Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian Jenis Kelamin Nama SD SD N Watupawon (Kelas Eksperimen) SD N 2 Leyangan (Kelas Kontrol)

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2015. Ke dua SD ini termasuk ke dalam satu DABIN II Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. Kedua SD ini sama- sama terletak di pinggir desa di areal persawahan.

  Sebelum penelitian dilakuakan peneliti terlebih dahulu melakukan observasi pada SD N watupawon dan SD N 2 Leyangan untuk memperoleh data yang mendukung untuk melakukan penelitian. Data tersebut dapat berupa jumlah siswa, model apa yang digunakan oleh guru saat proses pembelajaran, KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPS, antusias siswa saat proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPS. Dari hasil observasi didapat KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPS adalah 70. Saat proses pembelajaran guru masih melakukan pembelajaran secara konvensional. Jumlah siswa kelas IV SD N Watupawon berjumlah 24 anak terdiri dari 15 laki- laki dan 9 perempuan. Sementara jumlah siswa kelas kontrol ada 22 terdiri dari 12 laki- laki dan 10 perempuan.

Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian Jenis Kelamin Nama SD SD N Watupawon (Kelas SD N 2 Leyangan Eksperimen) (Kelas Kontrol)

  Laki- laki 15 siswa 12 siswa Perempuan 9 siswa 10 siswa jumlah 24 siswa 22 siswa

  Setelah itu peneliti menetapkan SD N Watupawon sebagai Kelas eksperimen dan SD N 2 Leyangan sebagai kelas kontrol. Peneliti juga menentukan model pembelajaran yang akan digunakan pada kelas eksperimen yaitu model pembelajaran tipe Make A Match dan model pembelajaran konvesional pada kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut homogen apa tidak diadakan tes 1 (pretest). Tes ini juga untuk mengetahui kondisi awal siswa yang dilakukan pada hari jum’at, 26 maret 2015. Dari data tes 1 (pretest) peneliti menganalisis homogenitas dan normalitas data dari kelas ekperimen dan kelas kontrol. Dari hasil tes yang pertama menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut homogen dan berdistribusi normal.

  Sebelum membuat soal postest peneliti menyusun terlebih dahulu kisi- kisinya. Kemudian diujikan untuk mengetahui validitas maupun reliabilitas soal yang telah dibuat. Pelaksanaan uji validitas soal dilakukan pada hari sabtu, 27 maret 2015 dengan jumlah responden 28 siswa kelas V SD N Watupawon. Dari 50 soal yang diujikan diperoleh 22 soal yang valid dengan ketentuan corrected

  

item total correlation > 0,3 dan memperoleh reabilitas 0,906 berari dalam kategori

  reliable sangat bagus. Soal yang valid tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai soal postest pada kelas ekperimen maupun kelas kontol.

  Pelaksanaan treatmen/ perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make A Match dilakukan pada hari sabtu, 18 April 2015 di SD N Watupawon sebagai kelas ekperimen. Pertemuan dilakukan selama 3 x 35 menit dimulai dari jam 07.00

