FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA CONTRACT CHAN

Vol.02 No.02 Desember 2016

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA CONTRACT CHANGE ORDER (CCO)
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN BENDUNG
Aceng Maulana
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: amk180279@gmail.com
Abstract
The construction project is a series of activities carried out only one time and short term nature. Implementation of the project faced with the problems such Contract Change Order which will result in amendments
to the contract. This study is a policy study or applied studies whose purpose is to ind or formulate solutions
to problems related to the Contract Change Order (CCO) of the Cost variant (diferent budgets) and Time
variant (the time diference). The data used is the dam construction contract document data X. Based on
an analysis of all amendments and Inluence diagrams of all the factors that inluence each other in the end
boils down to three variables, namely: Changes in the value of the contract, the contract completion time
change, change contract administration, change contract administration is the outcome of all the changes
in the contract and the factors that cause changes in the contract. Amendment of the most common is the
change in value of the contract caused by escalation (price adjustments) four times, additional work is less
based on calculations MC twice, and design changes once. Technically all of the greatest inluence and impact on changes in the value of the contract is the design changes that result in the addition of a contract
value of 25.11% of the value of the initial contract, followed by escalation of 5.64% and a result of calculation by 3.91% MC. But the greatest inluence and impact on the contractual completion timeline changes are
extreme weather conditions, removal of quarry locations and additional scope of work that resulted in the

addition time for 21.92% of the initial contract period, whereas only design changes resulted in an addition
of 10.96% of time contract initially.
Keywords: project construction, amendment, price adjustments, changes in time, completion of contract
Abstrak
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya
berjangka pendek. Pelaksanaan proyek dihadapkan pada permasalahan diantaranya Contract Change Order yang akan menghasilkan amandemen kontrak. Penelitian ini merupakan studi kebijakan ataupun studi
terapan yang tujuannya adalah untuk mengetahui atau merumuskan solusi terhadap permasalahan terkait
Contract Change Order (CCO) terhadap Cost variant (perbedaan anggaran)dan Time variant (perbedaan
waktu). Data yang digunakan adalah data dokumen kontrak pembangunan bendung X. Berdasarkan analisis
dari semua amandemen dan Inluence diagram dari semua faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain
pada akhirnya bermuara kepada tiga variable yaitu : Perubahan nilai kontrak, Perubahan waktu penyelesaian kontrak, Perubahan administrasi kontrak, perubahan administrasi kontrak merupakan muara dari semua
perubahan dalam kontrak dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kontrak. Amandemen yang paling sering terjadi adalah perubahan nilai kontrak yang disebabkan oleh eskalasi (penyesuaian
harga) sebanyak empat kali, pekerjaan tambah kurang berdasarkan perhitungan MC sebanyak dua kali, dan
perubahan desain sebanyak satu kali. Secara teknis kesemuanya itu yang paling besar pengaruh dan dampaknya terhadap perubahan nilai kontrak adalah perubahan desain yang mengakibatkan penambahan nilai
kontrak sebesar 25,11% dari nilai kontrak awal, disusul eskalasi sebesar 5,64% dan akibat perhitungan MC
sebesar 3,91%. Namun yang paling besar pengaruh dan dampaknya terhadap perubahan waktu penyelesaian kontrak adalah kondisi cuaca ekstrem, pemindahan lokasi quarry dan penambahan lingkup kerja yang
mengakibatkan penambahan waktu sebesar 21,92% dari waktu kontrak awal, sedangkan perubahan desain
hanya mengakibatkan penambahan sebesar 10,96% dari waktu kontrak awalnya.
Kata Kunci : proyek konstruksi, amandemen, penyesuaian harga, perubahan waktu, penyelesaian kontrak


1 - 40

Jurnal INFRASTRUKTUR

Vol.02 No.02 Desember 2016

1. PENDAHULUAN
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mengolah sumber daya proyek menjadi elemen-elemennya. Proyek konstruksi memiliki
3 karakteristik yaitu: membutuhkan sumber daya
(manusia, uang, mesin, metoda, material), bersifat unik, , dan membutuhkan organisasi (Ervianto,
2002).
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi sering dihadapkan pada permasalahan, salah satunya adalah
terjadinya perubahan-perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada tahap awal, tahap pertengahan, maupun tahap akhir proyek. Hana et al. (2002)
mendeinisikan perubahan atau change order (CO)
pada proyek konstruksi sebagai sebuah kejadian
yang berakibat pada terjadinya modiikasi baik pada
lingkup kerja, waktu pelaksanaan, atau biaya. Hal
ini tidak dapat dihindari pada sebagian besar proyek
akibat dari keunikan dari tiap proyek dan terbatasnya waktu dan uang dalam proses perencanaan.
Akibat tidak dapat dihindarinya CO, Alaryan et al.

