Studi Penutupan karang di Pulau Karang B

SEMINAR NASIONAL PERlKANAN DAN KELAUTM

bkh

PROSIDING

wsm

BIDANG PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN

m

SEMINAR NASIONAL

Diselenggarakan oleh :
Fakultas Perlkanan dan llmu Kelautan
Unlversltas BawQaya (FPIK-UB)

Bekerja sama dengan
Balal Besar Rlset Soslal Ekonoml
Kelautan dan Perlkanan (BBRSEKP)

dan
Balal Besar Rlset Pengolahan Produk dan
Bloteknologi Kelautan dan Perlkanan (BBRPZB)

-

*AA

\

IVWLANG, 08 NOVEMBER 2008

Pepustakaan lVasional Rl : Katalog Dalam Terbitan
Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008 Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perairan :
Penyusun : Tim Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008
Malang : xxiv + 190 hal, : 2 1 x 29,7 cm
ISBN : 978-979-25-8026-6
Judul

: Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008


Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perairan
Penyusun

: Tim Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008

Penyunt ing

: Tim Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008

Desain Sampul

: Mochamad Fattah

Penerbi t

: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Telp/Fax


: (0341) 553 512/(0341) 557 837

Cetakan

: Pertama,Desember 2008

Prosiding seminar dan Konferensi Nasional 2008 Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perairan
diterbitkan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Surat-Menyurat dapat dikirimkan pada alamat dibawah ini :
Sekretariat Panitia Seminar dan Konferensi Nasional 2008
Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Brawijaya
JI. Veteran Malang 65 145
Telp : (0341) 553 512 Fax. (0341) 557 837
E-Mail : semnasperikanan2008~,vahoo.com

KAJIAN TUTUPAN SUBSTRAT DASAR Dl DAERAH TERUMBU KARANG Dl PULAU KARANG
BERAS, PULAU AIR, PULAU PANGGANG DAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU,
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA .
Beginer Subhan, Dondy Arafat, Giri Andono, Mursalin, Hawis Madduppa

1. Departemen llmu dan Teknologi Kelautan lnstitut Pertanian Bogor
2. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta
3. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut-Pertanian Bogor

* Present Address: Departemen llmu dan Teknologi Kelautan.

Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan. lnstitut
Pertanian Bogor, Darmaga 16680 Bogor, Jawa Barat, Indonesia
E-mail : begi-ners@yahoo.com

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem utama yang menunjang kehidupan di Kepulauan
Seribu. Pulau Karang Beras, Pulau Air, Pulau Panggang dan Pulau Pramuka merupakan beberapa pulau yang
terdapat di Kepulauan Seribu. Berbagai kegiatan dilakukan di daerah ekosistem terumbu karang misalnya
penangkapan ikan pengambilan karang hias dan penambangan karang yang dapat mempengaruhi tutupan
substrat dasar di daerah ini. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terumbu karang di Pulau
Karang Beras, Pulau Air,Pulau Panggang dan Pulau Pramuka pada tahun 2008. Hasil Penelitian ini didapat
bahwa tutupan karang hidup pada ketiga pulau berkisar antara buruk dan baik. Kondisi yang baik ditemukan di
Pulau Karang Beras daerah terbuka dengan penutupan sebesar 56,31% sedangkan yang buruk terdapat di Pulau
Panggang daerah tertutup yaitu sebesar 23,09%. Karang-karang hidup yang ditemukan sebanyak 28 marga yang
tegolong dalam 14 suku. Menurut lokasi atau pulau pengamatan maka diperoleh kategori pulau yang memiliki

keanekaragaman marga tertinggi yakni pada Pulau air Jan Pulau Karang Beras dengan total dari 2 stasiun
pengamatan (terbuka dan tertutup) diperoleh jumlah marga terbanyak sebesar 24 dan 23 marga. Pulau Pramuka
dan Pulau Panggang memiliki jumlah marga termiskin yaitu masing-masing 18 marga. Marga terbesar yang
ditemukan yakni dari suku Favidae sebanyak 8 marga dan yang terendah terdapat pada suku Helioporidae,
Siderasteridae, Milleporidae, Mussidae, Oculinidae, Caryophyllidae dan Trachyphyllidae masing-masing
sebanyak 1 marga.
Kata Kunci : Persen Penutupan, Pulau Karang Beras, Pulau Air, Pulau Panggang
Disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Riset Perikanan, 8 Nopember 2008 di Gedung Widyaloka
Universitas Braw ijaya dan Fakultas Perikanan dan l lmu Kelautan Universitas Brawijaya
Pengantar
Terumbu kardng di Indonesia bagian barat
mendapatkan leblh banyak tekanan dibandingkan
dengan terumbu karang di bagian timur Indonesia
(Chou 2000). Cesar (1996) menyatakan bahwa
Kepulauan Seribu yang selama 25 tahun terakhir
menanggung beban limbah dari Jakarta. Faktor utama
yang membuat terumbu karang di Kepulauan Seribu
semakin rentan adalah limbah domestik, limbah
industri, dan penang!tapan ikan yang merusak
(termasuk bom sianida) merupakan (Bryant et al.

