PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANTRI KUR
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANTRI KUR
BERBASIS DSS DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Jarot Dian Susatyono,M.Kom 0616018301
Setyo Budi Hartono, S.AB, M.Si 0606118502
Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Nomor :
225/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/VI/2013, tanggal 27 Juni 2013
SEKOLAH TINGGI ELEKTRONIKA DAN KOMPUTER
SEPTEMBER, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah pengusaha di Indonesia diharapkan Pemerintah meningkat sedikitnya 500.000
dalam empat tahun ke depan. Program kewirausahaan di masa depan akan dirancang untuk
menghasilkan wirausahawan kreatif, inovatif dan berdaya saing global. Pemerintah juga berharap
pada tahun 2025 jumlah pengusaha akan berlipat menjadi 5 juta.
Saat ini, jumlah pengusaha di Indonesia adalah sekitar 0,24% dari total penduduk.
Sosiolog David McCleland (1985) mengatakan untuk menjadikan ekonomi suatu negara maju,
jumlah pengusaha minimal 2% atau 4,8
juta pengusaha untuk jumlah penduduk
Indonesia.Sebagai perbandingan, jumlah pengusaha di Singapura adalah 7,2% dari total
penduduk, Malaysia 2,1%, Thailand 4,1%, Korea Selatan 4,0%, dan Amerika Serikat 11,5%.
Dibutuhkan waktu hingga tahun 2030 agar Indonesia memiliki 4,8 juta pengusaha atau
2% dari total penduduk saat ini.Ketika membicarakan rencana memulai usaha, hal pertama yang
akan ditanyakan adalah “modal yang dibutuhkan?” karena sebagian besar orang beranggapan
bahwa modal selalu identik dengan uang. Padahal, sebenarnya modal hanya memiliki presentase
10% dari semua modal yang dibutuhkan entrepreneur untuk memulai bisnisnya.
Untuk merangsang pertumbuhan pengusaha, Pemerintah memberdayakan usaha kecil
khususnya dalam akses permodalan adalah melalui program Kredit Usaha Rakyat. Pada dasarnya
KUR merupakan suatu kredit atau inventasi kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koprasi di
bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable yang sebagian dijamin oleh perusahaan
penjamin. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah selama ini diakui berbagai pihak cukup besar
dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut BI: jumlahnya besar
dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi
menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan
baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan dengan harga terjangkau.
Komitmen pemerintah dalam mendukung pertumbuhan UMKM di Indones, dilaihat dari
suku bunga KUR. Suku bunga KUR untuk tahun 2013 ini dipangkas hingga 50% menjadi 6,84%
dari sebesar 13%-14% pada tahun sebelumnya. Sementara bunga KUR mikro turun menjadi
11,4% dari kisaran 22%-24%. Selain itu, target penyaluran KUR menjadi Rp36 juta.
1
Dengan adanya kebijakan Pemerintah di dalam memangkas suku bunga terhadap
penyaluran KUR akan berimbas pada penerimaan laba bank-bank penyalur KUR. Sebanyak
enam bank mengaku terganjal aturan BI dalam penyaluran KUR. Keenam bank itu adalah BRI,
BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, dan BPD. Keenam bank tersebut meminta
Pemerintah dan BI untuk mengatasi masalah pemangkasan suku bunga tersebut. Terkait KUR ini,
yang suku bunganya pada saat ini mencapai 12%-14% bisa diturunkan menjadi 6,84%.
Salah satu alokasi biaya yang ada di dalam KUR BRI adalah untuk membiayai
pengadaan, pelatihan, penggajian, dan bonus Mantri KUR BRI. Tugas Mantri KUR BRI adalah
dari debitur mengajukan KUR, menganalisa, pencairan, sampai dengan pengembalian pokok dan
bunga KUR. Mantri KUR dalam menjalankan tugas harus dibekali pelatihan dan pendidikan
yang memakan biaya tinggi. Jadi bisa diakumulasikan total biaya yang dikeluarkan BRI dengan
pendapatan bunga yang diterima jika ketentuan BI rate berlaku dari 12%-14% menjadi 6,84%.
Permasalahan tidak hanya terjadi dari penurunan tingkat suku bunga saja, tetapi yang
terjadi dilapangan adalah para calon pengambil kredit biasanya melakukan segala macam cara
agar kreditnya disetujui oleh pihak bank. Hal ini menyebabkan tingkat kredit macet juga
meningkat. Penyebabnya antara lain kurang akuratnya seorang Mantri yang dalam mencari calon
nasabah karena dikejar oleh target dari perusahaan. Pada penelitian sebelumnya (Handoyo, 2004)
dibahas mengenai evaluasi kelayakan pemberian kredit di bank umum. Penelitian ini dilakukan
pada BRI Persero regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Keakuratan dalam
menentukan kelayakan seseorang dalam pengambilan kredit dilihat dari kriteria-kriteria yang ada.
Setelah menentukan kriteria-kriteria kelayakan, akan dilakukan pembobotan dan penilaian
kelayakan seseorang dalam pengambilan kreditnya. Metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode AHP, metode ini dapat memecahkan masalah kompleks, dimana
kriteria yang diambil lebih dari satu. Selain itu, metode AHP mempunyai kemampuan untuk
memecahkan masalah yang multi objektif dan multi kriteria berdasar perbandingan preferensi
dari setiap elemen dalam hierarki. Proses pemberian kredit yang memakan waktu terlalu lama
seringkali membuat konsumen berpindah ke bank lain. Waktu yang terlalu lama tersebut
dikarenakan proses analisa kurang akurat dan dilakukan pengulangan dalam proses penilaian.
Dengan permasalahan yang diungkapkan mengenai penurunan tingkat suku bunga KUR
oleh BI menjadi 6,84% dan biaya yang harus dikeluarkan oleh BRI ditambah juga dengan tingkat
akurasi dalam menganalisa kredit. Sistem Informasi berbasis DSS dengan metodeAHP
2
dikembangkan untuk menggantikan peran Mantri KUR yang dinilai kurang efisien dan
membutuhkan biaya yang tinggi. Peran Mantri KUR dapat digantikan karena adanya jaminan BI
terhadap dana KUR yang dicairkan, sebesar 70% melalui PT Askrindo dan jaminan yang diminta
BRI. Sistem Informasi berbasis DSS dengan metode AHP adalah sistem informasi berbasis
computer yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Suatu system komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk pengambilan
keputusan dari masalah semi-terstruktur yang spesifik yang bersumber dari analisa ad hoc data,
pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan.
B. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian di atas adalah berkaitan dengan penurunan suku bungan KUR
oleh BI yang menyebabkan pengukuhan laba oleh BRI sebagai penyalur KUR menurun dan biaya
yang untuk menggaji para mantri KUR. Maka perumussan masalahnya adalah:
1. Bagaimanakah pengembangan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode
APH ini bisa menggantikan tugas Mantri KUR BRI?
2. Bagaimanakah penggunaan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode
APH ini bisa mengurangi biaya dan meningkatkan efektifitas perolehan laba Bank BRI?
C. Target Keluaran
Pengembangan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode AHP untuk
melakukan menggantikan mantri KUR di dalam menganalisa pengambilan keputusan dalam
pemberian KUR BRI. Agar kelangsungan penyaluran KUR oleh BRI tetap konsisten.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Teori
1. Sistem Informasi
Definisi Sistem Informasi - Menurut Mc leod Sistem informasi adalah suatu sistem di
dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang
mendukung fungsi organisasi yang bersifat manajerial dalam kegiatan strategi dari suatu
organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan – laporan yang
diperlukan. (Tata Sutabri, S.Kom., MM, 2005:36)
Pengertian Sistem Informasi Menurut Para Ahli - Sistem informasi adalah sistem di dalam
suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, membantu dan
mendukung kegiatan operasi, bersifat manajerial dari suatu organisasi dan membantu
mempermudah penyediaan laporan yang diperlukan. (Erwan Arbie, 2000, 35).
Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah ssehingga
menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan saling mendukung sehingga
menjadi suatu informasi yang berharga bagi yang menerimanya. (Tafri D. Muhyuzir, 2001, 8).
Leitch Rosses (dalam Jugiyanto, 2005 : 11) mengemukakan sistem informasi adalah suatu
sistem didalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolah transaksi harian,
mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Menurut Lani Sidharta (1995: 11), “Sebuah sistem informasi adalah sistem buatan
manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen – komponen manual dan komponen –
komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data, memproses data, dan
menghasilkan informasi untuk pemakai”
Sistem informasi didefinisikan Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam buku
Jogiyanto HM., (1999: 11), “Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial
dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporanlaporan yang diperlukan.”
4
Menurut Gordon B. Davis (1991: 91), “Sistem informasi adalah suatu sistem yang
menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai dengan instruksi dan
mengeluarkan hasilnya.”
Sistem informasi terbentuk melalui suatu kelompok kegiatan operasi yang tetap, adalah
sebagai berikut:
(1) Mengumpulkan data;
(2) Mengelompokkan data;
(3) Menghitung;
(4) Menganalisa;
(5) Menyajikan laporan.
Selain itu, sasaran sistem informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode AHP
adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatkan penyelesaian tugas, pemakai harus lebih produktif agar menghasilkan
keluaran yang memiliki mutu yang tinggi;
(2) Meningkatkan efektifitas secara keseluruhan, harus mudah dan sering digunakan;
(3) Meningkatkan efektifitas ekonomi, keuntungan diperoleh dari sistem harus lebih besar dari
biaya yang dikeluarkan.
Sistem informasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi secara optimal
dan berbasis komputer yang dapat menghimpun dan menyajikan berbagai jenis data yang akurat
untuk berbagai macam kebutuhan.
2. Decision Support Sistem (DSS)
Dalam buku Turban, Potter (2005, p321) yang berjudul Introduction to Information
Technology, disebutkan bahwa “Idecision Support System (DSS) a computer-based that
combines model and data to provide support for decision makers in solving semi structured or
interdependent problems with extensive user involvement.”
Decision Support System (DSS) atau Sistem Pendukung Keputusan (SPK) secara umum
didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan
pemecahan masalah maupun kemampuan pemgkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur.
