Program Sosial Edukatif Upaya Peningkata

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam peranannya di masa yang akan
datang (Hasbullah, 2012: 4). Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan sebuah negara yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan
kualitas sebuah bangsa. Kurangnya tenaga pengajar, masalah ekonomi, dan
pemerataan alokasi dana yang belum merata tidak henti-hentinya menjadi faktor
penyebab yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia tidak meningkat. Di
negara maju, seperti Finlandia, sistem pendidikan kini sudah mulai menggunakan
inovasi-inovasi baru dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di negaranya.
Menurut evaluasi PISA (Programme for International Student Assessment),
lembaga yang mengukur kemampuan siswa di seluruh dunia, pada tahun 2013,
menempatkan Finlandia sebagai peringkat pertama sedangkan Indonesia masih
berada di peringkat ke-60. 1
Indonesia akhir-akhir ini sedang berupaya meningkatkan kualitas
pendidikan dalam negeri. Data dari Kementrian Keuangan, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya dialokasikan hingga 20% untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.2 Hal tersebut belum efektif dan belum berhasil

dalam upaya pemerataan alokasi dana pendidikan terhadap daerah-daerah
terpencil yang sangat jauh dan sulit dijangkau, baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Selain itu, fasilitas sekolah, kualitas dan kuantitas
tenaga pengajar juga merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia.
Masalah tersebut menjadi dampak yang sangat besar bagi sebagian
masyarakat terutama mereka yang tinggal di daerah yang sulit untuk dijangkau.
1 PISA, 2013 Database. http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf Diunduh pada 07 April 2014
2 Alokasi APBN Kementrian Keuangan, 2013. www.anggaran.kemenkeu.go.id/Content/RAPBN.pdf
Diunduh pada 07 April 2014

1

Mereka belum bisa merasakan bagaimana rasanya mengenyam pendidikan yang
layak dan nyaman. Dengan demikian, perekonomian masyarakat tersebut
terhambat karena mobilitas yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang sangat
lambat. Pada akhirnya, masalah tersebut juga berdampak pada masalah
pendidikan. Kesadaran siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi menjadi menurun. Inilah yang menyebabkan mengapa kebanyakan dari
mereka lebih memilih untuk bekerja atau menikah di usia muda setelah mereka

lulus dari SMP dan jarang yang melanjutkan ke SMA. Masalah ini akan terusmenerus terjadi dan menjadi sebuah masalah yang sangat besar dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebagai mahasiswa, kita
seharusnya peka dan peduli terhadap masalah yang terjadi di sekitar kita untuk
melakukan perubahan.
Kondisi seperti ini telah terjadi di Kecamatan Terisi, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Indramayu pada tahun 2010, menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu
menduduki peringkat ketiga dalam hal Angka Melek Huruf (AMH) dengan angka
93,97% dan peringkat ketiga juga dalam Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu
98,07% di bawah Kabupaten Bogor yang menempati peringkat pertama dan
Kabupaten Cianjur peringkat kedua.3 Selain itu, data dari Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), tahun 20112012, Kabupaten Indramayu juga tercatat sebagai salah satu wilayah pemasok
TKI terbesar di Jawa Barat, bahkan se-Indonesia.4
Hal tersebut merupakan masalah yang sangat besar dan harus segera
dibenahi. Fenomena seperti ini akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan yang semakin meningkat.
Masalah ini juga akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
3 Badan Pusat Statiski Jawa Barat, 2011. Angka Melek Huruf http://jabar.bps.go.id/subyek/angkamelek-huruf-amh-dan-angka-partisipasi-sekolah-aps-jawa-barat-tahun-2008-2011 Diakses pada
07 April 2014
4 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012.

http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerahasal-kotakabupaten-2011-2012.html Diakses pada 07 April 2014

2

pembangunan Kabupaten Indramayu. Peningkatan kualitas pendidikan pun juga
akan terganggu. Pada akhirnya, masyarakat Indramayu akan menghadapi sebuah
masalah dilematik terhadap dunia pendidikan. Mereka akan berada pada situasi
untuk memilih

diantara dua pilihan, pendidikan atau pemenuhan kebutuhan.

Inilah yang terjadi di Kabupaten Indramayu yang pada kenyataanya di lapangan,
mereka lebih memilih pilihan untuk memenuhi kebutuhan mereka terlebih dahulu
dibandingkan pendidikan sesuai dengan teori piramida kebutuhan Abraham
Maslow (Robert Poston, 2009)
Oleh karena itu, mereka harus segera mendapatkan sebuah program
pemberdayaan sumber daya manusia yang bisa meningkatkan kesadaran mereka
terhadap pentingnya dunia pendidikan. Program Sosial Edukatif (Prosektif) ini
dirancang untuk melakukan pencerdasan dan perubahan pola pikir masyarakat
Indramayu terhadap pentingnya dunia pendidikan. Program ini akan dilakukan

dengan cara penyuluhan, pelatihan, permainan, pendongengan, penontonan film
kartun, dan hal lainnya yang di dalamnya terdapat nilai-nilai edukasi terhadap
masyarakat Indramayu khususnya orang tua dan siswa-siswi SD.
Program ini tentunya harus berjalan secara terus menerus karena
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengubah perilaku seseorang dari
kehidupan biasanya (AG. Lunadi,1989: 3). Pada akhirnya, program ini diharapkan
dapat membantu mereka

