Perbedaan Laporan Keuangan Syariah denga

PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH DENGAN
LAPORAN KEUANGAN KONVENSIONAL
Dosen : Dr. Siti Nurhasanah

Disusun Oleh :
Iwan Wahyuddin S
Muhammad Adit Prasetya
Edwin rahmat Yulianto
Annisa Putri Anugrah
Tia Martha Ls
MAGISTER PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/2018
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang di sajikan

dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat di
perbandingkan. Selain itu perhitungan keuangan yang mesti tertulis secara
terperinci dan jelas, agar dapat menghasilkan laporan keungan yang mudah
dipahami oleh semua pihak dan dapat membantu suatu perusahaan dalam
menganalisis keuangannya.
Ada beberapa perbedaan unsur antara laporan keuangan lembaga syariah
dan laporan lembaga keuangan konvensional. Unsur-unsur yang ada dalam
laporan keuangan lembaga syariah antara lain, neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shodaqoh, laporan sumber
dan penggunaan dana qardhul hasan. Sedangkan unsur-unsur yang ada dalam
laporan keuangan lembaga konvensional adalah neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas.
B. Rumusan Masalah
1.

Apa Pengertian, Tujuan dan Kerangka Dasar Laporan Keuangan?

2.


Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan
Konvensional?

2

3.

Bagaimana

Contoh

Kasus

Laporan

Keuangan

Syariah

dan


Konvensional?

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 1 Tahun
2015 “Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut”
Pengertian lain disampaikan oleh Sofyan Sahri “Laporan keuangan
adalah merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Sebagai
hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan memberikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak misalnya pemilik dan
kreditor”1
Laporan Keuangan Syariah memiliki perbedaan yang signifikan apabila
dibandingkan dengan laporan keuangan konvensional. Hal ini terkait penyusunan
laporan keuangan yang didasarkan pada transaksi syariah. Agar laporan

keuangan sesuai dengan paradigma, azas, dan karakteristik laporan keuangan
syariah, maka ditetapkanlah unsur-unsur laporan keuangan syariah sebagai
berikut :2

1

Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, Hlmn 38
Iwan Wahyuddin, The Application of Accounting Zakat on The Center of Rumah Zakat Indonesia
Foundation Bandung, Skripsi, Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta, 2017

2

4

1. Komponen laporan yang mencerminkan kegiatan komersial
a. Laporan posisi keuangan;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan arus kas;
d. Laporan perubahan ekuitas

2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial
a. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan
b. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan penyusunan laporan keuangan
syariah adalah suatu proses mengatur dengan baik laporan yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berisi tentang status keuangan suatu instansi
guna memenuhi kebutuhan pengguna laporan sesuai dengan kriteria syariah.
Dalam praktinya laporan keuangan oleh perusahaan tidak di buat secara
serampangan,tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar
yang berlaku. Hal ini perlu di lakukan agar laporan keuangan mudah di baca atau
di mengerti. Dengan kata lain adalah tugas seorang manajer keuangan adalah
mencari dana dari berbagai sumber dan membuat keputusan tentang sumber dana
yang harus dipilih. Di samping itu, seorang manajer keuangan juga harus mampu
mengalokasikan atau menggunakan dana secara tepat dan benar.

5

Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban setiap

perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuanggan perusahaanya atau
lembaga keuangan pada suatu periode tetentu, hal yang di laporkan lalu di
analisis untuk mengetahui kondisi dan posisi perusahaan atau lembaga keuangan
terkini. Dengan kata lain laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
B. Tujuan Pembuatan Laporan Keungan
Menurut Ratih Paramita tujuan laporan keuangan syariah adalah
dilaporkannya informasi kepatuhan bank terhadap prinsip syariah; membantu
pihak terkait dalam menentukan zakat bank, maupun pihak lain; membantu
mengevaluasi pemenuhan bank terhadap tanggung jawab amanah dalam
mengamankan dana; menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak,
informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan
pemilik rekening investasi; serta pemenuhan fungsi social termasuk pengelolaan
dan penyaluran zakat.3 Tujuan pembuatan laporan keuangan, menurut “
Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002),
adalah sebagai berikut:
1. Laporan keungan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva,
utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
2. Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan


3

Ratih Paramita, Islamic Corporate Identity In The Practice Of Annual Report Disclosure Islamic
Bank, (Jakarta : Jurnal Akutansi dan Pendidikan, 2012), h. 36

6

3. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan
4. Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan
relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.4
C. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan yaitu:
1.

Dapat dipahami yaitu informasi keuangan yang dapat dipahami adalah
informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai
dengan tingkat pengertian dan penggunanya.

