JURNAL SKRIPSI PENAMPIL BIAYA TELEPON DE

JURNAL SKRIPSI
PENAMPIL BIAYA TELEPON DENGAN SISTEM PENGGUNAAN
BERSAMA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Di ajukan Oleh :
Agung Prasetyo Rinaldi
5215077530

PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK ELEKTRONIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012

1

PENAMPIL BIAYA TELEPON DENGAN SISTEM PENGGUNAAN
BERSAMA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51
Denny Divayana*, Drs. Jusuf Bintoro, MT*
Abstract
This research aim to make display of telephone cost on a house which have some occupant,

such as boarding house, with exploit microcontroller AT89S51. This research conducted in
Electronic’s labolatory of major Technique electro, Faculty of Technique, State of Jakarta University,
at anomalous semester, year of academic 2005/2006 with labolatory experiment method.
This research use DTMF decoder, hook detector, ring detector and keypad as input,
microcontroller as the processor, and also LCD and Chip Corder ISD as output. Keypad used as input
for password and chosening menu, its connected on 3 rd port microcontroller, hook detector as the
detector condition of telephone’s hook for begin the input password and start the phone call that
conect at 1.6th microcontroller port , DTMF decoder give the input of pressed phone number on the
port 1.0th – 1.3th, afterwards detected as lokal number or SLJJ number and counter the appropriate on
rate. LCD will display information of date and time, select menu and display phone number and
amount of telephone cost for each user. Chip corder ISD produce a sound message which used by user
to guide them when operate the device.
The result show that Cost Telephone Display With Common User System operate with
correctly, indicated with LCD can display the data that require and count the cost telephone, also
produce some sound message as guider from ISD.

Keyword: telephone, microcontroller, DTMF, LCD, ISD
PENDAHULUAN
Komunikasi
merupakan

kebutuhan masyarakat yang sangat
penting.
Perkembangan teknologi
yang mempermudah komunikasi terus
berkembang hingga saat ini, terutama
komunikasi jarak jauh. Telepon adalah
salah satu produk teknologi tersebut.
Kehadiran telepon sangatlah
dibutuhkan, hampir di setiap rumah
dapat kita jumpai terutama di kotakota besar. Tidak hanya di rumah
pribadi namun juga di rumah yang
penghuninya tidak memilki hubungan
keluarga, contohnya rumah kost.
Namun penggunaan telepon di rumah
yang penghuninya tidak memiliki
hubungan keluarga atau rumah kost
tidaklah optimal, seperti pada rumahrumah pribadi.

Biasanya
telepon

yang
dipasang di rumah kost hanya
digunakan sebatas untuk menerima
panggilan dari luar, sedangkan untuk
melakukan panggilan keluar, penghuni
kost sendiri harus pergi ke wartel atau
telepon umum.
Masalah ini
didasarkan
karena
pembagian
pembayaran telepon itu sendiri.
Karena banyaknya pengguna telepon
sehingga tidaklah adil jika sistem yang
digunakan adalah membagi secara rata
biaya telepon yang akan dibayar.
Namun apabila telepon yang dipasang
di rumah kost tersebut hanya untuk
menerima panggilan saja, maka
penempatan telepon tersebut kurang

optimal dan efisien, terutama bagi
penghuni rumah kost tersebut, yang

2

harus susah payah mencari wartel atau
telepon untuk melakukan panggilan.
Permasalahan di atas dapat
diantisipasi jika saja ada sebuah sistem
yang dapat mencatat pemakaian
telepon tiap pengguna, sehingga
seseorang akan membayar tagihan
telepon sesuai dengan penggunaannya.
Sistem
yang
akan
dibangun
membutuhkan sebuah pengontrol yang
menangani semua permasalahan yang
ada.

Permasalahan
ini
berupa
pencatatan pulsa pemakaian telepon
dan pengelompokan jumlah pemakaian
pulsa berdasarkan masing-masing
pengguna, sehingga tidak terjadi
ketidakadilan dalam pembayaran biaya
telepon.
Dengan
hadirnya
mikrokontroler yang cukup marak
penggunaannya belakangan ini seperti
mikrokontroler
AT89S51
yang
memiliki kelebihan dapat diprogram
dan dioperasikan untuk mengolah data
layaknya sebuah komputer, namun
memiliki dimensi yang jauh lebih

kecil, efisien dalam penggunaan daya
listrik dan harga yang terjangkau.
Sehingga dengan keunggulan tadi
diharapkan dapat menjawab semua
permasalahan tersebut.
Untuk itu
diupayakan membuat sebuah alat yang
dapat mencatat biaya pemakaian
telepon setiap pengguna yang berbasis
mikrokontroler AT89S51.

