PADA ERA GLOBALISASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia 1
Dosen Pengampu: Deri Anggraini, M.Pd.

Ayunda Silvia Dewi Ernawan
NPM 13144600231

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013

i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Banyak berkat yang Ia berikan tetapi sering kita lupakan. Makalah ini dibuat
dalam jangka waktu tertentu, sehingga penulis bersyukur karena dapat
menyelesaikannya sesuai dengan yang diharapkan. Bahasa adalah alat komunikasi
manusia dan keberadaannya sangat penting, maka penulis membuat makalah yang
membahas eksistensi bahasa, terutama bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa nasional yang harus dipertahankan eksistensinya pada era
globalisasi ini. Oleh karena itu, makalah ini berjudul “Eksistensi Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Nasional dalam Pergaulan pada Era Globalisasi.”
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut telah membantu penulis dengan cara
memberikan dukungan dan pengarahan agar makalah ini dapat disusun dengan
baik. Mereka telah memberikan dukungan moral yang sangat berarti bagi penulis.
Tanpa mereka, makalah ini tidak dapat disusun dengan baik. Penulis mendapatkan
banyak pengetahuan baru dan bimbingan dengan menulis makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dery Anggraini, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Bahasa Indonesia 1 Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta;
2. Kedua orang tua,kakak, dan keluarga besar penulis;
3. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah

membantu dan memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstrukstif dari para pembaca dan
pengguna makalah ini. Saran dan kritik tersebut diperlukan demi perbaikan
makalah ini. Penulis berharap dengan adanya saran dan kritik dari para pembaca,
maka makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 18 November 2013
Penulis

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Ayunda Silvia Dewi Ernawan


NPM

: 13144600231

Program Studi

: Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Makalah

: Eksistensi Bahasa Indoneia sebagai Bahasa Nasional dalam
Pergaulan pada Era Globalisasi

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini benar-benar
merupakan pekerjaan saya sendiri bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau hasil pemikiran saya

sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan makalah ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 November 2013
Yang membuat pernyataan

Ayunda Sivia Dewi Ernawan
NPM 13144600231

iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...............................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB I


i
ii
iii
iv

PENDAHULUAN .......................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................

1

B. Identifikasi Masalah .............................................................

2

C. Rumusan Masalah .................................................................

3


D. Tujuan Makalah ....................................................................

3

E. Manfaat Makalah ...................................................................

4

PEMBAHASAN ...........................................................................

7

A. Kajian Teori ............................................................................

7

1. Eksistensi .........................................................................

8


2. Bahasa Indonesia .............................................................

9

3. Eksistensi Bahasa Indonesia ............................................

9

4. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional .....................

10

BAB III PENUTUP ....................................................................................

16

A. Kesimpulan ...........................................................................

16


B. Saran .....................................................................................

17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .....................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................

18
19
21

BAB II

iv

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu
cepat menuntut para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja keras
untuk menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan
dengan masalah pembinaan bahasa. Eksistensi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi perlu diperhatikan oleh
masyarakat Indonesia. Keberadaan bahasa Indonesia semakin lama semakin
pudar karena banyak orang Indonesia, terutama anak muda, orang dari
kalangan bisnis, dan pejabat yang menggunakan bahasa selain Indonesia,
seperti „bahasa gaul‟ dan bahasa asing. Bahasa asing tersebut antara lain
bahasa Inggris, Jepang, Korea, dan sebagainya. Tentu ini merupakan
kenyataan yang ironis karena orang Indonesia justru lebih bangga apabila
mereka menguasai bahasa asing daripada menguasai bahasa mereka sendiri.
Masyarakat Indonesia, sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa
Indonesia, mereka dapat menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan
sempurna dan lengkap kepada orang lain.
Bangsa Indonesia semestinya bangga memiliki bahasa yang dapat
mewakili perasaan dan pikirannya itu. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Rasa bangga berbahasa Indonesia belum tertanam pada setiap orang

Indonesia. Rasa menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang
bahasa Inggris) masih terus menampak pada sebagian besar orang Indonesia.
Mereka menganggap bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya ketimbang
bahasa nasional mereka sendiri, bahasa Indonesia. Bahkan, mereka seolah
acuh tak acuh dengan perkembangan bahasa Indonesia (Muslich, 2010: 38).
Muslich (2010: 38-39) menyatakan sebagai berikut.
Fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat
Indonesia antara lain sebagai berikut.

