Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur sebaga

Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur sebagai Antasida Lambung dalam
Sediaan FDT (Fast Dissolve Tablet) dengan Aksi Cepat dan Efisiensi
Izzaturrohmah K. A.1, Dika Sotyasakti1, Rosalia Fransisca I.2, Bustomi Laimeheriwa3, Sheila Meirizka4
1

Fakultas Farmasi, 2Fakultas Biologi, 3Fakultas Teknologi Pertanian, 4Fakultas Ekonomi Bisnis
Universitas Gadjah Mada

Abstract— According to Butcher and Miles (1990) the composition of eggshell is approximately 97% of calcium
carbonate. The use of calcium carbonate in the pharmacy is as antacid because it has ability to neutralize acid
in the stomach. The antacids spreading among the community, so far, are within the shape offering
uncomfortable sense on the mouth, such as suspension, effervescent, and rigid tablet. Hence, this experiment has
aim to generate antacid from chicken eggshell with shape of FDT (Fast Dissolve Tablet), that is tablet designed
to easily quickly dissolve without needing the mechanical process on the mouth. The procedures of experiment
include sample preparation, FDT formulation, and effectiveness of antacid assessment. Within 665 gram of
chicken eggshell, it can obtain 611 gram of ash. The extraction of calcium from the ash using HCl 3N and
concentrated (NH4)2CO3 solution is obtained 50,75 gram calcium carbonate. Afterward, the FDT formulation
are fixed and gained the effectiveness of it, wherein has the average of disintegration time approximately 20
seconds. The effectiveness of antacid assessment using USP (United State Pharmacopeia) techniques gets
neutralization time approximately 1 minute 42 seconds and the final pH is 5,7, stable for 30 minutes.
Keywords—eggshell, antacid, FDT (Fast Dissolve Tablet)

Abstrak— Menurut Butcher dan Miles (1990) komponen cangkang telur terdiri atas 97% kalsium karbonat.
Penggunaan kalsium karbonat dalam bidang farmasi adalah sebagai antasida karena kemampuannya dalam
menetralisir asam (Soine, 1961). Bentuk sediaan antasida yang beredar di masyarakat anatara lain dalam bentuk
suspense, effervescent, atau tablet kunyah yang kesemuanya mengharuskan kontak rasa asing dengan lidah. Oleh
karenanya, cangkang telur akan dibuat sebagai antasida tipe FDT (Fast Dissolve Tablet), yaitu tablet yang
didesain untuk cepat larut segera setelah obat melewati kerongkongan. Cara kerja yang dilakukan terdiri dari
penyiapan bahan, formulasi FDT, uji tablet, dan uji simulasi antasida. Dari 665 gram cangkang telur ayam
diperoleh 611 gram abu. Pengekstrakan kalsium dari abu tersebut menggunakan HCl 3N dan larutan (NH 4)2CO3
pekat diperoleh 50,75 gram kalsium karbonat. Kemudian, penentuan formula FDT yang tepat dan diperoleh
efektifitasnya yang ditinjau dari rata-rata waktu disintegrasinya, yaitu 20 detik. Uji simulasi asam lambung
menurut USP (United State Pharmacopela) diperoleh waktu netralisasi asam lambung dari antasida cangkang
telur FDT, yaitu 1 menit 42 detik, dengan pH akhir sebesar 5,79 yang dapat bertahan selama 30 menit.
Kata Kunci—cangkang telur, antasida, FDT (Fast Dissolve Tablet)
I. Introduction
Di era sekarang penderita maag menemui
beberapa kendala dalam mengkonsumsi beberapa
merk dagang antasida yang beredar di pasar. Dalam
proses pengonsumsian obat, penderita memerlukan
perlakuan mekanik terhadap obat, seperti mengunyah
atau menggerusnya terlebih dahulu agar obat segera

larut dan bereaksi di dalam lambung. Apalagi bila
ditinjau dari rasa obat, proses mekanik memberikan
kontak antara lidah dengan obat relatif lama daripada
langsung menelannya, sehingga condong memberi
kesan yang kurang nyaman dalam mengonsumsinya.
Sekalipun ada antasida tablet yang dikonsumsi tanpa
perlu proses mekanik, untuk beberapa kasus obat
tablet untuk beberapa individu merasa tidak dapat
menelannya utuh-utuh, sehingga menimbulkan rasa
takut atau trauma pada penderita maag dalam
mengonsumsinya.
Komposisi cangkang telur secara umum
terdiri atas: air (1,6%) dan bahan kering (98,4%). Dari
total bahan kering yang ada, dalam cangkang telur