Secara khusus, SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer
5
maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara
memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu (Hermawan, 2005).
Pembuatan keputusan merupakan fungsi seorang manajer. Kegiatan pembuatan keputusan
meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari
alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan
seorang manajer dalam
membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan
menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan manajer
dalam pembuatan keputusan diharapkan dapat ditingkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya,
dan hal ini tentu akan meningkatkan efisiensi kerja manajer yang bersangkutan.
Pada awalnya Turban & Aronson (1998), mendefinisikan sistem penunjang keputusan
(Decision Support Systems – DSS) sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan
membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur
dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para
manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi dan peran manajer.
Konsep DSS pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael Scott
Morton, yang dikenal dengan istilah “Management Decision System”. Konsep DSS merupakan
sebuah sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan
data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi
terstruktur. DSS dirancang untuk menunjang tahapan pembuatan keputusan, dimulai dari tahapan
mengidentifikasi masalah, memilih data relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam
proses pembuatan keputusan sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.
Pada dasarnya sistem pendukung keputusan adalah sistem yang tidak bisa dipisahkan dari
teknologi komputer hampir mustahil ketika sistem pendukung keputusan tidak melibatkan
teknologi didalam proses pengambil keputusannya yaitu komputer, secara umum sistem
pendukung keputusan berfungsi untuk membantu dalam pengambilan keputusan secara efektif
dimana nantinya permasalahan yang dihadapi dapat dengan cepat mendapat solusinya.
Menurut Kendal dan Kendal, 2002, Decision Support System (DSS) atau sistem
pendukung keputusan hampir sama dengan sistem informasi manajemen tradisional karena
keduanya sama-sama tergantung pada basisdata sebagai sumber data dimana DSS menekankan
pada fungsi pendukung pembuatan keputusan diseluruh tahap-tahapnya, walaupun keputusan
aktual masih tetap wewenang eksekutif sebagai pembuat keputusan.
6
Tujuan dari sistem pendukung keputusan menganalisa pencairan kredit (Turban, 2005) :
1. Membantu manajer dalam mengambil keputusan atas masalah semi terstuktur.
2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukan dimaksudkan untuk
menggantikan manajer.
Tahapandalam Sistem Informasi Berbasis DSS ada enam tahapan adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur. Penulisan dimulai dengan studi kepustakaan yaitu proses pengumpulan bahan
referensi dari buku, artikel, paper, jurnal, makalah, maupun situs internet mengenai DSS,
metode AHP serta beberapa referensi lainnya untuk menunjang pencapaian tujuan penelitian).
2. Analisis Data dengan Penelitian ke Lapangan (Field Research). Pada tahap ini dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari perusahaan khususnya
bank melalui riset lapangan
a. Pengumpulan sampel dokumentasi yang berhubungan dengan masalah KUR pada BRI
b. Mewawancara pihak yang berkompeten dalam masalah KUR pada Bank.
3. Merancang Desain Sistem . Desain yang dirancang adalah desain user interface dan struktur
program Sistem Pendukung Keputusan penentuan pemberian Kredit Usaha Rakyat.
4. Implementasi
Sistem.
Sistem
diimplementasikan
dalam
bentuk
perangkat
lunak
menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.
5. Pengujian dan Analisis Sistem. Pada tahap ini akan dilakukan pengujian sistem, untuk
mencari kesalahan-kesalahan sehingga dapat diperbaiki. Kemudian akan dilakukan analisis
terhadap fokus permasalahan penelitian, apakah sudah sesuai seperti yang diinginkan.
6. Dokumentasi Sistem. Pembuatan laporan Penelitian lengkap dengan analisis yang didapatkan.
3. Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Analitycal
Hierarchy Process (AHP) umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari
berbagai alternative pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau
multikriteria (Bourgeois, 2005).
Penentuan prioritas inilah yang merupakan bagian penting dari penggunaan metode AHP
(Mulyono, 1996). Selanjutnya Mulyono (1996), menjelaskan bahwa pada dasarnya metode AHP
merupakan suatu teori umum tentang suatu konsep pengukuran. Metode ini digunakan untuk
menemukan suatu skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang bersifat diskrit maupun
7
kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala
dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif.
Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi
manusia akan prioritas antara satu elemen dengan elemen yang lainnya. Keberadaan hirarki
memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu
menyusunnya menjadi suatu bentuk hirarki. Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty dapat memecahkan masalah kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak,
struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta
ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang
sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering disertai dengan
variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin dapat dicatat secara
numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu berdasarkan pada persepsi, preferensi,
pengalaman, dan intuisi.
Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode AHP, antara lain (Suryadi & Ramdhani 1998):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan dengan subtujuan,
kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau
pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.
Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh nilai judgment seluruhnya yaitu
sebanyak n x [(n-1)/2] buah dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan mengujinya, jika tidak konsisten pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen
merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam penentuan
prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai lebih 10% atau 0,1 penilaian data harus diperbaiki.
8
4. Kredit Usaha Rakyat
Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu : “Credere” yang berarti
“kepercayaan”. Seorang yang memperoleh kredit berarti memperoleh suatu kepercayaan
(Muhamad Djumhana2000 :365).
Menurut Sutan Remy Sjahdeini (1993 : 158) bahwa yang dimaksud perjanjian kredit
adalah perjanjian pinjam uang antara bank dan nasabah debitor yang mewajibkan pihak nasabah
(debitor) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga dan
pemberian hasil keuntungan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Abdulkadir Muhammad (2000 : 58) mengemukakan unsur esensial dalam konsep kredit :
a. Kepercayaan. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap kredit bank, yaitu kredit yang
diberikan itu dapat dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang disepakati bersama;
b. Agunan. Setiap kredit yang akan diberikan selalu disertai barang yang berfungsi sebagai
jaminan bahwa kredit yang diterima oleh calon debitor pasti akan dilunasi dan ini akan
meningkatkan kepercayaan pihak bank;
c. Jangka waktu. Pengembalian kredit didasarkan pada jangka waktu tertentu yang layak, jangka
waktu berakhir jika kredit dilunasi;
d. Risiko. Jangka waktu pengembalian kredit mengandung risiko terhalang atau terlambat, atau
macetnya pelunasan kredit;
e. Bunga bank. Setiap pemberian kredit selalu disertai imbalan berupa bunga yang wajib dibayar
oleh calon debitor dan ini merupakan keuntungan yang diterima oleh bank;
f. Kesepakatan. Persyaratan kredit dan prosedur pengembalian kredit serta akibat hukumnya
adalah hasil kesepakatan dan dituangkan dalam akta perjanjian yang disebut kontrak kredit.
Bank dalam menyalurkan kreditnya selalu menerapkan prinsip 5 C, menurut Retnowulan
Sutantio (1998, 319 : 320) yang dimaksud dengan 5 C itu adalah :
1. Character adalah kepribadian, moral, kejujuran calon debitor selalu harus diteliti seksama
terutama dalam menghadapi debitor yang baru. Hal-hal yang diteliti adalah sifat pribadi yang
meliputi cara hidup, keadaan keluarga, riwayat dan nama baik calon debitor di masyarakat.
9
2. Capacity adalah kemampuan debitor dalam mengendalikan dan mengembangkan usahanya
serta kesanggupannya dalam menggunakan kredit yang bakal diterimanya. Latar belakang
pendidikan, pengalaman dan keadaan usahanya pada waktu permohonan kredit diajukan.
3. Capital adalah suatu modal yang dimiliki debitor pada waktu permohonan kredit diajukan.
Keadaan perusahaan yang dikelolanya harus dinilai dengan cermat sebelum permohonan
dikabulkan seluruhnya, sebagian atau ditolak sama sekali.
4. Colleteral adalah agunan atau jaminan berupa benda yang diberikan oleh calon debitor.
Dengan jaminan ini maka bank akan lebih terjamin bahwa kredit yang diberikannya akan
dapat diterima kembali pada waktu yang ditentukan.
5. Condition adalah keadaan ekonomi pada umumnya, keadaan ekonomi nasional dan keadaan
ekonomi calon debitor. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui kedudukannya.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 31/147/Kep/Dir tanggal 12 November 1998,
tentang Kualitas Kredit, unsur kredit bermasalah adalah (Mudrajad Kuncoro, 2002:468):
1. Kurang Lancar (terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
90 hari, terdapat overdraft berulang kali untuk menutupi kerugian operasional dan arus kas,
hubungan debitor dengan bank buruk, informasi keuangan debitor tidak dapat dipercaya,
dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah, pelanggaran terhadap
persyaratan pokok kredit, perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan)
2. Diragukan (terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga melampaui 180- 270 hari,
terjadi overdraft bersifat permanen
untuk menutupi kerugian operasional dan arus kas,
hubungan antara debitor bank buruk, informasi keuangan debitor tidak dapat dipercaya,
dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah, pelanggaran yang
prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian pokok)
3. Macet (terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270
hari, dokumentasi kredit kurang lengkap dan/atau pengikatan agunan tidak ada)
Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/ pembiayaan kepada
Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan
investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang
dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank.
Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya
sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana.Penjaminan KUR diberikan dalam rangka
10
meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin,
BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).
Bank Indonesia juga menggolongkan kualitas aktiva produktif hanya mengacu pada satu
kriteria, yaitu ketepatan pembayaran pokok dan bunga. Sebelumnya, BI mengacu pada tiga pilar,
yaitu prospek usaha, kemampuan membayar dan kinerja keuangan.
5. Analisa Mantri KUR
Account Officer(AO) adalah orang yang bertugas sejak mencari nasabah sesuai kriteria
peraturan, menilai, mengevaluasi, mengusulkan besarnya kredit yang diberikan. Untuk
mendapatkan seorang AO yang berkualitas, diperlukan pendidikan yang memadai dan jam
terbang, agar bisa mengenali usaha yang layak dibiayai. Sebelumnya AO akan membuat
perencanaan, usaha apa saja yang layak dibiayai di wilayahnya , dan berapa
dana yang
diperlukan untuk menyalurkan kredit tersebut. Kemudian AO akan melakukan kunjungan ke
usaha nasabah, melakukan wawancara, menggali informasi dari nasabah tersebut.