(2014) menyatakan bahwa CO adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan pada industri konstruksi.
Menurut Hinze (2001) dan Abdel Rashid., et al.
(2012) sumber perubahan itu dapat disebabkan
karena permintaan owner, kondisi lapangan yang
tidak terduga, permintaan kontraktor, dan kesalahan konsultan dalam perancangan. Untuk itu perlu
dilakukan penyesuaian dan hal ini seringkali berkonsekuensi pada perubahan biaya dan perubahan waktu pelaksanaan proyek. Pada gilirannya penyesuaian
yang dilakukan harus juga diakomodasi pada aspek
administrasi dan kontrak berupa Contract Change
Order (CCO)
Menurut Donald S. Barrie (1992), pengaruh change
order pada pelaksanaan proyek dibagi menjadi 3
kategori antara lain: Biaya langsung, Perpanjangan
waktu dan Biaya-biaya. Hanna (2002), menyatakan
bahwa pengaruh change order pada suatu proyek
konstruksi sering terjadi productivity loss, jika terjadi productivity loss akan terjadi penambahan
waktu dan biaya proyek yang tidak sedikit. Menurut
Schaufelberger & Holm (2002), jika terjadi change
order akan terjadi penambahan tenaga kerja disertai dengan penambahan peralatan proyek
Terjadinya change order pada proyek konstruksi

dapat memberikan dampak negatif secara langsung
dan tidak langsung, baik bagi kontraktor maupun
bagi pemilik. Dampak change order secara langsung
adalah penambahan biaya item pekerjaan karena
adanya penambahan volume dan material, konlik jadwal pelaksanaan, pekerjaan ulang, meningkatkan overhead dan meningkatkan biaya tenaga
kerja. Dampak change order secara tidak langsung
adalah terjadinya perselisihan antara pemilik dan
kontraktor (Hanna et al, 1999). Begitu kompleksnya
dampak dari change order, sehingga sangat berpengaruh pada kinerja suatu proyek konstruksi. Dalam

pelaksanaannya, proyek konstruksi ini diharapkan
memiliki kinerja waktu proyek yang maksimal, dimana proyek dapat selesai tepat waktu, atau bahkan lebih cepat dari jadwal yang direncanakan,
mengingat ketepatan waktu ini sangat mempengaruhi penyerapan dana dan realisasi isik di lapangan
yang merupakan indikator kinerja dari Pemerintah
Seperti halnya proyek-proyek konstruksi pada umumnya, pada proyek pembangunan Daerah Irigasi
X ini dalam perjalanan pelaksanaan konstruksinya
mengalami banyak perubahan kontrak yang menyebabkan perpanjangan waktu (time extension),
penambahan maupun pengurangan nilai (harga)
kontrak sebagai akibat dari perubahan (revisi)
desain karena alasan-alasan maupun penyebabpenyebab lainnya. Semua proses prosedur, dokumen-dokumen pendukung dan hasil dari perubahan

kontrak yang telah disetujui dan disepakati dituangkan dalam dokumen Amandemen Kontrak.
Dalam proyek-proyek pemerintah, khususnya bidang sumber daya air sebagian besar menggunakan
sistem Kontrak Harga Satuan Pekerjaan. Sistem
kontrak ini dinilai paling mudah untuk dilaksanakan
dan menganut pembagian risiko perubahan kontrak
yang seimbang antara Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa. Dengan sistem Kontrak Harga Satuan pekerjaan, sangat dimungkinkan terjadinya perubahanperubahan kontrak baik perubahan waktu pelaksanaan maupun perubahan volume, desain dan nilai
(harga) kontrak.
Dengan adanya Contract Change Order (CCO),
memberikan dampak yang besar terhadap pelaksanaan kontrak konstruksi, khususnya proyek-proyek
pemerintah bidang sumber daya air, seperti diantaranya anggaran proyek menjadi lebih besar dari
rencana, waktu pelaksanaan mengalami perpanjangan, munculnya desain atau item pekerjaan baru
yang semula belum direncanakan, dan sebagainya.
Dari latar belakang permasalahan tersebut maka dilakukan suatu penelitian dengan mengangkat judul
“Faktor Penyebab Terjadinya Contract Change Order (CCO) dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan
Proyek Konstruksi pada Pembangunan Bendung X
Berdasarkan latar belakang di atas dan melihat
kondisi di lapangan secara langsung proyek pembangunan Bendung X, permasalahan yang teridentiikasi adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya keterlambatan (penambahan waktu
penyelesaian) dalam pelaksanaan proyek dari

waktu yang direncanakan.
2. Terjadinya penambahan biaya dari anggaran
yang direncanakan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
:
1. Menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya
Contract Change Order (CCO) pada proyek Pem-

Jurnal INFRASTRUKTUR

1 - 41

Vol.02 No.02 Desember 2016

bangunan Bendung X.
2. Mengetahui dampak atau akibat dari faktor-faktor tersebut terhadap cost variant (perbedaan biaya) dan time variant (perbedaan waktu).
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kontrak dalam dunia konstruksi tercantum dalam
Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) No. 18
Tahun 1999 Pasal 1 ayat (5), “Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan

penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi”. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 70 Tahun 2012, Pasal 1 ayat (22), juga
terdapat pengertian mengenai kontrak, “Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut
Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana swakelola”.
2.1. Bentuk-Bentuk Kontrak Konstruksi
Pembagian jenis-jenis kontrak konstruksi terdapat
dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No.
54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Pasal 50, yang bunyinya sebagai berikut.
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa meliputi:
a. Kontrak berdasarkan cara pembayaran;
b. Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran;
c. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan; dan
d. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan.
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan cara
pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, terdiri atas:
a.
b.

c.
d.
e.

