T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Berbantuan Media Nyata Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Sidorejo Temanggung Tahun Pelajaran 20162017 T1 BA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam kajian teori, penulis membahas tentang IPA, pembelajaran IPA di SD, model
pembelajaran Group Investigation (GI), media nyata, penerapan model pembelajaran Group
Investigation berbantu media nyata dalam pembelajaran IPA SD.
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD
Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam
semesta dengan segala isinya (Samatowa, 2010: 2). Sedangkan menurut Donosepoetro seperti
dikutip oleh Trianto (2014: 137) menyatakan bahwa pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses,
sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk
mnyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru.
Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah
atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. Sebagai prosedur
dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang lazim
disebut metode ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu
natural science artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam
(IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2010: 3).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
4
5
2.1.2 Model Pembelajaran
Terdapat berbagai istilah dalam pembelajaran yang terkadang membuat guru bingung
untuk membedakannya.Istilah-istilah tersebut meliputi pendekatan, strategi, model, metode dan
teknik pembelajaran. Kesemua hal tersebut merupakan bagian dari komponen pembelajaran yang
saling berkaitan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Perbedaan dari istilah-istilah tersebut
terletak dari sudut pandang masing-masing pribadi yang memaknai.
Menurut Chatib (2011:128) model pembelajaran adalah sebuah sistem proses
pembelajaran yang utuh mulai dari awal hingga akhir yang melingkupi pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Sedangkan
Gerlach dan Ely seperti dikiutip oleh Uno (2007:1) lebih mengarahkan ke definisi strategi
pembelajaran yaitu cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu yang meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran
yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
Menurut Joyce, Weil & Calhoun (2009:5), model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya Joyce,
Weil & Calhoun juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga mampu
mencapai tujuan pembelajaran.
Jadi berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan sebuah sistem pembelajaran yang mencakup cara-cara penyampaian
materi pembelajaran didasarkan pada perencanaan pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Tujuan dari penggunaan model pembelajaran pada hakikatnya adalah agar bagaimana
siswa mampu meningkatkan kapabilitas mereka untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih
efektif pada masa yang akan datang, baik karena skill dan pengetahuan yang mereka peroleh
maupun karena penguasaan mereka tentang proses belajar yang lebih baik (Joyce, Weil, dan
Calhoun, 2009: 7)
6
2.1.3 Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
Model pembelajaran Group Investigation menggunakan gaya pembelajaran dengan
proses demokrasi. Herbert Thelen merupakan salah satu pencetus National Training Laboratory
yang juga penggagas gaya/model pembelajaran Group Investigation. Thelen mempunyai
pandangan yang sama dengan Dewey dan Michaelis bahwa proses pembelajaran yang di
dalamnya mengandung unsur demokratis akan lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah
dalam pembelajaran. Investigasi kelompok (Group Investigation) berusaha mencampurkan
bentuk pengajaran dengan dinamika proses demokrasi serta proses akademik yang berupa
penelitian (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009:315).
Group Investigation menurut Imas Kurniasih, Berlin Sani (71-75) merupakan salah satu
bentuk model pembelajaran kooperatif yang memiliki titik tekan pada partisipasi dan aktivitas
siswa mencari sendiri materi atau sehala sesuatu mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari.
Informasi tersebut bisa di dapat dari bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran,
perpustakaan, atau dari internet dengan referensi yang bisa dipertanggung jawabkan.
Menurut Aris Shoimin (2014 : 80-82) Group Investigation adalah suatu model
pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa dari pada menerapkan
teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan perinsip belajar demokratis
di mana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap awal sampai
akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai kebebasan untuk memilih materi
yang akan dipelajari sesuai dengan topic yang sedang dibahas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
merupakan model kegiatan pembelajaran yang bersifat demokratis yang diwujudkan dalam
bentuk kooperatif diskusi kelompok, yang terdiri dari beberapa kelompok kecil untuk
menginvestigasi pemecahan suatu masalah.
2.1.3.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
Slavin seperti dikutip Utami (2012:8) mengemukakan beberapa hal penting dalam
melakukan model pembelajarn kooperatif tipe Group Investigation(GI) yaitu sebagai berikut:
1.
Membutuhkan kemampuan kelompok
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat
kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi
7
dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan
dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2.
Rencana kooperatif
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang dibutuhkan, siapa
yang melakukan, apa dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di
dalam kelas.
3.
Peran guru
Guru bertugas sebagai fasilitator dan menyediakan sumber. Guru memutar diantara
kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu jika siswa
menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
2.1.3.3 Sintak/Langkah-Langkah Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
Sintak dari model pembelajaran group investigation menurut Joyce, Weil dan Calhoun
(2009:318) yaitu:
1.
Tahap pertama, menyajikan situasi yang rumit (terencana atau tidak terencana). Guru
menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan siswa. Penyajian
masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat
juga melalui penayangan video/gambar.
2.
Tahap kedua, menjelaskan dan menguraikan reaksi terhadap situasi. Jika siswa bereaksi
terhadap masalah yang disajikan, guru menggiring perhatian mereka terhadap reaksi mereka
masing-masing yang berbeda, yakni meliputi sikap yang mereka tunjukkan, apa yang
mereka rasakan, dan bagaimana mereka mengatur sesuatu.
3.
Tahap ketiga, merumuskan tugas dan mengaturnya dalam pembelajaran. Ketika siswa mulai
tertarik terhadap perbedaan reaksi dari masing-masing individu, guru menggiring mereka
untuk merumuskan dan menyusun masalah-masalah bagi diri mereka sendiri.
4.
Tahap keempat, studi yang mandiri dan berkelompok. Siswa dalam kelompok menganalisis
beberapa peran yang dibutuhkan, mengatur diri mereka sendiri berdasarkan peran yang
didapatkan, bertindak, dan melaporkan hasil yang didapatkan.
5.
Tahap kelima, menganalisis perkembangan dan proses. Masing-masing kelompok
mengevaluasi solusi permasalahan yang dicocokkan dengan maksud dan tujuan utama.
8
6.
Tahap keenam, mendaur ulang aktivitas. Beberapa tahapan terus berlanjut, baik dengan
penyajian masalah yang sama atau memunculkan masalah baru yang merangsang adanya
investigasi.
2.1.3.4 KelebihanModel Pembelajaran Group Investigation (GI)
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menurut Aris
Shoimin (2014 : 81-82)
a. Secara pribadi
1. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
2. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
3. Rasa pecaya diri dapat lebih meningkat
4. Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah
5. Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik
b. Secara Sosial
1. Meningkatkan belajar bekerja sama
2. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
3. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
4. Belajar menghargai pendapat orang lain
5. Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
c. Secara Akademis
1. Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan
2. Bekerja secara sistematis
3. Mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang
4. Merencanakan dan menorganisasikan pekerjaannya
5. Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat
6. Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu
kesimpulan yang berlaku umum
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menurut Imas
Kunarsih, Berlin Sani (73) :
a. Model pembelajaran
Group
Investigation
meningkatkan prestasi belajar siswa
memiliki
dampak positif dalam
9
b. Penerapan model ini mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa
c. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi
antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang
d. Model ini juga melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya
e. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
2.1.3.5 Komponen Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Joyce, Weil dan Calhoun (2009:104-106) menyebutkan bahwa sebuah model
pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model, komponen prinsip
reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat model
berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat yang diperlukan untuk
melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar siswa sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana
belajar dalam model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran Group
Investigation yaitu sebagai berikut.