  • – 08.45 WIB. Pada pertemuan ini membahas tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi. Guru bersama- sama siswa berdoa untuk mengawali pembelajaran dan mengucapakan salam untuk membuka pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pemebeljaran yang akan dicapai pada hari ini. Guru menjelaskan materi yang akan dibahas pada hari ini yaitu tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi. Guru membagi siswa ke dalam 3 kelompok kemundian menjelaskan peran dari masing- masing kelompok. Guru membagikan kartu jawaban pada kelompok pertama dan kartu jawaban pada kelompok kedua dan kelompok ketiga sebagai tim penilai. Kemudian guru menjelaskan permainan yang akan dilaksanakan. Guru mengontrol jalannya permainan dan mengarahkan siswa yang sulit mememukan dari kartu jawaban atau soal yang mereka pegang jadi disini guru hanya sebagai fasilitator. Siswa
pegang sesuai dengan waktu yang ditetepkan. Setelah waktu uang ditetapkan dalam mencari pasangan selesai guru memminta kepada yang sudah menemukan jawaban atau soal berkumpul sendiri dan yang belum menemukan juga berkumpul sendiri. Sekarang gantian kelompok penilai memberikan penilaian kepada temannya yang sudah menemukan pasangan kartu yang mereka pegang. Guru meminta satu persatu siswa yang sudah menemukan pasangan untuk presentasi di depan kelas. Guru memberikan penguatan bagi pasangan yang sudah benar dan memebenarkan bagi pasangan yang belum tepat. Guru memberikan riwerd pada siswa yang paling cepat menemukan pasanga kartu yang dipegang. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal- hal yang belum diketahui atau dipahami pada pembelajaran hari ini. Kemudian guru memeberikan soal postest kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadapa materi yang disampaikan pada hari ini. Guru mengucapakan salam untuk mengakhiri pembelajaran.

  Pelaksanaan di kelas kontrol dilakukan pada hari sabtu, 18 April 2015 di SD N 2 Leyangan sebagai kelas kontrol. Pertemuan dilakukan selama 3 x 35 menit dimulai dari jam 09.00

  • – 10.45 WIB. Pembelajaran pada kelas kontro menggunakan metode konvensioanal yaitu ceramah. Dimana guru sebagai pusat pembelajaran. Guru hanya menjelasakan materi yang disampaikan sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sesekali guru juga memberikan pertanyaan kepada siswa. Pada pertemuan ini membahas tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi. Guru bersama- sama siswa berdoa untuk mengawali pembelajaran dan mengucapakan salam untuk membuka pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pemebeljaran yang akan dicapai pada hari ini. Guru menjelaskan materi yang akan dibahas pada hari ini yaitu tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi. Kemudian guru menjelasakan materi yang dibahas dari awal sampai akhir pembelajaran. guru juga memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya hal- hal yang belum dipahami. Guru memberikan soal postest kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadapa materi yang disampaikan pada hari ini. Guru mengucapakan salam
Penerapan model pembelajaran tipe Make A Match pada mata pelajaran

  IPS membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Dalam menerapakan model pembelajaran tipe Make A Match siswa lebih dapat bekerja sama dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru hanya memfasilitasi jalannya siswa mencari pasangan dan presentasi. Model pembelajaran tipe Make A Match ini juga bermanfaat bagi guru karena telah memberikan saran untuk dapat melalukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mempermudah penyampaian materi kepada siswa.

4.2 Hasil Penelitian

  Hasil Penelitian ini diuraikan berdasarkan variabel yang telah ditetapkan yaitu: model pembelajaran tipe Make A Match dan hasil belajar.

4.2.1 Penerpan Model Pembelajaran tipe Make A Match

  Model Pembelajaran tipe Make A Match merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan interaksi antar siswa. Pada penerapan model pembelajaran ini interaksi siswa benar- benar terjadi guru hanya sebagai fasilitator. Interkasi anatar siswa terjadi saat mereka mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Siswa juga menyampaikan pendapatnya, kemudian juga saling mengingatkan apabila terjadi kesalahan konsep yang disimpulkan, dan membuat kesimpulan bersama. Model pembelajaran tipe Make A Match juga melatih keberanian siswa untuk presentasi didepan kelas dan melatih kedisiplinan siswa mengahargai waktu untuk belajar.

  Observasi dilakukan pada saat guru melakukan proses pembelajaran di kelas eksperimen. Lembar observasi dibuat berdasarkan sintak model pembelajaran tipe Make A match. Observasi dilakukan oleh pengampu guru kelas

  IV yaitu Ibu Puput Kadarini. S. Pd. Beliau mementau secara langsung saat proses pembelajaran IPS dengan materi perkembangan teknologi produksi dan komunikasi. Data hasil observasi penerapan model pembelajaran tipe Make A

match pada mata pelajaran IPS dapat dikatan telah berlangsung dengan baik.