untuk menyadarkan dan mengutamakan pendidikan

sehingga mereka dapat melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, paling
tidak mereka melaksanakan wajib belajar 12 tahun seperti apa yang telah
dicanangkan oleh pemerintah daerah Jawa Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang berada
di kaki Gunung Tampo Mas, daerah yang cukup sulit untuk dijangkau.
Pendistribusian alat-alat peraga dan kurangnya pemerataan pembangunan sarana
dan prasarana pendidikan sangat terasa oleh warga sekitar, sehingga mereka
belum merasakan pendidikan yang layak dan nyaman. Hasilnya, Angka Partisipasi
Sekolah (APS) sangat rendah. Hal ini juga tidak ditunjang dengan perekonomian


3

masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga ke tingkat yang
lebih tinggi. Pendidikan bukan prioritas utama lagi bagi mereka. Mereka akan
lebih memilih untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka terlebih
dahulu. Mereka tidak sadar bahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depan
dan pembangunan wilayah mereka sendiri.
Melihat masalah tersebut, penulis ingin memperkenalkan prosektif kepada
masyarakat Kabupaten Indramayu terhadap pentingnya pendidikan. Hasilnya bisa
dilihat dari seberapa banyak anak yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi. Selain itu, penulis juga ingin melihat efektivitas dari prosektif
ini ketika nanti dijalankan pada waktunya.
1.3 Uraian Singkat Gagasan Kreatif
Akhir-akhir ini sudah banyak sekali program yang menawarkan kepada
seluruh anak muda terutama mahasiswa untuk melakukan pengabdian masyarakat.
Kegiatan tersebut biasanya terfokus pada program pengajaran yaitu untuk menjadi
seorang guru atau tenaga pengajar bantuan untuk beberapa bulan dan tinggal di
daerah terpencil dan sulit dijangkau. Beberapa program tersebut seperti Indonesia
Mengajar, Indonesia Berkibar, Sekolah Guru Indonesia, Voulenteer Teaching

Indonesian Children, 1000 guru, dan masih banyak lagi program-program serupa
lainnya yang intinya memanggil mahasiswa untuk menjadi relawan sebagai
pengajar bantuan.
Program Sosial-Edukatif (Prosektif) hadir sebagai langkah awal untuk
mendongkrak terlebih dahulu dan menyadarkan orang tua dan murid terhadap
pentingnya pendidikan. Penulis menawarkan sebuah gagasan dan terobosan
terbaru tentang sebuah program pemberdayaan ini. Prosektif ini merupakan
program pelatihan dan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan bagi masa
depan

mereka.

Prosektif

akan

dilakukan

secara


terus

menerus

guna

membangkitkan semangat dan menyadarkan anak-anak khususnya anak SD agar
dapat mewujudkan cita-cita mereka. Program ini dilakukan dengan cara bermain,
menonton film, mendongeng yang di dalamnya terdapat nilai-nilai edukasi

4

sehingga mereka bisa sadar bahwa pendidikan itu penting bagi masa depan
mereka.
Begitu juga dengan para orang tua. Mengubah mind-set seseorang
memang tidak mudah begitu saja dan membutuhkan waktu yang cukup lama,
apalagi ketika kebutuhan primer mereka belum terpenuhi. Mereka biasanya
mengesampingkan dunia pendidikan bagi anak-anaknya. Orang tua memiliki
peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak-anaknya dan berperan
sebagai pendukung dana sekolah bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, prosektif

juga akan didukung dengan kegiatan penyuluhan dan pelatihan socialpreneurship
untuk masyarakat di sana sebagai program pendukung prosektif. Prosektif akan
memberikan semacam keterampilan dan pelatihan wirausaha untuk orang tua agar
masalah ekonomi mereka bukan menjadi penghalang untuk melanjutkan anakanaknya bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Prosektif ini diharapkan bisa
menyadarkan orang tua dan anak-anaknya bahwa pendidikan itu penting bagi
masa depan mereka dan untuk pembangunan wilayah mereka sendiri.
1.4 Tujuan Penulisan
Program Sosial-Edukatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat Indramayu baik orang tua maupun anak-anaknya terhadap pentingnya
pendidikan. Prosektif ini juga diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan
ekonomi keluarga mereka dan mengurangi jumlah anak yang menikah di usia
muda serta mengurangi pengiriman TKI dan TKW yang berlebihan dari
Indramayu.
1.5 Manfaat Penelitian


Mengetahui kondisi sosial dan pendidikan yang ada di Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu.




Memetakan dan mendeskripsikan fenomena dan gejala sosial yang terjadi
di Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu.



Melihat efektivitas prosektif terhadap kondisi sosial budaya di Kecamatan
Terisi, Kabupaten Indramayu.
5



Melihat perubahan apa yang akan terjadi setelah adanya kegiatan
prosektif ini.