AO juga membantu membuat neraca usaha nasabah, serta cash flow membayarnya dari
bukti bon-bon yang ada. Selanjutnya AO akan mengusulkan memorandum analisis kredit kepada
atasannnya yang akan meneruskan ke komite kredit untuk mendapat putusan. Analisisa AO
dalam memilih usaha yang tepat, maka usaha berjalan lancar, dan usaha akan meningkat, dan
bank akan memperoleh laba. Seorang AO yang baik, jika mengetahui usaha nasabahnya turun
akan segera mengevaluasi apa yang menjadi penyebabnya, apakah. Disini diperlukan kerjasama
dari kedua belah pihak.
Tanggung jawab AO:
1. membuat rencana target pinjaman BRI Unit dan bertanggung jawab atas pencapaiannya agar
realisasi pencapaian target lebih terarah dan termonitor;
2. melakukan penelitian kelengkapan dan keabsahan dokumen pinjaman BRI Unit, analisa
permohonan pinjaman nasabah dan calon nasabah;
3. melakukan pembinaan, penagihan dan pengawasan pinjaman BRI Unit mulai dari pinjaman
dicairkan sampai dengan lunas untuk meminimalkan risiko pinjaman;
4. melaporkan situasi dan kondisi debitur yang masih lancar maupun memburuk serta
memberikan usul, saran dan pemecahannya kepada atasan;
11
5. memasarkan dan memperkenalkan produk – produk BRI dan menyampaikan hasil kunjungan
ke nasabah kepada atasan dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan agar proses
marketing lebih efisien dan efektif serta terarah sesuai prioritas.
Wewenang AO:
1. memprakarsai permintaan pinjaman;
2. memproses dan mengusulkan permintaan pinjaman.
B. Kerangka Pemikiran
Bank mengalami penurunan laba karena peraturan pemerintah melalui regulasi BI Rate
tentang suku bunga KUR dari 22% turun menjadi 12%-13%. Dan pada tahun 2013 ini diturunkan
lagi menjadi 6,84%. Hal ini membuat bank-bank penyalur dana KUR merasa tidak frofitable di
dalam menjalankan penyaluran KUR. Disamping itu kesalahan dalam menganalisa nasabah KUR
oleh Mantri KUR menyebabkan penilaian kelayakan tidak lagi objektif. Sistem informasi
berbasis DSS ini dikembangkan untuk menggantikan peranan Mantri KUR dalam menganalisa
perkreditan nasabah kur dengan menggunakan metode AHP. Dengan digantikannya Mantri KUR
dengan sistem ini diharapkan biaya-biaya seperti gaji, bonus, serta pendidikan dari mantri bisa
dihilangkan dan bisa menekan biaya. Selain itu, sistem ini dirancang untuk seobjektif mungkin
menilai kriteria-kriteria kelayakan dalam menganalisa penilaian-penilaian pengajuan kredit KUR.
PENGAJU KUR
MANTRI KUR
APPROVE KUR
Sistem Informasi Bebasis
DSS Dengan Metode
AHP
12
PENCAIRAN KUR
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penilitian
1. Untuk mengetahui pengembangan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan
metode APH ini bisa menggantikan tugas Mantri KUR BRI.
2. Untuk mengetahui seberapa besar biaya yang bisa ditekan dan laba yang diperoleh oleh bank
dari pengembangan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode APH.
B. Manfaat Penilian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi dunia perbankan, akan menjadi perangkat lunak yang berfungsi dalam mengidentifikasi
tingkat kelayakan bagi pengajuan KUR oleh debitur.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan sebagai referensi bagi
penelitian mengenai sistem perangkat lunak untuk menganalisa pemberian kredit.
13
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Model Penelitian Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian Riset dan Pengembangan (R&D) dengan Model
pengembangan Borg and Gall (1983) dengan 10 langkah. Meliputi:
1. Research and information collecting; Langkah ini antara lain studi literature yang berkaitan
dengan permasalahan yang dikaji meliputi penganalisaan kredit. Materi tersebut digunakan
untuk
merumuskan kerangka kerja penelitian; Disini mengkaji penelitian yang sudah
dilaksanakan (Handoyo, 2004).
2. Planning; Merumuskan permasalahan, mententukan tujuan, mendata produk yang dihasilkan,
dan membuat prototype.
3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk
yang akan dihasilkan berupa penganalisaan kredit dengan menggunakan sistem komputer
berbasis DSS dengan menggunakan metode AHP. Termasuk dalam langkah ini adalah
persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan
evaluasi terhadap kelayakan alat pendukung. Penyusunan instrument validasi produk awal.
4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba awal secara terbatas dalam skala terbatas.
dengan melibatkan subjek secukupnya.
5. Main product revision, yaitu melakukan revisi atas dasar masukan dari para validator. Standar
capaiannya adalah sistem informasi yang valid.
6. Main field testing, uji coba lapangan secara terbatas. Produk capaiannya adalah sistem
informasi berbasis DSS untuk menganalisa pemberian kredit pembelajran dan bahan ajar yang
implementasi terbatasnya praktis..
B. Alat/Instrument Penelitian
Menurut Ghozali (2006: 144)
“Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa
dan menyajikan data-data secara sistematis serta obyektif dengan tujuan memecahkan
suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis”.
14
Bagan alur instrumen penelitian
Penelitian terdahulu
Analisa KUR oleh Mantri
(Handoyo)
KUR
Sistem Informasi Berbasis
DSS metode AHP
Produk Sistem
INformasi
Uji coba lapangan yang
lebih operasional
Instrumen penilaian
untuk analisa KUR
Revisi produk
Diseminasi perangkat
yang sudah valid
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sedangkan waktunya Senin
sampai Jum’at pada saat hari kerja
15
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
A. ANALISIS KUR
Untuk anggunan pinjaman KUR mikro BRI yaitu dengan usaha itu sendiri dan dengan
jaminan BPKB. Untuk menghitung nilai motor tersebut digunakan Analisa Harga Motor
Second di Pasaran yaitu sebesar 50% dari harga jual. Berikut ini adalah harga jual motor
second di pasaran:
Matic
Honda BeAT
Honda Vario
Honda Scoopy
Tahun 2008 Rp8 juta.
Tahun 2007 Rp7,5 juta
Tahun 2010 Rp9,5 juta
Tahun 2007 Rp6 juta.
Tahun 2009 Rp8,7 juta
Tahun 2008 Rp8 juta.
Tahun 2011 Rp10 juta
Tahun 2008 Rp6,5 juta
Tahun 2010 Rp9 juta
Tahun 2009 Rp8,5juta
Tahun 2009 Rp7 juta.
Tahun 2010 Rp9 juta
Tahun 2010 Rp7,5 juta
Motor Bebek
Yamaha Mio
Motor Sport
Supra X 125
Yamaha Jupiter MX
Tahun 2008 Rp8,5 juta
Tahun 2008 Rp8,5 juta
Tahun 2008 Rp7 juta
Tahun 2008 Rp13 juta.
Tahun 2009 Rp9 juta.
Tahun 2009 Rp9,5 juta
Tahun 2009 Rp7,5 juta
Tahun 2009 Rp14,5 jut
Tahun 2010 Rp10,5 jut Tahun 2010 Rp10 juta.
Tahun 2010 Rp8 juta.
Tahun 2010 Rp15,5
Tahun 2011 Rp11 juta.
Tahun 2011 Rp8,5 juta
Tahun 2011 Rp16,5 jut
Tahun 2011 Rp10,5 jut
Yamaha Vega
Yamaha V-ixion
Skim Kredit Usaha Rakyat BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK program
KUR mikro adalah sebagai berikut:
1.
JENIS/TUJUAN PENGGUNAAN KUR : Tambahan Modal Kerja dan atau Investasi.
2.
KRITERIA PENERIMA : Mempunyai Usaha yang layak untuk diberikan KUR Feasible
namun belum bankable.
3.
PERSYARATAN : Permohonan kredit dilampiri dengan Surat Keterangan Usaha dari
Kelurahan/Kepala Desa/Kepala Pasar, Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga, Pas foto. Tidak
sedang menerima kredit atau pembiayaan KUR dari bank lain
4.
PLAFOND : Maksimal Rp.20 juta (total eksposure)
16
5.
JANGKA WAKTU : Kredit Modal Kerja : maks. 3 tahun, perpanjangan maks. 6 tahun
;Kredit Investasi: maks. 5 tahun, perpanjangan maks. 10 tahun (terhitung sejak tanggal
perjanjian awal)
6.
7.
SUKU BUNGA :
Jangka waktu 6 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,085
Jangka waktu 12 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,025
Jangka waktu 18 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,015
Jangka waktu 24 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,020
Jangka waktu 36 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,040
Jangka waktu 48 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,065
Jangka waktu 60 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,095
AGUNAN : Usaha yang dikelola calon debitur.
B. METODE DAN ANALISIS DSS DENGAN METODE AHP
Proses pembuatan perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan Penentu Penentuan
mutasi, enumerasi dan promosi pegawai dilakukan dengan menggunakan model air terjun
(Waterfall).
Dimana siklus perangkat lunak ini di definisikan pada gambar 2.
17
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk pengembangan dasar adalah sebagai
berikut:
1.
Analisis dan definisi persyaratan. Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data,
analisa kebutuhan, pembatasan masalah, tujuan dari pembuatan sistem dengan melakukan
wawancara langsung serta pengambilan data Pegawai Mantri KUR Bank Rakyat Indonesi
(BRI) Tbk.
2.
Perancangan sistem dan perangkat lunak. Pada proses ini akan dilakukan perancangan
menu sistem, modul-modul serta arsitektur sistem secara keseluruhan.
3.
Implementasi dan pengujian unit. Pada tahap ini, akan dilakukan pembuatan pemrograman
perangkat lunak (coding) dan pengujian perangkat lunak dengan memasukkan beberapa
sample data.
4.
Integrasi dan pengujian unit. Perangkat lunak akan diintegrasikan dan diuji sebagai sistem
yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem sudah telah dipenuhi.