8031, 8051, 8751, 8052, 89C51, dan
89SXX.
Perkembangan
mikrokontroler AT89S51 semakin
pesat, selain dikarenakan tingkat
keefisienannya yaitu memiliki flash
memory yang dapat diprogram ulang
dengan sangat mudah dan konsumsi
daya yang rendah, juga karena sistem

dalam proses pengisian program
dengan
menggunakan
In-System
Programming.
Sehingga
sistem
minimum dapat digunakan sebagai
sistem downloader. Berikut ini fiturfitur yang dimiliki mikrokontroler
AT89S51 :
 Kompatibel dengan mikrokontroler
MCS-51
 4K bytes Downloadable Flash
Memory
 Tegangan operasi 4.0V sampai
5.5V
 Frekuensi kerja 0 Hz to 33 MHz
 3 Level program memori lock
 128 x 8-bit Internal RAM dan 32
Programmable I/O Lines

 2 buah Timer/Counters 16 bit dan 6
buah Interrupt Sources
 Full Duplex Serial Channel
Mikrokontroler
AT89S51
memiliki 40 buah pin. Susunan pin
dari
mikrokontroler
AT89S51
diperlihatkan pada gambar berikut ini.

MIKROKONTROLER AT89S51
Mikrokontroler
AT89S51
adalah keluarga MCS-51, selain 89S51
ada beberapa tipe lain dari keluarga
MCS-51 yang memiliki karakteristik
dan kemampuan yang berbeda-beda,
diantaranya adalah mikrokontroler
3


Gambar 1. Diargam Pin Mikrokontroler
AT89S51

Fungsi khusus AT89S51
Timer/Counter
Perangkat
Timer/Counter
merupakan perangkat keras yang
terpadu pada mikrokontroler AT89S51,
untuk
mengaksesnya
digunakan
register khusus yang tersimpan dalam
SFR. Dalam mikrokontroler AT89S51
terdapat 2 buah Timer/Counter yaitu
Timer 0 dan Timer 1. Pencacah biner
Timer 0 diakses melalui register TL0
dan TH0, pencacah biner Timer 1
diakses melalui register TL1 dan TH1.

Pencacah biner Timer/Counter
AT89S51 merupakan pencacah biner
16 bit naik (count up binary counter)
yang mencacah dari 0000H sampai
FFFFH, saat kondisi pencacah berubah
dari FFFFH kembali ke 0000H akan
timbul sinyal limpahan (overflow).
Untuk
mengatur
kerja
Timer/Counter tersebut digunakan 2
register tambahan yang dipakai
bersama oleh Timer 0 dan Timer 1.
Register tambahan tersebut adalah
register TCON (bit addressable) dan
TMOD (not bit addressable).
Selain
sebagai
pewaktu,
Timer/Counter dapat berfungsi sebagai

input untuk terjadinya interupsi.
Interupsi Timer 0 dan Timer 1
dihasilkan oleh TF0 dan TF1, terjadi
pada saat muncul limpahan pada
masing-masing Timer (kecuali Timer 0
pada mode 3). Saat terjadi interupsi
Timer, mikrokontroler akan me-nolkan tanda-tanda tersebut (TF0
danTF1).