  Adapaun hail observasi pada saat proses pembelajarandengan menerpakan mobel pembelajaran tipe Make A Match dapatdiliat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Data observasi penerapan model pembelajaran tipe Make A

  Match pada mata pelajaran IPS SD N Watupawon

  Indikator Aspek yang diamati Ya Tidak Kegiatan Awal 1. Guru membuka pelajaran dengan salam.

  √ 2. Guru melakukan Apersepsi dan motivasi. √ 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. √

  Kegiatan Inti

  4. Guru bertanya pada siswa untuk menghubungkan materi dengan kehidupan √ sehai- hari.

  5. Guru menunjukkan gambar tentang materi yang akan disampaikan (perkembangan √ teknologi produksi dan komunikasi)

  6. Guru membetuk tiga kelompok (kelompok soal, kelompok jawaban, dan kelompok √ penilai).

  7. Guru menjelaskan peran masing-masing kelompok (kelompok soal, kelompok √ jawaban, dan kelompok penilai).

  8. Guru membagikan kartu-kartu yang akan dipakai dalam pembelajaran pada √ kelompok 1 dan 2.

  9. Guru menyampaikan peraturan permainan dan menyampaikan batasan waktu √ maksimum saat siswa mencari pasangan.

  10. Guru meminta semua anggota kelompok 1 dan 2 untuk mencari jawaban atau soal √ dari kartu yang mereka bawa.

  11. Guru memberi tahu kalo waktu untuk √ menemukan pasangan sudah habis.

  12. Guru menyuruh siswa yang belum menemukan pasangannya untuk √ berkumpul sendiri.

  13. Guru memanggil satu persatu pasangan √ untuk presentasi di depan kelas.

  14. Guru memberikan penguatan bagi pasangan siswa yang benar dan membenarkan bagi pasangan yang kurang

  √ tepat

  15. Guru memberi reward kepada siswa yang mendapatkan pasangan kartu tercepat, √ aktif dan giat dalam kegiatan belajar tepuk tangan

  16. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini.

  √ Kegiatan

  17. Guru memberikan soal postest √

  Penutup

  18. Melakukan refleksi dengan melibatkan √ siswa

  19. Mengakhiri pembelajaran dengan salam √

  Keterangan: Ya = jika guru melakukan kegiatan yang ada dalam intrumen observasi Tidak = jika guru tidak melakukan kegiatan yang ada dalam lembar obseervasi

  Simbol ( √) menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dan Sintak model pembelajaran tipe Make A Match.

  Pembelajaran ini berpusat pada siswa karena mereka mencari pasangan dari kartu- kartu yang mereka pegang kemudian membacakannya hasil kerjanya secara bergantian dan kelompok penilai mengutarakan pendapatnya pada pasangan kartu yang dibacakan. Hal ini telah sesuai dengan teori dasar model pembelajaran tipe

  

Make A Match yaitu teknik mencari pasangan. Guru hanya memfasilitasi saat

  siswa mencari pasangan dan presentasi. Guru juga memberikan penguatan bagi pasangan siswa yang benar dan membenarkan bagi pasangan yang kurang tepat. Kemudian guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang hal- hal yang belum diketahui tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi serta memberikan soal postest.