Kontrak Lump Sum;
Kontrak Harga Satuan;
Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan;
Kontrak Persentase; dan
Kontrak Terima Jadi (Turnkey).

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, terdiri atas:
a. Kontrak Tahun Tunggal; dan
b. Kontrak Tahun Jamak.
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c, terdiri atas:
a. Kontrak Pengadaan Tunggal;
b. Kontrak Pengadaan Bersama; dan
c. Kontrak Payung (Framework Contract).
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan jenis

1 - 42

Jurnal INFRASTRUKTUR

pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d, terdiri atas:
a. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal; dan
b. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.
Ketentuan mengenai perubahan kontrak dalam Perpres No. 70 Tahun 2012 terdapat pada pasal 87
Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/
atau spesiikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa
dapat melakukan perubahan pada Kontrak yang
meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan
yang tercantum dalam Kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesiikasi teknis pekerjaan sesuai
dengan kebutuhan lapangan; atau
d. Mengubah jadwal pelaksanaan.
Perubahan Kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati

kedua belah pihak.
Ketentuan mengenai Perubahan Kontrak dalam Permen PU No: 14/PRT/M/2013 pada dasarnya mengacu pada ketentuan Perubahan Kontrak pada Perpres No. 70 Tahun 2012, hanya saja dalam Permen
PU No: 14/PRT/M/2013, terdapat penjelasan yang
lebih terperinci. Ketentuan tersebut diatur dalam
pasal 36, 37, 38, 39 dan 40. Perubahan harga kontrak akibat adanya penyesuaian harga (eskalasi/deeskalasi).
2.2. Istilah-Istilah Dalam Perubahan Kontrak
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, terjadinya perubahan kontrak merupakan hal yang umum
terjadi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan konstruksi itu sendiri. Besarnya kemungkinan
terjadinya perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi menyebabkan perlunya pengaturan
yang jelas mengenai perubahan kontrak konstruksi.
Dalam hal perubahan kontrak konstruksi tersebut,
terdapat tiga istilah yang sering digunakan, yaitu
Adendum, Contract Change Order (CCO), dan Variation Order. Agar lebih mudah dipahami, berikut akan
diberikan penjelasan mengenai deinisi dari masingmasing istilah tersebut.
2.3. Adendum dan Amandemen
Dilihat dari arti katanya, addendum adalah lampiran,
suplemen, tambahan. Pendapat lain menyatakan
jika pada saat kontrak berlangsung ternyata ter-


Vol.02 No.02 Desember 2016

dapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam kontrak tersebut, dapat dilakukan musyawarah untuk
suatu mufakat akan hal yang belum diatur tersebut.
Untuk itu ketentuan atau hal-hal yang belum diatur tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis
sama seperti kontrak yang telah dibuat. Pengaturan
ini umum disebut dengan adendum atau amandemen.
Banyak pihak yang menganggap sama arti dari
kata adendum dan amandemen. Dari segi arti katanya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online
Version), deinisi kata adendum dan amandemen
memang terlihat mirip. Amandemen/amendemen
berarti : 1. Usul perubahan undang-undang yang
dibicarakan di Dewan Perwakilan Rakyat dsb: hak -;
2. penambahan pada bagian yang sudah ada. Adendum : 1. Jilid tambahan (pada buku); lampiran; 2.
ketentuan atau pasal tambahan, misal dalam akta.
Jadi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
amandemen dan adendum sama-sama mengandung arti ‘penambahan’.
Berdasarkan arti kata tersebut diatas, dapat dilihat
bahwa kata amandemen memiliki makna yang lebih
luas dari adendum. Kata amandemen mengandung
arti merubah, sedangkan kata adendum (berasal
dari bahasa inggris add) mengandung arti penambahan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
jika adendum merupakan bagian dari amandemen,
dimana jika terjadi penambahan/pengurangan,
maka otomatis terjadi perubahan. Dalam perkembangannya, istilah yang umum digunakan dalam
kontrak konstruksi di Indonesia adalah adendum,
seperti yang disebutkan dalam Permen PU No: 07/
PRT/M/2011 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi,
Pasal 34 ayat (1).
2.4. Change Order
Dalam setiap proyek konstruksi sering kali terjadi
perubahan atau yang biasa disebut dengan change
order. Change order tersebut bisa terjadi sejak
awal, pertengahan maupun pada akhir pekerjaan
konstruksi. Menurut Fisk (2006) change order merupakan surat kesepakatan antara pemilik proyek dan
kontraktor untuk menegaskan adanya revisi-revisi
rencana, dan jumlah kompensasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi, setelah penandatanganan kontrak kerja
antara pemilik dan kontraktor. Pendapat lain, yaitu
menurut Schaufelbeger & Holm (2002), change order bisa dideinisikan sebagai modiikasi dari original contract. Pengertian Change Order menurut
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum (1999) adalah pekerjaan tambah
kurang untuk menyesuaikan volume lapangan atau
perubahan skedul tanpa merubah pasal-pasal kontrak. Berdasarkan pengertian tersebut, change order dapat dideinisikan sebagai suatu kesepakatan
antara pemilik proyek dan kontraktor untuk mere-