C. METODE PENDEKATAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM
Metode pendekatan sistem dilakukan sebagai langkah untuk menghasilkan sistem
informasi berbasis komputer untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terdapat
dan ditemukan pada tempat penelitian, yang dimana langkah selanjutnya aka dilakukan
metode pengembangan sistem untuk mengembangkan sistem yang baru berdasarkan cara
kerja sistem dan berdasarkan permasalahan yang ada.
1.
Metode Pendekatan Sistem
Metode pendekatan sistem dengan berorientasi pada data dan proses untuk menghasilkan suatu
sistem informasi yang terarah dan mampu untuk membantu dalam sistem pengambilan
keputusan. Alat yang digunakan untuk membantu UML (Unified Modeling Language)pemodelan
data adalah dengan menggunakan
2.
Metode Pengembangan Sistem
Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangat lunak yang banyak
digunakan. Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat saling
berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Sering terjadi seorang pelanggan hanya
mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan secara detal
output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang dibutuhkan.
18
Sebaliknya disisi pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan
sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer.
Prototipe tersebut adalah sistem informasi yang menggambarkan hal-hal penting dari sistem
informasi yang akan datang.
3.
Alat Bantu Analisis Perancangan
Sejumlah sistem memiliki cara pemodelan, untuk mendeskripsikan gambaran sistem. Pada
dasarnya kita dapat menggunakan model apa saja tergantung pada situasi. Perancangan sistem
dapat dilakukan dengan bantuan Use case diagram, Sequence Diagram, System Sequence
Diagram, Class Diagram, Conceptual class Diagram, Flowmap, Kamus Data.
1. Use case diagram
Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun requirement sebuah
sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua
feature yang ada pada sistem. Sebuah use case dapat meng-include fungsionalitas use case
lain sebagai bagian dari proses dalam dirinya. Secara umum diasumsikan bahwa use case
yang di-include akan dipanggil setiap kali use case yang meng-include dieksekusi secara
normal.
2. Class Diagram
Class dapat merupakan implementasi dari sebuah interface, yaitu class abstrak yang hanya
memiliki
metoda.
Interface
tidak
dapat
langsung
diinstansiasikan,
tetapi
harus
diimplementasikan dahulu menjadi sebuah class.
3. Conceptual Class Diagram
Conceptual Class Diagram menggambarkan identifikasi kelas konseptual dengan atribut dan
asosiasinya. Conceptual Class Diagram bertujuan untuk menjabarkan domain permasalahan
menjadi domain model.
19
4. Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan disekitar sistem
(termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap
waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertical (waktu) dan dimensi horizontal (objekobjek yang terkait).
5. System Sequence Diagram
System Sequence Diagram menggambarkan interaksi antara objek dengan sebuah sistem yang
utuh. Sistem Sequence Diagram digunakan untuk mengilustrasikan event sistem baru untuk
menjelaskan operasi suatu sistem baru tersebut. Sistem Sequence Diagram menganalisis
operasi sistem sehingga dapat mengidenntifikasikan input dan output utama event sistem.
6. Activity Diagram
Menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas, digunakan untuk mendeskripsikan aktifitas
yang dibentuk dalam suatu operasi sehingga dapat juga digunakan untuk aktifitas lainnya
seperti use caseatau interaksi.
4.
Pengujian Software
Untuk mengidentifikasi apakah perangkat lunak yang dibangun telah sesuai dengan yang
diharapkan, sesuai dengan kebutuhan dan untuk menguji perangkat lunak untuk menemukan
kesalahan-kesalahan yang belum terungkap.
Metode pengujian perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Black Box Testing. Black Box Testing adalah sebuah metode yang
digunakan untuk menemukan kesalahan dan mendemonstrasikan fungsional aplikasi pada
saat dioperasikan, apakah input diterima dengan benar dan output yang dihasilkan telah sesuai
dengan yang diharapkan apakah integritas informasi eksternal terpelihara.
Pengujian black box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut.
1. Fungsi yang tidak benar atau tidak ada.
2. Kesalahan antarmuka.
3. Kesalahan dalam struktur data dan akses basis data.
20
4. Kesalahan kinerja (performansi).
5. Kesalahan Inisialisasi dan kesalahan terminasi.
Pengujian (testing) sistem informasi, terdapat beberapa langkah-langkah dalam pengujian,
diantaranya:
a. Testing saat Input Data
Tindakan untuk menguji edit dan kontrol dalam pemasukan data, misalnya : validasi, cek
digit.
b. Testing saat Pemrosesan
Bertujuan untuk meyakinkan bahwa program telah bekerja seperti yang diharapkan.
c. Testing saat Output.
Testing saat Output berguna untuk meyakinkan bahwa laporan yang dihasilkan telah dibuat
dengan format yang benar dan mempunyai informasi yang valid.
21
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
A.
PENGUJIAN
Untuk mengidentifikasi apakah perangkat lunak yang dibangun telah sesuai dengan yang
diharapkan, sesuai dengan kebutuhan dan untuk menguji perangkat lunak untuk menemukan
kesalahan-kesalahan yang belum terungkap.
1.
RENCANA PENGUJIAN
Metode pengujian perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Black Box Testing. Black Box Testing.
Tabel 6.1 Rancangan Pengujian
No
Komponen yang di uji
Skenario butir uji
Hasil Pengujian
1.
Tampilan Awal
Memilih Icon SPK
2.
Tampilan Menu Utama
Memilih Menu Login, Black Box
masuk ke menu utama.
Memilih Menu Daftar, Black Box
mendapatkan hak akses.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Memilih Menu Exit,
keluar aplikasi
Tampilan Menu Debitur
Pilih
Login
debitur,
masuk menu debitur
Tampilan
Form Isi
form
pengajuan,
Pengajuan
Proses
Kredit,
Pilih
Simpan
Tampilan About
Tampilan
informasi
aplikasi
Tampilan Logout
Pilih logout, keluar dari
aplikasi
Tampilan Account Officer Tampilan Menu Account
Officer
Tampilan
Cek Isi Form kelengkapan
Kelengkapan Debitur
debitur, pilih simpan data
Tampilan
Penilaian
Survey
Tampilan Menu Komite
Kredit
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Isi form pnilaian survey, Black Box
pilih simpan data
Tampilan Menu Utama Black Box
Komite Kredit
22
11.
Tampilan Menu Analisa
Isi
penilaian
kriteria, Black Box
Character, pilih hasil
12.
Tampilan Laporan
Input kata kunci, pilih ok
23
Black Box
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan berdasarkan uraian yang telah dilakukan selama proses
pelaksanaan pengerjaan aplikasi Pengembangan Sistem Informasi Mantri KUR BRI Berbasis
DSS Menggunakan Metode AHP, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Merancang dan membangun sistem pendukung keputusan pengajuan dana kredit, yang
dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan, layak atau tidaknya debitur diberi
layanan kredit.
2. Proses pengambilan keputusan menggunakan metode AHP.
3. Dengan dibangunnya sistem pendukung keputusan mampu mengatasi dan mengurangi
permasalahan-permasalahan yang ada, sehingga proses pemberian kredit menjadi lebih
cepat.
B. SARAN
Setelah mengembangkan sistem pendukung keputusan ini, ada beberapa saran yang
harus diterapkan guna pengembangan sistem pendukung keputusan lebih lanjut, dalam
perancangan dan pembangunan sistem pendukung keputusan pengajuan dana kredit masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu terdapat bebrapa saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan:
1. Untuk penelitian selanjutnya sistem ini diharapkan bisa berkembang, bukan hanya dapat
menentukan layak atau tidak layak debitur dalam mendapatkan layanan kredit tetapi dapat
memenuhi prosedur perkreditan yang ada, dan dapat menangani proses perkreditan tidak
hanya untuk perorangan.
2. Mengembangkan proses pengambilan keputusan, memaksimalkan kinerja sistem sehingga
dapat meningkatkan keakuratan kinerja sistem.
24
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perikatan . Citra Aditya Bakti. Bandung.
Arbie, E., 2000, Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Edisi Ke-7, Jilid 1, Bina Alumni
Indonesia, Jakarta.
Bourgeois, R. 2005. Analitical Hierarchy Process: an Overview UNCAPSA-UNESCAP. Bogor
Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg. 1983. Educational Research An
Introduction (4th ed.). Pearson Education, Inc. New York
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang
Gordon B. Davis. 1991. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1. PT Pustaka
Binamas Pressindo. Jakarta
Handoyo. (2004). Perencanaan Sistem Evaluasi Kelayakan Pemberian Kredit Pada Pedagang
Kecil Dan Menengah Di PT Centratama Nasional Bank. Thesis, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
http://yusufarif.blogspot.com/2011/09/menghitung-bunga-bank.html
Jogiyanto HM. 1999. Analisis dan Disain Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek
Aplikasi Bisnis. Andi Offset. Yogyakarta
Jogianto2 HM. 2005. Sistem Teknologi Informasi. Andi. Yogyakarta
Julius, Hemawan. 2005. Membangun Design Sistem Informasi. Andi Offset. Yogyakarta
Kendall Keneth E, Kendal Julie E. 2006. Analisis dan Perancangan edisi lima jilid 1, Gramedia.
Jakarta
Kuncoro, Mudrajat. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. BPEE. Yogyakarta.
Lani Sidharta. 1995. Pengantar Sistem Informasi Bisnis. P.T. ELEX Media Komputindo. Jakarta
Mcleod, Raymond. 2001. Sistem Informasi Manajemen. PT Prenhallindo. Jakarta
Muhammad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan Di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti
Muhyuzir T.D., 2001, Analisa Perancangan Sistem Pengolahan Data, Cetakan Kedua, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta
Mulyono, Sri. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Indonesia.
25
O’Brein, James A., (2005), ”Pengantar Sistem Informasi”, Penerbit : Salemba 4, Jakarta.
Sjahdeini, Sutan Renny. 1993. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia. Intitut Bankir Indonesi. Jakarta
Suryadi, R. dan M. Ali Ramdhani. 1998. Sistem Pendukung Keputusan. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
Susantio. 1988. Aspek-Aspek Hukum Perikatan. Alumni. Bandung.
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, 2005, Yogyakarta, Andi
Turban E, Jaye Aronson, Peng-Liang Ting. 2002. Decision Support System and Intelegent. Andi.