1

a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga
kemahirannya menggunakan bahasa Inggis walaupun mereka tidak
menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai
bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan
kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan
tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya lebih menguasai
bahasa Indonesia dengan baik.

d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada
yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan
fasih walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang
sempurna.
Kenyataan-kenyataan tersebut merupakan sikap pemakai
bahasa Indonesia yang negatif dan tidak baik. Hal itu akan
berdampak negatif pula pada perkembangan bahasa Indonesia.
Sebagian pemakai bahasa Indonesia menjadi pesimis, menganggap
remeh, dan tidak percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan lengkap, jelas,
dan sempurna.

Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan tentang eksistensi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut.
Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan
pada era globalisasi sangat penting karena seiring kemajuan zaman
penggunaan bahasa

Indonesia

semakin

pudar.

Banyak

anak

muda

menggunakan istilah-istilah yang tidak lazim digunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam pergaulan mereka. Banyak pebisnis yang lebih
senang menggunakan bahasa asing untuk merekrut kolega atau pun investor
luar negeri daripada menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, para pemimpin
Indonesia seringkali mengunakan istilah asing untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaannya. Masyarakat lebih bangga menggunakan bahasa asing
ketimbang bahasa Indonesia. Mereka merasa lebih pintar apabila menguasai

2

bahasa asing padahal mereka tidak dapat menguasai bahasa Indonesia dengan
baik.
Era globalisasi adalah tantangan bagi bangsa Indonesia untuk
mempertahankan bahasa Indonesia di tengah pergaulan dunia. Fenomena
negatif yang ada di tengah-tengah masyarakat dapat menimbulkan dampak
negatif pula. Sebagian pengguna bahasa Indonesia akan menganggap remeh
bahasa tersebut. Untuk itu, penulis memberikan gambaran tentang eksistensi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan di era globalisasi.
Makalah ini juga akan membahas penggunaan bahasa Indonesia dalam
pergaulan dan upaya pelestariannya. Bangsa Indonesia harus mampu
mencintai dan melestarikan bahasa Indonesia bukan merusaknya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut (1) Apakah eksistensi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional masih ada di tengah pergaulan pada era globalisasi?, (2)
Mengapa eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperlukan
dalam pergaulan pada era globalisasi?, (3) Dimana eksistensi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional digunakan dalam pergaulan pada era globalisasi?, (4)
Siapa yang mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dalam pergaulan pada era globalisasi?, (5) Kapan eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dilestarikan dalam pergaulan pada era
globalisasi?, (6) Bagaimana eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dalam pergaulan pada era globalisasi?.

D. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini untuk mengetahui (1) eksistensi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dalam pergaulan di era globalisasi, (2) alasan
perlunya eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan
pada era globalisasi, (3) tempat eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional digunakan dalam pergaulan pada era globalisasi, (4) individu dan

3

lembaga-lembaga yang mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi, (5) waktu
dilestarikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan
pada era globalisasi, dan (6) proses serta upaya-upaya mempertahankan
eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era
globalisasi.

E. Manfaat Makalah
Makalah ini dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi Anak Muda;
Anak muda dapat memahami fungsi dan kedudukan bahasa
Indonesia. Mereka dapat berdisiplin dalam berbahasa Indonesia. Mereka
dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam pergaulan mereka.
Mereka dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
situasi formal. Mereka dapat berkepribadian baik karena berbahasa santun
dan berdasarkan tata kaidah bahasa yang berlaku. Mereka dapat ikut serta
mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam
pergaulan mereka maupun dunia.
2. Bagi Pebisnis;
Pebisnis dapat mengunakan bahasa Indonesia dalam urusan bisnis
mereka. Mereka dapat membuat iklan dalam bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional daripada menggunakan bahasa internasional, yaitu bahasa
Inggris. Mereka dapat mengenalkan bahasa Indonesia kepada rekan bisnis
mereka. Mereka dapat memahami pentingnya eksistensi bahasa Indonesia.
Mereka dapat mengajarkan bahasa Indonesia kepada pendatang baru
dengan mengadakan kursus singkat. Seperti negara maju pada umumnya,
pendatanglah yang hendaknya mempelajari bahasa setempat.
3. Bagi Dosen;
Dosen dapat mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar
kepada mahasiswa. Dosen dapat menyampaikan materi dengan bahasa
Indonesia sesuai dengan tata kaidah bahasa yang berlaku. Dosen dapat