1. Sintagmatik
Sintagmatik atau struktur model pembelajaran GI menurut Joyce, Weil dan
Calhoun (2009:318) yaitu tahap pertama, menyajikan situasi yang rumit (terencana atau
tidak terencana). Guru menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan
kehebohan siswa. Penyajian masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk
cerita pengalaman atau dapat juga melalui penayangan video/gambar.Dalam kaitan
dengan materi pembelajaran yaitu jenis-jenis tanah, masalah disajikan dalam bentuk
percobaan dan menunjukkan videotentang perubahan sifat benda.Tahap kedua,
menjelaskan dan menguraikan reaksi terhadap situasi. Jika siswa bereaksi terhadap
masalah yang disajikan, guru menggiring perhatian mereka terhadap reaksi mereka
masing-masing yang berbeda, yakni meliputi sikap yang mereka tunjukkan, apa yang
mereka rasakan, dan bagaimana mereka mengatur sesuatu. Misalnya ketika ada siswa
yang bertanya mengenai masalah yang disajikan dalam pertunjukkan percobaan dan
10
video, guru tidak langsung memberikan jawaban yang pasti, tetapi mengarahkan mereka
untuk mencari jawaban sendiri melalui investigasi kelompok.
Tahap ketiga, merumuskan tugas dan mengaturnya dalam pembelajaran.Ketika
siswa mulai tertarik terhadap perbedaan reaksi dari masing-masing individu, guru
menggiring mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah-masalah bagi diri mereka
sendiri. Misalnya saat seorang siswa mengetahui reaksi yang berbeda dari siswa lain,
misalnya berupa bentuk pertanyaan yang berbeda, siswa mulai tertarik dengan
keberagaman reaksi tersebut, maka guru segera mengambil tindakan untuk mengarahkan
mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah lain yang timbul dari masing-masing
individu dengan menuliskan daftar masalah di papan tulis.
Tahap keempat, studi yang mandiri dan berkelompok.Siswa dalam kelompok
menganalisis beberapa peran yang dibutuhkan, mengatur diri mereka sendiri berdasarkan
peran yang didapatkan, bertindak, dan melaporkan hasil yang didapatkan.Setelah siswa
mengetahui beberapa masalah yang timbul dari masing-masing individu melalui daftar
masalah yang sudah ditulis, kemudian siswa mengelompokkan diri berdasarkan minat
mereka terhadap masalah tersebut dan bekerja bersama kelompoknya sesuai peran yang
didapatkannya, misalnya dia mengidentifikasi perubahan sifat benda. Setelah selesai
kemudian kelompok mempresentasikan hasil yang didapatkan dalam kegiatan investigasi
di hadapan kelompok lain.
Tahap kelima, menganalisis perkembangan dan proses. Masing-masing kelompok
mengevaluasi solusi permasalahan yang dicocokkan dengan maksud dan tujuan utama.
Dalam mempresentasikan hasil investigasi, kelompok lain bertugas sebagai pengontrol
apakah hasil investigasinya sudah tepat atau belum dengan bimbingan dari guru. Hasil
investigasi disesuaikan dengan tujuan utama dari permasalahan yang dimunculkan.
Tahap keenam, mendaur ulang aktivitas. Beberapa tahapan terus berlanjut, baik
dengan penyajian masalah yang sama atau memunculkan masalah baru yang merangsang
adanya investigasi. Hal ini dilakukan apabila terdapat masalah yang membutuhkan
penyelidikan lebih lanjut.
2. Prinsip reaksi
Peran guru dalam model Group Investigation ini adalah sebagai seorang fasilitator
yang langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pembelajar dalam
11
merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan
dalam sebuah penelitian. Selain itu guru juga berfungsi sebagai seorang konselor
akademik. Saat siswa bereaksi ketika menghadapi keadaan yang membingungkan, guru
akan menguji dan memerhatikan kebiasaan alami mereka yang tercermin dalam reaksi
yang berbeda-beda. Mereka kemudian menentukan informasi yang mereka butuhkan
untuk mendekati masalah dan proses untuk mengumpulkan data yang relevan. Mereka
mengembangkan hipotesis dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengujinya.Mereka mengevaluasi hasil yang didapatkan dan meneruskan penelitiannya
atau memulai penelitian baru.
Pusat dalam proses pembelajaran kemudian beralih untuk membangun sebuah
lingkungan
sosial
yang
kooperatif
dan
mengajari
ketrampilan
bernegosiasi,
menyelesaikan konflik, serta beberapa penyelesaian masalah demokrasi. Guru juga harus
membimbing siswa dalam metode pengumpulan data serta analisis, membantu siswa
membingkai hipotesis yang dapat diuji. Ketika proses pembelajaran berlangsung,
khususnya pada saat siswa melakukan percobaan dalam kelompok sebagai bentuk
kegiatan investigasi, guru mempunyai peran untuk membimbing mereka bekerja dalam
kelompok misalnya dengan mendekati dan mengarahkan kelompok yang tidak dapat
bekerja sama karena bingung dengan tugas/permasalahan yang harus mereka selesaikan.
Guru juga bertugas untuk menjelaskan terlebih dahulu langkah kerja dalam
mengidentifikasi ciri-ciri jenis tanah yang harus diikuti dalam pelaksanaan kegiatan
investigasi.
3. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model pembelajaran ini menjunjung tinggi nilai-nilai
demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan yang dikembangkan, atau paling tidak
divalidasi oleh pengalaman kelompok dalam batas dan hubungan terhadap fenomena
rumit
yang
kemudian
dijelaskan
oleh
seorang
guru
sebagai
sebuah
objek
pembelajaran.Aktivitas kelompok muncul dalam jumlah struktur eksternal yang
minimalis yang diberikan oleh seorang guru. Lebih singkatnya sistem sosial dalam model
ini berlandaskan pada proses demokrasi dan keputusan kelompok, dengan struktur
eksternal yang rendah. Kebingungan yang diciptakan haruslah alami, tidak bisa
dipaksakan. Siswa maupun guru mempunyai status yang sama namun peran yang
12
berbeda. Atmosfer merupakan salah satu alasan dan negosiasi (Joyce, Weil dan Calhoun,
2009:323).
Sistem sosial dalam kegiatan mengidentifikasi perubahan sifat benda berupa
sikap saling menghargai pendapat yang dikemukakan oleh setiap anggota kelompok, dan
kerja sama dalam melakukan percobaan mengidentifikasi ciri-ciri jenis tanah, Sehingga
melalui kegiatan investigasi kelompok tersebut, diharapkan akan muncul sikap
demokratis, kooperatif dan bertanggung jawab.
4.
Daya dukung
Sistem pendukung dalam model Group Investigation ini harus ekstensif dan
responsif terhadap semua kebutuhan siswa. Lingkungan harus mampu merespon berbagai
tuntutan pembelajar yang bermacam-macam. Guru dan siswa harus bisa menghimpun apa
saja yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya. Misalnya dalam pembelajaran IPA
tentang mengidentifikasi perubahan sifat benda.Guru juga menambahkan contoh konkret
dari benda asli yang dibutuhkan saat mengidentifikasi perubahan sifat benda.
5. Dampak instruksional dan dampak pengiring
Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai langsung
dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. Dampak instruksional
dalam model Group Investigation secara umum adalah:
a.
Proses dan pengelolaan kelompok efektif
Model
Group
Investigation
diharapkan
dapat
menciptakan
proses
berkelompok dan pengelolaannya secara efektif, artinya proses dalam membentuk
kelompok tidak dilakukan secara sembarangan tetapi berdasarkan minat anggota
kelompok. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dapat
berjalan sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan yang diharapkan.
b.
Pandangan konstruktivis tentang pengetahuan
Para konstruktivis mempunyai pandangan bahwa pengetahuan tidak sekedar
ditransmisikan oleh guru/pengajar, tetapi mau tidak mau harus dibangun dan
dimunculkan sendiri oleh siswa agar mereka dapat merespon informasi dalam
lingkungan pendidikan. Oleh karena itu dengan penerapan model GI ini diharapkan
dapat membiasakan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui
13
investigasi dalam kelompoknya bukan berdasarkan penyampaian informasi oleh
guru secara konvensional.
c. Disiplin dalam penelitian kolaboratif
Melalui proses kerjasama dalam kelompok diharapkan adanya kedisiplinan dan
tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota
kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam investigasi yang dilakukan.
Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA
dengan materi perubahan sifat benda melalui model pembelajaran Group Investigation
adalah kemampuan mengindentifikasi perubahan sifat benda, mengidentifikasi perubahan
sifat benda sesudah mengalami perubahan sebagai hasil suatu proses.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para
siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari segi dampak pengiring melalui
model Group Investigation diharapkan dapat terbentuk kemampuan kemandirian sebagai
pembelajar seperti mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga berusaha untuk
mencari tahu sendiri pengetahuannya, bekerja secara ilmiah dan bertanggung jawab.
Selain itu juga diharapkan timbulnya penghargaan terhadap martabat orang lain melalui
kerja sama dalam kelompok sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga memiliki
kemampuan yang tidak bisa diremehkan, penelitian sosial sebagai pandangan hidup, dan
minat anggota kelompok. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok dapat berjalan sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA
dengan materi perubahan sifat benda melalui model pembelajaran Group Investigation
adalah kemampuan mengindentifikasi perubahan sifat benda, mengidentifikasi perubahan
sifat benda sesudah mengamai perubahan dari hasil proses.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para
siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari segi dampak pengiring melalui
model Group Investigation diharapkan dapat terbentuk kemampuan kemandirian sebagai
pembelajar seperti mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga berusaha untuk
14
mencari tahu sendiri pengetahuannya, bekerja secara ilmiah dan bertanggung jawab.
Selain itu juga diharapkan timbulnya penghargaan terhadap martabat orang lain melalui
kerja sama dalam kelompok sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga memiliki
kemampuan yang tidak bisa diremehkan, penelitian sosial sebagai pandangan hidup, dan
kehangatan dan interpretasi personal yang memunculkan harapan dengan diterapkannya
model GI dalam pembelajaran IPA siswa mendapatkan rasa nyaman dalam belajar,
sehingga penilaian diri yang positif dapat terbentuk dengan baik.
Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan siswa dalam
pembelajaran IPA dengan materi jenis-jenis tanah melalui model Group Investigation
adalah demokratis, kerja sama, mandiri, tanggung jawab, komunikatif dan disiplin.
Dampak
pengiring
hanya
mungkin
terbentuk
jika
kesempatan
untuk
mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan
secara memadai.
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Group Investigation
digambarkan dalam bagan berikut.
Kemampuan
mengidentifikasi perubahan
sifat benda
Demokratis
Tanggung
jawab
Model Group
Investigation
Mandiri
Kemampuan menyebutkan
berbagai perubahan sifat
benda
Kerja sama
Kemampuan melakukan
percobaan perubahan sifatsifat benda
Komunikatif
Disiplin
Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran Group Investigation
Keterangan
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
15
2.1.4 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Group Investigation
Kegiatan Guru
Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan Siswa
1. Guru menyajikan suatu
1.Penyajian masalah/situasi
1. Siswa memperhatikan apa
permasalahan video tentang
rumit
yang dilakukan oleh guru
percobaan
sehingga timbul rasa ingin
tahu mengenai masalah yang
disajikan dalam video
2.Guru memancing siswa
2.Eksplorasi reaksi
2. Siswa menggali
untuk bertanya mengenai
pengetahuannya dengan
masalah yang disajikan
bertanya tentang masalah yang
berdasarkan keinginantahuan
disajikan guru berdasarkan
mereka
rasa ingintahuannya
3.Guru menuliskan beberapa
3. Perumusan tugas
3. Siswa mengemukakan
pertanyaan dari siswa dipapan
pendapatnya melalui
tulis
pertanyaan yang bervariasai
4.Guru mendorong siswa
dengan arahan guru
untuk mencari tahu sendiri
4. Siswa mencermati berbagai
jawabannya
pertanyaan dari temantemannya yang ditulis guru
dipapan tulis
5. Siswa menjadi semakin
tertarik untuk mencari tahu
lebih lanjut tentang masalah
tersebut
5.Guru membagi siswa
4.Kemandirian dan kelompok
6. Siswa membentuk
menjadi beberapa kelompok,
belajar
kelompok sesuai dengan
masing-masing kelompok
kelompok yang telah
terdiri dari 4-5 orang anggota
dibagikan oleh guru dan
dan menentukan masalah
membagi tugas sesuai
yang harus dipecahkan
berdasarkan tugas yang
16
6.Guru bertugas sebagai
didapat
fasilitator apabila ada
kelompok yang membutuhkan
bimbingan
7. Guru membimbing siswa
5. Analisis perkembangan dan
8. Masing-masing kelompok
dalam kelompok untuk
proses
maju untuk mempresentasikan
mempresentasikan hasil
hasil investigasinya dan
investigasinya terhadap
meminta tanggapan dari
tugas/masalah yang
kelompok lain
didapatkan
9. Siswa dengan bimbingan
8.Guru memberikan evaluasi
guru menyimpulkan inti dari
terhadap hasil investigasi
investigasi mereka
masing-masing kelompok dan
meluruskan jawaban bila ada
yang kurang tepat serta
memberikan apresiasi
terhadap hasil kerja mereka
9.Guru memberikan refleksi
6. Mendaur ulang aktifitas
10. Siswa menyampaikan hal-
terhadap pembelajaran yang
hal yang belum dimengerti
sudah dilakukan
kepada guru
2.1.5
Media
Media merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk memudahkan
berkomunikasi, media atau alat bantu ini dapat digunakan guru agar kegiatan belajar
dapat berlangsung secara efektif. Menurut Trianto (2010: 457) media sebagai strategi
pembelajaran adalah wadah pesan untuk penerima pesan dari sumber penyalurnya, pesan
pembelajaran yang ingin disampaikan adalah materi, proses belajar adalah tujuan yang
ingin dicapai. Arief Sadiman (2006: 7) mengemukakan bahwa media segala sesuatu dari
pengirim yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan kepada penerima pesan yang
dapat merangsang pikiran, perhatian dan perasaan serta minat siswa sehingga proses
belajar terjadi. Azhar Arsyad (2013: 2) media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
17
proses belajar mengajar demi terciptanyatujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran di sekolah khusunya.
Berbagai macam media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk mencapai tujuan belajar, salah satunya adalah media nyata. Media nyata
merupakan salah satu media yang umum dipakai, banyak dari siswa lebih menyukai
benda kongkrit sehingga diharapkan dapat menambah semangat siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran. Akan tetapi tidak semua nyata dapat dijadikan media untuk
pembelajaran, media harus dicocokkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Menurut Arief Sadiman, (2003: 28) media grafis visual sebagaimana halnya media yang
lain, menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.Dengan indera penglihatan pesan
disampaikan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual, yang perlu dipahami benar
artinya agar pesan dapat tersampaikan dengan berhasil dan efisien.
Dari beberapa pengertian para ahli mengenai media pembelajaran yaitu segala
sesuatu untuk menyalurkan pesan yang mendorong terjadinya proses belajar pada siswa,
serta memudahkan siswa dalam menerima pesan materi yang ingin dicapai merupakan
media pembelajaran. Media nyata adalah alat bantu komunikasi yang digunakan guru
untuk menyampaikan pesan kepada siswa Dengan menggunakan media nyata ini menarik
perhatian siswa, sehingga menjadi semakin tertarik dan pesan yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan baik.
2.1.6 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1990: 22), kemampuan yang dimiliki setelah menerima
pengalaman belajar adalah hasil belajar, hasil diperoleh akibat suatu proses belajar.
Sudjana (2008: 28) menyatakan bahwa hasil belajar pada dasarnya adalah akibat
dari suatu proses belajar. Menurut Ahmad Susanto (2013 :4) hasil belajar merupakan
perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik kognitif, afektif, dan pesikomotor sebagai
hasil dari kegiatan belajar. (Mulyono 2003) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar
merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik
bahasan yang diajarkan
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6), hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan pesikomotor.Kognitif mengenai pengetahuan, pemahaman,
18
menerapkan, menguraikan, merencanakan, menilai.Afektif mengenai sikap menerima,
memberi respon, menilai, mengorganisai.Pesikomotor mengenai teknik, sosial,
menejerial, intelektual.Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar
memiliki ciri-ciri:
1.
Perubahan terjadi secara sadar
2.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3.
Perubahan belajar bersifat positif
4.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5.