Yogyakarta
26
27
28
29
30
PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANTRI KUR
BERBASIS DSS DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Jarot Dian Susatyono,M.Kom 0616018301
Setyo Budi Hartono, S.AB, M.Si 0606118502
Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Nomor :
225/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/VI/2013, tanggal 27 Juni 2013
SEKOLAH TINGGI ELEKTRONIKA DAN KOMPUTER
SEPTEMBER, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah pengusaha di Indonesia diharapkan Pemerintah meningkat sedikitnya 500.000
dalam empat tahun ke depan. Program kewirausahaan di masa depan akan dirancang untuk
menghasilkan wirausahawan kreatif, inovatif dan berdaya saing global. Pemerintah juga berharap
pada tahun 2025 jumlah pengusaha akan berlipat menjadi 5 juta.
Saat ini, jumlah pengusaha di Indonesia adalah sekitar 0,24% dari total penduduk.
Sosiolog David McCleland (1985) mengatakan untuk menjadikan ekonomi suatu negara maju,
jumlah pengusaha minimal 2% atau 4,8
juta pengusaha untuk jumlah penduduk
Indonesia.Sebagai perbandingan, jumlah pengusaha di Singapura adalah 7,2% dari total
penduduk, Malaysia 2,1%, Thailand 4,1%, Korea Selatan 4,0%, dan Amerika Serikat 11,5%.
Dibutuhkan waktu hingga tahun 2030 agar Indonesia memiliki 4,8 juta pengusaha atau
2% dari total penduduk saat ini.Ketika membicarakan rencana memulai usaha, hal pertama yang
akan ditanyakan adalah “modal yang dibutuhkan?” karena sebagian besar orang beranggapan
bahwa modal selalu identik dengan uang. Padahal, sebenarnya modal hanya memiliki presentase
10% dari semua modal yang dibutuhkan entrepreneur untuk memulai bisnisnya.
Untuk merangsang pertumbuhan pengusaha, Pemerintah memberdayakan usaha kecil
khususnya dalam akses permodalan adalah melalui program Kredit Usaha Rakyat. Pada dasarnya
KUR merupakan suatu kredit atau inventasi kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koprasi di
bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable yang sebagian dijamin oleh perusahaan
penjamin. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah selama ini diakui berbagai pihak cukup besar
dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut BI: jumlahnya besar
dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi
menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan
baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan dengan harga terjangkau.
Komitmen pemerintah dalam mendukung pertumbuhan UMKM di Indones, dilaihat dari
suku bunga KUR. Suku bunga KUR untuk tahun 2013 ini dipangkas hingga 50% menjadi 6,84%
dari sebesar 13%-14% pada tahun sebelumnya. Sementara bunga KUR mikro turun menjadi
11,4% dari kisaran 22%-24%. Selain itu, target penyaluran KUR menjadi Rp36 juta.
1
Dengan adanya kebijakan Pemerintah di dalam memangkas suku bunga terhadap
penyaluran KUR akan berimbas pada penerimaan laba bank-bank penyalur KUR. Sebanyak
enam bank mengaku terganjal aturan BI dalam penyaluran KUR. Keenam bank itu adalah BRI,
BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, dan BPD. Keenam bank tersebut meminta
Pemerintah dan BI untuk mengatasi masalah pemangkasan suku bunga tersebut. Terkait KUR ini,
yang suku bunganya pada saat ini mencapai 12%-14% bisa diturunkan menjadi 6,84%.
Salah satu alokasi biaya yang ada di dalam KUR BRI adalah untuk membiayai
pengadaan, pelatihan, penggajian, dan bonus Mantri KUR BRI. Tugas Mantri KUR BRI adalah
dari debitur mengajukan KUR, menganalisa, pencairan, sampai dengan pengembalian pokok dan
bunga KUR. Mantri KUR dalam menjalankan tugas harus dibekali pelatihan dan pendidikan
yang memakan biaya tinggi. Jadi bisa diakumulasikan total biaya yang dikeluarkan BRI dengan
pendapatan bunga yang diterima jika ketentuan BI rate berlaku dari 12%-14% menjadi 6,84%.
Permasalahan tidak hanya terjadi dari penurunan tingkat suku bunga saja, tetapi yang
terjadi dilapangan adalah para calon pengambil kredit biasanya melakukan segala macam cara
agar kreditnya disetujui oleh pihak bank. Hal ini menyebabkan tingkat kredit macet juga
meningkat. Penyebabnya antara lain kurang akuratnya seorang Mantri yang dalam mencari calon
nasabah karena dikejar oleh target dari perusahaan. Pada penelitian sebelumnya (Handoyo, 2004)
dibahas mengenai evaluasi kelayakan pemberian kredit di bank umum. Penelitian ini dilakukan
pada BRI Persero regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Keakuratan dalam
menentukan kelayakan seseorang dalam pengambilan kredit dilihat dari kriteria-kriteria yang ada.
Setelah menentukan kriteria-kriteria kelayakan, akan dilakukan pembobotan dan penilaian
kelayakan seseorang dalam pengambilan kreditnya. Metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode AHP, metode ini dapat memecahkan masalah kompleks, dimana
kriteria yang diambil lebih dari satu. Selain itu, metode AHP mempunyai kemampuan untuk
memecahkan masalah yang multi objektif dan multi kriteria berdasar perbandingan preferensi
dari setiap elemen dalam hierarki. Proses pemberian kredit yang memakan waktu terlalu lama
seringkali membuat konsumen berpindah ke bank lain. Waktu yang terlalu lama tersebut
dikarenakan proses analisa kurang akurat dan dilakukan pengulangan dalam proses penilaian.
Dengan permasalahan yang diungkapkan mengenai penurunan tingkat suku bunga KUR
oleh BI menjadi 6,84% dan biaya yang harus dikeluarkan oleh BRI ditambah juga dengan tingkat
akurasi dalam menganalisa kredit. Sistem Informasi berbasis DSS dengan metodeAHP
2
dikembangkan untuk menggantikan peran Mantri KUR yang dinilai kurang efisien dan
membutuhkan biaya yang tinggi. Peran Mantri KUR dapat digantikan karena adanya jaminan BI
terhadap dana KUR yang dicairkan, sebesar 70% melalui PT Askrindo dan jaminan yang diminta
BRI. Sistem Informasi berbasis DSS dengan metode AHP adalah sistem informasi berbasis
computer yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Suatu system komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk pengambilan
keputusan dari masalah semi-terstruktur yang spesifik yang bersumber dari analisa ad hoc data,
pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan.
B. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian di atas adalah berkaitan dengan penurunan suku bungan KUR
oleh BI yang menyebabkan pengukuhan laba oleh BRI sebagai penyalur KUR menurun dan biaya
yang untuk menggaji para mantri KUR. Maka perumussan masalahnya adalah:
1. Bagaimanakah pengembangan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode
APH ini bisa menggantikan tugas Mantri KUR BRI?
2. Bagaimanakah penggunaan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode
APH ini bisa mengurangi biaya dan meningkatkan efektifitas perolehan laba Bank BRI?
C. Target Keluaran
Pengembangan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode AHP untuk
melakukan menggantikan mantri KUR di dalam menganalisa pengambilan keputusan dalam
pemberian KUR BRI. Agar kelangsungan penyaluran KUR oleh BRI tetap konsisten.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Teori
1. Sistem Informasi
Definisi Sistem Informasi - Menurut Mc leod Sistem informasi adalah suatu sistem di
dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang
mendukung fungsi organisasi yang bersifat manajerial dalam kegiatan strategi dari suatu
organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan – laporan yang
diperlukan. (Tata Sutabri, S.Kom., MM, 2005:36)
Pengertian Sistem Informasi Menurut Para Ahli - Sistem informasi adalah sistem di dalam
suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, membantu dan
mendukung kegiatan operasi, bersifat manajerial dari suatu organisasi dan membantu
mempermudah penyediaan laporan yang diperlukan. (Erwan Arbie, 2000, 35).
Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah ssehingga
menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan saling mendukung sehingga
menjadi suatu informasi yang berharga bagi yang menerimanya. (Tafri D. Muhyuzir, 2001, 8).
Leitch Rosses (dalam Jugiyanto, 2005 : 11) mengemukakan sistem informasi adalah suatu
sistem didalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolah transaksi harian,
mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Menurut Lani Sidharta (1995: 11), “Sebuah sistem informasi adalah sistem buatan
manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen – komponen manual dan komponen –
komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data, memproses data, dan
menghasilkan informasi untuk pemakai”
Sistem informasi didefinisikan Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam buku
Jogiyanto HM., (1999: 11), “Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial
dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporanlaporan yang diperlukan.”
4
Menurut Gordon B. Davis (1991: 91), “Sistem informasi adalah suatu sistem yang
menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai dengan instruksi dan
mengeluarkan hasilnya.”
Sistem informasi terbentuk melalui suatu kelompok kegiatan operasi yang tetap, adalah
sebagai berikut:
(1) Mengumpulkan data;
(2) Mengelompokkan data;
(3) Menghitung;
(4) Menganalisa;
(5) Menyajikan laporan.
Selain itu, sasaran sistem informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode AHP
adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatkan penyelesaian tugas, pemakai harus lebih produktif agar menghasilkan
keluaran yang memiliki mutu yang tinggi;
(2) Meningkatkan efektifitas secara keseluruhan, harus mudah dan sering digunakan;
(3) Meningkatkan efektifitas ekonomi, keuntungan diperoleh dari sistem harus lebih besar dari
biaya yang dikeluarkan.
Sistem informasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi secara optimal
dan berbasis komputer yang dapat menghimpun dan menyajikan berbagai jenis data yang akurat
untuk berbagai macam kebutuhan.
2. Decision Support Sistem (DSS)
Dalam buku Turban, Potter (2005, p321) yang berjudul Introduction to Information
Technology, disebutkan bahwa “Idecision Support System (DSS) a computer-based that
combines model and data to provide support for decision makers in solving semi structured or
interdependent problems with extensive user involvement.”
Decision Support System (DSS) atau Sistem Pendukung Keputusan (SPK) secara umum
didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan
pemecahan masalah maupun kemampuan pemgkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur.
Secara khusus, SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer
5
maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara
memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu (Hermawan, 2005).