4.2.2 Hasil Observasi Keaktifan Siswa

  Observasi tidak hanya dilakukan pada guru, melainkan juga pada keaktifan siswa saat mengikuti pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui antusias siswa saat mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran yang diterapakan yaitu model pembelajaran koopratif tipe Make A Match. Aspek kegiatan siswa yang diamati saat proses pembelajaran terdiri dari 14 indikator. Adapaun hasil observasi keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match dapat diliat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran

  

Koopratif tipe Make A Match

Indikator Aspek yang diamati

  1

  2

  3

  4 Kegiatan Awal: √ 1. Siswa berdo’a

  2. Siswa menyiapkan alat tulis dan materi √ yang akan dipelajari

  3. Siswa mendengarkan tujuan √ pembelajaran dari guru Kegiatan Inti:

  4. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru √ tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi

  5. Siswa mengamati gambar yang ditunjukkan guru tentang perkembangan √ teknologi produksi dan komunikasi

  6. Siswa aktif bertanya tentang perkembangan teknologi produksi dan √ Pelaksanan komunikasi

  7. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru √ setelah dibentuk menjadi 3 kelompok

  8. Siswa mendengarkan peraturan √ permainan

  9. Siswa aktif dalam pencarian pasangan kartu jawaban atau soal (tentang perkembangan teknologi produksi dan √ komunikasi) sesuai dengan kartu yang mereka pegang

  10. Siswa melakukan penilaian pasangan √ kartu yang sesuai

  11. Siswa aktif saat presentasi √

12. Siswa bertanya jawab tentang hal

  • – hal √ yang belum diketahui

  13. Siswa mengerjakan soal postes √ Penutup

  14. Siswa mampu menarik kesimpulan dari √ materi yang telah dipelajari

  Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa antusias saat mengikuti proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan pada saat siswa mendengarkan penjelasan dari guru, mendengarkan peraturan permainan, aktif saat mencari dari kartu yang mereka peroleh, kelompok penilai juga melakukan penilaian sesuai dengan yang diharapkan guru, kemudian siswa juga melakukan persentasi di depan kelas sesuai dengan pasangannya. Siswa menyimpulkan materi yang dipelajari kemudian

4.2.3 Hasil Belajar Siswa

  Hasil belajar siswa dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu nilai pretest dan postest. Nilai pretest didapat dari nilai siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan nilai postest didapat setelah siswa mendapatkan perlakuan. Hasil belajar didapat dari kelas eksperimen yang mendapatkan perlakukan model pembelajaran kooptatif tipe Make A Match dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah 70.

  a. Ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen

Tabel 4.4 Hasil belajar siswa kelas IV SD N Watupawon

  Kategori Range Pretest Postest f % f % Tuntas 70 - 100 8 33,3% 22 91,6%

  Tidak tuntas 0 - 69 16 66,6% 2 8,3% Rata- rata 58,52 78,12

  Dari tabel di atas menunjukkan hasil belajar siswa di bedakan menjadi 2 yaitu tuntas dan tidak tuntas. Tuntas apabila nilai siswa diatas 70 dan tidak tuntas apabila nilai siswa dibawah 70.

  Berdasarkan tabel 4.4 terlihat adanya peningkatan hasil belajar antara nilai pretest dan nilai postest. Nilai pretest pada kelas eksperimen ada 16 siswa atau 66,6% siswa yang tidak tuntas dan 8 siswa atau 33,3% siswa yang tidak tuntas. Sedangkan pada postest sebanyak 22 siswa atau 91,6% siswa tuntas dan hanya 2 siswa atau 8,3% siswa yang tidak tuntas.

  b. Ketuntasan hasil belajar kelas kontrol

Tabel 4.5 Hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Leyangan

  Range Pretest Postest Kategori f % f %

  Tuntas 70 - 100 6 27,2% 13 59,09% Tidak tuntas 0 - 69 16 72,7% 9 40,90%

  Rata- rata 53,95 65,95 Dari tabel di atas menunjukkan hasil belajar siswa di bedakan menjadi 2 yaitu tuntas dan tidak tuntas. Tuntas apabila nilai siswa diatas 70 dan tidak tuntas apabila nilai siswa dibawah 70.