visi pekerjaan (baik volume maupun skedul) sesuai
dengan kondisi lapangan.
Lebih lanjut, Untung Slamet menyatakan bahwa Adendum dan Amandemen Kontrak merupakan produk
lanjutan dari CCO (Contract Change Order). Jika terjadi CCO berarti akan terjadi Adendum atau Amandemen Kontrak, sedangkan jika terjadi Adendum
atau Amandemen Kontrak belum tentu telah terjadi
CCO. Hal ini dikarenakan Adendum atau Amandemen bisa hanya merubah atau menambah isi atau
pasal yang terdapat dalam kontrak tanpa merubah
ruang lingkup pekerjaan, sehingga Adendum atau
Amandemen tidak selalu diikuti dengan CCO.
2.5. Variation Order
Berdasarkan FIDIC dalam klausa 13, perubahan
kontrak dideinisikan dalam bentuk istilah variasi
(variation) fan penyesuaian (Adjusment). Variasi berarti semua perubahan terhadap Pekerjaan, yang diperintahkan atau disetujui sebagai suatu perubahan
berdasarkan Klausula 13 [Variasi dan Penyesuaian].
Sedangkan penyesuaian merupakan bagian dari variasi yang dibagi dalam dua jenis yaitu penyesuaian
akibat perubahan peraturan dan penyesuaian akibat perubahan biaya. Perubahan dalam penyesuaian
berasal dari faktor eksternal proyek misalnya keterlambatan pekerjaan karena perubahan perundangundangan dan perubahan biaya proyek akibat nilai
tukar mata uang yang menurun.
2.6. Amandemen Kontrak
Amandemen Kontrak adalah perubahan Kontrak
atas dasar kesepakatan kedua belah Pihak yaitu
Kontraktor dan Pengguna Jasa dan harus mengikuti
peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada sebenarnya CCO
(Contract Change Order), Addendum dan Amandemen Kontrak adalah istilah yang sama, hanya
Addendum dan Amandemen Kontrak merupakan
produk lanjutan dari CCO (Contract Change Order).
Jika terjadi CCO berarti akan terjadi Addendum atau
Amandemen Kontrak, sedangkan jika terjadi Addendum atau Amandemen belum tentu telah terjadi
CCO. Dilihat dari dasar alasannya Perpres 54 tahun
2010 Pasal 87 Ayat 1 tentang Perubahan Kontrak
menyatakan, dalam hal terdapat perbedaan antara
kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan
gambar dan/atau spesiikasi teknis yang ditentukan
dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia
Barang/Jasa dapat melakukan perubahan Kontrak
yang meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan
yang tercantum dalam Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesiikasi teknis pekerjaan sesuai
dengan kebutuhan lapangan; atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan.
Perka LKPP No. 2 tahun 2011 tentang Standar
Jurnal INFRASTRUKTUR

1 - 43

Vol.02 No.02 Desember 2016

Dokumen Pengadaan pada Bagian Syarat-syarat
Umum Kontrak (SSUK) Klausul Addendum atau
Perubahan Kontrak dalam hal ini diambil dari
Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
Metoda Pascakualiikasi.
Berdasarkan ketentuan di atas jelas dapat diketahui
bahwa Perubahan kontrak dapat dilakukan dengan
Adendum Kontrak. Artinya segala sesuatu perubahan pada kontrak dilakukan melalui Adendum Kontrak. Jenis Adendum Kontrak adalah:
1. Adendum akibat perubahan lingkup pekerjaan
(CCO) atau sering disebut Adendum Tambah/
Kurang, yang terbagi menjadi 4 (empat) jenis
perlakuan, yaitu:
a. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap.
b. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah.
c. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap,
target/sasaran berubah.

Pembangunan Bendung X yang merupakan salah
satu paket pekerjaan dalam proyek Pembangunan
Daerah Irigasi (D.I.) adalah salah satu proyek PIRIMP yang sumber dananya berasal dari dana pinjaman (loan) Bank Pemerintah Jepang (JBIC/JICA).
Oleh karena itu segala peraturan yang berkaitan
dengan pendanaan mengikuti peraturan dari JBIC/
JICA. Begitu pula peraturan tentang amandemen
kontrak, terdapat prosedur dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh penyedia jasa. Lingkup perubahan/amandemen kontrak yang disetujui oleh penyandang dana dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, seperti terlihat pada Gambar 1, Sedangkan untuk prosedur pengajuan dan persetujuan
amandemen, seperti terlihat pada Gambar 2 dan
3. Untuk prosedur pengajuan dan persyaratan pekerjaan tambah (additional work) dan klaim penyesuaian harga, dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5