Interupsi
Mikrokontroler
AT89S51
memiliki 5 buah interupsi, yaitu dua
interupsi eksternal, dua buah interupsi
timer dan interupsi port serial. Masingmasing sumber interupsi tersebut dapat
diaktifkan dan dinonaktifkan sendirisendiri dengan mengatur bit-bit yang
terkait dalam register IE serta
mengatur tingkat prioritas masingmasing interupsi dalam register IP.
Interupsi adalah suatu program
yang menyela program yang sedang
bekerja saat syarat terjadinya interupsi
terpenuhi. Dan akan kembali ke
program
sebelumnya
saat
mendapatkan instruksi RETI. Syarat
interupsi ditetapkan berdasarkan jenis
interupsi. Jika interupsi timer yang
diaktifkan maka interupsi akan bekerja
saat TF1 atau TF0 berlogika high. Jika
interupsi eksternal yang diaktifkan
maka kondisi logika yang terjadi pada
P3.2 (Interupsi eksternal 0) dan P3.3
(Interupsi eksternal 1) yang menjadi
syarat terjadinya interupsi. Bentuk
kondisi yang menjadi syarat terjadinya
interupsi diatur oleh IT0 dan IT1 yang
terdapat dalam register TCON. Dan
jika interupsi port serial yang
diaktifkan maka syaratnya adalah saat
RI dan TI berlogika high (saat selesai
penerimaan atau pengiriman data).
Telepon
Perkataan “telephone” berasal
dari perkataan Yunani “tele”, yang
berarti jauh, dan “phone”, yang berarti
suara. Dalam pengertian masa kini,
telefoni (telephony) meliputi konversi
(perubahan) dari sinyal-sinyal suara
menjadi sinyal-sinyal listrik frekuensi
4

audio
yang
kemudian
dapat
dipancarkan melalui suatu sistem
transmisi
listrik,
dan
akhirnya
dikonversikan kembali menjadi sinyalsinyal tekanan suara pada ujung
penerima. Sistem-sistem telepon dapat
dibagi dalam beberapa kategori, sesuai
dengan ragam (mode) yang digunakan,
dan saat ini kebanyakan sistem
menyediakan komunikasi dua arah
menurut salah satu dari dua cara
berikut ini.
Sistem simplek memungkinkan
transmisi dalam satu arah saja untuk
suatu waktu tertentu, tetapi juga
memberikan komunikasi dua arah
secara bergantian (arternately). Sistem
dupleks memungkinkan transmisi
dalam kedua arah dengan serentak.
Secara sederhana dapat dilaksanakan
dengan menyediakan dua buah
rangkaian
terpisah,
yaitu
satu
rangkaian untuk masing-masing arah,
tetapi hal ini tidak ekonomis karena
semua fasilitas harus dibuat rangkap
dua. Sistem telepon dupleks berarti
transmisi serentak melalui pasangan
kawat-kawat yang sama tanpa
diperlukannya switching.
Perkembangan telepon saat ini
pada proses penyambungan telepon
(switching) banyak menggunakan
teknik digital selain digunakan juga
untuk
keperluan
transmisi.
Penggunaan teknik digital akan
mendatangkan efisiensi yang akan
sangat terasa baik sistem transmisinya
maupun sistem switchingnya, dimana
sinyal-sinyal pembawa pesan yang
ditransmisikan
maupun
yang
disambungkan dalam bentuk digital,
sistem
penyambungan
digital
membangun hubungan dengan cara

menyusun kembali Pulse Code
Modulation
(PCM)
dan
menyambungkannya sesuai dengan
permintaan panggilan dan juga dapat
melewatkan
sinyal-sinyal
digital
lainnya selain sinyal PCM.
Untuk
memulai
suatu
panggilan telepon, maka seorang
operator harus mengangkat gagang
telepon dari posisi normalnya yang
dalam istilah dinamakan off-hook,
kondisi off-hook merupakan tanda
bagi sentral agar siap menerima nomor
telepon yang ingin dipanggil oleh
operator tersebut. Setelah rangkaian
penerima yang sesuai dihubungkan
dengan saluran, maka sentral akan
mengirimkan nada panggil kepada
operator yang kemudian akan memutar
nomor yang diinginkan, beberapa
frekuensi nada pada daerah frekuensi
suara dikirim ke sentral ketika tombol
ditekan. Nada-nada ini umumnya
dinamakan Dual Tone Multiple
Frequency (DTMF), karena setiap kali
suatu tombol ditekan maka dua nada
akan dikirimkan serentak ke saluran.
Kemudian pemanggil akan menerima
pemberitahuan dari sentral mengenai
keadaan nomor yang dipanggil, baik
dengan nada tunggu, nada sibuk, nada
sibuk alat maupun nada khusus
lainnya.
DTMF
Dual Tone Multiple Frequncy
(DTMF) adalah teknik mengirimkan
angka-angka
pembentuk
nomor
telepon dengan 2 nada yang dipilih
dari 8 buah frekuensi yang sudah
ditentukan. Yang terdiri dari 4 buah
frekuensi rendah, yaitu : 697 Hz, 770
Hz, 852 Hz, dan 941 Hz dan 4 buah
5

frekuensi tinggi, yaitu : 1209 Hz, 1336
Hz, 1477Hz, dan 1633 Hz.
Kombinasi dari 8 frekunsi
tersebut bias digunakan untuk mengkode-kan 16 tanda seperti yang terlihat
pada gambar 2.