  Dari tabel 4.5 terdapat adanya perbedaan hasil belajar antara nilai pretest dan postest. Nilai prestest terdapat 16 siswa atau 72,7% siswa yang belum tuntas dan ada 6 siswa atau 27,2% siswa yang tuntas. Sedangkan pada nilai postest ada 13 siswa atau 59,09 siswa yang tuntas dan 9 siswa atau 40,90% siswa yang belum tuntas. Walau terdapat peningkatan hasil belajar siswa tetapi masih ada 9 siswa yng belum tuntas.

4.3 Hasil Uji Prasayarat

  4.3.1 Uji Homogenitas Data Pretest

  Uji homogenitas bertujuan untuk menentukan apakah varians kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen apa tidak. Uji homegenitas ini diambil dari nilai pretest kelas eksperiemen dan kelas kontrol. Syarat jika kedua varians homogen adalah Sig > 0,05. Pengujian uji homogenitas menggunakan SPSS 20

  IBM. Adapun hasil uji homogenitas dari nilai pretest dapat diliat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan Kec. Penawangan Kab. Grobogan

  

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

  Based on Mean ,041

  1 44 ,841 Based on Median ,157 1 44 ,694

  VAR00001 Based on Median and with ,157 1 43,673 ,694 adjusted df

  Based on trimmed mean ,027

  1 44 ,869

  Dari tabel 4.6 hasil sig menunjukkan hasil 0,841 karena nilainya lebih dari 0,005 maka kedua kelas tersebut homogen.

  4.3.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretest

  Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang yang diperoleh siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika tingkat signifikan > 0,05. Uji normalitas menggunakan bantuan SPSS 20 IBM. Adapun hasil uji normalitas data pretest dari kelas eksperimen dan kelas konrol dapt diliat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan

  

kec. Penawangan kab. Grobogan

Tests of Normality

a

  VAR00002 Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk * Statistic df Sig. Statistic df Sig. eksperimen ,125 24 ,200 ,943 24 ,190

  VAR00001 kontrol ,173 22 ,087 ,944 22 ,234 *. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

  Dari hasil uji normalitas nilai pretest pada kelas eksperimen dan kelas

  a

  kontrol diliat dari tabel kolom Kolmogorov-Smirnov nilai sig 0,087 pada kelas kontrol dan sig 0,200 pada kelas eksperimen. Karena nilai sig pada kelas kontrol dan eksperimen lebih dari 0,005 maka nilai pretes kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal.

4.3.3 Hasil Uji Homogenitas Data Postest

  Hasil uji homogenitas pada dasarnya untuk menunjukkan apakah varians- varians pada kedua kelas sama atau tidak. Adapaun hasil dari uji homogenitas nilai postest dari kelas ekperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas nilai Postest SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan

  

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

  Based on Mean 6,579

  1 44 ,014 Based on Median 4,268 1 44 ,045

  VAR00001 Based on Median and with 4,268 1 36,433 ,046 adjusted df

  Based on trimmed mean 6,379

  1 44 ,015 Hasil Uji Homogenitas menunjukkan bahwa signifikan adalah 0,014 karena nilainya lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas tersebut homogen.

4.3.4 Hasil Uji Normalitas Data Postest

  Uji normalitas penilitian ini untuk mengetahui apakah penyebaran data pada kelas ekperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Adapun hasil uji normalitas nilai Postest dapt diliat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Nilai Postest

  

Tests of Normality

a

  VAR00002 Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Eksperimen ,209 24 ,008 ,927 24 ,083

  VAR00001 Kontrol ,189 22 ,040 ,910 22 ,048

a. Lilliefors Significance Correction

  Dari tabel diatas dapat diliat bahwa tingkat signifikan pada kelas eksperimen menunjukkan sig 0,08 sedangkan tingkat signifikan pada kelas kontrol menunjukkan sig 0,040. Karena tingkat signifikan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan lebih dari 0.005, maka dapat dikatan bahwa data penyebaran dari kelas ekperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