Perubanhan dalam belajar bertujuan
6.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Hasil belajar yang didapat siswa di pengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya
faktor dari diri siswa (faktor internal), dan faktor dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor
intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu siswa itu sendiri, yang dapat
dikatakan sebagai golongan faktor intern antara lain adalah kecerdasan, bakat, minat, dan
motivasi. Sedangkan yang dapat dikatakan sebagai golongan faktor ekstren adalah faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu diantaranya
adalajh pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan.
Menurut Sudjana (2002:39), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, yaitu :
1) Faktor dari dalam diri siswa
Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.Faktor
kemampuan siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Selain
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti: motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, faktor fisik dan psikis.
2) Faktor dari luar atau faktor lingkungan
Faktor dari luar yang mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran yaitu
tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pengajar.
19
Slameto (1995: 60) menyatakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
belajar adalah keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
1.
Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang
dilahirkan dan dibesarkan.
2.
Keadaan sekolah merupakan lembaga penidikan formal pertama yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, lingkungan sekolah yang baik dapat
mendorong untuk belajar yang lebih giat
3.
Lingkungan masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan,
lingkungan
alam
sekitar
sangat
berpengaruh
besar
pengaruhnya
terhadap
perkembangan pribadi anak.
Dari beberapa pengertian kajian mengenai hasil belajar dari para ahli dapat
dikatakan bahwa hasil belajar adalah perolehan pengalaman belajar, hasil yang dicapai dari
segala proses pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa. Hasil belajar yang diperoleh
dapat terlihat untuk kognitif dengan hasil teas evaluasi yang menunjukkan pemahaman dari
seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa, afektif terlihat dengan bagaimana siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, dan pesikomotorik terlihat
bagaimana siswa akan bertindak dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung.
2.2 Kajian Penelitian Yang Releven
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan
dilaksanakan saat ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Karnawati (2013) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan GI. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil posttest siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD diperoleh rata-rata hasil belajar
siswa 58,75 yang berada dalam kategori hampir cukup dengan standar deviasi 11,981.
Sedangkan hasil posttest siswa yang diajar dengan menggunakan model GI diperoleh ratarata hasil belajar siswa 68,85 yang berada dalam kategori lebih dari cukup dengan standar
deviasi 7,659.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Setyorini (2014) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group
20
Investigationterhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kledung
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 yang dibuktikan dengan adanya perbedaan hasil
belajar antara kedua kelas. Hasil posttest siswa kelas VIIA (kelas kontrol) yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata hasil belajar matematika
kelas 76,30. Sedangkan hasil posttest siswa kelas VIIB (kelas eksperimen) yang diajar
menggunakan model pembelajaran Group Investigation diperoleh rata-rata hasil belajar
matematika kelas 89,60.
Penelitian yang dilakukan oleh Prih Utami (2012) menunjukkan hasil analisis data
yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00175 (aspek kognitif) dan pada aspek
afektif diperoleh hasil keaktifan kelas sebesar 74,44%.
Penelitian yang dilakukan oleh Dina Maharani Arumsari (2013) menunjukkan
bahwa model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4
SD Negeri 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Hal ini dibuktikan
dengan hasil ketuntasan belajar sebelum menggunakan model Group Investigation sebesar
36% yakni hanya 8 siswa yang tuntas dari jumlah keseluruhan sebanyak 22 siswa. Setelah
diterapkan model Group Investigation pada siklus I diperoleh peningkatan sebesar 72,73%
atau 16 siswa dan pada siklus II meningkat lagi sebesar 100% atau 22 siswa. Persentase
ketuntasan belajar yaitu dari pra siklus 8 siswa, siklus I menjadi 16 siswa, dan siklus II
menjadi 22 siswa dengan presentase 36%, 72,73%, dan menjadi 100 %. Sedangkan nilai rata
kelas pada mata pelajaran IPA sebelum menggunakan model group investigation sebesar
62,86, setelah menggunakan model group investiation pada siklus I menjadi 78,40 dan siklus
II 85,22.
21
2.3 Kerangka Pikir
Pembelajaran IPA menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya
sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya sehari-hari.Penemuan pengetahuan sendiri
oleh siswa diperoleh melalui pengalaman belajar langsung yang dialami siswa disekolah dan
lingkungan sekitarnya.Selain pengalaman belajar langsung siswa juga membutuhkan suatu
teknik belajar yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep penting dalam
pembelajaran IPA. Konsep-konsep penting tersebut nantinya akan membantu siswa dalam
menerapkan apa yang diperolehnya dari pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Penerapan model pembelajaran Group Investigation diharapkan menjadikan siswa
lebih mudah memperoleh informasi dan memahaminya, karena siswa aktif menemukan
sendiri pengetahuannya melalui kerja sama dalam kelompok. Selain itu siswa juga dapat
berbagi informasi dengan teman satu kelompok maupun kelompok lain melalui laporan
diskusi masing-masing kelompok
Model pembelajaran Group Investigation mempunyai beberapa sintak/langkah
pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar IPA siswa. Uraian manfaat dari masing-masing sintak meliputi: tahap pertama,
penyajian situasi rumit. Pada tahap ini diharapkan muncul rasa ketertarikan/keingintahuan
dari siswa sehingga mereka bersemangat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
masalah tersebut. Tahap kedua, eksplorasi reaksi. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu
mengeksplorasi pengetahuaannya melalui kesempatan bertanya kepada guru dengan jawaban
yang mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri informasi yang ingin diperoleh.
Tahap ketiga, perumusan masalah. Dalam tahap ini diharapkan siswa mampu
merumuskan sendiri masalah yang ingin dipecahkan dan mampu membagi tugas masingmasing dalam kelompoknya.Tahap keempat, Kemandirian dan kelompok belajar. Pada tahap
ini siswa diharapkan mampu bekerja sama secara mandiri dalam kelompoknya untuk mencari
solusi pemecahan masalah yang ada. Tahap kelima, analisis perkembangan dan proses.
Dalam tahap ini siswa diharapkan mampu menganalisis perkembangan belajar mereka
melalui proses-proses yang sudah dilaksanakan sehingga siswa menyadari bahwa masingmasing dari mereka mempunyai kemampuan untuk menginvestigasi suatu masalah.Tahap
keenam, mendaur ulang aktivitas.Tahap ini dapat dilakukan bila hasil penelitian
22
membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.Sehingga siswa dapat termotivasi untuk senantiasa
melakukan penyelidikan.
Berdasarkan sintak model pembelajaran Group Investigation tersebut, secara umum
diharapkan siswa memiliki semangat secara mandiri untuk menyelidiki suatu masalah dengan
tujuan memperoleh solusi pemecahan masalah yang ada.Oleh karena siswa berpartisipasi
secara aktif dalam menjalani setiap tahap/sintak dari model pembelajaran tersebut, maka
pada akhirnya diharapkan siswa mampu membangun sendiri pengetahuaannya dan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.Muara dari penerapan model pembelajaran
tersebut diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa,
sehingga kedua model tersebut dapat efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA.
Pada gambar bagan kerangka berpikir penggunaan model pembelajaran Group Investigation
Model Group Investigation
Sintak/langkah-langkah
Penyajian
masalah/situasi rumit
Minat
siswa
muncul
Eksplorasi reaksi
Rasa ingin
tahu tinggi
Perumusan masalah
Kemandirian dan
kelompok belajar
Tanggung
jawab
Mampu melakukan
percobaan perubahan
sifa benda
Kerja
sama
Disiplin
Mendaur ulang
aktivitas
Mampu menyebutkan
berbagai
perubahan
sifat benda
Demokratis
Mandiri
Analisis kemajuan dan
proses
Mampumengidentifika
si perubahan sifat
benda
Komunikatif
Keterangan
Dampak instruksional
Dampak pengiring
Gambar kerangka berpikir model Group Investigation
Hasil
belajar
23
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa pembelajaran menggunakan
model Group Investigation pada pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) berbantuan
media nyata pada kelas 5 SD Negeri 2 Sidorejo Temanggung dapat meningkatkan hasil
belajar.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam kajian teori, penulis membahas tentang IPA, pembelajaran IPA di SD, model
pembelajaran Group Investigation (GI), media nyata, penerapan model pembelajaran Group
Investigation berbantu media nyata dalam pembelajaran IPA SD.