1.6 Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis.
Metode deskriptif diarahkan untuk memaparkan gejala-gejala, fakta-fakta, atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai objek yang diteliti
(Rahmat, 1993:24). Kemudian, penulis akan menggunakan studi literatur untuk

mengumpulkan data sebanyak mungkin. Setelah itu, penulis akan turun ke
lapangan dan melakukan observasi secara langsung dengan cara melakukan
wawancara untuk mendapatkan data yang lebih valid. Teknik studi literatur
bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan berbagai data dan fakta yang
berkenaan dengan kondisi sosial dan pendidikan di daerah Indramayu sedangkan
observasi dilakukan guna untuk mencari data berupa fakta dan informasi secara
nyata dan jelas.

6

BAB II
PENDIDIKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

2.1 Perkembangan Pendidikan di Kabupaten Indramayu
Kabupaten Indramayu merupakan kabupaten yang mendapat cukup
banyak perhatian dalam masalah pendidikan. Indramayu tercatat di Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) sebagai kabupaten yang harus
mendapatkan perhatian khusus dalam peningkatan kualitas pendidikan terutama
mengurangi jumlah anak putus sekolah tingkat SD. Data dari Disdik Jawa Barat
tercatat bahwa pada tahun 2012-2014, sekitar 189.858 anak SD yang putus

sekolah.5 Selain itu, sampai saat ini Indramayu baru memiliki ruang kelas sekitar
5.251 ruangan dengan kondisi yang masih rusak ringan dan berat berjumlah 1.862
kelas. Sedangkan jumlah siswa SD hingga saat ini tercatat sekitar 207.486 siswa.6
Indramayu juga terkenal sebagai pemasok TKI terbesar di Jawa Barat dan
kasus perdagangan manusia (human trafficking). Data dari BNP2TKI mencatat
bahwa pada tahun 2011-2012, Indramayu menempati peringkat pertama dengan
jumlah TKI 40.592 orang.7 Data pada tahun 2011, BPS Jawa Barat juga mencatat
bahwa Indramayu termasuk 5 kota termiskin di Jawa Barat dengan persentasi
kemiskinannya 16,01%. Pada tahun yang sama juga Indramayu menduduki
peringkat ketiga Angka Partisipasi Sekolah (APS) dengan nilai 93,37%. 8 Melihat
kondisi seperti ini, pemerintah daerah harus segera melakukan pembenahan secara
serius agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya. Masih banyak
daerah yang belum merasakan pendidikan yang layak dan nyaman dan salah
satunya Dusun Ciselang, Kecamatan Terisi.
5 Dinas Pendidikan Jawa Barat, 2013. http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik Diakses
pada 08 April 2014
6 Ibid, Dinas Pendidikan Jawa Barat
7 http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerahasal-kotakabupaten-2011-2012.html ( Diakses pada 08 April 2014)
8 Data Sosial Ekonomi Masyarakat provinsi Jawa Barat Hasil SUSENAS, 2011. Badan Pusat
Statistik Provinsi Jawa Barat. Hlm. 7
http://jabar.bps.go.id/publikasi_BPS/susenas2012/index.html Diakses pada 08 April 2014

7

Berdasarkan data-data di atas, kita bisa melihat bahwa jumlah sarana
penunjang untuk sekolah dasar di Indramayu masih sangat kurang. Selain itu,
pendidikan di Indramayu juga masih kekurangan tenaga pengajar profesional.
Data dari Dinas Pendidikan Jawa Barat tahun 2013 memcatatkan bahwa di
Indramayu kini baru memiliki jumlah guru SD sekitar 8.395 guru. 9 Sedangkan
rasio guru dan siswa pada tahun 2013 adalah 1:21.10 Menurut survei yang
dilakukan oleh PISA, rasio yang ideal itu adalah 1:14, seperti yang telah
diterapkan di Finlandia. Ini merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan
apalagi masih banyak daerah yang belum bisa terjangkau, baik oleh pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat. Hal ini menyebabkan tidak adilnya pemerataan
pendistribusian dana untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kabupaten Indramayu khususnya Kecamatan Terisi, sudah beberapa kali
masuk dalam media massa yang membahas tentang buruknya fasilitas pendidikan
dan kurangnya tenaga pengajar. Hal ini benar karena daerah tersebut masih sulit
dijangkau oleh pemerintah daerah. Selain itu, fasilitas yang kurang memadai
membuat masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut belum bisa menikmati
pendidikan yang layak dan bermutu. Pada akhirnya, masyarakat tidak dapat
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Mereka akan lebih memilih bekerja
sebagai buruh atau meneruskan pekerjaan orang tua sebagai petani. Wilayah
tersebut masih banyak terdapat lahan yang kosong dan tiga perempatnya
dikelilingi oleh ladang sawah dan perkebunan. Mereka bertahan hidup dengan
bertani, bercocok tanam dan tidak sedikit dari mereka yang menggarap sawah
milik orang lain.
Pemerintah daerah sebenarnya sudah melakukan survei dan berencana
melakukan pembangunan sarana pendidikan di wilayah tersebut. Hanya saja hal
tersebut belum terealisasikan mengingat pendistribusian alokasi dana terhambat
oleh akses yang cukup jauh. Pada tahun 1990 pemerintah pusat sebenarnya juga
sudah membuat Program Kawasan Terpadu (PKT) untuk menangani masyarakat
9 Dinas Pendidikan Jawa Barat , 2013. http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik Diakses
pada 08 April 2014
10 Kementrian Keuangan RI, 2010
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/attachments/article/257/10.%20JAWA%20BARAT.pdf hlm.10