4.3.5 Hasil Uji Hipotesis

  Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi perlakuan atau kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelumnya sudah dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata skor postest hasil belajar IPS antara dua kelas. Berikut ini disajikan tabel 4.10 rata-rata skor hasil belajar IPS kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.10 Rata- rata Nilai Postest IPS

  

Group Statistics

  VAR00002 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean eksperimen 24 78,1250 9,75933 1,99212

  VAR00001 kontrol 22 65,6818 17,40932 3,71168

  Berdasarkan tabel 4.10 Group Statistic terlihat rata-rata (mean) pada kelas eksperimen 78,1250 dan rata-rata pada kelas kontrol 65,6818, artinya bahwa rata- rata skor post test kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor post test kelompok kontrol.

  Uji t yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS 20 IBM. Hipotesis diterima jika signifikan < 0,005 dan ditoalak jika signifikannya > 0,005. Uji hipotesis diambil dari hasil nilai postest pada kelas eksperimen dan kontrol. Uji t ini untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan berpengaruh apa tidak pada hasil belajar siswa. Adapun hasil uji t dapat diliat pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Hasil Uji t Nilai Postest SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan

  

Independent Samples Test

Levene's t-test for Equality of Means Test for

  Equality of Variances F Sig. t df Sig. Mean Std. Error 95% Confidence (2- Differenc Differenc Interval of the tailed e e Difference )

  Lower Upper Equal 4,1483 20,7380 variances 6,579 ,014 3,023

  44 ,004 12,44318 4,11581

  6 assumed postest Equal

  3,8666 21,0197 variances not 2,954 32,387 ,004 12,44318 4,21249

  4

  2 assumed hitung

  Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji t = 3,023 dengan tarif signifikan α=

  0,05, maka nilai t- tabel menggunakan tabel t dihitung dengan bantuan Microsoft

  

Exceldengan rumus: =TINV(0,05;N-2) atau =TINV(0,05;44) sehingga diperoleh

  nilai t tabel = 2,015368. Ternyata hasil dari t hitung >t tabel atau 3,023 > 2,015368. Pada kolom Sig (2-tailed) diperoleh nilai 0,004. Jika pada rumusan hipotesis yaitu H : Tidak ada perbedaan yang signifikan penerapan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Watupawon Kabupaten Grobogan, dan nilai sig > 0,05. H : Terdapat perbedaan

  α

  yang signifikan penerapan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Watupawon Kabupaten Grobogan, dan nilai sig 0,05, maka dari hasil output disimpulkan bahwa H

  α

  diterima karena sig < 0,05 yaitu 0,004 < 0,05 terliat bahwa signifikan 0,004 < 0,005, maka terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

  Terdapat dua kelas yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas kontrol kegiatan pembelajaran mengunakan medel pembelajaran konvensional, sedangkan kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match dengan menggunakan kartu- kartu yang telah disediakan. Kelas IV SD N Watupawon sebagai kelas eksperimen jumlah siswa ada 24 anak terdiri dari 15 laki- laki dan 9 perempuan. Kelas IV SD N 2 Leyangan sebagai kelas kontrol jumlah ada 22 terdiri dari 12 laki- laki dan 10 perempuan.

  Berdasarkan hasil nilai prestest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan tingkat signifikannya 0,841 karena nilainya lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut homogen. Pada uji normalitas kedua kelas ini juga berdistribusi normal dibuktikan dengan nilai sig 0,087 pada kelas kontrol dan sig 0,200 pada kelas eksperimen yang nilainya lebih dari 0,05. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua kelas tersebut.

  Saat observasi pada kelas kontrol terliat siswa kurang antusias mengikuti pelajaran dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Tetapi pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match siswa begitu antusias, suasana kelas juga lebih aktif. Karena model pembelajaran koopratif tipe Make A Match ini siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang sambil mempelajari suatu konsep atau topik.