2.8. Lampiran Amandemen Pekerjaan Tambah
(Additional Work)
a) Surat perintah PPK

Gambar 1. Lingkup Amandemen Kontrak
(Sumber: Hartoyo, 2012)
d. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah, target/sasaran berubah.
2. Adendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan
pekerjaan atau sering disebut Adendum Waktu.
3. Adendum akibat penyesuaian harga/eskalasi
atau sering disebut sebagai Adendum Penyesuaian Harga/Eskalasi atau sering disebut Adendum Harga/Nilai Kontrak. Basanya adendum
jenis ini untuk kontrak tahun jamak (multy years
contract) atau terdapat kenaikan harga bahan
bakar minyak.
2.7. Prosedur Amandemen Kontrak
ProyekPembangunan Bendung X
1 - 44

Jurnal INFRASTRUKTUR

Pada

b) Surat Konirmasi Kontraktor & Usulan utk
penambahan Waktu atau penambahan
biaya.
c)

Berita Acara Negosiasi berikut data pendukung

d) Surat usulan PPK ke Direktorat.
e) Persetujuan Explanatory Note dari JICA.
2.9. Lampiran Amandemen Klaim Penyesuaian
Harga (Price Adjustment)
a) Surat pengajuan Kontraktor.

Vol.02 No.02 Desember 2016

Gambar 2. Alur Dokumen Amandemen Kontrak
(Sumber: Hartoyo, 2012)

Gambar 3. Alur Amandemen Berdasarkan Kontrak
(Sumber: Hartoyo, 2012)

Gambar 4. Prosedur Amandemen Pekerjaan Tambah
(Sumber: Hartoyo, 2012)
Jurnal INFRASTRUKTUR

1 - 45

Vol.02 No.02 Desember 2016

Gambar 5. Alur Klaim Penyesuaian Harga
(Sumbe: Hartoyo, 2012)
Penelitian ini merupakan studi kebijakan ataupun
studi terapan yang tujuannya adalah untuk mengetahui permasalahan terkait Contract Change Order
(CCO) terhadap Cost variant (perbedaan anggaran)dan Time variant (perbedaan waktu)s, dengan
pendekatan metode Inluence Diagram. Data yang
digunakan adalah data dokumen kontrak pembangunan bendung, dokumen amandemen kontrak,
gambar konstruksi, schedule dan dokumen lainnya
yang terkait dengan Amandemen. Langkah-langkah
penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Karakterisasi sistem merupakan pendekatan kondisi
dunia nyata yang berhubungan dengan suatu permasalahan digambarkan dalam sebuah sistem.
Solusi dari permasalahan dideinisikan sebagai tujuan (goal). Proses mendeskripsikan suatu sistem
membutuhkan pemahaman inti dan konsep yang
digunakan dalam pendekatan sistem (system approach). Permasalahan dalam dunia nyata, biasanya
sangat kompleks. Jika sistem dilihat dan dideskripsikan secara keseluruhan, maka permasalahan menjadi tercampur (involved) dan tidak teratur (unmanageable). Tidak semua itur dunia nyata relevan
sebagai solusi, sehingga penjelasan secara parsial
biasa digunakan. Penjelasan secara parsial biasanya
disebut sebagai karakterisasi sistem. Karakterisasi
sistem hanya melibatkan itur-itur yang relevan
membuat sebuah solusi. Karakterisasi sistem merupakan proses penyederhanaan (simpliication) dan
idealisasi (idealization).

Gambar 6. Diagram Alir Metode Penelitian
b) LHP BPKP dan Surat Deputi Investigasi BPKP.
3. METODE PENELITIAN

1 - 46

Jurnal INFRASTRUKTUR

Sebuah sistem dideinisikan sebagai sekumpulan
objek yang saling berhubungan. Objek memiliki
atribut-atribut yang dideskripsikan sebagai parameter dan variabel. parameter adalah atribut intrinsik
sebuah objek. Sedangkan variabel adalah sesuatu
yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan interaksi atau hubungan antar objek-objek dalam suatu

Vol.02 No.02 Desember 2016

sistem. Karakterisasi sistem dapat digambarkan
dalam inluence diagram. Inluence diagram sering
digunakan untuk menggambarkan suatu pendekatan proses.
Inluence diagram adalah representasi grais dari
suatu model keputusan yang digunakan untuk
membantu perancangan model, pengembangan dan
pemahaman. Kata inluence merujuk pada ketergantungan suatu variabel pada tingkatan tertentu
terhadap variabel yang lainnya. Ada 4 simbol utama
yang digunakan untuk membuat inluence diagram,
yaitu :
a. Kotak (rectangle); menunjukkan variabel keputusan, kepastian, sesuatu yang dapat dikendalikan (decision, certainty, controllable).
b. Lonjong (oval); menunjukkan variabel ketidakpastian, sesuatu yang tidak dapat dikendalikan (uncertainty, uncontrollable).
c. Segi enam (hexagonal); menunjukkan variabel
hasil, keluaran baik bersifat intermediate maupun inal (result, output).
d. Garis panah (arrow); menunjukkan pengaruh
hubungan, ketergantungan diantara variabel.