8

yang belum sepenuhnya berpartisipasi dalam pembangunan. 11 Selain itu, sampai
saat ini belum ada lagi pihak yang ikut serta dalam menanggulangi dan menangani
masalah ini. Contohnya saja di dusun Ciselang, Kecamatan Terisi, hanya ada 3
sekolah dasar dan 2 sekolah SMP, sedangkan SMA mereka harus menempuh jarak
yang cukup jauh dan itu pun sangat jarang bagi mereka untuk bisa melanjutkan
pendidikan ke SMA.
Hal ini terjadi karena beberapa hal, yang pertama adalah akses yang sangat
sulit, kurangnya informasi, dan faktor utamanya adalah pemenuhan kebutuhan
mereka yang belum terpenuhi sehingga mereka jarang melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang harus putus
sekolah dari SMP demi menyambung hidup untuk membantu orang tuanya
bekerja baik itu di ladang atau di sawah.
2.2. Landasan Teori Pendukung Prosektif
2.2.1 Teori Piramida Kebutuhan
Dr. Abraham Maslow, mantan ketua American Psychological Association,
mengungkapkan bahwa ada piramida kebutuhan manusia sebagai pemenuhan
kebutuhan dalam kehidupan sebagai individu (A.G Lunadi, 1989:4). Ada 5
tingkatan dalam piramida tersebut. Pertama adalah kebutuhan yang paling dasar
yaitu kebutuhan psikologis (psychological needs). Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan fisik seperti sandang,
pangan, dan papan. Kebutuhan ini sangat fundamental bagi keberlangsungan
hidup sebuah kelompok.
Kebutuhan psikologis itu sangat penting sekali, bahkan tidak sedikit dari
mereka yang melakukan bermacam cara untuk memenuhi kebutuhan dasar
tersebut. Maslow menilai bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk
bertahan hidup sebuah individu atau kelompok dalam menjaga eksistensinya
dalam kehidupan sehari-hari (Robert Poston, 2009: 348).
11 Prof. Dr. Tilaar, H.A.R, 1992. Manjemen Pendidikan Nasional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

9

Dalam perkembangannya, teori ini selalu dikaitkan dengan kebutuhan
primer dalam pemenuhan sehari-hari. Seseorang tidak akan memikirkan
kebutuhan lainnya terlebih dahulu sebelum kebutuhan dasarnya ini terpenuhi.
Kebutuhan-kebutuhan lainnya adalah kebutuhan keamananan (safety
needs), kebutuhan pengakuan dan kebutuhan cinta kasih sayang (love and
belongingness needs), kebutuhan penghargaan/pengakuan dari orang lain (esteem
needs), dan yang paling atas adalah kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization
needs).12 Semua kebutuhan ini merupakan suatu kesatuan dalam pemenuhan
manusia. Maslow melihat piramida kebutuhan ini fenomena yang bisa kita lihat di
kalangan masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Tidak
hanya itu, kebutuhan dasar ini menjadi sangat berbahaya apabila tidak terpenuhi
karena mereka tidak akan pernah peduli dengan cara yang dapat mereka lakukan
untuk mencapai kebutuhan tersebut dan mereka juga tidak akan memperhatikan
kebutuhan lainnya sebelum kebutuhan dasar ini terpenuhi terlebih dahulu.
2.2.2 Teori Program Pemberdayaan Manusia
Menurut America’s Career Resource Network (ACRN), seorang individu
sebaiknya mulai mengenal dunia karir sejak masih duduk di bangku SD. Inilah
alasan mengapa prosektif hadir untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap
pendidikan sehingga mereka bisa mewujudkan cita-cita mereka di masa yang akan
datang. Prosektif hadir untuk menumbuhkan rasa semangat untuk belajar dan
mereka berani bermimpi untuk menggapai cita-cita mereka. Sehingga mereka bisa
tersadarkan bahwa proses menuju jalan seperti itu harus menempuh pendidikan
yang cukup panjang.
Erikson (Santrock, 2011) menjelaskan tahapan perkembangan anak remaja
(12-18 tahun) berada di tahap identity versus identity confusion. Dalam tahap ini
remaja mencoba mencari tahu siapa diri mereka, seperti apa mereka, dan ingin ke
mana arah hidup mereka. Selain di Amerika Serikat, program pengenalan terhadap
dunia karir juga dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Pelatihan
Kanada. Pemerintah Kanada mendidik siswanya harus bisa hidup lebih mandiri
12 Poston, Robert, 2009. Maslow’s Hierarchy of Needs, New York: The Surgichal Technologies