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD
Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam
semesta dengan segala isinya (Samatowa, 2010: 2). Sedangkan menurut Donosepoetro seperti
dikutip oleh Trianto (2014: 137) menyatakan bahwa pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses,
sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk
mnyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru.
Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah
atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. Sebagai prosedur
dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang lazim
disebut metode ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu
natural science artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam
(IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2010: 3).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
4
5
2.1.2 Model Pembelajaran
Terdapat berbagai istilah dalam pembelajaran yang terkadang membuat guru bingung
untuk membedakannya.Istilah-istilah tersebut meliputi pendekatan, strategi, model, metode dan
teknik pembelajaran. Kesemua hal tersebut merupakan bagian dari komponen pembelajaran yang
saling berkaitan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Perbedaan dari istilah-istilah tersebut
terletak dari sudut pandang masing-masing pribadi yang memaknai.
Menurut Chatib (2011:128) model pembelajaran adalah sebuah sistem proses
pembelajaran yang utuh mulai dari awal hingga akhir yang melingkupi pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Sedangkan
Gerlach dan Ely seperti dikiutip oleh Uno (2007:1) lebih mengarahkan ke definisi strategi
pembelajaran yaitu cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu yang meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran
yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
Menurut Joyce, Weil & Calhoun (2009:5), model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya Joyce,
Weil & Calhoun juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga mampu
mencapai tujuan pembelajaran.
Jadi berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan sebuah sistem pembelajaran yang mencakup cara-cara penyampaian
materi pembelajaran didasarkan pada perencanaan pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Tujuan dari penggunaan model pembelajaran pada hakikatnya adalah agar bagaimana
siswa mampu meningkatkan kapabilitas mereka untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih
efektif pada masa yang akan datang, baik karena skill dan pengetahuan yang mereka peroleh
maupun karena penguasaan mereka tentang proses belajar yang lebih baik (Joyce, Weil, dan
Calhoun, 2009: 7)
6
2.1.3 Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
Model pembelajaran Group Investigation menggunakan gaya pembelajaran dengan
proses demokrasi. Herbert Thelen merupakan salah satu pencetus National Training Laboratory
yang juga penggagas gaya/model pembelajaran Group Investigation. Thelen mempunyai
pandangan yang sama dengan Dewey dan Michaelis bahwa proses pembelajaran yang di
dalamnya mengandung unsur demokratis akan lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah
dalam pembelajaran. Investigasi kelompok (Group Investigation) berusaha mencampurkan
bentuk pengajaran dengan dinamika proses demokrasi serta proses akademik yang berupa
penelitian (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009:315).
Group Investigation menurut Imas Kurniasih, Berlin Sani (71-75) merupakan salah satu
bentuk model pembelajaran kooperatif yang memiliki titik tekan pada partisipasi dan aktivitas
siswa mencari sendiri materi atau sehala sesuatu mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari.
Informasi tersebut bisa di dapat dari bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran,
perpustakaan, atau dari internet dengan referensi yang bisa dipertanggung jawabkan.
Menurut Aris Shoimin (2014 : 80-82) Group Investigation adalah suatu model
pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa dari pada menerapkan
teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan perinsip belajar demokratis
di mana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap awal sampai
akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai kebebasan untuk memilih materi
yang akan dipelajari sesuai dengan topic yang sedang dibahas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
merupakan model kegiatan pembelajaran yang bersifat demokratis yang diwujudkan dalam
bentuk kooperatif diskusi kelompok, yang terdiri dari beberapa kelompok kecil untuk
menginvestigasi pemecahan suatu masalah.
2.1.3.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
Slavin seperti dikutip Utami (2012:8) mengemukakan beberapa hal penting dalam
melakukan model pembelajarn kooperatif tipe Group Investigation(GI) yaitu sebagai berikut:
1.
Membutuhkan kemampuan kelompok
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat
kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi
7
dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan
dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2.
Rencana kooperatif
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang dibutuhkan, siapa
yang melakukan, apa dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di
dalam kelas.
3.
Peran guru
Guru bertugas sebagai fasilitator dan menyediakan sumber. Guru memutar diantara
kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu jika siswa
menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
2.1.3.3 Sintak/Langkah-Langkah Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
Sintak dari model pembelajaran group investigation menurut Joyce, Weil dan Calhoun
(2009:318) yaitu:
1.
Tahap pertama, menyajikan situasi yang rumit (terencana atau tidak terencana). Guru
menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan siswa. Penyajian
masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat
juga melalui penayangan video/gambar.
2.
Tahap kedua, menjelaskan dan menguraikan reaksi terhadap situasi. Jika siswa bereaksi
terhadap masalah yang disajikan, guru menggiring perhatian mereka terhadap reaksi mereka
masing-masing yang berbeda, yakni meliputi sikap yang mereka tunjukkan, apa yang
mereka rasakan, dan bagaimana mereka mengatur sesuatu.
3.
Tahap ketiga, merumuskan tugas dan mengaturnya dalam pembelajaran. Ketika siswa mulai
tertarik terhadap perbedaan reaksi dari masing-masing individu, guru menggiring mereka
untuk merumuskan dan menyusun masalah-masalah bagi diri mereka sendiri.
4.
Tahap keempat, studi yang mandiri dan berkelompok. Siswa dalam kelompok menganalisis
beberapa peran yang dibutuhkan, mengatur diri mereka sendiri berdasarkan peran yang
didapatkan, bertindak, dan melaporkan hasil yang didapatkan.
5.
Tahap kelima, menganalisis perkembangan dan proses. Masing-masing kelompok
mengevaluasi solusi permasalahan yang dicocokkan dengan maksud dan tujuan utama.
8
6.
Tahap keenam, mendaur ulang aktivitas. Beberapa tahapan terus berlanjut, baik dengan
penyajian masalah yang sama atau memunculkan masalah baru yang merangsang adanya
investigasi.
2.1.3.4 KelebihanModel Pembelajaran Group Investigation (GI)
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menurut Aris
Shoimin (2014 : 81-82)
a. Secara pribadi
1. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
2. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
3. Rasa pecaya diri dapat lebih meningkat
4. Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah
5. Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik
b. Secara Sosial
1. Meningkatkan belajar bekerja sama
2. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
3. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
4. Belajar menghargai pendapat orang lain
5. Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
c. Secara Akademis
1. Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan
2. Bekerja secara sistematis
3. Mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang
4. Merencanakan dan menorganisasikan pekerjaannya
5. Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat
6. Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu
kesimpulan yang berlaku umum
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menurut Imas
Kunarsih, Berlin Sani (73) :
a. Model pembelajaran
Group
Investigation
meningkatkan prestasi belajar siswa
memiliki
dampak positif dalam
9
b. Penerapan model ini mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa
c. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi
antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang
d. Model ini juga melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya
e. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
2.1.3.5 Komponen Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Joyce, Weil dan Calhoun (2009:104-106) menyebutkan bahwa sebuah model
pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model, komponen prinsip
reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat model
berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat yang diperlukan untuk
melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar siswa sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana
belajar dalam model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran Group
Investigation yaitu sebagai berikut.
1. Sintagmatik
Sintagmatik atau struktur model pembelajaran GI menurut Joyce, Weil dan
Calhoun (2009:318) yaitu tahap pertama, menyajikan situasi yang rumit (terencana atau
tidak terencana). Guru menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan
kehebohan siswa. Penyajian masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk
cerita pengalaman atau dapat juga melalui penayangan video/gambar.Dalam kaitan
dengan materi pembelajaran yaitu jenis-jenis tanah, masalah disajikan dalam bentuk
percobaan dan menunjukkan videotentang perubahan sifat benda.Tahap kedua,
menjelaskan dan menguraikan reaksi terhadap situasi. Jika siswa bereaksi terhadap
masalah yang disajikan, guru menggiring perhatian mereka terhadap reaksi mereka
masing-masing yang berbeda, yakni meliputi sikap yang mereka tunjukkan, apa yang
mereka rasakan, dan bagaimana mereka mengatur sesuatu. Misalnya ketika ada siswa
yang bertanya mengenai masalah yang disajikan dalam pertunjukkan percobaan dan
10
video, guru tidak langsung memberikan jawaban yang pasti, tetapi mengarahkan mereka
untuk mencari jawaban sendiri melalui investigasi kelompok.