Proses Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, proses awal yang
dilakukan adalah membuat diagram kronologis terjadinya CCO pada setiap dokumen Amandemen I
sampai dengan XVI. Dari setiap diagram kronol-

ogis amandemen I s/d XVI selanjutnya mencari
(mengidentiikasi) penyebab awal yang mendasari
terjadinya CCO (amandemen) tersebut. Penyebab
awal inilah yang disebut dengan faktor independent,
yaitu faktor atau variable yang tidak dipengaruhi/
disebabkan oleh faktor atau variable lainnya.
Langkah selanjutnya adalah membuat Inluence
Diagram, dengan cara menggabungkan semua diagram alir kronologis amandemen yang sudah dibuat
sebelumnya. Melalui Inluence Diagram dapat diketahui adanya keterkaitan dan ketergantungan antara variabel penyebab amandemen yang satu dengan yang lainnya. Dari diagram ini semakin jelas
teridentiikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi
faktor independent penyebab terjadinya CCO.
Tahap terakhir adalah mengetahui dampak/akibat
dari faktor-faktor tersebut yang berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek terutama pengaruhnya
terhadap perbedaan waktu (time variant) dan perbedaan biaya (cost variant).
ANALISIS DAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan pada
proyek Pembangunan Bendung X, terjadi sampai 15
kali amandemen. Kejadian tersebut bukanlah sesuatu yang diinginkan semua pihak namun kejadian
tersebut mengharuskan diadakannya perubahan
untuk mencapai suatu tujuan dan untuk memperbaiki sesuatu yang dinilai masih kurang.
Dari keseluruhan kronologis terjadinya amandemen ke-1 sampai dengan ke-16, dapat digabungkan
menjadi satu kesatuan sistem dalam bentuk Inlu-

Gambar 7. Inluence Diagram Proses Terjadinya CCO
Sumber: Hasil Olahan Data Pada Dokumen Proyek Pembangunan Bendung X
Jurnal INFRASTRUKTUR

1 - 47

Vol.02 No.02 Desember 2016

ence diagram, seperti terlihat pada gambar berikut
ini.
Mengacu pada Gambar 7, kejadian tersebut bermula atau diawali oleh sebanyak sepuluh faktor
yang merupakan variabel yang bersifat bebas (independent), yaitu variabel yang tidak dipengaruhi atau
disebabkan oleh variabel lain, tapi justru mempengaruhi/menyebabkan timbulnya variabel lain, sehingga variabel inilah yang merupakan faktor-faktor
penyebab terjadinya CCO. Kesepuluh faktor penyebab terjadinya CCO adalah :
1. Kebijakan/Peraturan Pemerintah
2. Kondisi lapangan/lokasi pekerjaan
3. Kondisi cuaca
4. Perubahan kondisi alam pada Daerah Aliran
Sungai (DAS)
5. Penyelidikan tanah kurang detail
6. Inlasi
7. Kebijakan penyandang dana Loan dari JICA
(commitment charge)
8. Kebijakan penyedia jasa
9. Cash low kontraktor tidak mampu mengejar
progress
10. Desain (shop drawing)
Terlihat pada Gambar 7, terdapat sembilan faktor
penyebab yang merupakan variabel yang bersifat tidak pasti (uncertainty/uncontrollable), dan hanya
satu faktor yang bersifat pasti (certainty/control-

jadi dan tidak terlalu berpengaruh. Perubahan nilai
kontrak dari setiap amandemen disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Dari alasan-alasan perubahan amandemen, berdasarkan Inluence Diagram dapat dicari faktorfaktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan nilai kontrak. Berikut Tabel 2 di bawah ini
adalah faktor penyebab terjadinya CCO yang mengakibatkan perubahan nilai kontrak.
Dari Tabel 1 dan 2 di atas, terlihat bahwa terdapat
tiga alasan yang mengakibatkan perubahan nilai
kontrak yaitu :
1. Perubahan Desain, yaitu perubahan pada desain rencana struktur pondasi bendung setelah
dilakukan penyelidikan tanah ulang, mengakibatkan penambahan sebesar 25,11% dari nilai
kontrak awal.
2. Eskalasi, sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak bahwa untuk proyek multi years dapat dilakukan penyesuaian harga (eskalasi), mengakibatkan penambahan sebesar 5,64% dari nilai
kontrak awal.
3. Perhitungan Mutual Check (MC), mengakibatkan
pengurangan sebesar 3,91% dari nilai kontrak
awal. Pada saat dilakukan perhitungan MC, terjadi pengurangan volume pekerjaan dan pengurangan beberapa item pekerjaan yang tidak jadi
dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena pada
tahap perencanaan, desain terlalu boros dan
kurang detail dalam melakukan pengukuran volume di lokasi pekerjaan.