1998; Erdmann 1996). Perairan Kepulauan Seribu
juga menghadapi segala tekanan-tekanan lingkungan
tersebut.
Perairan ini terletak di 5'24' - 5'45 LS dan 106O25' 106O40' BT (BTNKpS 2000), dan berada di sebelah
utara Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Perairan
Kepulauan Seribu merupakan perairan yang
berbatasan langsung dengan Teluk Jakarta, ke dala~n
perairan ini bermuara 13 sungai dan daerah
sekelilingnya merupaKan daerah dengan tingkat
industrialisasi yang tinggi. Oleh karena itu perairan
Kepulauan Seribv rawan terhadap pencemaran laut.
Selain itu, dengan berubahnya status kepulauan seribu
menjadi Kabupaten administratif, diduga berpengarl~h
terhadap kondisi terumbu karang di daerah tersebut.
Kegiatan penelitian ini merupakan kegiatan rutin

untuk memantau kondisi terumbu karang beberapa
pulau yaitu Pulau Karang Beras, Pulau Air, Pulau
Panggang dan Pulau Pramuka. Ekosistem terumbu
karang merupakan salah satu ekosistem utama yang

menunjang kehidupan di Kepulauan Seribu. Pulau
Karang Beras, Pulau Air dan Pulau Panggang dan
Pulau Pramuka merupakan beberapa pulau yang
terdapat di Kepulauan Seribu. Berbagai kegiatan
dilakukan di daerah ekosistem terumbu karang
misalnya penangkapan ikan pengambilan karang hias
dan penambangan karang yang dapat mempengaruhi
tutupan substrat dasar di daerah ini.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi
terumbu karang di Pulau Karang Beras, Pulau Air,
Pulau Panggang dan Pramuka pada tahun 2008. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan oleh pemerintah setempat dalam
mengambil kebijakan dalam pengelolaan terumbu
karang secara berkelanjutan.
Material dan Metodologi
Penelitian dilakukan di Pulau Karang Beras,
Pulau Air, Pulau Panggang dan Pulau Pramuka,
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada bulan Agustus
2008. Pada setiap pulau diambil dua titik yaitu daerah

terbuka dan daerah tertutup. Metode LIT (Line
Intercept Transect) English . et a1.(1997) dengan

menggunakan peralatan SCUBA dengan panjang
transek 100 m pada kedalaman antara 3-7 m untuk
pengambilan data penutupan karang. Kelimpahan
marga diarnbil dengan metode Bell fransecf seluas 200
m2. Literatur jlang digunakan untuk membantu
identifikasi dilapangan adalah Suharsono (2004).

% hingga 56,3 1. %, dimana kondisi tersebut termasuk

dalam kategori buruk hingga baik. Berdasarkan
Gambar 1, bahwa penutupan tertinggi ditemukan di
Pulau Karang eras' (Terbuka) sebesar 56,3 1%,
sedangkan pada bagian tertutup Pulau Karang beras
sebesar 45,5%. Di sisi lainnya, dari hasil penelitian ini
diperoleh penutupan substrat dasar di Pulau -4ir pada
bagian terbuka dan tertutup untuk karang hidup yakni
Hasil

sebesar 27,18% dan 37,88%. Lokasi berikutnya yakni
Penutupan Substrat Dasar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pulau Panggang, hasil yang diperoleh bahwa tutupan
persen penutupan terumbu karang di Pulau Karang karang karang hidup sebesar 38,24 % (terbuka) dan
Beras, Pulau Air dan Pulau Panggang berkisar 23,09 23,09 % (tertutup).
....
..
HIDUP
_ ..Frn KARANG MATI OABIOTIK OALGA m -BIOTA
_.._ LAIN ,1
T ~ G R - * N