10

dan bertanggung jawab, serta mampu bekerja kelompok dengan efektif dan
efisien.
Menurut Jean Piaget, pada dasarnya struktur mental seorang individu akan
berubah sesuai dengan tahap perkembangannya (Miller, 2011). Dalam
memaparkan teorinya, Piaget sangat menekankan pentingnya tahapan atau stages
dalam perkembangan kognitif seseorang. Salah satu tahap perkembangan kognitif
yang memiliki kisaran usia 7-12 tahun adalah tahap operasional konkret atau
concrete operational period.13 Teori konstruktivis menurut Vygotsky juga
menambahkan bahwa ia menekankan individu membangun pengetahuan melalui
interaksi dengan lingkungan sosial dan orang yang lebih mampu (more
knowledgeable others) (Santrock, 2011).
Abraham Marslow, lebih jelas mengatakan bahwa mengubah perilaku
seseorang itu tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Demikian
pula dengan orang tua murid. Prosektif akan hadir dengan memberikan
pengetahuan baru, keterampilan baru, sikap yang baru, dan material yang baru.
Maslow yakin bahwa mengubah mind-set dan perilaku orang tua bukan dengan
apa yang telah disampaikan oleh pengajar atau pelatih, tetapi apa yang mereka
dapatkan setelah mengikuti pelatihan dan mendapatkan hal-hal yang baru seperti
yang telah disebutkan di atas. Maka dari itu, prosektif juga akan membekali
kepada masyarakat agar mereka peka dan peduli terhadapa penididikan anakanaknya untuk masa depan yang lebih baik.
2.3 Masalah Pemerataan Alokasi Dana Pendidikan
Menurut sejarah, pemerintah Hindia-Belanda memusatkan pembangunan
pendidikan di Jawa barat.14 Hal ini berdampak terhadap pemusatan pembangunan
di Pulau Jawa (Jawa Sentris) pada masa kini. Pada waktu itu, Jawa Barat terdiri
atas 5 keresidenan yaitu Banten, Batavia (Jakarta), Karawang, Priangan
(Bandung), dan Cirebon. Pada waktu itu pula di Jawa Barat terdapat 5 sekolah
13 Miller, P. H. 2011. Theories of Developmental Psychology. New York: Worth Publisher.
14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998. Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat.
Jakarta: CV. Pialamas Permai

11

dasar negeri, yaitu di Serang, Jakarta, Karawang, Bandung, dan Cirebon. Hingga
saat ini, isu pemerataan menjadi masalah dalam pembangunan negeri ini.
Pemerataan pembangunan di berbagai bidang menjadi sorotan terutama di sektor
pendidikan. Meskipun Kabupaten Indramayu berada di Jawa Barat, tetapi masalah
tersebut belum terselesaikan.
Rancangan APBN Tahun 1990/1991 dalam sidang DPR, Presiden
menekankan tujuan pokok pembangunan dalam Revelita V yaitu untuk
meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan seluruh rakyat yang
makin merata dan adil; sedangkan prioritas dana digunakan untuk (a)
pembangunan prasarana dasara ekonomi, (b) pengembangan sumber daya
manusia, dan (c) penyediaan pelayanan pelayanan dasar bagi rakyat.15 Kementrian
Pendidikan Nasional juga menilai bahwa adanya masalah ketimpangan antara
kualitas sekolah dan stratifikasi sosial dalam masyarakat Indonesia. Ini masalah
yang membuat mengapa pemerataan pembangunan pendidikan di Indonesia tidak
merata. Wilayah yang mayoritas masyarakatnya orang kaya, akan jauh lebih maju
dibandingkan dengan wilayah yang mayoritas warga miskin. Padahal dalam dunia
pendidikan seharunya tidak melihat ras, gender, keturunan, atau kekayaan
seseorang. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan nyaman
sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 31 UUD 1945.
Pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk meningkatkan harkat
dan martabat sumber daya manusia Indonesia. Selain itu juga memperluas dan
meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan termasuk di
daerah-daerah terpencil. Masalah pemerataan dan peningkatan kualitas berkaitan
langsung dengan dana yang disediakan oleh keluarga, masyarakat, pemerintah,
dan bahkan badan-badan donor internasional. Komersialisasi dan ketidakmerataan
pendistribusian dana pendidikan berakibat semakin kecilnya kesempatan bagi
masyarakat yang sulit dijangkau untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.

15 Prof. Dr. Tilaar, H.A.R, 1992. Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hlm. 102

12

BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 Prosektif Sebagai Solusi
Melihat dari masalah-masalah yang telah dijelaskan pada bab-bab
sebelumnya, prosektif hadir sebagai langkah awal dan solusi untuk berupaya
menyelesaikan masalah tersebut. Tantangannya adalah bagaimana prosektif ini
masuk ke lapisan masyarakat yang notabene mereka adalah masyarakat yang
memiliki kultur partisipatif terhadap dunia pendidikan masih rendah. Mereka akan
memenuhi kebutuhan primer terlebih dahulu dibandingkan kebutuhan lain. Ini
akan menjadi sebuah tantangan besar terhadap berjalannya prosektif pada
waktunya.
Prosektif akan terfokus terhadap siswa-siswi SD untuk menumbuhkan
semangat belajar dan meningkatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya dunia
pendidikan bagi masa depan. Dipilih siswa SD karena pada usia itu mereka telah
memahami konsep abstrak dan sedang dalam masa penjajagan serta persiapan
karir. Adapun perubahan tingkah laku yang diharapkan setelah adanya prosektif
ini adalah peserta dapat menyusun dan merancang untuk menggapai cita-citanya.
Dengan demikian, peserta akan termotivasi untuk terus belajar dan mereka sadar
bahwa pendidikan itu penting bagi masa depan mereka.
Setelah itu, prosektif ini akan didukung dengan adanya program
penyuluhan,

pelatihan,

dan

pembekalan

keterampilan

baru

tentang

socialpreneurship untuk masyarakat di sana. Hal ini dilakukan agar mereka
memiliki keterampilan baru sehingga bisa mengolah menghasilkan sebuah produk
yang bisa mereka jual untuk memenuhi kebutuhan dasar tadi. Pemberdayaan
masyarakat ini tentunya harus didukung dan dilakukan secara terus-menerus agar
tetap adanya keberlanjutan dan memutus rantai kemiskinan. Pelatihan ini juga
guna meningkatkan pendapatan mereka agar masalah ekonomi bukan lagi menjadi
alasan untuk tidak melanjutkan sekolah.