Tahap ketiga, merumuskan tugas dan mengaturnya dalam pembelajaran.Ketika
siswa mulai tertarik terhadap perbedaan reaksi dari masing-masing individu, guru
menggiring mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah-masalah bagi diri mereka
sendiri. Misalnya saat seorang siswa mengetahui reaksi yang berbeda dari siswa lain,
misalnya berupa bentuk pertanyaan yang berbeda, siswa mulai tertarik dengan
keberagaman reaksi tersebut, maka guru segera mengambil tindakan untuk mengarahkan
mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah lain yang timbul dari masing-masing
individu dengan menuliskan daftar masalah di papan tulis.
Tahap keempat, studi yang mandiri dan berkelompok.Siswa dalam kelompok
menganalisis beberapa peran yang dibutuhkan, mengatur diri mereka sendiri berdasarkan
peran yang didapatkan, bertindak, dan melaporkan hasil yang didapatkan.Setelah siswa
mengetahui beberapa masalah yang timbul dari masing-masing individu melalui daftar
masalah yang sudah ditulis, kemudian siswa mengelompokkan diri berdasarkan minat
mereka terhadap masalah tersebut dan bekerja bersama kelompoknya sesuai peran yang
didapatkannya, misalnya dia mengidentifikasi perubahan sifat benda. Setelah selesai
kemudian kelompok mempresentasikan hasil yang didapatkan dalam kegiatan investigasi
di hadapan kelompok lain.
Tahap kelima, menganalisis perkembangan dan proses. Masing-masing kelompok
mengevaluasi solusi permasalahan yang dicocokkan dengan maksud dan tujuan utama.
Dalam mempresentasikan hasil investigasi, kelompok lain bertugas sebagai pengontrol
apakah hasil investigasinya sudah tepat atau belum dengan bimbingan dari guru. Hasil
investigasi disesuaikan dengan tujuan utama dari permasalahan yang dimunculkan.
Tahap keenam, mendaur ulang aktivitas. Beberapa tahapan terus berlanjut, baik
dengan penyajian masalah yang sama atau memunculkan masalah baru yang merangsang
adanya investigasi. Hal ini dilakukan apabila terdapat masalah yang membutuhkan
penyelidikan lebih lanjut.
2. Prinsip reaksi
Peran guru dalam model Group Investigation ini adalah sebagai seorang fasilitator
yang langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pembelajar dalam
11
merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan
dalam sebuah penelitian. Selain itu guru juga berfungsi sebagai seorang konselor
akademik. Saat siswa bereaksi ketika menghadapi keadaan yang membingungkan, guru
akan menguji dan memerhatikan kebiasaan alami mereka yang tercermin dalam reaksi
yang berbeda-beda. Mereka kemudian menentukan informasi yang mereka butuhkan
untuk mendekati masalah dan proses untuk mengumpulkan data yang relevan. Mereka
mengembangkan hipotesis dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengujinya.Mereka mengevaluasi hasil yang didapatkan dan meneruskan penelitiannya
atau memulai penelitian baru.
Pusat dalam proses pembelajaran kemudian beralih untuk membangun sebuah
lingkungan
sosial
yang
kooperatif
dan
mengajari
ketrampilan
bernegosiasi,
menyelesaikan konflik, serta beberapa penyelesaian masalah demokrasi. Guru juga harus
membimbing siswa dalam metode pengumpulan data serta analisis, membantu siswa
membingkai hipotesis yang dapat diuji. Ketika proses pembelajaran berlangsung,
khususnya pada saat siswa melakukan percobaan dalam kelompok sebagai bentuk
kegiatan investigasi, guru mempunyai peran untuk membimbing mereka bekerja dalam
kelompok misalnya dengan mendekati dan mengarahkan kelompok yang tidak dapat
bekerja sama karena bingung dengan tugas/permasalahan yang harus mereka selesaikan.
Guru juga bertugas untuk menjelaskan terlebih dahulu langkah kerja dalam
mengidentifikasi ciri-ciri jenis tanah yang harus diikuti dalam pelaksanaan kegiatan
investigasi.
3. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model pembelajaran ini menjunjung tinggi nilai-nilai
demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan yang dikembangkan, atau paling tidak
divalidasi oleh pengalaman kelompok dalam batas dan hubungan terhadap fenomena
rumit
yang
kemudian
dijelaskan
oleh
seorang
guru
sebagai
sebuah
objek
pembelajaran.Aktivitas kelompok muncul dalam jumlah struktur eksternal yang
minimalis yang diberikan oleh seorang guru. Lebih singkatnya sistem sosial dalam model
ini berlandaskan pada proses demokrasi dan keputusan kelompok, dengan struktur
eksternal yang rendah. Kebingungan yang diciptakan haruslah alami, tidak bisa
dipaksakan. Siswa maupun guru mempunyai status yang sama namun peran yang
12
berbeda. Atmosfer merupakan salah satu alasan dan negosiasi (Joyce, Weil dan Calhoun,
2009:323).
Sistem sosial dalam kegiatan mengidentifikasi perubahan sifat benda berupa
sikap saling menghargai pendapat yang dikemukakan oleh setiap anggota kelompok, dan
kerja sama dalam melakukan percobaan mengidentifikasi ciri-ciri jenis tanah, Sehingga
melalui kegiatan investigasi kelompok tersebut, diharapkan akan muncul sikap
demokratis, kooperatif dan bertanggung jawab.
4.
Daya dukung
Sistem pendukung dalam model Group Investigation ini harus ekstensif dan
responsif terhadap semua kebutuhan siswa. Lingkungan harus mampu merespon berbagai
tuntutan pembelajar yang bermacam-macam. Guru dan siswa harus bisa menghimpun apa
saja yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya. Misalnya dalam pembelajaran IPA
tentang mengidentifikasi perubahan sifat benda.Guru juga menambahkan contoh konkret
dari benda asli yang dibutuhkan saat mengidentifikasi perubahan sifat benda.
5. Dampak instruksional dan dampak pengiring
Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai langsung
dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. Dampak instruksional
dalam model Group Investigation secara umum adalah:
a.
Proses dan pengelolaan kelompok efektif
Model
Group
Investigation
diharapkan
dapat
menciptakan
proses
berkelompok dan pengelolaannya secara efektif, artinya proses dalam membentuk
kelompok tidak dilakukan secara sembarangan tetapi berdasarkan minat anggota
kelompok. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dapat
berjalan sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan yang diharapkan.
b.
Pandangan konstruktivis tentang pengetahuan
Para konstruktivis mempunyai pandangan bahwa pengetahuan tidak sekedar
ditransmisikan oleh guru/pengajar, tetapi mau tidak mau harus dibangun dan
dimunculkan sendiri oleh siswa agar mereka dapat merespon informasi dalam
lingkungan pendidikan. Oleh karena itu dengan penerapan model GI ini diharapkan
dapat membiasakan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui
13
investigasi dalam kelompoknya bukan berdasarkan penyampaian informasi oleh
guru secara konvensional.
c. Disiplin dalam penelitian kolaboratif
Melalui proses kerjasama dalam kelompok diharapkan adanya kedisiplinan dan
tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota
kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam investigasi yang dilakukan.
Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA
dengan materi perubahan sifat benda melalui model pembelajaran Group Investigation
adalah kemampuan mengindentifikasi perubahan sifat benda, mengidentifikasi perubahan
sifat benda sesudah mengalami perubahan sebagai hasil suatu proses.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para
siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari segi dampak pengiring melalui
model Group Investigation diharapkan dapat terbentuk kemampuan kemandirian sebagai
pembelajar seperti mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga berusaha untuk
mencari tahu sendiri pengetahuannya, bekerja secara ilmiah dan bertanggung jawab.
Selain itu juga diharapkan timbulnya penghargaan terhadap martabat orang lain melalui
kerja sama dalam kelompok sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga memiliki
kemampuan yang tidak bisa diremehkan, penelitian sosial sebagai pandangan hidup, dan
minat anggota kelompok. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok dapat berjalan sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA
dengan materi perubahan sifat benda melalui model pembelajaran Group Investigation
adalah kemampuan mengindentifikasi perubahan sifat benda, mengidentifikasi perubahan
sifat benda sesudah mengamai perubahan dari hasil proses.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para
siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari segi dampak pengiring melalui
model Group Investigation diharapkan dapat terbentuk kemampuan kemandirian sebagai
pembelajar seperti mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga berusaha untuk
14
mencari tahu sendiri pengetahuannya, bekerja secara ilmiah dan bertanggung jawab.
Selain itu juga diharapkan timbulnya penghargaan terhadap martabat orang lain melalui
kerja sama dalam kelompok sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga memiliki
kemampuan yang tidak bisa diremehkan, penelitian sosial sebagai pandangan hidup, dan
kehangatan dan interpretasi personal yang memunculkan harapan dengan diterapkannya
model GI dalam pembelajaran IPA siswa mendapatkan rasa nyaman dalam belajar,
sehingga penilaian diri yang positif dapat terbentuk dengan baik.
Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan siswa dalam
pembelajaran IPA dengan materi jenis-jenis tanah melalui model Group Investigation
adalah demokratis, kerja sama, mandiri, tanggung jawab, komunikatif dan disiplin.
Dampak
pengiring
hanya
mungkin
terbentuk
jika
kesempatan
untuk
mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan
secara memadai.
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Group Investigation
digambarkan dalam bagan berikut.
Kemampuan
mengidentifikasi perubahan
sifat benda
Demokratis
Tanggung
jawab
Model Group
Investigation
Mandiri
Kemampuan menyebutkan
berbagai perubahan sifat
benda
Kerja sama
Kemampuan melakukan
percobaan perubahan sifatsifat benda
Komunikatif
Disiplin
Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran Group Investigation
Keterangan
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
15
2.1.4 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Group Investigation
Kegiatan Guru
Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan Siswa
1. Guru menyajikan suatu
1.Penyajian masalah/situasi
1. Siswa memperhatikan apa
permasalahan video tentang
rumit
yang dilakukan oleh guru
percobaan
sehingga timbul rasa ingin
tahu mengenai masalah yang
disajikan dalam video
2.Guru memancing siswa
2.Eksplorasi reaksi
2. Siswa menggali
untuk bertanya mengenai
pengetahuannya dengan
masalah yang disajikan
bertanya tentang masalah yang
berdasarkan keinginantahuan
disajikan guru berdasarkan
mereka
rasa ingintahuannya
3.Guru menuliskan beberapa
3. Perumusan tugas
3. Siswa mengemukakan
pertanyaan dari siswa dipapan
pendapatnya melalui
tulis
pertanyaan yang bervariasai
4.Guru mendorong siswa
dengan arahan guru
untuk mencari tahu sendiri
4. Siswa mencermati berbagai
jawabannya
pertanyaan dari temantemannya yang ditulis guru
dipapan tulis
5. Siswa menjadi semakin
tertarik untuk mencari tahu
lebih lanjut tentang masalah
tersebut
5.Guru membagi siswa
4.Kemandirian dan kelompok
6. Siswa membentuk
menjadi beberapa kelompok,
belajar
kelompok sesuai dengan
masing-masing kelompok
kelompok yang telah
terdiri dari 4-5 orang anggota
dibagikan oleh guru dan
dan menentukan masalah
membagi tugas sesuai
yang harus dipecahkan
berdasarkan tugas yang
16
6.Guru bertugas sebagai
didapat
fasilitator apabila ada
kelompok yang membutuhkan
bimbingan
7. Guru membimbing siswa
5. Analisis perkembangan dan
8. Masing-masing kelompok
dalam kelompok untuk
proses
maju untuk mempresentasikan
mempresentasikan hasil
hasil investigasinya dan
investigasinya terhadap
meminta tanggapan dari
tugas/masalah yang
kelompok lain
didapatkan
9. Siswa dengan bimbingan
8.Guru memberikan evaluasi
guru menyimpulkan inti dari
terhadap hasil investigasi
investigasi mereka
masing-masing kelompok dan
meluruskan jawaban bila ada
yang kurang tepat serta
memberikan apresiasi
terhadap hasil kerja mereka
9.Guru memberikan refleksi
6. Mendaur ulang aktifitas
10. Siswa menyampaikan hal-
terhadap pembelajaran yang
hal yang belum dimengerti
sudah dilakukan
kepada guru
2.1.5
Media
Media merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk memudahkan
berkomunikasi, media atau alat bantu ini dapat digunakan guru agar kegiatan belajar
dapat berlangsung secara efektif. Menurut Trianto (2010: 457) media sebagai strategi
pembelajaran adalah wadah pesan untuk penerima pesan dari sumber penyalurnya, pesan
pembelajaran yang ingin disampaikan adalah materi, proses belajar adalah tujuan yang
ingin dicapai. Arief Sadiman (2006: 7) mengemukakan bahwa media segala sesuatu dari
pengirim yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan kepada penerima pesan yang
dapat merangsang pikiran, perhatian dan perasaan serta minat siswa sehingga proses
belajar terjadi. Azhar Arsyad (2013: 2) media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
17
proses belajar mengajar demi terciptanyatujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran di sekolah khusunya.
Berbagai macam media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk mencapai tujuan belajar, salah satunya adalah media nyata. Media nyata
merupakan salah satu media yang umum dipakai, banyak dari siswa lebih menyukai
benda kongkrit sehingga diharapkan dapat menambah semangat siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran. Akan tetapi tidak semua nyata dapat dijadikan media untuk
pembelajaran, media harus dicocokkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Menurut Arief Sadiman, (2003: 28) media grafis visual sebagaimana halnya media yang
lain, menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.Dengan indera penglihatan pesan
disampaikan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual, yang perlu dipahami benar
artinya agar pesan dapat tersampaikan dengan berhasil dan efisien.
Dari beberapa pengertian para ahli mengenai media pembelajaran yaitu segala
sesuatu untuk menyalurkan pesan yang mendorong terjadinya proses belajar pada siswa,
serta memudahkan siswa dalam menerima pesan materi yang ingin dicapai merupakan
media pembelajaran. Media nyata adalah alat bantu komunikasi yang digunakan guru
untuk menyampaikan pesan kepada siswa Dengan menggunakan media nyata ini menarik
perhatian siswa, sehingga menjadi semakin tertarik dan pesan yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan baik.
2.1.6 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1990: 22), kemampuan yang dimiliki setelah menerima
pengalaman belajar adalah hasil belajar, hasil diperoleh akibat suatu proses belajar.
Sudjana (2008: 28) menyatakan bahwa hasil belajar pada dasarnya adalah akibat
dari suatu proses belajar. Menurut Ahmad Susanto (2013 :4) hasil belajar merupakan
perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik kognitif, afektif, dan pesikomotor sebagai
hasil dari kegiatan belajar. (Mulyono 2003) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar
merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik
bahasan yang diajarkan
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6), hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan pesikomotor.Kognitif mengenai pengetahuan, pemahaman,
18
menerapkan, menguraikan, merencanakan, menilai.Afektif mengenai sikap menerima,
memberi respon, menilai, mengorganisai.Pesikomotor mengenai teknik, sosial,
menejerial, intelektual.Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar
memiliki ciri-ciri:
1.
Perubahan terjadi secara sadar
2.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3.
Perubahan belajar bersifat positif
4.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5.