2.


Relevan berarti informasi keuangan harus berhubungan dengan tujuan
pemanfaatannya.

3.

Andal adalah agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan yang material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dan yang seharusnya disajikan atau yang
secarawajar diharapkan dapat disajikan

4.

Dapat

diperbandingkan

yaitu


informasi

akuntansi

harus

dapat

diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada
perusahaan yang sama.5

4

Suwiknya Dwi, Analisis Laporan Keuangan Syari’ah, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2010 hlmn42-43

5

Suwiknyo Dwi, Ibid, Hlmn 43-44

7


D. Komponen Laporan Keuangan Syariah
Secara umum komponen laporan keuangan lengkap menurut Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) teridiri dari6 :
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
4. Laporan arus kas selama periode;
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang
signifikan dan informasi penjelasan lain;
1) Informasi

komparatif

mengenai

periode

terdekat


sebelumnya

sebagaimana ditentukan dalam paragraf 38 dan 38A; dan
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya sesuai dengan paragraf
40A-40D.
Sedangkan untuk komponen yang terdapat pada laporan keuangan syariah
diatur pada paragraf 11 PSAK 101 mengatur tentang komponen-komponen
laporan keuangan entitas syariah yang wajib disajikan sebagai standar penyajian
antara lain :7
1. Neraca
Pos neraca memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahan
pada saat tertentu. Dengan neraca, pemakaian laporan keuangan akan dapat
: menilai likuiditas dan kelancaran operasi perusahaan atau organisasi,
menilai struktur pendanaan perusahaan, menganalisis komposisi kekayaan

6

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-7-psak-1-penyajian-laporankeuangan, diakses pada tanggal 03 April 2018
7
Rifqi Muahammad, Akuntansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi PSAK Syariah,
Yogyakarta; P3EI Press, 2011, hlm. 119

8

dan potensi jasa perusahaan, dan mengevaluasi potensi jasa atau sumber
ekonomi yang dikuasai perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan ini memberikan informasi tentang keberhasilan manajemen
dalam mengelola perusahaan. Keberhasilan diukur dengan kemampuan
mengasilkan laba yaitu selisih antara semua semua penghasilan
(pendatapan dan untung) dan semua biaya yang diperkirakan telah
mendatangkan penghasilan tersebut.
3. Laporan Arus Kas
Laporan ini memberikan informasi tentang kegiatan manajemen
selama satu periode dalam mengelola kas. Melalui laporan arus kas,
pemakai laporan dapat melakukan evaluasi kegiatan manajemen dalam
operasi (Operating), Investasi (Investing), dan pendanaan (Financing).
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan ini merupakan penghubung antara laporan keuangan laba rugi
dan neraca. Laba rugi dan transaksi modal neto akan masuk dalam laporan
perubahan modal sehingga angka akhir akan diperoleh. Pemasukan angka
laba dan perubahan modal neto ke akun modal akan merupakan suatu
proses yang disebut tutup buku.
5. Laporan Sumber dan Penggunaan dana Zakat
Laporan ini merupakan informasi keuangan yang berisi rekapitulasi
penerimaan zakat yang di kelola entitas syariah sebagai pelaksana fungsi
baitul maal. Penerimaan zakat bisa berasal dari individu dari dalam entitas
syariah seperti pemilik, manajemen, dan karyawan. Individu di luar entitas
syariah juga bisa menyalurkan kewajiban zakatnya melalui entitas syariah
yang menyelenggarakan fungsi baitul maal.
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Laporan ini berisi informasi penerimaan dana kebajikan dari beberapa
komponen yang mungkin diterima oleh entitas syariah seperti infaq,
9

shodaqoh, hasil pengelolaa dana waqaf sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku (UU No. 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf), pengembalian dana kebajikan produktif, denda8, dan pendapatan
non halal9 lainnya.
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan harus di sajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan dana Zakat, Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan harus berkaitan dengan informasi
yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan :
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan
transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) tetapi tidak disajikan di Neraca, Laporan Laba
Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Sumber dan Penggunaan dana Zakat, Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Kebajikan.
c. Informasi tambahan yang tidak di sajikan dalam laporan keuangan
tetapi di perlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

8

Denda yang dipungut dari nasabah atau pihak lain karena kelalaian atau wanprestasi atas perjanjian
tertentu tidak diakui sebagai pendapatan entitas syariah. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
harta yang diperoleh dari pihak yang kurang ikhlas membayarkannya. Esensi denda bukan tujuan akhir
pendapatan entitas syariah karena denda ditujukan untuk mengajarkan kedisiplinan dan konsistensi
dalam pelaksanaan akad.
9
Pendapatan non halal bukan merupakan pendapatan yang secara sengaja diterima oleh entitas syariah
seperti hasil korupsi, pencurian, perampokan yang diketahui sebelumnya oleh entitas syariah tersebut.
Pendapatan non halal ini diterima oleh entitas syariah karena secara sistem entitas syariah otomatis
menerima seperti bunga dari investasi konvensional (tabungan dan deposito di bank konvensional).