Tabel 1 Kronologis Perubahan Nilai Kontrak

Sumber : Hasil Olahan Pada Dokumen Proyek Pembangunan Bendung
lable) yaitu faktor desain (shop drawing).
Amandemen kontrak yang terjadi pada proyek Pembangunan Bendung X yang berpengaruh terhadap
perubahan nilai kontrak, terbagi menjadi dua perubahan, yaitu perubahan penambahan dan pengurangan. Akan tetapi perubahan penambahan
adalah yang paling dominan terjadi dan yang paling
mempengaruhi terhadap perubahan nilai kontrak.
Perubahan pengurangan hanya sebagian kecil ter1 - 48

Jurnal INFRASTRUKTUR

Berdasarkan Tabel 2 di atas, faktor penyebab perubahan nilai kontrak dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor yang mengakibatkan penambahan nilai
kontrak :
a. Penyelidikan tanah yang kurang detail pada saat
tahap perencanaan
b. Desain rencana (shop drawing) yang kurang
matang

Vol.02 No.02 Desember 2016

Tabel 2 Faktor yang Mengakibatkan Perubahan Nilai Kontrak

Sumber : Hasil Olahan Pada Dokumen Proyek Pembangunan Bendung X
Tabel 3 Kronologis Perubahan Waktu Kontrak

Sumber : Hasil Olahan Pada Dokumen Proyek Pembangunan Bendung X
Tabel 4. Faktor yang Mengakibatkan Perubahan Waktu Kontrak

c. Inlasi

alasan perubahan sebagai berikut :
Sumber : Hasil olahan pada Dokumen proyek Pembangunan Bendung X

2. Faktor yang mengakibatkan pengurangan nilai
kontrak :
a. Kondisi lapangan/lokasi pekerjaan
b. Desain rencana (shop drawing) yang kurang detail dan teliti
Perubahan waktu pelaksanaan kontrak yang terjadi
pada proyek Pembangunan Bendung X adalah perubahan penambahan waktu yang sebagian besar
disebabkan oleh faktor cuaca. Penambahan waktu
penyelesaian kontrak dari setiap amandemen disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.
Dari Tabel 3 di atas, penambahan waktu yang terjadi
adalah sebesar 360 hari atau sebesar 32,88% dari
waktu penyelesaian kontrak awal, dengan rincian

1. Perubahan desain, mengakibatkan penambahan
waktu sebesar 120 hari atau sebesar 10,96%
dari waktu kontrak awal.
2. Pemindahan lokasi quarry, kondisi cuaca, perubahan desain dan penambahan lingkup pekerjaan, secara total mengakibatkan penambahan
waktu sebesar 240 hari atau sebesar 21,92%
dari waktu kontrak awal.
Berdasarkan Inluence Diagram dan Tabel 3, faktor
penyebab terjadinya perubahan waktu penyelesaian
kontrak seperti pada Tabel 4 di bawah ini.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah di lakukan
Jurnal INFRASTRUKTUR

1 - 49

Vol.02 No.02 Desember 2016

pada ke enam belas amandemen, yang paling sering
terjadi dan mengakibatkan amandemen itu terbit
adalah adanya perubahan nilai kontrak yang disebabkan oleh eskalasi (penyesuaian harga) sebanyak
empat kali, pekerjaan tambah kurang berdasarkan
perhitungan MC sebanyak dua kali, dan perubahan
desain sebanyak satu kali.
Secara teknis kesemuanya itu yang paling besar
pengaruh dan dampaknya terhadap perubahan nilai
kontrak adalah perubahan desain yang mengakibatkan penambahan nilai kontrak sebesar 25,11% dari
nilai kontrak awal, disusul eskalasi sebesar 5,64%
dan akibat perhitungan MC sebesar 3,91%.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan nilai
kontrak adalah sebagai berikut :
1. Perubahan desain disebabkan oleh faktor penyelidikan tanah yang kurang detail; dan gambar
desain yang kurang matang.
2. Eskalasi disebabkan oleh faktor inlasi.
3. Perhitungan MC disebabkan oleh faktor kondisi
lapangan/lokasi pekerjaan; dan gambar desain
yang kurang detail dan teliti.
Disamping karena perubahan nilai kontrak, amandemen juga disebabkan oleh adanya perubahan
waktu penyelesaian kontrak yang disebabkan oleh
perubahan desain yang terjadi sebanyak dua kali,
dan pemindahan lokasi quarry, kondisi cuaca yang
ekstrem, dan penambahan lingkup kerja yang masing-masing terjadi hanya satu kali.
Namun yang paling besar pengaruh dan dampaknya
terhadap perubahan waktu penyelesaian kontrak
adalah kondisi cuaca ekstrem, pemindahan lokasi
quarry dan penambahan lingkup kerja yang mengakibatkan penambahan waktu sebesar 21,92%
dari waktu kontrak awal, sedangkan perubahan desain hanya mengakibatkan penambahan sebesar
10,96% dari waktu kontrak awalnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan waktu
kontrak adalah sebagai berikut :
1. Kondisi cuaca ektrem disebabkan oleh faktor cuaca, pemindahan lokasi quarry disebabkan oleh
faktor adanya Kebijakan/Peraturan Pemerintah
Daerah dan penambahan lingkup kerja disebabkan oleh faktor perubahan kondisi alam pada
Daerah Aliran Sungai.
2. Perubahan desain disebabkan oleh faktor penyelidikan tanah yang kurang detail; dan gambar
desain yang kurang matang.
Dari semua kesimpulan diatas secara teknis CCO
terjadi karena adanya perubahan desain yang disebabkan oleh penyelidikan tanah yang kurang detail
sehingga waktu dan biaya jadi bertambah. Solusi
agar kejadian tidak terulang maka diperlukan perencanaan yang sedetail mungkin dan dilakukan
feasibility study untuk meminimalisir terjadinya
1 - 50