Pembuatan keputusan merupakan fungsi seorang manajer. Kegiatan pembuatan keputusan
meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari
alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan
seorang manajer dalam
membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan
menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan manajer
dalam pembuatan keputusan diharapkan dapat ditingkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya,
dan hal ini tentu akan meningkatkan efisiensi kerja manajer yang bersangkutan.
Pada awalnya Turban & Aronson (1998), mendefinisikan sistem penunjang keputusan
(Decision Support Systems – DSS) sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan
membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur
dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para
manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi dan peran manajer.
Konsep DSS pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael Scott
Morton, yang dikenal dengan istilah “Management Decision System”. Konsep DSS merupakan
sebuah sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan
data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi
terstruktur. DSS dirancang untuk menunjang tahapan pembuatan keputusan, dimulai dari tahapan
mengidentifikasi masalah, memilih data relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam
proses pembuatan keputusan sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.
Pada dasarnya sistem pendukung keputusan adalah sistem yang tidak bisa dipisahkan dari
teknologi komputer hampir mustahil ketika sistem pendukung keputusan tidak melibatkan
teknologi didalam proses pengambil keputusannya yaitu komputer, secara umum sistem
pendukung keputusan berfungsi untuk membantu dalam pengambilan keputusan secara efektif
dimana nantinya permasalahan yang dihadapi dapat dengan cepat mendapat solusinya.
Menurut Kendal dan Kendal, 2002, Decision Support System (DSS) atau sistem
pendukung keputusan hampir sama dengan sistem informasi manajemen tradisional karena
keduanya sama-sama tergantung pada basisdata sebagai sumber data dimana DSS menekankan
pada fungsi pendukung pembuatan keputusan diseluruh tahap-tahapnya, walaupun keputusan
aktual masih tetap wewenang eksekutif sebagai pembuat keputusan.
6
Tujuan dari sistem pendukung keputusan menganalisa pencairan kredit (Turban, 2005) :
1. Membantu manajer dalam mengambil keputusan atas masalah semi terstuktur.
2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukan dimaksudkan untuk
menggantikan manajer.
Tahapandalam Sistem Informasi Berbasis DSS ada enam tahapan adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur. Penulisan dimulai dengan studi kepustakaan yaitu proses pengumpulan bahan
referensi dari buku, artikel, paper, jurnal, makalah, maupun situs internet mengenai DSS,
metode AHP serta beberapa referensi lainnya untuk menunjang pencapaian tujuan penelitian).
2. Analisis Data dengan Penelitian ke Lapangan (Field Research). Pada tahap ini dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari perusahaan khususnya
bank melalui riset lapangan
a. Pengumpulan sampel dokumentasi yang berhubungan dengan masalah KUR pada BRI
b. Mewawancara pihak yang berkompeten dalam masalah KUR pada Bank.
3. Merancang Desain Sistem . Desain yang dirancang adalah desain user interface dan struktur
program Sistem Pendukung Keputusan penentuan pemberian Kredit Usaha Rakyat.
4. Implementasi
Sistem.
Sistem
diimplementasikan
dalam
bentuk
perangkat
lunak
menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.
5. Pengujian dan Analisis Sistem. Pada tahap ini akan dilakukan pengujian sistem, untuk
mencari kesalahan-kesalahan sehingga dapat diperbaiki. Kemudian akan dilakukan analisis
terhadap fokus permasalahan penelitian, apakah sudah sesuai seperti yang diinginkan.
6. Dokumentasi Sistem. Pembuatan laporan Penelitian lengkap dengan analisis yang didapatkan.
3. Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Analitycal
Hierarchy Process (AHP) umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari
berbagai alternative pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau
multikriteria (Bourgeois, 2005).
Penentuan prioritas inilah yang merupakan bagian penting dari penggunaan metode AHP
(Mulyono, 1996). Selanjutnya Mulyono (1996), menjelaskan bahwa pada dasarnya metode AHP
merupakan suatu teori umum tentang suatu konsep pengukuran. Metode ini digunakan untuk
menemukan suatu skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang bersifat diskrit maupun
7
kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala
dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif.
Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi
manusia akan prioritas antara satu elemen dengan elemen yang lainnya. Keberadaan hirarki
memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu
menyusunnya menjadi suatu bentuk hirarki. Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty dapat memecahkan masalah kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak,
struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta
ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang
sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering disertai dengan
variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin dapat dicatat secara
numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu berdasarkan pada persepsi, preferensi,
pengalaman, dan intuisi.
Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode AHP, antara lain (Suryadi & Ramdhani 1998):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan dengan subtujuan,
kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau
pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.
Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh nilai judgment seluruhnya yaitu
sebanyak n x [(n-1)/2] buah dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan mengujinya, jika tidak konsisten pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen
merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam penentuan
prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai lebih 10% atau 0,1 penilaian data harus diperbaiki.
8
4. Kredit Usaha Rakyat
Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu : “Credere” yang berarti
“kepercayaan”. Seorang yang memperoleh kredit berarti memperoleh suatu kepercayaan
(Muhamad Djumhana2000 :365).
Menurut Sutan Remy Sjahdeini (1993 : 158) bahwa yang dimaksud perjanjian kredit
adalah perjanjian pinjam uang antara bank dan nasabah debitor yang mewajibkan pihak nasabah
(debitor) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga dan
pemberian hasil keuntungan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Abdulkadir Muhammad (2000 : 58) mengemukakan unsur esensial dalam konsep kredit :
a. Kepercayaan. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap kredit bank, yaitu kredit yang
diberikan itu dapat dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang disepakati bersama;
b. Agunan. Setiap kredit yang akan diberikan selalu disertai barang yang berfungsi sebagai
jaminan bahwa kredit yang diterima oleh calon debitor pasti akan dilunasi dan ini akan
meningkatkan kepercayaan pihak bank;
c. Jangka waktu. Pengembalian kredit didasarkan pada jangka waktu tertentu yang layak, jangka
waktu berakhir jika kredit dilunasi;
d. Risiko. Jangka waktu pengembalian kredit mengandung risiko terhalang atau terlambat, atau
macetnya pelunasan kredit;
e. Bunga bank. Setiap pemberian kredit selalu disertai imbalan berupa bunga yang wajib dibayar
oleh calon debitor dan ini merupakan keuntungan yang diterima oleh bank;
f. Kesepakatan. Persyaratan kredit dan prosedur pengembalian kredit serta akibat hukumnya
adalah hasil kesepakatan dan dituangkan dalam akta perjanjian yang disebut kontrak kredit.
Bank dalam menyalurkan kreditnya selalu menerapkan prinsip 5 C, menurut Retnowulan
Sutantio (1998, 319 : 320) yang dimaksud dengan 5 C itu adalah :
1. Character adalah kepribadian, moral, kejujuran calon debitor selalu harus diteliti seksama
terutama dalam menghadapi debitor yang baru. Hal-hal yang diteliti adalah sifat pribadi yang
meliputi cara hidup, keadaan keluarga, riwayat dan nama baik calon debitor di masyarakat.
9
2. Capacity adalah kemampuan debitor dalam mengendalikan dan mengembangkan usahanya
serta kesanggupannya dalam menggunakan kredit yang bakal diterimanya. Latar belakang
pendidikan, pengalaman dan keadaan usahanya pada waktu permohonan kredit diajukan.
3. Capital adalah suatu modal yang dimiliki debitor pada waktu permohonan kredit diajukan.
Keadaan perusahaan yang dikelolanya harus dinilai dengan cermat sebelum permohonan
dikabulkan seluruhnya, sebagian atau ditolak sama sekali.
4. Colleteral adalah agunan atau jaminan berupa benda yang diberikan oleh calon debitor.
Dengan jaminan ini maka bank akan lebih terjamin bahwa kredit yang diberikannya akan
dapat diterima kembali pada waktu yang ditentukan.
5. Condition adalah keadaan ekonomi pada umumnya, keadaan ekonomi nasional dan keadaan
ekonomi calon debitor. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui kedudukannya.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 31/147/Kep/Dir tanggal 12 November 1998,
tentang Kualitas Kredit, unsur kredit bermasalah adalah (Mudrajad Kuncoro, 2002:468):
1. Kurang Lancar (terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
90 hari, terdapat overdraft berulang kali untuk menutupi kerugian operasional dan arus kas,
hubungan debitor dengan bank buruk, informasi keuangan debitor tidak dapat dipercaya,
dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah, pelanggaran terhadap
persyaratan pokok kredit, perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan)
2. Diragukan (terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga melampaui 180- 270 hari,
terjadi overdraft bersifat permanen
untuk menutupi kerugian operasional dan arus kas,
hubungan antara debitor bank buruk, informasi keuangan debitor tidak dapat dipercaya,
dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah, pelanggaran yang
prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian pokok)
3. Macet (terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270
hari, dokumentasi kredit kurang lengkap dan/atau pengikatan agunan tidak ada)
Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/ pembiayaan kepada
Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan
investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang
dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank.
Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya
sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana.Penjaminan KUR diberikan dalam rangka
10
meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin,
BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).
Bank Indonesia juga menggolongkan kualitas aktiva produktif hanya mengacu pada satu
kriteria, yaitu ketepatan pembayaran pokok dan bunga. Sebelumnya, BI mengacu pada tiga pilar,
yaitu prospek usaha, kemampuan membayar dan kinerja keuangan.
5. Analisa Mantri KUR
Account Officer(AO) adalah orang yang bertugas sejak mencari nasabah sesuai kriteria
peraturan, menilai, mengevaluasi, mengusulkan besarnya kredit yang diberikan. Untuk
mendapatkan seorang AO yang berkualitas, diperlukan pendidikan yang memadai dan jam
terbang, agar bisa mengenali usaha yang layak dibiayai. Sebelumnya AO akan membuat
perencanaan, usaha apa saja yang layak dibiayai di wilayahnya , dan berapa
dana yang
diperlukan untuk menyalurkan kredit tersebut. Kemudian AO akan melakukan kunjungan ke
usaha nasabah, melakukan wawancara, menggali informasi dari nasabah tersebut.