terkandung unsur mineral (95,1%) dan protein (3,3%).
Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka
cangkang telur tersusun atas kristal CaCO 3(98,43%);
MgCO3(0,84%) dan Ca3(PO4)2 (0,75%) (Yuwanta,
2010; dalam Jamila, 2014). Beberapa mineral penting

yang menyusun cangkang telur seperti pada tabel 1
Tabel 1. Berat absolut dan relatif dari mineral
penyusun cangkang telur
Mineral
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Fosfor (P)
Karbonat (CO3)
Mangan (Mn)

% dari berat
total
37,30
0,38
0,35
58,00
7

gr/berat total
2,30

0,02
0,02
3,50
ppm

Salah satu sifat kimia dari karbonat yaitu
dapat menetralisir asam. Penggunaan kalsium
karbonat dalam bidang farmasi adalah sebagai
antasida karena kemampuannya dalam menetralisir
asam (Soine, 1961; dalam Mutiara, 2010).

FDT (Fast Dissolve Tablet), sebagai bentuk
baru dari obat, memiliki beberapa karakteristik
pembeda dengan obat bentuk konvensional lainnya.
Formulasi dari obat tablet tradisional pada umumnya
tidak memperhatikan agen pelapis rasa karena
diasumsikan bahwa obat akan larut ketika setelah
melalui mulut. Selain itu suspense, sirup, dan tablet
kunyah mengandung perasa, gula dan pemanis
lainnya untuk menutupi rasa pahit dari obat. Berbeda

dengan halnya dengan FDT yang mengandung
pemanis dan rasa yang berfungsi sebagai agen pelapis
rasa. Metode primer dari pelapisan rasa, meliputi
penempelan bahan pemanis/falvor dengan carrier
tertentu dan penyemprotan pelapis dari partikel obat
(Siddiqui, 2008).
Oleh karena itu, penelitian ini diadakan
untuk mendapatkan antasida yang diperoleh secara
alami dari cangkang telur dan diproses menjadi obat
tablet dengan dosis yang tepat, serta mudah
dikonsumsi karena memiliki disintegrasi yang besar,
atau biasa disebut dengan Fast Dissolve Tablet (FDT),
yang dapat mengurangi rasa takut atau trauma pada
penderita maag yang mengonsumsi antasida.
II. Metodologi Penelitian
2.1 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
meliputi bahan utama dan bahan kimia. Bahan utama
terdiri dari limbah cangkang telur yang diperoleh dari
pedagang makanan di Yogyakarta. Bahan kimia terdiri

dari Asam klorida 3N, Ammonium Karbonat, CaCO 3
ekstraksi,
Avicel
200,
Superdisintegran
Polivinilpirolidon (PVP), pemanis Aspartam, Manitol,
PEG 400, Crosspovidone, NaCl, dan Aquadest.
Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah baskom, alat plastic, muffle, blender, pengayak
ukuran 40 mesh, gelas erlenmeyer, pengaduk gelas,
kertas saring, corong kaca, labu takar, pipet tetes,
gelas ukur, sendok, cawan petri, neraca, wadah
timbang, alat kempa, penggaris, stopwatch, neraca
analitik, kertas timbang, hardness tester, pH meter,
magnetic stirrer, pengatur suhu, heater, termometer.
2.2 Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan terdiri dari
penyiapan bahan, formulasi FDT, uji tablet, dan uji
simulasi antasida. Pada penyiapan bahan, cangkang
telur yang telah terkumpul dibersihkan dan

dikeringkan langsung dibawah sinar matahari selama
4 hari. Kemudian cangkang kering dihancurkan
dengan blender hingga membentuk serbuk. Serbuk
dari cangkang ini lalu diabukan dengan muffle. Abu
dari cangkang telur di ekstraksi dengan ammonia,
hasil ekstraksi dihaluskan kembali dengan blender
hingga menjadi serbuk CaCO3 siap pakai (Prastiwi et
al, 2009). Setelah itu, dilakukan formulasi FDT
dengan metode kempa langsung. CaCO 3 sebagai zat
akrif dicampur dengan MgOH sebagai bahan aktif
tambahan. Eksipien tablet yaitu superdisintegran,