--

120

,

~


~

,~

i

Gambar 1. Komposisi Substrat Dasar di Pulau Karang Beras, Pulau Air, Pulau Panggang dan Pulau Pramuka
Pulau Karang beras di daerah terbuka memiliki
hamparan terumbu karang yang baik, ha1 ini terbukti
dari hasil pengamatan dengan transek garis sepanjang
100 meter pada kisaran kedalaman 4 - 5 meter. Maka
diperoleh persen penutupan karang hidup sebesar
56.31 % , dimana kondisi pada lokasi tersebut
dikategorikan Saik (Gambar 1). Komposisi
berikutnya yakni Abiotik sebesar 27,74 % yang terdiri
dari pasir, lumpur dan batu-batuan. Kondisi tersebut
diduga bahwa di Pulau Karang beras bagian terbuka
memiliki laju sedimentasi dan abrasi yang cukup
tinggi, terlihat besarnya komposisi abiotik yang
merupakan muatan dari darat yang terbawa oleh arus

pesisir pantai.
Bentuk pertumbuhan karang hidup yang
ditemukan pada lokasi Pulau Karang bagian terbuka
didominasi oleh jenis karang Karang Masiv yakni
sebesar 29,17 %, selebihnya dihuni oleh jenis - jenis
karang Acropora branching, karang meja, dan
beberapa jenis kzrang ahermatipik. Namun demikian,
pada lokasi tersebut diduga terdapat kegiatan
penangkapan yang kurang ramah lingkungan dengan
adanya pecahan karang, pemutihan karang dan karang
mati dengan alga dengan komposisi persentase
penutupan sebesa~ 11,05 % dari transek garis
pengamatan.
Terumbu kara~ig di daerah tertutup Pulau
Karang Beras tersebar mulai kedalaman 2 m sampai

dengan kedalaman 7 m. Pengamatan kondisi terumbu
karang pada lokasi ini dilakukan pada kedalaman 5
meter yang dianggap mewakili. Koloni terumbu
karang membentuk kelompok-kelompok yang dibatasi
oleh karang mati. Hasil pengamatan dengan metode
Line lnfercept Tran.recf, menunjukkan bahwa
persentase penutupan karang hidup di stasiun tersebut
sebesar 45,50% yang dapat dikategorikan dalam
kondisi sedang.
Komposisi karang keras yang mendominasi pada
daerah tertutup dari Pulau Karang beras memiliki
bentuk pertumbuhan bercabang yaitu dari jenis
Acropora yang memiliki persentase sebesar 16,35%.
Selain itu, terdapat pula hamparan pecahan karang,
batu, pasir dan lumpur yang dikategorikan sebagai
abiotik sebesar 24,78%. Karang mati yang telah
ditumbuhi algae mengindikasikan bahwa kematian
karang tersebut telah terjadi cukup lama. Persentase
penutupan karang mati yang ditumbuhi algae sebesar
9,33% dan karang mati tanpa alga yakni 6,34%.
Selanjutnya, Kondisi ekosistem terumbu
karang di Pulau Air di daerah yang terbuka termasuk
dalam kategori sedang dimana penutupan karang
hidup sebesar 27,18%. Substrat dasar juga ditutupi
unsur biotik lainnya yaitu alga, dan biota lain dimana
masing-masing penutupan
sebesar 7,27% dan
13,15%. Selain biotik, substrat dasar yang dominan
pada daerah itu ditutupi oleh karang mati (6,97%) dan