4

mendorong mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan
bangga. Dosen dapat termotivasi untuk ikut melestarikan bahasa
Indonesia dengan mengadakan lomba menulis makalah atau karya ilmiah.
Pengajaran Bahasa Indonesia (PBI) yang diajarkan dosen, terutama dosen
bahasa Indonesia, dapat membekali mahasiswa calon guru untuk
mengajarkan materi tersebut kepada murid-murid mereka di masa depan.
Dengan pengajaran tersebut, diharapkan bahasa Indonesia dapat
dipertahankan eksistensinya.
4. Bagi Pemimpin Indonesia;
Pemimpin Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasionalnya daripada menggunakan bahasa asing.
Pemimpin Indonesia dapat memperbaiki kesalahan yang sering mereka
buat dalam menyampaikan pidato dan menyalurkan aspirasi rakyat.
Mereka dapat memiliki manifestasi dari sikap mental positif terhadap
bahasa yang seharusnya mereka bina dan kuasai dengan baik. Mereka
akan merasa wajib untuk menggunakan dan melestarikan bahasa
Indonesia. Mereka dapat mendorong masyarakat Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan bangga. Mereka dapat ikut
mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia.
5. Bagi Masyarakat;
Masyarakat dapat menjadi bangga akan bahasa Indonesia. Mereka
dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan pada era
globalisasi. Mereka dapat bersikap kritis terhadap penggunaan bahasa
asing yang dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Mereka dapat
ikut melestarikan bahasa Indonesia. Mereka dapat berkomunikasi satu
sama lain dalam pergaulan dengan adanya bahasa nasional. Mereka dapat
menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain dengan bahasa
Indonesia.
6. Bagi Penulis;
Penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar dalam pergaulan pada era globalisasi, sehingga dapat menjaga

5

eksistensi bahasa nasional. Penulis dapat memahami bahwa bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional sangat penting untuk dipertahankan.
Penulis dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan bangga. Penulis
dapat mengintrosperksi diri dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Penulis dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain
dengan bahasa Indonesia. Penulis dapat mengajarkan bahasa Indonesia.

6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Eksistensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 378) eksistensi
adalah keberadaan. Eksistensi dalam bentuk kata benda berarti hal berada.
Berdasarkan

penjelasan

tersebut,

eksistensi

memaksudkan

suatu

keberadaan atau keadaan. Definisi makna sebenarnya yang terkandung
memang sulit untuk dipahami. Hal ini disebabkan kata-kata dan bahasa
sesungguhnya tidak sempurna, sehingga gagasannya tidak dapat
dinyatakan secara persis. Terlebih lagi, kata eksistensi itu mencakup hal
yang luas. Namun, bukan berarti kata tersebut tidak dapat dijabarkan
(Bagoes, 2013).
Kata

eksistensi

dapat

dipahami

dengan

melihat

konteks

kalimatnya. Misalnya, eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dalam pergaulan pada era globalisasi berarti keberadaan bahasa tersebut
sebagai bahasa nasional di tengah pergaulan pada era itu. Eksistensi juga
mengandung arti adanya satu hal dalam jangka waktu tertentu.
Maksudnya, hal itu masih ada tidak sampai jangka waktu yang ditentukan.
Sebagai contoh, eksistensi bahasa Indonesia masih ada sampai sekarang.
Ini berarti bahasa Indonesia masih ada sampai sekarang. Eksistensi bahasa
Indonesia sangat diperlukan oleh masyarakat.
Masyarakat menggunakan bahasa Indonesia untuk mengadakan
sosialisasi kepada orang lain, terutama yang berasal dari daerah lain.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia digunakan oleh mereka dari
Sabang sampai Merauke, di samping bahasa daerah meskipun ada
beberapa masyarakat yang tinggal di daerah terpencil belum bisa
berbahasa Indonesia dengan baik. Eksistensi bahasa Indonesia tengah
terancam pada era globalisasi ini. Masyarakat Indonesia lebih bangga
menggunakan bahasa asing daripada bahasa nasionalnya sendiri.