10

E. Persamaan dan Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan
Konvensional
Persamaan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan antara perbankan
Syariah (PSAK No. 59) dan perbankan Konvensional (PSAK No. 31). Standar
akuntansi antara perbankan syariah dan perbankan konvensional menyajikan
suatu informasi yang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda pula. Walaupun
demikian, kedua standar akuntansi keuangan ini mempunyai beberapa
persamaan.
1. Persamaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional
Pada umunya tujuan sebuah laporan keuangan adalah sebagai berikut
Beberapa persamaan antara Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5
(perbankan syariah) dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31
(perbankan konvensional) adalah sebagai berikut:
a.

Memberikan informasi kas yang dapat di percaya mengenai posisi
keuangan perusahaan atau lembaga keuangan pada periode tertentu.

b.

Memberikan laporan keuangan yang dapt dipercaya mengenai hasil usaha
perusahaan atau lembaga keuangan dalam periode tertentu.

c.

Memberikan informasi yang dapat membantu pihak –pihak yang
berkepentingan untuk menilai atau mengintreprestasikan kondisi dan
potensi suatu perusahaan atau lembaga keuanagan.

11

d.

Memberikan informasi penting lainya yang relevan dengan kebutuhan
pihak-pihak

berkepentinagan

dengan

laporan

kebutuhan

yang

bersangkutan.
Dari ke empat tujuan umum sebuah lembaga keuangan
diatas

dapat disimpulkan bahwasanya persamaan antara laporan

keuangan dkonvensional dan laporan syariah adalah sama-sama untuk
menginformasikan keadaan keuangan suatu lembaga atau instasi.

Tabel Persamaan Umum Laporan Keuangan Syari’ah & Konvensional

12

Tabel Persamaan Laporan Laba Rugi Keuangan Syari’ah &
Konvensional10

2. Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional
10

Fitri megawati, Analisis Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan antar Perbankan Syari’ah dan
Konvensional, Skripsi Universitas Shanata Darma,2004, hlmn. 47

13

a. Dari Segi Pelaporan
Dalam perkembangan perbankan, standar akutansi keuanagn
perbankan sudah diatur dalm undang-undang. Untuk standarisasi
perbankan

konvensional

telah

diatur

dalam

standar

keuangan

Akutansi nomor 31 tentang akutansi perbankan sedang untk perbankan
syariah diatur dalam Akutansi Keuanagn Nomor 59 mengenai akutansi
perbankan syariah.
Secara umum perbankan konvensional dan perbankan syariah
memiliki perbedaan prinsip yang mendasar. Perbankan konvensional lebih
menekankan pada bungga, sedangkan syariah lebih kepada pembagian
hasil. Dalam laporan keuangan bank konvensional memiliki 5 jenis
laporan keuangan, sedangkan laporan keuangan syariah meiliki 8 jenis
laporan keuangan. Perbedaan 5 dan 8 jenis tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1
Perbedaan Laporan Keuangan
Bank Konvensional

Bank Syariah

1. Neraca

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Arus Kas

3. Laporan Arus Kas

4. Laporan Perubahan Ekuitas

4. Laporan Peruubahan Ekuitas

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

5. Lap. Perubahan dana investasi terkait

14

6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan
bagi Hasil
7.Laporan

Sumbber

dana

dan

penggunaan

dana

penggunaan dana Zakat
8.Laporann

Dan

kebaikan.

Acuan peyusunan laporan keuangan Bank Konvensional
1) Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
(KDPPLK)
2) PSAK (no 1-58)
3) Pedoman akutansi perbankan Indonesia (PAPI)
Acuan peyusunan laporan keuangan Bank Syariah
1) Kerangka Dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah (KDPPLKS)
2) PSAK Syariah (No.101-109)
3) PSAK 59: Akutansi perbankan
4) Pedoman Akutansi Perbankan Syariah indonesia (PAPSI)
b. Dari segi akad dan legalitas
Fiqih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad.
Wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya,

15

sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya
mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk
melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak
memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad, terms
and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well
defined). Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka
sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral.
Akad merupakan suatu kesepakatan yang mengikat kedua belah
pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk
melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati
terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan
secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua
pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya,
maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam
akad.11
Dalam bank syariah, akad yang yang dilakukan memiliki
konsekwensi duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum islam. Sehingga kesepakatan dapat diminimalisir.
Selain itu akad dalam perbankan syariah baik dalam hal barang, pelaku
transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad,
seperti hal-hal berikut.
11

Drs. Ismail, MBA., Ak, Perbankan Syariah, Kharisma Putera Utama, Jakarta,2011, hlmn, 85.