  Berdasarkan analisis uji t dengan menggunakan program SPSS 20 IBM yang nilai signifikan adalah 0,004 < 0,005 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match dan kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Jadi hipotesisnya diterima, adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil belajar kelas eksperimen juga lebih meningakat hal ini dapat diliat dari rata-rata kelas eksperimen dari 58,52 menjadi 78,12 sedangkan pada kelas kontrol dari rata-rata 53,95 menjadi 65,68. Diliat dari jumlah siswa yang tuntas sesuai KKM di kelas eksperimen ada 2 siswa sedangkan pada kelaas kontrol ada 9 siswa. Berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heni Kusumawati (2012) yang berjudul “Efektifitas Penggunaan Benda Kongkret pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV SD Gugus Perkutut Tuntang Semarang semester II Tahun Ajaran 2011/2012”, menunjukkan bahwa penggunaan benda kongkret pada pembelajaran

  

make a match terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Gugus Perkutut Tuntang

Semarang semester II Tahun Ajaran 2011/2012 mempunyai efektifitas yang besar.

  Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan equal variances assumed dari hasil belajar mata pelajaran IPS kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil belajar siswa kelas

  IV SD Gugus Perkutut Tuntang Semarang semester II Tahun Ajaran 2011/2012 lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tes pada kelompok eksperimen sebesar 90,69 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil rata-rata sebesar 72.

  Terjadinya perbedaan anatara kelas eksperiemen dan kelas kontrol disebabakan model pembelajaran. Pada kelas ekperimen siswa cenderung aktif, saling bekerjasama, mengalami langsung pembelajaran dengan mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang, melatih ketelitian, kecepatan serta kedisiplinan.

  Terjadinya perbedaan pada kelas kontrol dan eksperiemen salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran yang digunakan guru pada kelas eksperimen lebih berpusat pada siswa. Siswa mengalami langsung pembelajaran tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru atau hanya menghafal materi yang diajarkan sehingga daya ingat siswa lebih kuat. Didukung juga suasana yang menyenangkan saat proses pembelajaran. sehingga saat mengerjakan soal postes siswa lebih semangat dan hasilnya pun juga baik dan meningkat.

  Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas, maka dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis,adalah sebagai berikut:

a. Implikasi Teoritis

  Penerpan model pembelajaran pembelajaran koopratif tipe Make A Match adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, hal ini nampak sekali ketika siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka peroleh. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa, sehingga siswa mengalami pembelajaran secara mandiri. Siswa mencari materi dan memahami materi dari kartu- katu yang meraka pegang. Model pembelajaran koopratif tipe

  Make A Match dikemas sesuai dengan Standar Proses No 41 th 2007 yang

  telah ditetapkan, yaitu dengan langkah kegiatan EEK (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi) yang di dalamnya terdapat kegiatan mencari pasangan yang menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

b. Implikasi Praktis

  Hasil penelitian ini secara praktis, model pembelajaran koopratif tipe

  Make A Match dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru

  dalam mengajarkan suatu materi terutama pada mata pelajaran IPS yang berpusat pada siswa serta lebih memperhatikan proses pembelajaran. Supaya suasana belajar menenangkan dan siswa lebih mudah dalam memahami materi serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Teams-Games-Tournament dengan Permainan Clash-of-Clans untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 Kotamadya Salatiga Semester I Tahun Pelaja

0 0 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Teams-Games-Tournament dengan Permainan Clash-of-Clans untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 K

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Teams-Games-Tournament dengan Permainan Clash-of-Clans untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 Kotamadya Salatiga Semester I Tahun Pelaja

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mojoteng

0 0 6

3.1 Jenis, Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Vol

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mojoteng

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mojoteng

0 35 59

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dalam Pencapaian Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Dabin II Penawangan Semester

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dalam Pencapaian Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Dabin II Penawangan Semester II Tahun Pelajaran 2014/ 2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dalam Pencapaian Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Dabin II Penawangan Semester II Tahun Pelajaran 2014/ 2015

0 0 17