7

Masyarakat juga sering menggunakan bahasa alay, bahasa gaul, dan
bahasa sejenis yang dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, kita perlu melestarikan dan menjaga eksistensi bahasa
Indonesia.
2. Bahasa Indonesia
Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di kawasan Sumatera.
Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa
Indonesia oleh para pemuda pada “Konggres Pemoeda”, 28 Oktober 1928,
“lebih bersifat politis” daripada “bersifat linguistis”. Jadi, secara linguistis,
yang dinamakan bahasa Indonesia saat itu sebenarnya ialah bahasa
Melayu. Tujuannya adalah ingin mempersatukan para pemuda Indonesia,
alih-alih disebut bangsa Indonesia. Ciri-ciri kebahasaannya sama dengan
bahasa Melayu. Namun, para pemuda menggunakan nama bahasa
Indonesia yang dapat memancarkan inspirasi dan semangat nasionalisme,
bukan nama bahasa Melayu yang berbau kedaerahan (Muslich, 2010: 26).
Muslich (2010: 27) menjelaskan bahwa butir ketiga ikrar
“Soempah

Pemoeda”

berbunyi

“Kami

poetra-poetri

Indonesia,

mendjoenjoeng tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia” (Kami putra
dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia). Ikrar yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober oleh bangsa
Indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya bahasa bagi suatu
bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif dan mutlak
diperlukan oleh setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak mungkin
berkembang. Selain itu, bangsa tidak mungkin dapat menggambarkan dan
menunjukkan dirinya secara utuh dalam dunia pergaulan dengan bangsa
lain. Akibatnya, bangsa itu akhirnya lenyap ditelan zaman. Jadi, bahasa
menunjukkan identitas bangsa tersebut.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (dalam Muslich,
2010: 16) menjelaskan fungsi bahasa Indonesia, selain sebagai identitas
bangsa, antara lain sebagai (a) lambang kebanggaan nasional, (b) lambang

8

identitas nasional (c) pemersatu berbagai lapisan masyarakat yang berbeda
latar belakang sosial budaya bahasa, dan (d) alat perhubungan komunikasi
antarbudaya dan antardaerah.
3. Eksistensi Bahasa Indonesia
Eksistensi bahasa Indonesia dapat dilihat dari pengembangan dan
penggunaannya dalam sejarah. Bahasa Indonesia masih digunakan hingga
saat ini. Hanin (2012) menjelaskan bahwa sejarah bahasa Indonesia yang
kita gunakan sekarang ini berasal dari bahasa Melayu Riau dari abad XIX,
yang merupakan salah satu ragam bahasa Melayu dari Kepulauan Riau.
Kerajaan Sriwijaya mempunyai peranan penting dalam menyebarkan
bahasa Indonesia ke seluruh wilayah Nusantara secara tidak langsung.
Kerajaan tersebut adalah kerajaan besar yang menguasai jalur perdagangan
di Nusantara. Kerajaan itu menduduki wilayah kerajaan Melayu dan
meluas hingga ke wilayah di luar Nusantara. Oleh karena itu, sampai saat
ini

negara

Malaysia,

Brunei

Darussalam,

dan

Singapura

juga

menggunakan bahasa Melayu walaupun dengan dialek yang agak berbeda.
Mulai sekitar abad ke-20 bahasa Indonesia dipakai oleh masyarakat
di lingkungan pemerintahan administratif. Masa penjajahan memberi
peranan dalam pembentukan bahasa Indonesia masa kini. Banyak katakata serapan yang berasal dari bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa
Portugis, dan bahasa Belanda. Kata-kata serapan tersebut terlalu sering
digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia, sehingga bentuknya
diubah dan lama kelamaan diserap ke dalam bahasa Indonesia baku.
Tonggak bersejarah perkembangan bahasa Indonesia terjadi pada tanggal
28 Oktober 1928. Pada saat itu, Indonesia mencangangkan “Soempah
Pemoeda”. Dalam “Soempah Pemoeda” itu secara resmi bahasa Indonesia
ditetapkan sebagai bahasa nasional (Die, 2013).
Sebelum terjadi peristiwa “Soempah Pemoeda”, bahasa Indonesia
masih disebut sebagai bahasa Melayu. Jika bahasa Melayu tetap
digunakan, kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk
menghindari hal itu, maka nama “bahasa Melayu” diganti menjadi “bahasa