AO juga membantu membuat neraca usaha nasabah, serta cash flow membayarnya dari
bukti bon-bon yang ada. Selanjutnya AO akan mengusulkan memorandum analisis kredit kepada
atasannnya yang akan meneruskan ke komite kredit untuk mendapat putusan. Analisisa AO
dalam memilih usaha yang tepat, maka usaha berjalan lancar, dan usaha akan meningkat, dan
bank akan memperoleh laba. Seorang AO yang baik, jika mengetahui usaha nasabahnya turun
akan segera mengevaluasi apa yang menjadi penyebabnya, apakah. Disini diperlukan kerjasama
dari kedua belah pihak.
Tanggung jawab AO:
1. membuat rencana target pinjaman BRI Unit dan bertanggung jawab atas pencapaiannya agar
realisasi pencapaian target lebih terarah dan termonitor;
2. melakukan penelitian kelengkapan dan keabsahan dokumen pinjaman BRI Unit, analisa
permohonan pinjaman nasabah dan calon nasabah;
3. melakukan pembinaan, penagihan dan pengawasan pinjaman BRI Unit mulai dari pinjaman
dicairkan sampai dengan lunas untuk meminimalkan risiko pinjaman;
4. melaporkan situasi dan kondisi debitur yang masih lancar maupun memburuk serta
memberikan usul, saran dan pemecahannya kepada atasan;
11
5. memasarkan dan memperkenalkan produk – produk BRI dan menyampaikan hasil kunjungan
ke nasabah kepada atasan dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan agar proses
marketing lebih efisien dan efektif serta terarah sesuai prioritas.
Wewenang AO:
1. memprakarsai permintaan pinjaman;
2. memproses dan mengusulkan permintaan pinjaman.
B. Kerangka Pemikiran
Bank mengalami penurunan laba karena peraturan pemerintah melalui regulasi BI Rate
tentang suku bunga KUR dari 22% turun menjadi 12%-13%. Dan pada tahun 2013 ini diturunkan
lagi menjadi 6,84%. Hal ini membuat bank-bank penyalur dana KUR merasa tidak frofitable di
dalam menjalankan penyaluran KUR. Disamping itu kesalahan dalam menganalisa nasabah KUR
oleh Mantri KUR menyebabkan penilaian kelayakan tidak lagi objektif. Sistem informasi
berbasis DSS ini dikembangkan untuk menggantikan peranan Mantri KUR dalam menganalisa
perkreditan nasabah kur dengan menggunakan metode AHP. Dengan digantikannya Mantri KUR
dengan sistem ini diharapkan biaya-biaya seperti gaji, bonus, serta pendidikan dari mantri bisa
dihilangkan dan bisa menekan biaya. Selain itu, sistem ini dirancang untuk seobjektif mungkin
menilai kriteria-kriteria kelayakan dalam menganalisa penilaian-penilaian pengajuan kredit KUR.
PENGAJU KUR
MANTRI KUR
APPROVE KUR
Sistem Informasi Bebasis
DSS Dengan Metode
AHP
12
PENCAIRAN KUR
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penilitian
1. Untuk mengetahui pengembangan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan
metode APH ini bisa menggantikan tugas Mantri KUR BRI.
2. Untuk mengetahui seberapa besar biaya yang bisa ditekan dan laba yang diperoleh oleh bank
dari pengembangan Sistem Informasi berbasis DSS dengan menggunakan metode APH.
B. Manfaat Penilian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi dunia perbankan, akan menjadi perangkat lunak yang berfungsi dalam mengidentifikasi
tingkat kelayakan bagi pengajuan KUR oleh debitur.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan sebagai referensi bagi
penelitian mengenai sistem perangkat lunak untuk menganalisa pemberian kredit.
13
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Model Penelitian Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian Riset dan Pengembangan (R&D) dengan Model
pengembangan Borg and Gall (1983) dengan 10 langkah. Meliputi:
1. Research and information collecting; Langkah ini antara lain studi literature yang berkaitan
dengan permasalahan yang dikaji meliputi penganalisaan kredit. Materi tersebut digunakan
untuk
merumuskan kerangka kerja penelitian; Disini mengkaji penelitian yang sudah
dilaksanakan (Handoyo, 2004).
2. Planning; Merumuskan permasalahan, mententukan tujuan, mendata produk yang dihasilkan,
dan membuat prototype.
3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk
yang akan dihasilkan berupa penganalisaan kredit dengan menggunakan sistem komputer
berbasis DSS dengan menggunakan metode AHP. Termasuk dalam langkah ini adalah
persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan
evaluasi terhadap kelayakan alat pendukung. Penyusunan instrument validasi produk awal.
4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba awal secara terbatas dalam skala terbatas.
dengan melibatkan subjek secukupnya.
5. Main product revision, yaitu melakukan revisi atas dasar masukan dari para validator. Standar
capaiannya adalah sistem informasi yang valid.
6. Main field testing, uji coba lapangan secara terbatas. Produk capaiannya adalah sistem
informasi berbasis DSS untuk menganalisa pemberian kredit pembelajran dan bahan ajar yang
implementasi terbatasnya praktis..
B. Alat/Instrument Penelitian
Menurut Ghozali (2006: 144)
“Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa
dan menyajikan data-data secara sistematis serta obyektif dengan tujuan memecahkan
suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis”.
14
Bagan alur instrumen penelitian
Penelitian terdahulu
Analisa KUR oleh Mantri
(Handoyo)
KUR
Sistem Informasi Berbasis
DSS metode AHP
Produk Sistem
INformasi
Uji coba lapangan yang
lebih operasional
Instrumen penilaian
untuk analisa KUR
Revisi produk
Diseminasi perangkat
yang sudah valid
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sedangkan waktunya Senin
sampai Jum’at pada saat hari kerja
15
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
A. ANALISIS KUR
Untuk anggunan pinjaman KUR mikro BRI yaitu dengan usaha itu sendiri dan dengan
jaminan BPKB. Untuk menghitung nilai motor tersebut digunakan Analisa Harga Motor
Second di Pasaran yaitu sebesar 50% dari harga jual. Berikut ini adalah harga jual motor
second di pasaran:
Matic
Honda BeAT
Honda Vario
Honda Scoopy
Tahun 2008 Rp8 juta.
Tahun 2007 Rp7,5 juta
Tahun 2010 Rp9,5 juta
Tahun 2007 Rp6 juta.
Tahun 2009 Rp8,7 juta
Tahun 2008 Rp8 juta.
Tahun 2011 Rp10 juta
Tahun 2008 Rp6,5 juta
Tahun 2010 Rp9 juta
Tahun 2009 Rp8,5juta
Tahun 2009 Rp7 juta.
Tahun 2010 Rp9 juta
Tahun 2010 Rp7,5 juta
Motor Bebek
Yamaha Mio
Motor Sport
Supra X 125
Yamaha Jupiter MX
Tahun 2008 Rp8,5 juta
Tahun 2008 Rp8,5 juta
Tahun 2008 Rp7 juta
Tahun 2008 Rp13 juta.
Tahun 2009 Rp9 juta.
Tahun 2009 Rp9,5 juta
Tahun 2009 Rp7,5 juta
Tahun 2009 Rp14,5 jut
Tahun 2010 Rp10,5 jut Tahun 2010 Rp10 juta.
Tahun 2010 Rp8 juta.
Tahun 2010 Rp15,5
Tahun 2011 Rp11 juta.
Tahun 2011 Rp8,5 juta
Tahun 2011 Rp16,5 jut
Tahun 2011 Rp10,5 jut
Yamaha Vega
Yamaha V-ixion
Skim Kredit Usaha Rakyat BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK program
KUR mikro adalah sebagai berikut:
1.
JENIS/TUJUAN PENGGUNAAN KUR : Tambahan Modal Kerja dan atau Investasi.
2.
KRITERIA PENERIMA : Mempunyai Usaha yang layak untuk diberikan KUR Feasible
namun belum bankable.
3.
PERSYARATAN : Permohonan kredit dilampiri dengan Surat Keterangan Usaha dari
Kelurahan/Kepala Desa/Kepala Pasar, Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga, Pas foto. Tidak
sedang menerima kredit atau pembiayaan KUR dari bank lain
4.
PLAFOND : Maksimal Rp.20 juta (total eksposure)
16
5.
JANGKA WAKTU : Kredit Modal Kerja : maks. 3 tahun, perpanjangan maks. 6 tahun
;Kredit Investasi: maks. 5 tahun, perpanjangan maks. 10 tahun (terhitung sejak tanggal
perjanjian awal)
6.
7.
SUKU BUNGA :
Jangka waktu 6 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,085
Jangka waktu 12 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,025
Jangka waktu 18 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,015
Jangka waktu 24 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,020
Jangka waktu 36 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,040
Jangka waktu 48 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,065
Jangka waktu 60 bulan
: suku bunga flat/bulan 1,095
AGUNAN : Usaha yang dikelola calon debitur.
B. METODE DAN ANALISIS DSS DENGAN METODE AHP
Proses pembuatan perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan Penentu Penentuan
mutasi, enumerasi dan promosi pegawai dilakukan dengan menggunakan model air terjun
(Waterfall).
Dimana siklus perangkat lunak ini di definisikan pada gambar 2.
17
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk pengembangan dasar adalah sebagai
berikut:
1.
Analisis dan definisi persyaratan. Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data,
analisa kebutuhan, pembatasan masalah, tujuan dari pembuatan sistem dengan melakukan
wawancara langsung serta pengambilan data Pegawai Mantri KUR Bank Rakyat Indonesi
(BRI) Tbk.
2.
Perancangan sistem dan perangkat lunak. Pada proses ini akan dilakukan perancangan
menu sistem, modul-modul serta arsitektur sistem secara keseluruhan.
3.
Implementasi dan pengujian unit. Pada tahap ini, akan dilakukan pembuatan pemrograman
perangkat lunak (coding) dan pengujian perangkat lunak dengan memasukkan beberapa
sample data.
4.
Integrasi dan pengujian unit. Perangkat lunak akan diintegrasikan dan diuji sebagai sistem
yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem sudah telah dipenuhi.