Gambar 2. Kombinasi Nada DTMF

Rangkaian detektor DTMF
berfungsi untuk mendeteksi sinyal
DTMF yang masuk dan mengubahnya
menjadi kode biner yang sesuai
dengan pasangan nada DTMF yang
diterima. Perangkat yang dapat
digunakan untuk mendeteksi sekaligus
mengubah
kombinasi
frekuensifrekuensi tersebut ke dalam 4 bit data
biner adalah IC DTMF Receiver
MT8870D. IC ini memiliki filter yang
akan membagi frekuensi menjadi 2
yaitu frekuensi rendah dan frekuensi
tinggi kemudian mendeteksi dan
menerjemahkan ke dalam 4 bit data
biner yang akan di keluarkan pada pin
Q1-Q4. Dan menguncinya (latch)
sampai
kode
selanjutnya
diterjemahkan. Datasheet dari IC
DTMF Receiver MT8870D dapat
dilihat pada lampiran 2.

Chip Corder ISD2500
Chip Corder ISD2500 adalah
single chip yang mampu merekam
(record) dan memutar kembali
(playback) suara yang telah disimpan.
Dalam dalam penyimpananya Chip
corder tidak membutuhkan daya listrik
(zero power message storage). Suara
yang disimpan dalam memori tetap
dalam bentuk aslinya tanpa ada proses
pendigitalan
dan
compression
(pengecilan ukuran), sehingga kualitas
suara tetap terjaga. Memori yang
digunakan adalah jenis EEPROM,
sehingga memudahkan dalam proses
perekamam ulang (re-recording).
ISD2500
menyediakan
interface yang dibutuhkan oleh
mikrokontroler untuk mengatur IC ini.
Konfigurasi pin dari ISD2500 dapat
dilihat pada gambar 3

*sama untuk seri ISD2575/90/120
Gambar 3. Konfigurasi pin dari ISD2560.

Pin 1 hingga pin 10 merupakan
pin address yang memiliki fungsi
tambahan (kecuali pin 8 atau A7). Pin
1 sampai pin 7 digunakan sebagai
pemilihan mode operasi dan pin 9 dan
10 sebagai MSB (Most Significant
Bits) yang mengatur kondisi pin 1 –
pin 7 sebagai address (saat pin 9 dan
10 diberi logika high) atau sebagai
mode operasi (saat pin 9 dan 10 diberi
logika low). Dan pin PD, OVF, P/R,
CE, EOM sebagai pengontrol.
6

Mode operasi yang dimiliki
oleh ISD2500 ada 7 mode. Tiap mode
dapat digunakan bersama dengan
mode lain. Pemilihannya dengan
memberi logika high pada pin yang
modenya diinginkan. Lebih lengkap
tentang mode dan fungsinya dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Mode Operasi ISD2500
Mode
M0
M1

M2
M3
M4
M5
M6

Fungsi
Message
cueing
( melewatkan pesan
yang ada di depan)
Delete EOM marker
(menghapus tanda EOM
pada
tiap
pesan,
sehingga hanya ada satu
tanda
EOM
yang
terletak di akhir pesan
terakhir)
Looping ( memutar
seluruh pesan yang ada)
Consecutive addressing
(memutar pesan yang
sama berkali-kali)
CE
level
activated
(memfungsikan
CE
sebagai control pause)
Mode push botton

Mode yang
dapat
bekerja
bersama
M4, M5,
M6

data. Dengan alasan itu maka setiap
LCD dilengkapi dengan chip prosesor
sebagai pengendali, semisal HD44780.
Karakter-karakter yang ditampilakan
dalam LCD berupa kode ASCII
(American
Standard
Code
for
Information Interchange). Setiap LCD
memiliki pin-pin pengontrol. 8 pin
digunakan sebagai input data (DB0 –
DB7), 3 pin sebagai pengontrol (RS,
R/W, E), 3 pin digunakan sebagai
masukan catu daya (Vdd dan Vss) dan
variabel kontras (Vo). 2 pin digunakan
sebagai backlight (A, K).