16

a) Rukun, seperti penjual, pembeli, barang, harga dan ijab qabul.
b) Syarat, seperti:


Barang dan jasa harus halal.



Harga barang dan jasa harus jelas



Tempat penyerahan harus jelas.



Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.
Dari uarian diatas akad dan legalitas sebuah lembaga keungan syariah

dan konvensional itu berbeda dimana akad dalam bank syariah itu
memberikan nilai dunia dan ahirat karena disitu menentukan langkah yang
akan dilakukan oleh sesorang. Sementara dalam konvensional hanya akan
memberikan sanki moral sesuai dengan yang sudah disepakati di awal.
c. Dari segi penyelesain sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan
syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya,
kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi
menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum syariah. Lembaga yang
mengatur hukum berdasar prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan
nama Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan
secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis
Ulama Indonesia. Menurut UU No.30 tahun 1999 pasal 1 angka 1 arbitase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitase yang dibuat secara tertulis oleh
17

para pihak yang bersengketa, Dengan kata lain bahwa arbitase adalah
lembaga yang dipilih oleh pihak yang bersengketa dan untuk memberikan
keputusan mengenai sengketa yang mereka persilihkan.
Dalam rekomendasi RAKERNAS MUI tanggal 23-26 Desember
2002, menegaskan bahwa BAMUI adalah lembaga hukam (arbitrase
syariah) satu-satunya dan merupakan perangkat organisasi MUI.
Kemudian sesuai dengan hail pertemuan antara dewan pimpinan MUI
dengan pengurus BAMUI tanggal 26 Agustus 2003 serta memperhatikan
isi surat pengurus BAMUI No.82/BAMUI/07/X/2003, tanggal 7 Oktober
2003, maka MUI, tanggal 24 Desember 2003, menetapkan12:
1) Mengubah nama Badan Arbitrase Muamalat Indoesia (BAMUI) menjadi
Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).
2) Mengubah bentuk badan dari yayasan menjadi badan yang berada d
bawah MUI dan merupakan perangkat organisasi.
3) BASYARNAS bersifat otonom dan independen.
Tugas dan kewenangan BASYARNAS
1) Menyelesaikan perselisihan dan sengketa keperdataan dengan prinsip
yang mengutamakan perdamaian
2) Menyelesaiakan sengketa keperdataan antara bank syariah dengan
nasabahnya yang menjadikan syariah sebagai dasarnya.

12

SK No.Kep 09/MUI/XII/2003

18

3) Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa muamalat
yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, jasa dan lain-lain.
4) Atas permintaan pihak-pihak dalam suatu perjanjian, dapat memberikan
suatu pendapat mengenai suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian
tersebut.
d. Dari segi usaha yang di biayai13
Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah
mengikat secar hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepentingan
entitas yang melakukan transaksi syariah. Adapun ahlak merupakan norma
dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama mahluk agar
hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan dan harmonis.
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dibiayai tidak terlepas
dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin
membiayai usaha yang terkandung di dalammnya hal-hal yang
diharamkan. Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan
disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai
berikut:
1) Usaha yang dibiayai merupakan proyek halal.
2) Usaha yang bermanfaat bagi masyarakat
3) Usaha yang menguntungkan bagi bank dan mitra usahanya.

13

Drs. Ismail, MBA., Ak, opcit, hlmn, 27.

19

Sebaliknya bank konvensional, tidak mempertimbangkan jenis
investasinya,

akan

tetapi

penyaluran

dananya

dilakukan

untuk

perusahaan yang menguntungkan, meskipun menurut syariah Islam
tergolong produk yang tidak halal. Maka dari peenjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa pada lembaga keuangan syariah selain tujuan
untamanya untuk mendapatkan laba lembaga keuangan syariah juga
harus tetap memperhatikan unsur-unsur yang akan di biayai karena
lembaga keuangan syariah berdasarkan pada prinsip islam sehingga
semua kegiatanya harus benar-benar dalam kategori halal serta
bermanfaat selain untuk pihak lembaga keuangan juga bermanfaat bagi
masyarakat terkait. Sehingga tidak merugikan sebelah pihak.
e. Dari segi pendapatan (laba)
Dari segi pendapatan atau laba bank konvensional memperoleh
laba dari hasil bunga,bunga itu di dapatkan dari hasil pembiayaan antara
pihak bank kepada nasabah . begitu pula dengan bank syariah hanya saja
laba yang di hasilkan bank syariah adalah hasil dari pembiayaan bank
kepada nasabah yanga telah di sepakati di depan sebelum kegiatan itu di
laksanakan atau sering di sebut juga dengan prinsip bagi hasil. Bank
konvensional tidak memperdulikan apakah usaha yang dijalankan oleh
pihak nasabah itu berhasil atau tidak, pihak konvesional tetap mengambil
keuntungan. Sedangkan bank syariah tetap memperhatikan situai nasabah
tersebut.
20