C. METODE PENDEKATAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM
Metode pendekatan sistem dilakukan sebagai langkah untuk menghasilkan sistem
informasi berbasis komputer untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terdapat
dan ditemukan pada tempat penelitian, yang dimana langkah selanjutnya aka dilakukan
metode pengembangan sistem untuk mengembangkan sistem yang baru berdasarkan cara
kerja sistem dan berdasarkan permasalahan yang ada.
1.
Metode Pendekatan Sistem
Metode pendekatan sistem dengan berorientasi pada data dan proses untuk menghasilkan suatu
sistem informasi yang terarah dan mampu untuk membantu dalam sistem pengambilan
keputusan. Alat yang digunakan untuk membantu UML (Unified Modeling Language)pemodelan
data adalah dengan menggunakan
2.
Metode Pengembangan Sistem
Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangat lunak yang banyak
digunakan. Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat saling
berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Sering terjadi seorang pelanggan hanya
mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan secara detal
output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang dibutuhkan.
18
Sebaliknya disisi pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan
sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer.
Prototipe tersebut adalah sistem informasi yang menggambarkan hal-hal penting dari sistem
informasi yang akan datang.
3.
Alat Bantu Analisis Perancangan
Sejumlah sistem memiliki cara pemodelan, untuk mendeskripsikan gambaran sistem. Pada
dasarnya kita dapat menggunakan model apa saja tergantung pada situasi. Perancangan sistem
dapat dilakukan dengan bantuan Use case diagram, Sequence Diagram, System Sequence
Diagram, Class Diagram, Conceptual class Diagram, Flowmap, Kamus Data.
1. Use case diagram
Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun requirement sebuah
sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua
feature yang ada pada sistem. Sebuah use case dapat meng-include fungsionalitas use case
lain sebagai bagian dari proses dalam dirinya. Secara umum diasumsikan bahwa use case
yang di-include akan dipanggil setiap kali use case yang meng-include dieksekusi secara
normal.
2. Class Diagram
Class dapat merupakan implementasi dari sebuah interface, yaitu class abstrak yang hanya
memiliki
metoda.
Interface
tidak
dapat
langsung
diinstansiasikan,
tetapi
harus
diimplementasikan dahulu menjadi sebuah class.
3. Conceptual Class Diagram
Conceptual Class Diagram menggambarkan identifikasi kelas konseptual dengan atribut dan
asosiasinya. Conceptual Class Diagram bertujuan untuk menjabarkan domain permasalahan
menjadi domain model.
19
4. Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan disekitar sistem
(termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap
waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertical (waktu) dan dimensi horizontal (objekobjek yang terkait).
5. System Sequence Diagram
System Sequence Diagram menggambarkan interaksi antara objek dengan sebuah sistem yang
utuh. Sistem Sequence Diagram digunakan untuk mengilustrasikan event sistem baru untuk
menjelaskan operasi suatu sistem baru tersebut. Sistem Sequence Diagram menganalisis
operasi sistem sehingga dapat mengidenntifikasikan input dan output utama event sistem.
6. Activity Diagram
Menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas, digunakan untuk mendeskripsikan aktifitas
yang dibentuk dalam suatu operasi sehingga dapat juga digunakan untuk aktifitas lainnya
seperti use caseatau interaksi.
4.
Pengujian Software
Untuk mengidentifikasi apakah perangkat lunak yang dibangun telah sesuai dengan yang
diharapkan, sesuai dengan kebutuhan dan untuk menguji perangkat lunak untuk menemukan
kesalahan-kesalahan yang belum terungkap.
Metode pengujian perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Black Box Testing. Black Box Testing adalah sebuah metode yang
digunakan untuk menemukan kesalahan dan mendemonstrasikan fungsional aplikasi pada
saat dioperasikan, apakah input diterima dengan benar dan output yang dihasilkan telah sesuai
dengan yang diharapkan apakah integritas informasi eksternal terpelihara.
Pengujian black box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut.
1. Fungsi yang tidak benar atau tidak ada.
2. Kesalahan antarmuka.
3. Kesalahan dalam struktur data dan akses basis data.
20
4. Kesalahan kinerja (performansi).
5. Kesalahan Inisialisasi dan kesalahan terminasi.
Pengujian (testing) sistem informasi, terdapat beberapa langkah-langkah dalam pengujian,
diantaranya:
a. Testing saat Input Data
Tindakan untuk menguji edit dan kontrol dalam pemasukan data, misalnya : validasi, cek
digit.
b. Testing saat Pemrosesan
Bertujuan untuk meyakinkan bahwa program telah bekerja seperti yang diharapkan.
c. Testing saat Output.
Testing saat Output berguna untuk meyakinkan bahwa laporan yang dihasilkan telah dibuat
dengan format yang benar dan mempunyai informasi yang valid.
21
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
A.
PENGUJIAN
Untuk mengidentifikasi apakah perangkat lunak yang dibangun telah sesuai dengan yang
diharapkan, sesuai dengan kebutuhan dan untuk menguji perangkat lunak untuk menemukan
kesalahan-kesalahan yang belum terungkap.
1.
RENCANA PENGUJIAN
Metode pengujian perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Black Box Testing. Black Box Testing.
Tabel 6.1 Rancangan Pengujian
No
Komponen yang di uji
Skenario butir uji
Hasil Pengujian
1.
Tampilan Awal
Memilih Icon SPK
2.
Tampilan Menu Utama
Memilih Menu Login, Black Box
masuk ke menu utama.
Memilih Menu Daftar, Black Box
mendapatkan hak akses.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Memilih Menu Exit,
keluar aplikasi
Tampilan Menu Debitur
Pilih
Login
debitur,
masuk menu debitur
Tampilan
Form Isi
form
pengajuan,
Pengajuan
Proses
Kredit,
Pilih
Simpan
Tampilan About
Tampilan
informasi
aplikasi
Tampilan Logout
Pilih logout, keluar dari
aplikasi
Tampilan Account Officer Tampilan Menu Account
Officer
Tampilan
Cek Isi Form kelengkapan
Kelengkapan Debitur
debitur, pilih simpan data
Tampilan
Penilaian
Survey
Tampilan Menu Komite
Kredit
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Black Box
Isi form pnilaian survey, Black Box
pilih simpan data
Tampilan Menu Utama Black Box
Komite Kredit
22
11.
Tampilan Menu Analisa
Isi
penilaian
kriteria, Black Box
Character, pilih hasil
12.
Tampilan Laporan
Input kata kunci, pilih ok
23
Black Box
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan berdasarkan uraian yang telah dilakukan selama proses
pelaksanaan pengerjaan aplikasi Pengembangan Sistem Informasi Mantri KUR BRI Berbasis
DSS Menggunakan Metode AHP, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Merancang dan membangun sistem pendukung keputusan pengajuan dana kredit, yang
dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan, layak atau tidaknya debitur diberi
layanan kredit.
2. Proses pengambilan keputusan menggunakan metode AHP.
3. Dengan dibangunnya sistem pendukung keputusan mampu mengatasi dan mengurangi
permasalahan-permasalahan yang ada, sehingga proses pemberian kredit menjadi lebih
cepat.
B. SARAN
Setelah mengembangkan sistem pendukung keputusan ini, ada beberapa saran yang
harus diterapkan guna pengembangan sistem pendukung keputusan lebih lanjut, dalam
perancangan dan pembangunan sistem pendukung keputusan pengajuan dana kredit masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu terdapat bebrapa saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan:
1. Untuk penelitian selanjutnya sistem ini diharapkan bisa berkembang, bukan hanya dapat
menentukan layak atau tidak layak debitur dalam mendapatkan layanan kredit tetapi dapat
memenuhi prosedur perkreditan yang ada, dan dapat menangani proses perkreditan tidak
hanya untuk perorangan.
2. Mengembangkan proses pengambilan keputusan, memaksimalkan kinerja sistem sehingga
dapat meningkatkan keakuratan kinerja sistem.
24
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perikatan . Citra Aditya Bakti. Bandung.
Arbie, E., 2000, Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Edisi Ke-7, Jilid 1, Bina Alumni
Indonesia, Jakarta.
Bourgeois, R. 2005. Analitical Hierarchy Process: an Overview UNCAPSA-UNESCAP. Bogor
Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg. 1983. Educational Research An
Introduction (4th ed.). Pearson Education, Inc. New York
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang
Gordon B. Davis. 1991. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1. PT Pustaka
Binamas Pressindo. Jakarta
Handoyo. (2004). Perencanaan Sistem Evaluasi Kelayakan Pemberian Kredit Pada Pedagang
Kecil Dan Menengah Di PT Centratama Nasional Bank. Thesis, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
http://yusufarif.blogspot.com/2011/09/menghitung-bunga-bank.html
Jogiyanto HM. 1999. Analisis dan Disain Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek
Aplikasi Bisnis. Andi Offset. Yogyakarta
Jogianto2 HM. 2005. Sistem Teknologi Informasi. Andi. Yogyakarta
Julius, Hemawan. 2005. Membangun Design Sistem Informasi. Andi Offset. Yogyakarta
Kendall Keneth E, Kendal Julie E. 2006. Analisis dan Perancangan edisi lima jilid 1, Gramedia.
Jakarta
Kuncoro, Mudrajat. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. BPEE. Yogyakarta.
Lani Sidharta. 1995. Pengantar Sistem Informasi Bisnis. P.T. ELEX Media Komputindo. Jakarta
Mcleod, Raymond. 2001. Sistem Informasi Manajemen. PT Prenhallindo. Jakarta
Muhammad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan Di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti
Muhyuzir T.D., 2001, Analisa Perancangan Sistem Pengolahan Data, Cetakan Kedua, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta
Mulyono, Sri. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Indonesia.
25
O’Brein, James A., (2005), ”Pengantar Sistem Informasi”, Penerbit : Salemba 4, Jakarta.
Sjahdeini, Sutan Renny. 1993. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia. Intitut Bankir Indonesi. Jakarta
Suryadi, R. dan M. Ali Ramdhani. 1998. Sistem Pendukung Keputusan. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
Susantio. 1988. Aspek-Aspek Hukum Perikatan. Alumni. Bandung.
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, 2005, Yogyakarta, Andi
Turban E, Jaye Aronson, Peng-Liang Ting. 2002. Decision Support System and Intelegent. Andi.
Yogyakarta
26
27
28
29
30