M3, M4,
M5, M6

M1, M5,
M6
M0, M1,
M5
M0, M1,
M3, M4
M0,M1,M3

Mode push-botton adalah mode
yang mudah untuk digunakan sebagai
recording dan playback. Lebih lengkap
tentang ISD2500 dapat dilihat pada
lampiran 3.
LCD (Liquid Crystal Display)
LCD (Liquid Crystal Display)
adalah media penampil yang sangat
baik dalam menampilkan data berupa
tulisan
maupun
gambar.
LCD
memerlukan sebuah pengontrol yang
mengatur dalam proses menampilkan

Gambar 4. Konfigurasi pin LCD

Papan Tombol (Keypad)
Papan tombol (keypad) terdiri
dari dua bagian yaitu sekumpulan
kunci karakter yang mendetaksi
tekanan jari dan menutup saklar, dan
sebuah penyandi yang mengubah
keluaran dari kunci yang telah ditekan
menjadi sebuah sandi biner yang
menyajikan karakter yang dimaksud.
Pada penelitian ini keypad yang
digunakan memiliki 12 tombol yang
mewakili 12 karakter yaitu angka 0
dampai 9 dan karakter ‘ * ’ serta ‘ # ‘
dengan susunan tiga kolom dan empat
baris (3 x 4) dan meiliki 7 pin, 4 pin
untuk baris (R1 – R4) dan 3 pin untuk
kolom (C1 – C3). Gambar 5
menunjukkan bentuk konfigusasi
keypad 3x4

7

sama dengan nol maka transistor
berfungsi sebagai saklar terbuka.

Gambar 5. Konfigurasi keypad 3x4

Transistor sebagai Saklar
Transistor
merupakan
gabungan dari dua buah dioda tipe N
dan Tipe P. yang dihubungkan
(juntion)
sehingga
membentuk
transistor tipe NPN dan tipe PNP.
Transistor dapat dibuat dari bahan
germanium atau silikon. Transistor
terdiri dari tiga kaki, yaitu basis,
kolektor dan emiter.
Emiter

P N P

Kolektor Emiter

P N P

Basis
E

Basis
C

B

(a)

Kolektor

E

C

B

(b)

Gambar 6. Tiga daerah dan simbol transistor
(a) NPN , (b) PNP

Transistor
meiliki
fungsi
sebagai saklar dan penguat. Kedua
fungsi ini bergantung pada titk kerja
itu sendiri. Transistor berfungsi
sebagai saklar bila bekerja hanya pada
dua titik yaitu titik saturasi dan titik
cut-off (sumbat). Sedangkan fungsi
sebagai penguat didapat dengan
menempatkan titik kerja transistor
pada garis beban DC. Apabila arus
basis lebih besar atau sama dengan
IB(sat), maka transistor berfungsi sebagai
saklar tertutup, namun saat arus basis

Optocoupler
Optocoupler
merupakan
gabungan antara komponen pemancar
cahaya (LED) dan penerima cahaya
(phototransistor) yang terbungkus
dalam satu kemasan tanpa adanya
hubungan
elektrik
(terisolasi),
optocoupler jenis ini bisa juga disebut
optoisolator.

Gambar 7. Optoisolator

Pada optocoupler, LED dan
phototransistor dipasang sejajar dan
diletakan pada jarak tertentu sehingga
cahaya yang dihasilkan oleh LED
dapat menyinari
phototransistor
dengan baik. Prinsip kerja dari
optocoupler hampir sama dengan
prinsip kerja transistor sebagai saklar
hanya saja kaki basis yang digunakan
untuk menyulut transistor digantikan
oleh LED, prinsip kerjanya sebagai
berikut: Ketika sinyal datang, dan LED
yang ada di dalam optocoupler dibias
maju sehingga menghasilkan cahaya
dan menyinari phototransistor. Maka
ketika itu transistor menjadi aktif
sehingga
kolektor
dan
emiter
terhubung singkat. Apabila kaki
kolektor dihubungkan ke Vcc dan kaki
emiter dihubungkan ke ground, maka
saat LED tidak bersinar (tidak
mendapat sinyal) maka logika yang
dibaca mikrokontroler pada kaki
kolektor adalah high, sedangkan saat