13

Setelah semuanya terkendali dan perekonomian mereka sudah stabil, kini
bagian pemerintah daerah untuk membantu meningkatkan kualitas sarana dan
rasaran pendidikan, mulai dari penambahan tenaga pengajar, ruang kelas,
perpustakaan, alat peraga, dan lain sebagainya. Minimal pemerintah Kabupaten
Indramayu bisa membangun Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK)
negeri yang letaknya tidak jauh dari dusun-dusun yang masih sulit dijangkau di
Kecamatan Terisi dengan akses yang sangat mudah. Hal tersebut akan semakin
membantu dan mempermudah kegiatan prosektif ini dalam jangka waktu yang
panjang.
Setelah itu, saatnya sekarang kita fokus kepada siswa-siswi SD. Mereka
adalah target utama kita dimana mereka yang akan meneruskan perjuangan
bangsa ini, baik untuk Indonesia umumnya dan untuk daerah mereka sendiri
khususnya. Prosektif ini akan masuk dengan cara menginspirasi dan mendorong
agar anak-anak bisa mewujudkan cita-citanya. Prosektif ini akan hadir dengan
cara bermain, mendongeng, menonton film dan penanaman nilai-nilai pendidikan.
Dengan cara seperti itu, anak-anak secara tidak sadar bahwa mereka telah
ditanamkan nilai-nilai pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka.
Menurut teori discovery learning yang dikemukakan oleh Jerome Bruner,
seorang anak akan membentuk pengetahuan baru dari pengetahuan lama yang ia
dapatkan sebelumnya melalui beragam aktivitas yang dilakukan anak itu sendiri,
sehingga ia bisa mempelajari asosiasi dari dua konsep dan membentuk
pengalaman sendiri. Maka dari itu, prosektif hadir untuk mendorong dan
menginspirasi mereka untuk mewujudkan cita-citanya. Prosektif juga didukung
dengan pembekalan kewirausahaan untuk orang tua mereka agar pemenuhan dasar
mereka terpenuhi.
Selain itu, Vygotsky menambahkan dengan teori sosiokulturalnya bahwa
anak mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain
(Santrock, 2011). Isi dari pengetahuan ini dipengaruhi oleh kultur dimana anak
tersebut tinggal, yang mencakup bahasa, keyakinan, dan keahlian/keterampilan.
Vygotsky menekankan bahwa more knowledge others harus menciptakan banyak
kesempatan bagi anak untuk belajar dengan orang lebih mampu dan teman sebaya

14

dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama. Dalam teori ini, Vygotsky
menekankan individu membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungan sosial dan orang yang lebih mampu. Dalam pembelajaran, anak
melibatkan kemampuan yang menunjang (psychological tools) dan peralatan atau
perlengkapan yang menunjang (physical tools). Teknik lain dari Vygotsky yang
digunakan adalah scaffolding, yaitu teknik perubahan dukungan pada anak dengan
memberikan sejumlah bantuan besar pada awal lalu mengurangi bantuan bertahap
sedikit demi sedikit sampai akhirnya mereka melakukan sendiri secara mandiri
(Santrock, 2011).
3.2 Kendala Prosektif
Prosektif merupakan program yang pertama kali dibuat. Sebelumnya
mungkin ada program seperti ini, hanya saja biasanya program tersebut lebih
terfokus ada pengajaran dan penyuluhan. Kendala yang akan dihadapi dalam
program ini adalah masalah pendanaan, waktu, dan keberlanjutan program yang
akan dibuat. Prosektif hadir dengan berbagai macam cara, mulai dari penyuluhan,
pelatihan, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk memberikan keterampilan baru
kepada warga kita harus siap menyiapkan modal awal untuk memudahkan segala
keperluan yang harus dipersiapkan.
Waktu juga salah satu yang menjadi kendala dalam program ini. Prosektif
harus berjalan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Tujuan utama dari
prosektif ini adalah menyadarkan dan mengubah mind-set dari masyarakat tentang
pentingnya pendidikan. Dalam hal mengubah pola pikir seseorang, itu
membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus tetap berkelanjutan. Selain itu,
sumber daya manusia untuk menjalankan program ini harus siap mengorbankan
waktunya demi mencapai kesuksesan program ini.
Kendala lainnya adalah kreasi, inovasi, dan efektivitas dari program yang
dijalankan. Bagaimana program ini dijalankan sesuai dengan tujuan awal yaitu
mengubah pola pikir orang tua dan menyadarkan siswa-siswi SD terhadap
pentingnya pendidikan. Hal ini yang cukup sulit untuk diperhatikan secara serius.

15

Sebuah program yang berkualitas adalah program yang dapat menghasilkan
sebuah karya baru yang berguna bagi masyarakat itu sendiri.