Tabel Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional14

14

Fitri Maharani, ibid, hlmn.64

21

F. Lampiran Komponen Laporan Keuangan Syariah
Aplikasi penyajian laporan keuangan syariah sesuai dengan PSAK 101
Berikut merupakan gambaran yang terdapat dalam praktek perbankan syariah
titip hal ini bisa dipahami Mengingat bahwa perkembangan perbankan syariah di
Indonesia lebih maju dibandingkan lembaga lembaga keuangan syariah lainnya.

22

Kemajuan ini didorong dengan adanya bank syariah atau Indonesia yang serius
mengembangkan perbankan syariah di Indonesia yang diharapkan bisa menjadi
ikon implementasi ekonomi syariah.
Adapun komponen laporan keuangan syariah pada perbankan syariah yang
telah dijelaskan sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
2. Laporan Laba Rugi;
3. Laporan Arus Kas;
4. Laporan Perubahan Ekuitas;
5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat;
6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil;
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;
8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebijakan; dan
9. Catatan atas Laporan Keuangan.

23

Berikut contoh format laporan keuangan bank syariah :
Gambar
Laporan Posisi Keuangan ( Neraca)

24

25

26

27

Gambar
Laporan Laba Rugi

28

29

30

31

Gambar
Laporan Arus Kas

Sumber : http://keuangansyariah.lecture.ub.ac.id/.../1314N_SESI-03_AKTSYAR_.../

32

Gambar
Laporan Perubahan Ekuitas

33

Gambar
Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat

Sumber : http://keuangansyariah.lecture.ub.ac.id/.../1314N_SESI-03_AKTSYAR_.../

34

Gambar
Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil

35

Gambar
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Gambar
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

36

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan keuangan adalah laporan yang di susun secara periodik menurut
prinsip-prinsip akutansi yang di terima secara umum tentang status keuangan baik
dari individu maupun organisasi. pada dasarnya laporan keungan syariah dan
konvensional adalah organisasi yang bertujuan sebagai berikut:
1.

Memberikan informasi kas yang dapat di percaya mengenai posisi keuangan
perusahaan atau lembaga keuangan pada periodik tertentu.

2.

Memberikan laporan keuangan yang dapt dipercaya mengenai hasil usaha
perusahaan atau lembaga keuangan dalam periode tertentu.

3.

Memberikan informasi yang dapat membantu pihak –pihak yang
berkepentingan untuk menilai atau mengintreprestasikan kondisi dan potensi
suatu perusahaan atau lembaga keuanagan.

4.

Memberikan informasi penting lainya yang relevan dengan kebutuhan pihakpihak berkepentinagan dengan lapora kebutuhan yang bersangkutan.
Hanya saja dalam sistem dan pelaksanaan yang berbeda. Jika bank syariah

berlandaskan pada hukum islam (syariah) sedangkan bank konvensional tidak
menggunakan konsep islam. Dalam bank syariah, akad yang yang dilakukan memiliki
konsekwensi duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
islam yang dimana mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni

37

masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing
yang telah disepakati terlebih dahulu.

38

DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan,(Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004)
Drs. Ismail, MBA., Ak, Perbankan Syariah, Jakarta: Kharisma Putera Utama,2011.
Drs. Wiyoko Slamet, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syari’ah, PT
Grasindo, Jakarta, 2005.
Kasmir, Analisis Laporan keuangan, Jakarta ,PT Raja Grafindo Persada , Cet.5
Rivai arviyyan arivin, Islamic Banking Sebuah Teori Konsep Dan Aplikasi, Jakarta,
PT Bumi Aksara ,2010
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004
Suwiknya

Dwi,

Analisis

Laporan

Keuangan

Syari’ah,

Pustaka

Belajar,

Yogyakarta,2013
Veithzal Rivai, arviyyan arivin, Islamic Banking Sebuah Teori Konsep Dan Aplikasi
,Jakarta : PT Bumi Aksara 2010.
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaanya Di Indonesia, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada,2009

39