9

Indonesia.”. Hal ini juga mempunyai tujuan untuk mempersatukan bangsa
Indonesia yang pada saat itu masih tercerai berai akibat penjajahan bangsa
asing yang berlangsung lama dan berkepanjangan. Die (2013) mengatakan
bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.
Penggunaan bahasa Indonesia diresmikan sehari setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Eksistensi bahasa Indonesia dapat dilihat dari digunakannya bahasa
tersebut hingga saat ini. Hanin (2012) mengemukakan bahwa pada era
globalisasi bahasa Indonesia telah dipakai oleh 90% dari seluruh penduduk
Indonesia. Bahasa ini juga telah dipakai di hampir semua instansi resmi
pemerintahan, pendidikan, perdagangan, transportasi, media massa, dan
lain-lain. Namun, masih ada sebagian kecil penduduk atau suku belum
mengenal bahasa Indonesia. Eksistensi bahasa Indonesia juga terlihat di
negara asing. Muslich (2010: xi) mengatakan bahwa perkembangan
bahasa Indonesia di dalam negeri cukup pesat, begitu pula dengan
perkembangannya di luar negeri. Data terkhir memperlihatkan setidaknya
52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian
Language Studies). Bahkan, perkembangan ini semakin meningkat setelah

terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di
Bandung tahun 1999.
4. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional tanggal 17
Agustus 1945. Dalam kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional. Bahasa ini
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaaan.
Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan
nilai-nilai budaya yang menjadi pegangan hidup. Atas dasar kebanggaaan
ini, bahasa Indonesia dipelihara, dilestarikan, dan dikembangkan oleh
bangsa Indonesia. Rasa kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia ini
pun terus dibina dan dijaga oleh masyarakat Indonesia (Muslich, 2010:
35).

10

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung
tinggi sama dengan bendera nasional, Merah Putih, dan lagu nasional,
Indonesia Raya. Dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentu
harus memiliki identitasnya sendiri, sehingga serasi dengan lambang
kebangsaan lainnya. Bahasa Indonesia dapat mewakili identitasnya sendiri
apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya
sedemikian rupa, sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain, yang
memang benar-benar tidak diperlukan, misalnya istilah atau kata dalam
bahasa Inggris yang sering diadopsi padahal istilah atau kata tersebut ada
padanannya dalam bahasa Indonesia (Muslich, 2010: 35). Hal inilah yang
perlu diperhatikan oleh masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Mereka
seharusnya

menggunakan

bahasa

padanannnya daripada menggunakan

Indonesia

apabila

sudah

ada

istilah atau kata asing. Sebagai

contoh, dalam kalimat “dia sudah tidak care denganku” sebaiknya diganti
dengan “dia sudah tidak peduli denganku.”
Bangsa Indonesia sangat perlu untuk menggunakan bahasa
nasional mereka di tengah fenomena negatif yang terjadi di masyarakat.
Kenyataan-kenyataan dan akibat-akibat dari fenomena tersebut kalau tidak
diperbaiki akan berakibat terhambatnya perkembangan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik karena
bahasa Indonesia adalah salah satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Setiap orang Indonesia patutlah memiliki sikap positif terhadap bahasa
Indonesia, janganlah menganggap remeh dan mempunyai sikap negatif
serta mengerahkan usaha agar selalu cermat dan teratur menggunakan
bahasa Indonesia. Sebagai warga Indonesia yang baik, mestilah
mengembangkan budaya malu apabila tidak menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Jika tidak, kenyataan-kenyataan tersebut
akan berdampak lanjut antara lain sebagai berikut.
a. Banyak orang Indonesia lebih suka menggunakan kata, istilah, dan
ungkapan asing padahal hal tersebut sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia. Sebagai contoh, page, background, reality,