3.3 Program Sosial-Edukatif
3.3.1 Tareget Audiens
Menurut program pembelajaran yang sudah dipraktekkan di Amerika dan
Kanada, program seperti prosektif ini sebaiknya diterap untuk jenjang pendidikan
dasar. Program edukatifnya akan terfokus pada siswa SD. Apabila program ini
berhasil, prosektif ini akan berlanjut ke jenjang SMP dengan formula dan
rancangan yang berbeda tentunya. Untuk program socialpreneurship, akan
terfokus kepada pemberdayaan masyarakat yang ada di Indramayu. Target
utamanya masyarakat yang tinggal di Dusun Ciselang, Kecamatan Terisi. Apabila
program ini berhasil, maka akan diperluas jaringannya sehingga bisa menjangkau
daerah-daerah Indramayu yang masih sulit untuk di jangkau.
3.3.2 Target Tingkah Laku
Kemampuan yang diharapkan dari prosektif ini adalah anak-anak bisa
bermimpi dan bercita-cita sehingga mereka terus semangat untuk belajar dan pada
akhirnya mereka akan sadar bahwa pendidikan itu penting. Sedangkan untuk
orang tua, mereka harus sadar bahwa mempekerjakan atau menikahkan anaknya
di usia muda itu sungguh kurang baik. Dengan mendapatnya keterampilan
socialpreneurship, mereka bisa sadar bagaimana memanfaatkan peluang dan
mengolah sumber daya alam yang berlimpah sehingga alasan ekonomi bukan lagi
menjadi

masalah

untuk

menyekolahkan

anak-anaknya

minimal

mereka

melaksanakan wajib belajar 12 tahun.
3.3.3 Indikator Perubahan Tingkah Laku

16

Indikator perubahan tingkah laku didasarkan pada evaluasi yang akan
dilakukan di akhir berdasarkan Bloom’s taxonomy dengan tiga aspek dari domain
kognitif (dalam Santrock, 2011), yaitu sebagai berikut :
 Knowledge, yaitu kemampuan anak untuk mengingat informasi yang
didapatkan dan diberikan ketika mereka mendapatkan kegiatan prosektif.
 Comprehension, yaitu kemampuan anak mengerti dan menjelaskan dalam
bahasa dan kata-kata mereka sendiri mengenai informasi yang didapatkan dan
diberikan.
 Application, yaitu kemampuan anak untuk menggunakan pengetahuan dalam
menyelesaikan permasalahan di dunia nyata. Dalam hal ini, anak diharapkan
bisa melihat relevansi antara ketika mereka memilih bekerja dibandingkan
mereka sekolah hingga SMA atau ke Perguruan Tinggi.
Menurut teori Piaget, pemilihan ketiga aspek dari domain kognitif ini
dikarenakan ketiga aspek selanjutnya cukup kompleks bila diaplikasikan pada
siswa SD yang tahap berpikirnya masih berada di tahap operasional konkret. Jadi,
aspek application dilihat paling tepat diaplikasikan pada target audiens karena
aspek ini masih berkaitan dengan objek dan hal-hal yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
3.3.4 Prosedur Pelaksanaan Program
Sesuai dengan rancangan kurikulum 2013, kemungkinan besar program ini
bisa diintegrasikan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, Penjaskes, Budi Pekerti,
dan Muatan Lokal. Program ini akan dilakukan dalam waktu satu tahun dan setiap
bulan ada 4 pertemuan, 2 pertemuan untuk anak SD, 2 pertemuan untuk orang tua.
(Prosedur Pelaksanaan Terlampir).

17

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan
Dari pemaparan bab-bab sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa
perkembangan pendidikan di Kabupaten Indramayu masih perlu dalam perbaikan.
Kurangnya fasilitas pendidikan, jumlah dan kualitas guru yang masih sangat
kurang, dan permasalahan perekonomian yang menjadi faktor penghambat
kemajuan pendidikan di wilayah tersebut. Mereka sudah seharusnya mendapatkan
pendidikan yang layak dan nyaman sehingga mereka merasa terfasilitasi.
Masalah-masalah tersebut seharusnya bukan lagi menjadi alasan untuk mereka
mengenyam pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Dana yang
dialokasikan 20% dari APBN setiap tahunnya seharunya bisa menanggulangi
masalah tersebut.

Perlu diketahui bahwa pendidikan memiliki peranan yang

sangat penting dalam pembangunan jati diri bangsa. Kesadaran terhadap
pentingnya pendidikan di Kabupaten Indramayu merukan hal utama yang harus
diselesaikan terlebih dahulu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menawarkan sebuah solusi
berupa program penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten
Indramayu. Program Sosial-Edukatif (Prosektif) kini hadir dalam kehidupan
masyarakat untuk mengatasi masalah sosial dan pendidikan. Prosektif hadir untuk
meningkatkan semangat masyarakat Indramayu dan menyadarkan mereka
terhadap pentingnya pendidikan. Dalam program ini, yang menjadi fokus utama
adalah anak-anak dan orang tua murid. Prosektif akan memberikan penyuluhan
kepada orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak

18

mereka dan pelatihan socialpreneurship. Sedangkan untuk siswa, prosektif akan
hadir ke sekolah-sekolah SD untuk melakukan kegiatan seperti bermain,
mendongeng, menonton film, dan lain sebagainya yang mengandung nilai-nilai
edukasi.