filler, lubricant, agen disolusi, dan perasa
ditambahkan kemudian diaduk hingga homogen.
Campuran bahan kemudian dimasukkan ke dalam
hopper lalu dimulai proses pengempaan. Kekuatan
pengempaan diatur agar mendapatkan hasil FDT
dengan sifat sesuai yang diinginkan (Rahardianti,
2010). Tablet kemudian diuji. Uji tablet meliputi uji

keseragaman bobot tablet, uji keseragaman bobot, uji
kekerasan, dan waktu disintegrasi tablet (Marchaban
et al, 2015). Tahap terakhir yang dilakukan adalah uji
simulasi antasida dengan cara pembuatan larutan
NaCl dan HCl ke dalam air bebas CO 2 sampai
terbentuk pH 1,3 (menurut USP). Selanjutnya FDT
yang dibuat diuji dengan larutan tersebut untuk
mengetahui kemampuan netralisir asamnya
(Rahardianti, 2010).
Cangkang telur yang telah dijemur dan
kering dihaluskan menggunakan blender di
Laboratorium Biokimia PAU UGM. Cangkang telur
yang telah halus diayak dengan ayakan nomor 40 dan
siap untuk diabukan. Jumlah cangkang telur yang
diabukan adalah sebanyak 665 gram. Pengabuan
cangkang telur dilakukan dalam muffle dengan suhu
600oC dengan total pemanasan bersih 2 jam. Pelarutan
kalsium dari abu cangkang telur ayam menggunakan
HCl 3N dan didiamkan selama beberapa hari agar
kalsium dapat larut sempurna dalam HCl 3N. Abu

yang telah direndam dalam HCl 3N dengan
pengojogan setiap hari akhirnya sampai pada tahap
pengendapan. Kalsium yang larut diendapkan dengan
larutan amonium karbonat berlebih sehingga hasil
endapannya akan menjadi kalsium karbonat. Hasil
pengendapan
dengan
ammonium
karobonat
didiamkan selama beberapa hari agar CaCO 3 dapat
mengendap sempurna. Endapan disaring dan diambil
CaCO3-nya. Endapan basah dimasukkan ke dalam
oven sampai kadar airnya berkurang. Selanjutnya,
formulasi komposisi FDT yang tepat untuk membuat
antasida dari cangkang telur. Untuk mengetahui
efektivitas dari sediaan yang telah dibuat, dilakukan
uji simulasi asam lambung menurut USP (United
State Pharmacopela).
2.3 Skema Penelitian
Cangkang Telur

Penyiapan :
Pengab
uan
Ekstrak
si
Finishi
ng
bahan

CaCO3

PEG 4000
Aspartam
Pencampuran
dengan eksipien
dengan
perhitungan
komposisi yang
pas


630
390

Formulasi FDT

Tablet Antasida dalam
sediaan FDT

Uji Simulasi Antasida
III. Hasil Penelitian
Dari cangkang telur yang diabukan sebanyak
665 gram diperoleh abu cangkang telur sebanyak 611
gram.
Pelarutan kalsium dari abu cangkang telur
ayam menggunakan HCl 3N dan didiamkan selama
beberapa hari agar kalsium dapat larut sempurna
dalam HCl 3N. Abu yang telah direndam dalam HCl
3N dengan pengojogan setiap hari akhirnya sampai
pada tahap pengendapan. Kalsium yang larut
diendapkan dengan larutan amonium karbonat
berlebih sehingga hasil endapannya akan menjadi
kalsium karbonat. Namun hasil dari sebagian
pengendapan tidak memuaskan sehingga diberi
perlakuan yang berbeda yaitu diberi amonium
karbonat dan langsung disaring dengan hasil yang
belum memuaskan dan satu perlakuan lainnya yaitu
diberi amonium karbonat dan didiamkan selama 1
hari. Filtrasi variasi 2 (variasi pengendapan CaCO 3
dilakukan untuk menghabiskan sampel penelitian.
Hasil pengendapan dengan ammonium karobonat
didiamkan selama beberapa hari agar CaCO 3 dapat
mengendap sempurna. Endapan disaring dan diambil
CaCO3-nya. Endapan basah dimasukkan ke dalam
oven sampai kadar airnya berkurang. Hasil akhir
CaCO3 adalah sebesar 50.75 gram.
Hasilnya memenuhi syarat dan FDT hancur
dalam waktu kurang dari 60 detik. Setelah itu
dilakukan evaluasi pada komposisi bahan FDT
sebelumnya. Hasilnya FDT menjadi lebih baik dari
segi kekerasan maupun waktu hancurnya. Maka dari
itu formula terakhir dipakai untuk membuat FDT
dengan bahan baku hasil ekstraksi adalah sebagai
berikut :
Table 2. Formula FDT terpilih
Bahan
Formula (mg)
Zat aktif CaCO3 dari
12405
ekstraksi
Crosspovidone
Avicel PH 200
Manitol