8

LED bersinar maka logika yang dibaca
mikrokontroler pada kaki kolektor
adalah low.
Auto Switch Power Supply.
Layaknya sebuah power supply
biasa yang mengubah tegangan AC
menjadi tegangan DC dan kemudian
dihaluskan, dan diatur besar tegangan
yang dikeluarkan sehingga dapat
digunakan oleh rangkaian (sistem).
Hanya saja pada power supply ini
memiliki dua buah sumber tegangan
yaitu dari listrik PLN dan baterai.
Dengan tujuan agar sistem tetap dapat
bekerja saat terjadi pemadaman listrik.
Dan sebagai pengatur ditambahkan
sebuah relay yang berfungsi sebagai
pemindah sumber tegangan.
Pada dasarnya relay terdiri dari
sebuah elektromagnetik dengan inti
besi lunak, jika kumparan ini dialiri
arus listrik maka besi lunak akan
berubah menjadi magnet dan menarik
lidah pegas sehingga kontak relay
tertutup, namun jika arus listrik
diputus sifat kemagnetan pada besi
lunak akan hilang dan lidah pegas akan
lepas sehingga kontak relay terbuka.
Terdapat dua jenis tipe kontak
yang terdapat pada relay, yaitu
normaly close dan normaly open.
Normaly Close (NC) yaitu kontak
yang saat kumparan (koil) tidak dialiri
arus listrik, pin-pin yang terhubung
dengan kontak tersebut terhubung.
Namun saat dialiri arus listrik pin-pin
tersebut tidak terhubung. Sedang
Normaly Open (NO) yaitu kontak yang
saat koil tidak dialiri arus listrik pinpinnya tidak terhubung, namun saat
dialiri listrik pin-pinya terhubung.

Pada Auto Switch Power
Supply, baterai 9 Volt dihubungkan ke
kontak NC relay dan tegangan dari
PLN dihubungkan ke kontak NO relay.
Saat koil dalam relay tidak bekerja,
rangkaian terhubung dengan sebuah
baterai 9 Volt. Namun saat koil
bekerja,
rangkaian
dihubungkan
seperti biasa pada listrik PLN. Koil
relay sendiri diaktfikan oleh tegangan
yang diambil dari listrik PLN. Lebih
lengkap tentang rangkaian dapat
dilihat pada gambar 16.

Gambar 16.

Rangkaian Auto Switch Power
Supply

Kerangka Berpikir
Penelitian ini memanfaatkan
mikrokontroler
AT89S51
dalam
membangun sebuah sistem yang
menggabungkan
antara
DTMF
receiver MT8870, detektor Hook,
detektor ring telepon yang mendapat
input dari line telepon, keypad sebagai
input serta LCD dan Chip Corder
ISD2500 sebagai output.
Sistem yang akan dibuat adalah
pemberian debet pulsa seharga Rp.
50.000,-/bulan bagi setiap pengguna
yang akan dibayar oleh pengguna
(penghuni rumah kost) bersamaan
dengan pembayaran sewa rumah kost.

9

Layaknya
hand
phone
yang
menggunakan kartu pasca bayar, jadi
setiap pengguna mempunyai debet
pulsa yang akan terus berkurang setiap
melakukan panggilan.
Setiap
pengguna
sebelum
menelepon harus memasukan kode
tertentu (password) agar dapat
menelepon. Setiap pengguna memiliki
kode tersendiri yang akan meloading
(mengambil) data-data yang dimiliki
pengguna, yaitu berupa jumlah debet
pulsa yang tersisa. Jika pengguna
memasukan kode yang salah maka dia
tidak dapat menelepon.
Keyboard digunakan untuk
memasukan kode (password) yang
diminta oleh sistem serta memilih
menu yang ada. Terdapat dua buah
menu, yaitu menu untuk pengguna dan
menu
untuk
pemilik
rumah
(administrator).
Mikrokontroler
AT89S51 akan mengolah seluruh
proses
yaitu
menyimpan
dan
membandingkan kode, menyimpan
data debet pulsa tiap pengguna,
pewaktuan, dan mengurangi debet
pulsa tiap pengguna tiap kali
melakukan panggilan.
DTMF
Receiver
digunakan
untuk
menerjemahkan nomor telepon yang
ditekan pada pesawat telepon dan
mengirimkannya ke mikrokontroler
untuk di identifikasi apakah nomor
tujuan yang ditekan adalah lokal atau
SLJJ, yang akan mempengaruhi
besarnya biaya panggilan.
Sebagai
display kita dapat menggunakan LCD
untuk menampilkan debet pulsa yang
tersisa, nomer telepon yang dituju dan
lamanya waktu bicara yang akan
dilakukan
oleh
Internal
timer
mikrokontroler,
sebagai
sistem