11

alternative,

masing-masing

airport,

untuk

“halaman”,

belakang”, “kenyataan”, “kemungkinan (pilihan)”, dan

“latar

“lapangan

terbang” atau “bandara”.
b. Banyak orang Indonesia menghargai bahasa asing secara berlebihan,
sehingga ada kata dan istilah asing yang “amat asing” atau “terlalu
asing”. Hal ini disebabkan salah pengertian dalam menerapkan katakata asing tersebut, misalnya rokh, insyaf, fihak, fatsal, syarat
(muatan), (dianggap) syah. Padahal, kata-kata tersebut cukup
diucapkan dan ditulis roh, insaf, pihak, pasal, sarat (muatan), dan
(dianggap) sah.
c. Banyak orang Indonesia mempelajari dan menguasai bahasa asing
dengan baik tetapi menguasai bahasa Indonesia apa adanya. Terkait
dengan itu, banyak orang Indonesia mempunyai bermacam-macam
kamus bahasa asing tetapi tidak mempunyai satu pun kamus bahasa
Indonesia. Seolah-olah semua kosakata bahasa Indonesia telah
dikuasainya

dengan

baik.

Akibatnya,

jika

mereka

kesulitan

menjelaskan atau menerapkan kata-kata yang sesuai dalam bahasa
Indonesia, mereka akan mencari jalan pintas dengan cara sederhana
dan mudah. Sebagai contoh, penggunaan kata yang mana yang kurang
tepat, pencampuradukkan penggunaan kata tidak dan bukan,
pemakaian kata ganti saya, kami, kita yang tidak jelas (Muslich, 2010:
40).
Berbagai masalah ada dalam upaya mempertahankan eksistensi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Misalnya, banyak orang
menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”, memakai bahasa
prokem, bahasa plesetan, bahasa gaul, bahasa alay, dan bahasa jenis lain

yang tidak mendukung eksistensi dan perkembangan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar (Muslich, 2010: 42). Kemudian, bahasa promotif
yang menyimpang dari struktur kalimat sering digunakan oleh pembuat
iklan. Bahasa ini dapat menimbulkan multitafsir karena menggunakan
kalimat-kalimat yang singkat. Rahardi (2006: 5, 35) menjelaskan bahwa

12

martabat bahasa Indonesia sesungguhnya menunjuk pada banyak
sedikitnya penghargaan yang diberikan kepada bahasa Indonesia oleh
pemakainya. Prinsip kehematan maupun kejelasan hendaknya digunakan
secara tepat dan penuh pertimbangan dalam setiap praktik kebahasaan,
termasuk bahasa promotif. Preferensi yang berlebihan terhadap salah satu
kutub di antara kedua pilihan justru membuat bahasa yang digunakan
menjadi sangat tidak efektif bahkan bisa jadi akan sangat merepotkan.
Pemeliharaan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dapat dilakukan di mana saja, baik di lingkungan rumah, kampus, dan
masyarakat. Misalnya, anggota keluarga dapat menyediakan majalah atau
koran yang tergolong baik bahasa Indonesianya di rumah. Universitas
hendaknya menciptakan kondisi yang dapat menunjang pengajaran bahasa
Indonesia. Misalnya, universitas mengadakan penerbitan majalah, baik
majalah tulis maupun majalah dinding; dosen menggunakan bahasa
Indonesia dengan benar saat memberikan bimbingan kepada mahasiswamahasiswanya; mengadakan latihan diskusi, pidato, baca puisi, drama, dan
sebagainya. Masyarakat, tempat mahasiswa bergaul di luar rumah dan
kampus, harus pula menunjang suksesnya pengajaran bahasa Indonesia.
Papan-papan nama yang biasanya berbunyi “KEEP YOUR CITY
CLEAN” hendaknya diganti dengan “JAGALAH KEBERSIHAN
KOTA”. Begitu pula dengan frase “SUPERMARKET CENTRE” yang
terpampang di atas toko-toko besar sebaiknya diganti dengan “PUSAT
PERTOKOAN SERBA ADA”. Sewaktu rapat-rapat organisasi sosial,
misalnya Karang Taruna, juga digunakan bahasa nasional, bahasa
Indonesia. Bahkan, para pedangang yang membuat leter pada kaos dan
baju dengan kata-kata atau kalimat asing pun hendaknya diganti dengan
bahasa Indonesia karena ini akan membuat para pemakai bahasa Indonesia
lama kelamaan akan terpengaruh dan “sok” untuk menggunakan kalimat
asing yang tidak pada tempatnya, sehingga akan menimbulkan sikap
negatif terhadap bahasa Indonesia (Muslich, 2010: 62).