abiotik (45,43%) seperti pecahan karang (R), pasir (S)
dan batu-batuan (RCK). Pada lokasi ini, arus dan
gelombang pada musim barat sangat besar, sehingga
dalam kondisi musim yang kurang mendukung
diperkirakan terumbu karang mengalami tekanan
lingkungan yang cukup tinggi. Ini merupakan salah
satu penyebab kerusakan terumbu karang yang
dikategorikan krjadian karena faktor alamiah.
Karang hidup yang ditemukan di lokasi ini
terbagi dalam 10 bentuk pertumbuhan. Bentuk
pertumbuhan yang dominan adalah bentuk
bertumbuhan bercabang (CB) yang ditemukan
sebanyak 9,38%, sedangkan pada unsur abiotik
dominan adalah pecahan karang (R) yaitu sebesar
29,79%. Tingginya -unsur abiotik didaerah ini diduga
akibat sari kegiatan penangkapan ikan yang tidak
ramah lingkungan yang dilakukan dimasa lalu.
Hasil pengamatan di daerah tertutup di Pulau
Air didapat hasil kondisi terumbu karang di daerah
tersebut dalam kategori sedang. Penutupan karang di
daerah tersebut adalah sebesar 37,88%. Substrat dasar
di daerah ini ditutupi oleh beberapa unsur lain yaitu
karang mati (12,29%), abiotik (27,08%), alga (3,83%)
dan biota lain ( l8,92%).
Karang hidup yang ditemukan di daerah ini
terbagi dalam 9 bentuk pertumbuhan dengan karang
massif cukup banyak ditemukan menutupi substrar
dasar sebesar 12,31%. Pada unsur abiotik batu (RCK)
dan pecahan karang (R) merupakan unsur yang
banyak ditemukan yaitu masing-masing sebesar
10,1% dan 12,78%. Selain kedua kategori tersebut, di
daerah ini ditemukan pula beberapa koloni karang
lunak (SC) dan spons (SP). Karang lunak yang
ditemukan di daerah ini antara lain Sinularia sp dan
Lobophytum sp. Spons yang ditemukan dari jenis
Aaptos sp dan Xetospongia sp.
Pada lokasi terbuka dari Pulau Panggang diperoleh
bahwa tutupan substrat dasar di lokasi ini tergolong
sedang, yakni dengan persentase tutupan karang hidup
sebesar 38,24%. Selain karang hidup, tutupan terbesar
berikutnya yakni golongan abiotik yakni biasanya
terdiri dari batu, pasir dan Lumpur. Persentase abiotik
yang diperoleh yakni 38,44%. Hasil ini membuktikan,
telah terjadi aktivitas nelayan yang mengakibatkan
kerusakan pada terumbu karang dengan melihat
persentase rubble (patahan karang) sebesar 30,30%.
Kondisi ini dikatakan cukup besar, pengaruh dampak
kegiatan perikanan yang tidak terkontrol, terhadap
keberlangsungan terumbu karang di sekitar wilayah
Pulau Panggang.
Daerah tertutup dari Pulau Panggang berada
diantara Pulau Panggang dan Pu lau Pramuka. Lokasi
ini biasa dijadikan lokasi pelayaran local dan kegiatan
budidaya di sekitar pesisir pantan Pulau Panggang.
Pengamatan terumbu karang dilakukan pada
kedalaman 4 meter, yang dianggap dapat mewakilkan
Tabel 1 . J

kondisi susbtrat dasar pada stasiun pengamatan
tersebut.
Hasil yang diperoleh pada yakni, tutupan
substrat dasar di Pulau Panggang di daerah tertutup
dikategorikan buruk dengan persen karang mati
sebesar 23,09%. Kemudian kelompok yang dominan
yaitu dari kategori abiotik yakni sebesar 63,74 %.
Rincian dari kelompok abiotik tediri dari patahan
karang (36,05 %), batu (10,74%) dan pasir (16,95%).
Meli hat jumlah persen patahan karang yang cukup
besar, maka disuga daerah ini telah terekspos dan
mengalami tekanan lingkungan yang cukup tinggi,
jika kondisi tersebut berlanjut maka diperkirakan
kerusakan yang lebih besar. Rehabilitasi pada titiktitik rawan harus segera direalisasikan oleh segala
pihak yang berwenang, guna mencegah kerusakan
dan mempertahankan sumberdaya yang ada.
Kerusakan terumbu karang di Kepulauan Seribu juga
ditegaskan oleh de Vantier (1996) bahwa penurunan
penutupan karang dan kekayaan jenis disebabkan oleh
serangan populasi bintang laut berduri (Acanthaster
planci), suhu tinggi akibat el-nino pada tahun 1991
dan 1993 (Brown & Suharsono 1990), kualitas air
yang tidak baik dan praktek perikanan tangkap yang
merusak (racun sianida dan muro-ami). Seiain itu,
stress terumbu karang di Kepulauan Seribu juga
disebabkan oleh aktivitas reklamasi, jetty, dan bagan
(lijnet) (Ongkosongo & Natsir 1994).
Hasil yang berbeda ditemukan di Pulau Pramuka.
Kondisi penutupan karang di daerah di Pulau Pramuka
di daerah tertutup termasuk dalam kategori baik.
Kondisi ini dapat dilihat dari persen penutupan karang
hidup di daerah ini yaitu sebesar 50%. Unsur lain yang
ditemukan di perairan pulau pramuka adalah karang
mati, abiotik, alga dan biota lain.
Tingginya tutupan karang hidup di daerah ini diduga
adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya terumbu karang bagi kehidupan mereka.
Selain itu, peningkatan kegiatan pariwisata di daerah
ini cukup berpengaruh terhadap penghasilan
masyarakat sehingga menjadi mata pecaharian
alternatif selain menangkap ikan. Dugaan lain adalah
dengan tingginya aktifitas manusia di pulau ini secara
tidak langsung menjadikan proses pengawasan
terhadap kegiatan yang merusak terumbu karang dapat
berjalan dengan baik.
Kekayaan Marga
Hasil pengamatan ditemukan total marga
karang batu sebanyak 28 marga yang tegolong dalam
14 suku. Hasil rekapitulasi data pada Tabel 1, maka
dibentuk tingkatan marga dari masing-masing suku.
Marga terbesar yang ditemukan yakni dari suku
Favidae sebanyak 8 marga dan yang terendah terdapat
pada suku Helioporidae, Siderasteridae, Milleporidae,
Mussidae,
Oculinidae,
Caryophyllidae
dan
Trachyphyllidae masing-masing sebanyak I marga.
amuka.