Jurnal INFRASTRUKTUR

perubahan desain yang bisa mengakibatkan waktu
dan penambahan biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdel Rashid Ibrahim; El-Mikawi Mohamed A. &
Saleh Mohammed E. Abdel-Hamid, (2012),
“The Impact of Change Orders on Construction Projects Sports Facilities Case Study”,
Journal of American Science, 8(8), pp: 628
– 631
Alaryan A., Emadelbeltagi, Elshahat A., Dawood M,
(2014), ”Causes and Efects of Change Orders
on Construction Projects in Kuwait”, Int. Journal of Engineering Research and Applications,
Vol. 4, Issue 7( Version 2), pp.01-08
Amin, Jurisman., Said, Tauiq., dan Mubarak. (2013).
“Penyebab Variation Order dan Dampak Pada
Pelaksanaan Proyek Konstruksi Jembatan
(Studi Kasus Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi Jembatan di Provinsi Aceh)”, Jurnal
Teknik Sipil, Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh. Volume 2, ISSN 23020253.
Barrie, Donald S, and Paulson, Boyd C Jr. (1992).
Professional Construction Management,
third edition. Singapore, Mc Graw-Hill
Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan.
Direktorat Bina Marga, Departemen Pekerjaan
Umum dan Kimpraswil, Bagian Proyek Peningkatan Sistim dan Kinerja Manajemen
Pelaksana Tengah, Direktorat Bina Pelaksana
Wilayah Tengah. (1999). Pedoman Praktis
Kendali Mutu Pelaksanaan Proyek. Direktorat
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum
dan Kimpraswil, Jakarta.
Echols, John M., dan Shadily, Hassan. (2014). Kamus Inggris Indonesia. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Ervianto, Wulfram I. (2002). “Manajemen Proyek
Konstruksi”. Andi, Yogyakarta.
Fakhrizal. (2013). “Identiikasi Penyebab dan Dampak Contract Change Order Terhadap Biaya
dan Kualitas Pada Proyek Gedung di Kota
Padang”, Artikel, Program Studi Teknik Sipil,
Program Pascasarjana, Universitas Bung Hatta.
Gumolili, Sandy A., dan Sompie, B. F., dan Rantung,
J.P. (2012). “Analisa Faktor-Faktor Penyebab
Change Order dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi
di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara”, Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.
2, No. 4, ISSN 2087-9334 (247-256).

Vol.02 No.02 Desember 2016

Hanna, A. S., Camlic, R., Peterson, P. A., Nordheim,
E. V. (2002), “Quantitative Deinition of projects Impacted by Change Orders”, Journal of
Construction Engineering and Management.
128(1)
Hanna, Award S., Russel, Jefrey S., Gotzion, Timothy W., Nordheim, erik V (1999). “Impact of
Change Order on Labor Eiciency for Mechanical Construction”. Journal of Construc-tion Engineering and Management, 125,p.176-184

2015, pukul 16:20 WIB.
http://kbbi.web.id/adendum, tanggal 06 April 2015,
pukul 16:22 WIB.
http://kbbi.web.id/variasi, tanggal 09/04/2015, pukul 11:56 WIB.
http://pengadaaneprocurement.blogspot.
com/2014/12/pengertian-cco-contractchange-order.html, tanggal 08/04/2015, pukul 16:33

Hartoyo. (2012). Amandemen Kontrak Loan dan
APBN.
Hinze, J., “Construction Contracts”, McGraw Hill,
Second Edition (2001)
Knapp, Charless L. dan Nathan M. Crystal, 1993:2,
dalam Salim H.S. (2010). Hukum Kontrak.
Sinar Graika, Jakarta.
Perka LKPP No. 2 tahun 2011 tentang Standar Dokumen Pengadaan pada Bagian Syarat-syarat
Umum Kontrak (SSUK) Klausul Addendum
atau Perubahan Kontrak.
Permen PU No: 14/PRT/M/2013 Tentang Standar
Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi.
Perpres No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Sapulette, Willem. (2009). “Analisa Penyebab dan
Pengaruh Change Order Pada Proyek Infrastruktur dan Bangunan Gedung di Ambon”,
Jurnal Teknologi, Volume 6 Nomor 2 (627 –
633).
Schaufelberger, John E., and Holm, Len. (2002).
Management of Construction Project A Constructor’s Perspective. Prentice Hall, New Jersey.
Schaufelberger, John E., and Holm, Len. (2002).
Management of Construction Project A Constructor’s Perspective, New Jersey, Prentice
Hall
Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) No. 18 Tahun 1999.
Wicaksono, Frans S. (2008). “Panduan lengkap
membuat surat-surat kontrak”. Visimedia,
Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Addendum, tanggal 06
April 2015, pukul 17:06 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Amendemen,
06 April 2015, pukul 17:02 WIB.

tanggal

http://kbbi.web.id/amendemen, tanggal 06 April
Jurnal INFRASTRUKTUR

1 - 51