13

Individu dan lembaga-lembaga yang seharusnya mempertahankan
eksistensi bahasa Indonesia adalah masyarakat Indonesia sendiri,
universitas, swasta, dan pemerintah. Masyarakat Indonesia hendaknya
bangga menggunakan dan mempertahankan bahasa Indonesia pada era
globalisasi ini. Para dosen hendaknya menggunakan dan mengajarkan
bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada mahasiswa-mahasiswanya.
Pihak swasta hendaknya menggunakan bahasa Indonesia dalam tulisan di
produk mereka sebaliknya daripada menggunakan bahasa asing. Media
massa juga berperan dalam menjaga eksistensi bahasa Indonesia. Para
wartawan, reporter, dan penulis media massa hendaknya menggunakan
bahasa Indonesia

yang

baik dan benar.

Pemerintah hendaknya

menggunakan bahasa Indonesia sewaktu menyampaikan pidato mereka
dan memberikan fasilitas untuk pembinaan bahasa Indonesia.
Pelestarian bahasa Indonesia harus dimulai dari sekarang. Hal ini
dikarenakan bahasa Indonesia menghadapi banyak tantangan pada era
globalisasi ini. Tantangan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar.
Sedini mungkin upaya melestarikan dan menjaga eksistensi bahasa
Indonesia dilakukan, maka tantangan-tantangan tersebut akan dapat
diatasi.

Masyarakat

perlu

memfiltrasi

bahasa-bahasa

yang dapat

mengancam eksistensi bahasa nasional, bahasa Indonesia, sejak saat ini.
Bangsa Indonesia hendaknya menggunakan bahasa Indonesia sekarang
karena hal ini dapat mempengaruhi eksistensi bahasa tersebut.
Proses dan upaya-upaya mempertahankan eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi
dapat dilakukan dengan cara (a) mengembangkan sikap positif terhadap
bahasa Indonesia, (b) merencanakan bahasa sebagai upaya menanggulangi
tantangan, (c) meningkatkan peran media massa, (d) mengajarkan tentang
kebangsaan, (e) melaksanakan KTSP bahasa Indonesia, (f) memperbaiki
mutu guru bahasa Indonesia, (g) memberikan penyuluhan bahasa
Indonesia, (h) melibatkan organisasi pemuda, (i) meningkatkan kepedulian

14

para petinggi terhadap eksistensi bahasa Indonesia, dan (j) menerapkan
disiplin berbahasa Indonesia (Muslich, 2010: 21-25, 42).

15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan
pada era globalisasi ini harus dipertahankan dan dijaga oleh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia masih digunakan dan dipelajari oleh orang-orang, baik di
dalam maupun di luar negeri. Masyarakat hendaknya menggunakan bahasa
Indonesia dengan bangga daripada menggunakan bahasa asing. Penggunaan
bahasa prokem, bahasa plesetan, bahasa gaul, bahasa alay, dan bahasa jenis

lain yang tidak mendukung eksistensi dan perkembangan bahasa Indonesia
hendaknya diminimalisir. Upaya untuk mempertahankan eksistensi bahasa
Indonesia hendaknya dimulai dari sekarang. Muslich (2010: 21-25, 42)
menjelaskan bahwa upaya-upaya tersebut yaitu (a) mengembangkan sikap
positif terhadap bahasa Indonesia, (b) merencanakan bahasa sebagai upaya
menanggulangi tantangan, (c) meningkatkan peran media massa, (d)
mengajarkan tentang kebangsaan, (e) melaksanakan KTSP bahasa Indonesia,
(f) memperbaiki mutu guru bahasa Indonesia, (g) memberikan penyuluhan
bahasa Indonesia, (h) melibatkan organisasi pemuda, (i) meningkatkan
kepedulian para petinggi terhadap eksistensi bahasa Indonesia, dan (j)
menerapkan disiplin berbahasa Indonesia.
Bangsa Indonesia dapat memelihara eksistensi bahasa Indonesia
dengan banyak hal. Salah satunya adalah menggunakan bahasa tersebut dalam
pergaulan sehari-hari. Masyarakat seharusnya bangga menggunakan bahasa
Indonesia yang dapat mewakili pikiran dan perasaannya. Masyarakat juga
perlu untuk meminimalisir penggunaan bahasa alay dan bahasa sejenisnya
yang dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Masyarakat, organisasi
sosial, swasta, dan pemerintah wajib ikut dalam pembinaan bahasa Indonesia.
Dengan demikian, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan identitas
bangsa dapat terjaga eksistensinya.