975
11700
3900

Efektivitas dari sediaan yang telah dibuat,
dilakukan uji simulasi asam lambung mneurut USP
(United State Pharmacopela). Hasil yang didapat
yaitu obat memiliki efektivitas untuk menetralkan
asam lambung dengan baik. FDT mudah hancur dan
langsung menetralkan asam lambung dalam waktu
singkat yaitu 1 menit 42 detik dengan pH akhir yaitu
5,79 dan dapat bertahan pada lebih dari 30 menit.
Dibandingkan dengan antasida di pasaran dengan zat
aktif yang berbeda terlihat bahwa FDT antasida hasil
penelitian lebih cepat, efektif, dan efisien kerja nya
dalam menetralkan asam lambung.
IV. Kesimpulan dan Saran
Cangkang telur dibuat sebagai sediaan
antasida dalam bentuk Fast Dissolve Tablet (FDT)
yang dengan cepat menetralkan asam lambung dan
mudah dikonsumsi karena tidak perlu menguyah atau
melakukan perlakuan mekanik lainnya.
Perlu adanya penelitian lanjutan secara in
vivo, uji toksisitas, dan uji pra-klinis dan klinis
sebagai sediaan antasida sebelum diedarkan dan
dikomersilkan.
V. Referensi
Butcher, G.D. dan Miles R. 1990. Concepts of Eggshell Quality.
[Online] (http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/VM/VM01300.PDF
1990. [20 September 2015].
Kundu, S. and Sahoo, P.K. 2008. Recent Trends in The
Developments of Orally. Disintegrating Technology. Pharma
Times. 40(4) : 180-185
Marchaban et al. 2015. Formulasi dan Teknologi Sediaan Padat.
Universitas Gadjah Mada. Indonesia
Rawas and Qalaji, M.. 2006. Fast Disintegrating Sublingual
Tablets, Effect of Epinephrine Load on Tablet Characteristic.
AAPS Pharmatech. Vol 7(2):41
Prastiwi, Rini, Jason Merari, Doria Tri Indrarini. 2009.
Pengendapan Kalsium dari ekstrak kerabang telur ayam
dengan larutan amonium karbonat dan pengaruhnya terhadap
kadar kalsium serum darah tikus putih jantan galur wistar.
Indonesian Scientific Journal Database. Indonesia
Rahardianti,Aprilia Dwi. 2010. Formulasi Sediaan Tablet Fast
Disintegrating Antasida dengan Primojel sebagai Bahan
Penghancur dan Starch 1500 sebagai Bahan Pengisi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indonesia
Soine, T.O. 1961. Rogers Inorganic Pharmaneutical Chemistry.
Lea and Febiger.Philadelphia
Soine. 1961. dalam Mutiara, PA. 2010. Penetapan Kadar Kalsium
pada Kulit Telur Ayam Ras, Kulit Telur Ayam Non-Ras, dan
Kulit
Talur
Itik.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16191/4/Chapt
er%20II.pdf. Diakses pada hari Senin pukul 21.15 WIB
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting.
Elex Media Komputindo. Jakarta
Yuwanta. 2010. dalam Jamila. 2014. Mata Kuliah Teknologi
Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak. Universitas
Hasanuddin