Perubanhan dalam belajar bertujuan
6.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Hasil belajar yang didapat siswa di pengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya
faktor dari diri siswa (faktor internal), dan faktor dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor
intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu siswa itu sendiri, yang dapat
dikatakan sebagai golongan faktor intern antara lain adalah kecerdasan, bakat, minat, dan
motivasi. Sedangkan yang dapat dikatakan sebagai golongan faktor ekstren adalah faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu diantaranya
adalajh pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan.
Menurut Sudjana (2002:39), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, yaitu :
1) Faktor dari dalam diri siswa
Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.Faktor
kemampuan siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Selain
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti: motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, faktor fisik dan psikis.
2) Faktor dari luar atau faktor lingkungan
Faktor dari luar yang mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran yaitu
tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pengajar.
19
Slameto (1995: 60) menyatakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
belajar adalah keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
1.
Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang
dilahirkan dan dibesarkan.
2.
Keadaan sekolah merupakan lembaga penidikan formal pertama yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, lingkungan sekolah yang baik dapat
mendorong untuk belajar yang lebih giat
3.
Lingkungan masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan,
lingkungan
alam
sekitar
sangat
berpengaruh
besar
pengaruhnya
terhadap
perkembangan pribadi anak.
Dari beberapa pengertian kajian mengenai hasil belajar dari para ahli dapat
dikatakan bahwa hasil belajar adalah perolehan pengalaman belajar, hasil yang dicapai dari
segala proses pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa. Hasil belajar yang diperoleh
dapat terlihat untuk kognitif dengan hasil teas evaluasi yang menunjukkan pemahaman dari
seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa, afektif terlihat dengan bagaimana siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, dan pesikomotorik terlihat
bagaimana siswa akan bertindak dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung.
2.2 Kajian Penelitian Yang Releven
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan
dilaksanakan saat ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Karnawati (2013) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan GI. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil posttest siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD diperoleh rata-rata hasil belajar
siswa 58,75 yang berada dalam kategori hampir cukup dengan standar deviasi 11,981.
Sedangkan hasil posttest siswa yang diajar dengan menggunakan model GI diperoleh ratarata hasil belajar siswa 68,85 yang berada dalam kategori lebih dari cukup dengan standar
deviasi 7,659.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Setyorini (2014) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group
20
Investigationterhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kledung
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 yang dibuktikan dengan adanya perbedaan hasil
belajar antara kedua kelas. Hasil posttest siswa kelas VIIA (kelas kontrol) yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata hasil belajar matematika
kelas 76,30. Sedangkan hasil posttest siswa kelas VIIB (kelas eksperimen) yang diajar
menggunakan model pembelajaran Group Investigation diperoleh rata-rata hasil belajar
matematika kelas 89,60.
Penelitian yang dilakukan oleh Prih Utami (2012) menunjukkan hasil analisis data
yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00175 (aspek kognitif) dan pada aspek
afektif diperoleh hasil keaktifan kelas sebesar 74,44%.
Penelitian yang dilakukan oleh Dina Maharani Arumsari (2013) menunjukkan
bahwa model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4
SD Negeri 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Hal ini dibuktikan
dengan hasil ketuntasan belajar sebelum menggunakan model Group Investigation sebesar
36% yakni hanya 8 siswa yang tuntas dari jumlah keseluruhan sebanyak 22 siswa. Setelah
diterapkan model Group Investigation pada siklus I diperoleh peningkatan sebesar 72,73%
atau 16 siswa dan pada siklus II meningkat lagi sebesar 100% atau 22 siswa. Persentase
ketuntasan belajar yaitu dari pra siklus 8 siswa, siklus I menjadi 16 siswa, dan siklus II
menjadi 22 siswa dengan presentase 36%, 72,73%, dan menjadi 100 %. Sedangkan nilai rata
kelas pada mata pelajaran IPA sebelum menggunakan model group investigation sebesar
62,86, setelah menggunakan model group investiation pada siklus I menjadi 78,40 dan siklus
II 85,22.
21
2.3 Kerangka Pikir
Pembelajaran IPA menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya
sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya sehari-hari.Penemuan pengetahuan sendiri
oleh siswa diperoleh melalui pengalaman belajar langsung yang dialami siswa disekolah dan
lingkungan sekitarnya.Selain pengalaman belajar langsung siswa juga membutuhkan suatu
teknik belajar yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep penting dalam
pembelajaran IPA. Konsep-konsep penting tersebut nantinya akan membantu siswa dalam
menerapkan apa yang diperolehnya dari pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Penerapan model pembelajaran Group Investigation diharapkan menjadikan siswa
lebih mudah memperoleh informasi dan memahaminya, karena siswa aktif menemukan
sendiri pengetahuannya melalui kerja sama dalam kelompok. Selain itu siswa juga dapat
berbagi informasi dengan teman satu kelompok maupun kelompok lain melalui laporan
diskusi masing-masing kelompok
Model pembelajaran Group Investigation mempunyai beberapa sintak/langkah
pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar IPA siswa. Uraian manfaat dari masing-masing sintak meliputi: tahap pertama,
penyajian situasi rumit. Pada tahap ini diharapkan muncul rasa ketertarikan/keingintahuan
dari siswa sehingga mereka bersemangat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
masalah tersebut. Tahap kedua, eksplorasi reaksi. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu
mengeksplorasi pengetahuaannya melalui kesempatan bertanya kepada guru dengan jawaban
yang mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri informasi yang ingin diperoleh.
Tahap ketiga, perumusan masalah. Dalam tahap ini diharapkan siswa mampu
merumuskan sendiri masalah yang ingin dipecahkan dan mampu membagi tugas masingmasing dalam kelompoknya.Tahap keempat, Kemandirian dan kelompok belajar. Pada tahap
ini siswa diharapkan mampu bekerja sama secara mandiri dalam kelompoknya untuk mencari
solusi pemecahan masalah yang ada. Tahap kelima, analisis perkembangan dan proses.
Dalam tahap ini siswa diharapkan mampu menganalisis perkembangan belajar mereka
melalui proses-proses yang sudah dilaksanakan sehingga siswa menyadari bahwa masingmasing dari mereka mempunyai kemampuan untuk menginvestigasi suatu masalah.Tahap
keenam, mendaur ulang aktivitas.Tahap ini dapat dilakukan bila hasil penelitian
22
membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.Sehingga siswa dapat termotivasi untuk senantiasa
melakukan penyelidikan.
Berdasarkan sintak model pembelajaran Group Investigation tersebut, secara umum
diharapkan siswa memiliki semangat secara mandiri untuk menyelidiki suatu masalah dengan
tujuan memperoleh solusi pemecahan masalah yang ada.Oleh karena siswa berpartisipasi
secara aktif dalam menjalani setiap tahap/sintak dari model pembelajaran tersebut, maka
pada akhirnya diharapkan siswa mampu membangun sendiri pengetahuaannya dan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.Muara dari penerapan model pembelajaran
tersebut diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa,
sehingga kedua model tersebut dapat efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA.
Pada gambar bagan kerangka berpikir penggunaan model pembelajaran Group Investigation
Model Group Investigation
Sintak/langkah-langkah
Penyajian
masalah/situasi rumit
Minat
siswa
muncul
Eksplorasi reaksi
Rasa ingin
tahu tinggi
Perumusan masalah
Kemandirian dan
kelompok belajar
Tanggung
jawab
Mampu melakukan
percobaan perubahan
sifa benda
Kerja
sama
Disiplin
Mendaur ulang
aktivitas
Mampu menyebutkan
berbagai
perubahan
sifat benda
Demokratis
Mandiri
Analisis kemajuan dan
proses
Mampumengidentifika
si perubahan sifat
benda
Komunikatif
Keterangan
Dampak instruksional
Dampak pengiring
Gambar kerangka berpikir model Group Investigation
Hasil
belajar
23
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa pembelajaran menggunakan
model Group Investigation pada pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) berbantuan
media nyata pada kelas 5 SD Negeri 2 Sidorejo Temanggung dapat meningkatkan hasil
belajar.