4.2 Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi, penulis memberikan beberapa
rekomendasi bagi:
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu khususnya Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan untuk segera membangun fasilitas sekolah terutama
gedung-gedung sekolah yang sudah tidak layak pakai. Selain itu
peningkatan kualitas dan jumlah guru juga harus diperhatikan karena guru
sangat memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Penambahan sekolah SD, SMP, dan SMA negeri juga harus diperhatikan
mengingat jumlah sekolah di daerah yang sangat sulit dijangkau masih
kurang. Pemberian beasiswa bagi anak berprestasi tetapi tidak mampu juga
harus terus dilaksanakan.
2. Guru-guru SD memiliki peranan yang sangat penting dalam hal ini. Guru
seharunya tidak lagi membuat anak-anaknya jenuh ketika sekolah.
Kreativitas seorang guru harus sangat diperhatikan. Selain itu, dalam
muatan lokal atau dalam pelajaran budi pekerti dianjurkan untuk
memasukan nilai-nilai pentingnya pendidikan seperti bagaimana cara
mereka untuk menggapai cita-cita mereka.
3. Masyarakat setempat seharusnya sudah tidak lagi memiliki pandangan
bahwa anak-anak mereka kelak tidak punya masa depan dengan alasan
keterbatasan ekonomi. Oleh karena itu, prosektif hadir untuk memeberikan
pembekalan pelatihan socialpreneurship. Hal ini bertujuan agar orang tua

19

bisa mendapatkan penghasilan tambahan dan tetap bisa menyekolahkan
anak-anaknya.
4. Orang tua murid seharusnya tetap memberikan arahan dan masukan
terhadap anak-anaknya. Orang tua tidak harus mengirim anaknya untuk
bekerja menjadi TKI/TKW di luar negeri untuk mendapatkan penghasilan
tambahan. Selain itu, menikahkan anaknya yang masih muda juga bukan
pilihan yang tepat karena pertumbuhan penduduk di Indramayu akan
semakin meningkat dan kebutuhan keluarga juga akan meningkat.
5.

Program ini harus dilakukan secara terus menerus sampai adanya
perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, keberlanjutan program ini
diharapkan bisa di lanjutkan oleh dukungan berbagai pihak, baik itu
pemberi bantuan dana selaku pendukung terlaksananya program ini dan
voulenteer yang akan menjalankan program ini. Di Indramayu sendiri
terdapat beberapa Universitas seperti Universitas Wiralodra, Polindra, dan
Stikes Indramayu yang bisa diajak bergabung untuk menjalankan program
ini dalam rangka mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi yang ketiga
yaitu pengabdian terhadap masyarakat.

20

SUMBER REFERNSI
Prof. Dr. Tilaar, H.A.R, 1992. Manjemen Pendidikan Nasional, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Universitas Kristen Indonesia, 1995. Kebijakan Pendidikan Berorentasi
Kerakyatan, Jakarta: UKI Press
Depatemen Pendidikan dan Kebudauaan RI, 1998. Sejarah Pendidikan Jawa
Barat, Jakarta: CV Pialamas Permai
Prof. Sanjaya, Wina, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
Jakarta: PT Fajar Interpratama
Habullah, 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Prof. Riyanto, Yatim, 2012. Paradigma Baru dalam Pembelajaran, Jakarta:
Prenada Media
Miller, P. H. 2011. Theories of developmental psychology. New York: Worth
publisher
Lunadi, A.G, 1989. Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: PT Gramedia
Santrock, J. W. (2011). Educational psychology. 5th ed. New york: McGraw-Hill.
SUMBER INTERNET
Programme for International Student Assessment, Database 2013.
http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf Diakses pada 07 April 2014
Kementrian Keuangan, APBN 2013.

21

Diunduh dari www.anggaran.kemenkeu.go.id/Content/RAPBN.pdf
Diakses pada 07 April 2014
America’s Career Resource Network. (n.d.). Career Awareness in Elementary
School. http://acrn.ovae.org/parents/documents/careerawarness-doe.pdf
Diakses pada 08 April 2014

Badan Pusat Statiski Jawa Barat, 2011. Angka Melek Huruf
http://jabar.bps.go.id/subyek/angka-melek-huruf-amh-dan-angkapartisipasi-sekolah-aps-jawa-barat-tahun-2008-2011 Diakses pada 07
April 2014
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012.
http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatanberdasar-daerah-asal-kotakabupaten-2011-2012.html Diakses pada 07
April 2014
Dinas Pendidikan Jawa Barat, 2013.
http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik Diakses pada 08 April
2014
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012
http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatanberdasar-daerah-asal-kotakabupaten-2011-2012.html ( Diakses pada 08
April 2014)
Data Sosial Ekonomi Masyarakat provinsi Jawa Barat Hasil SUSENAS, 2011.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Hlm. 7
http://jabar.bps.go.id/publikasi_BPS/susenas2012/index.html Diakses
pada 08 April 2014

22

23

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Strategi Public Relations Radio Cosmo 101.9 FM Bandung Joged Mania Dalam Mempertahankan Pendengar Melalui Pendekatan Sosial

1 78 1

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1

Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

3 49 84

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80