16

B. Saran
Masyarakat sebaiknya lebih bangga menggunakan bahasa Indonesia
daripada menggunakan bahasa asing. Anak-anak muda dan mahasiswamahasiswa hendaknya meminimalisir menggunakan bahasa alay, bahasa
gaul, dan bahasa sejenis yang dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia.

Para dosen hendaknya menggunakan dan mengajarkan bahasa Indonesia yang
baik dan benar mahasiswa-mahasiswa. Pihak swasta hendaknya menggunakan
lisan dan tulisan dalam bahasa Indonesia dalam iklan maupun produk mereka.
Para pejabat hendaknya menggunakan bahasa Indonesia dalam berpidato dan
memberikan fasilitas untuk pembinaan bahasa Indonesia. Penulis sebaiknya
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam lisan maupun
tulisan serta menyederhanakan kalimat untuk menyampaikan suatu gagasan.

17

DAFTAR PUSTAKA

Bagoes, N. (2013). Pengertian eksistensi dan kajian usabha candidasa part I.
Diakses tanggal 22 November 2013, dari www.congkodok.blogspot.com.
Die, W.Y. (2012). Perkembangan teknologi dan globalisasi terhadap bahasa
indonesia. Diakses pada tanggal 22 November 2013, dari
www.slideshare.net.
Hanin, K. (2012). Sejarah bahasa indonesia bahasa nasional. Diakses pada
tanggal
22
November
2013,
dari
www.kumpulansejarah1001.blogspot.com.
Muslich, M. (2010). Bahasa indonesia pada era globalisasi: kedudukan, fungsi,
pembinaan, dan pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahardi, K. (2006). Dimensi-dimesi kebahasaan-aneka masalah bahasa indonesia
terkini. Jakarta: Erlangga.
Tim penyusun. (2013). Kamus bahasa indonesia online. Diakses pada tanggal 22
November 2013, dari www.kamusbahasaindonesia.org.

18

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Ayunda Silvia Dewi Ernawan

Tempat, tanggal lahir

: Bantul, 22 September 1991

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen

Status

: Belum menikah

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Pedukuhan V Cerme 018/009, Kulon
Progo, DIY, 55655

Telepon

: 085725700978

Email

: ayundasilviadewi@yahoo.com

Pendidikan:
1995-1997

: TK An-Nur, Yogyakarta

1997-2001

: SDN 1 Maguwoharjo, Yogyakarta

2001-2003

: SDN Cerme

2003-2006

: SMPN 1 Panjatan

2006-2008

: SMKN 1 Pengasih
Jurusan Tata Busana
Program Diklat Pariwisita

2008-2009

: SMA PGRI Prembun, Jawa Tengah
Jurusan Ilmu Sosial

2013

: Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Pendidikan S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar

Pekerjaan:
2009

: SPG Crrantee Cosmetic, Kebumen

2009-2010

: Wiyata bakti bahasa Inggris SDN 1
Selotumpeng, Kebumen

19

2012-2013

: Wirausaha di bidang les privat dan desain
busana, Yogyakarta

2013

: Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Program Pendidikan S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Yogyakarta

Organisasi:
2003-2004

: Bendahara II OSIS
SMPN 1 Panjatan

2004-2005

: Ketua OSIS
SMPN 1 Panjatan

2013

: Keluarga Mahasiswa Kristiani (KMK)
Kenisa Universitas PGRI Yogyakarta

Hobi dan minat

: Membaca, mendesain, menulis cerpen,
mempelajari bahasa asing, menyanyi, dan
mendengarkan musik

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
dapat dipertanggungjawabkan.

Hormat saya,

Ayunda Silvia Dewi Ernawan

20

LAMPIRAN

21

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111