pewaktu. Selama sistem bekerja selain
LCD yang menampilkan instruksiinstruksi
dan
data,
ISD2500
mengeluarkan
instruksi-instruksi
berupa suara yang makin memudahkan
dalam pengoperasian sistem.
Peralatan dan Metodologi Penelitian
Peralatan yang digunakan
terdiri dari
1. Multimeter untuk mengukur
besarnya tegangan, arus, menguji
jalur-jalur PCB dan sambungan
kabel pada alat/rangkaian.
2. Personal Computer(PC) dan
kabel
ISP
(In-System
Programming) digunakan untuk
pengisian
flash
memory
mikrokontroler AT89S51.
3. Pesawat telepon dan line telepon,
digunakan untuk memberikan
input data ke DTMF receiver,
hook detector, ring detector.
4. Stop watch dari Hand Phone
merk Nokia tipe 2100, digunakan
sebagai penguji waktu dalam
program yang dibuat
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan
metode eksperimen laboratorium.
Dengan mengamati karaktesitik line
telepon, yaitu ketika hook telepon
diangkat dan diletakan, dan ketika
telepon berdering. Dan menguji
rangkaian DTMF reciver hook
detektor, ring detektor, LCD, ISD,
serta membuat sebuah program yang
dapat membangun suatu sistem seperti
yang dipaparkan dalam kerangka
berpikir.
Hasil Pengujian dan Analisis

10

Dari hasil penelitian diketahui
bahwa line telepon akan mempunyai
tegangan sebesar ± 50 Vdc saat hook
telepon diletakan dan tegangan sebesar
± 8 Vdc saat hook diangkat, dan saat
diangkat terdapat arus sebesar 20 mA
yang cukup untuk menyalakan LED
pada optoisolator. Dan ketika telepon
berdering terdapat tegangan AC pada
line telepon.
Sehingga
dengan
kondisi
tersebut di atas, rangkaian hook
detektor dan ring detektor yang
menggunakan
optoisolator
dapat
mendeteksi perubahan-perubahan yang
pada line telepon dan mengubahnya
kedalam dua kondisi digital yaitu low
dan high.
Dari hasil pengujian pada
DTMF receiver diketahui bahwa
keluaran dari Q1 - Q4 menghasilkan
data biner yang benar untuk setiap
angka yang ditekan, misal saat
menekan angka 3 maka data biner
yang
dihasilkan
adalah
0011.
Sedangkan Data Valid yang dihasilkan
pada pin Std yang hanya berlogika
high saat penekanan tombol dan
kembali ke logika low, berfungsi untuk
menentukan
kapan
sistem
(mikrokontroler) membaca data yang
dikeluarkan dari Q1 – Q4.
Pengujian pada ISD dan LCD
yang berfungsi sebagai output dapat
diamati dari hasil keluaran berupa
tampilan visual dan suara yang benar
sesuai dengan yang diinginkan.

kepada sistem, serta sistem dapat
bekerja
dengan
baik
dengan
dihasilkannya output yang benar pada
LCD dan ISD. Maka secara umum
dapat dismpulkan bahwa alat ini dapat
bekerja dengan baik.
Daftar Referensi
1. Christianto, Danny. Panduan
Dasar Mikrokontroler Keluarga
MCS-51. Surabaya: Innovative
Electronics, 2004
2. Malik, Moh. Ibnu. Belajar
Mikrokontroler Atmel AT89S8252.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media,
2003.
3. Nalwan, Paulus Andi. Panduan
Praktis
Penggunaan
dan
Antarmuka Modul LCD M1632.
Jakarta:
PT
Elex
Media
Komputindo, 2004.
4. Nalwan, Paulus Andi. Panduan
Praktis Teknik Antarmuka dan
Pemrograman
Mikrokontroler
AT89C51. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2003.
5. Putra, Afgianto Eko. Belajar
Mikrokontroler
AT89C51/52/55.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media,
2002.
6. Roddy, Dennis. Coolen, John.
Komunikasi Elektronika. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1992
7. Suhata,
ST.
Aplikasi
Mikrokontroler sebagai Pengendali
Peralatan Elektronik via Line
Telepon. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2005

Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
rangkaian yang berfungsi sebagai input
dapat memberikan data yang tepat
11