2

Acroporidae
Agaricidae

Caryophyllidae
Faviidae
Fungidae
Helioporidae
Merulinidae
Milleporidae
Mussidae
Oculinidae
Pocilloporidae
Poritidae
Siderasteridae
Trachyphyllidae
Menurut lokasi atau pulau pengamatan maka
diperoleh
kategori
pulau
yang
memiliki
keanekaragaman marga tertinggi yakni pada Pulau air
dan Pulau Karang Beras dengan total dari 2 stasiun
pengamatan (terbuka dan tertutup) diperoleh jumlah
marga terbanydc sebesar 24 dan 23 marga. Kemudian
pada stasiun pengamatan di Pulau Panggang memililti
jumlah marga termiskin yaitu masing-masing 18
marga (Gambar 2). Hal ini diduga adanya aktivitas
dari nelayan setempat yang kurang ramah lingkungan
dan kurang menjaga kestabilan ekosistem terumbu
karang khususnya kareng hias.
Kelimpah-gn karailg keras tertinggi terdapat
pada stasiun Pulau Air dan Pulau Karang Beras,
sedangkan kelimpahan karang keras terendah terdapat

pada ~'ulauPanggang (Cambar 2). Kondisi ini karena
hubungan ekosistem terumbu karang dan pengguna
lahan pesisir yakni masyarakat Pulau Panggang lebih
tinggi dibandingkan dengan Pulau Karang Beras.
Tekanan ekologi yang terbentuk baik secara alami
maupun buatan merupakan penunjang degradasi
ekosistem pesisir. Analisa keanekaragaman marga
yang dianalisa dari 3 pulau lokasi pengamatan sangat
bervariasi. Hal ,ini dipengaruhi pulau oleh kontur
perairan pembentuk dataran substrat dasar. Dari
sepuluh marga terbanyak berdasarkan kelimpahan
tertinggi terdapat pada marga seperti; Acropora,
Porites, Montipora, Fungia, Goniopora, Seriatopora,
Galaxea, ~ o b o ~ h ~Chypastrea
lia
dun Favia.

~

. . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1 EJ Fulau

i

!;
Karang B e r a s
: '
(Terbuka)
:, I
m Pulau Karang B e r a s
(Tertutup)
Pulau P a n g g a n g (Tertutup) II

1

Pulau P a n g g a n g (Terbuka)

/

Jum lah Marga

(ind)

15

,

Ij

I

( I Fulau Air (Tertutup)
I

!o
!
I

I

II
II

Pulau Air (Terbuka)

II

Pulau R a r m k a (Tertutup)

j1
I

Lokasi
I

Cambar. 2. Jumlah Marga di Pulau Karang Beras,
Pulau Air, Pulau Panggang dan Pulau Pramuka

Kelimpahan marga tertinggi terdapat pada
karang keras dari jenis Acropora dan terendah terdapat
pada karang jenis Favia sp. Acropora merupakan
Karang keras yang memiliki pertumbuhan yang cepat
dibandingkan denga jenis karang lainnya dan sering
ditemukan disetiap stasiun pengamatan.

Kelimpahan tertinggi dari karang keras
lainnya terdapat pada jenis karang Porites sp. dan
Monripora sp. Montipora sp. hampir sama denga
karang jenis Acropora sp yang memiliki pertumbuhan
yang realtif cepat dan tipe pertumbuhan yang sering
ditemukan adalah berbentuk lembaran filiose) dan
bercabang. Sedangkan untuk karang jenis Porifes sp.
memiliki tingkat ketahanan yang relatif tinggi
terhadap faktor-faktor pembatas dari pertumbuhan
karang pada umumnya, seperti Gelombang. Jenis

karang Porites sp. terbanyak terdapat di Pulau Karang
Beras, Pulau Air dan Pulau Panggang.
Kesimpulan
Persen penutupan terumbu karang di Pulau Karang
Beras, Pulau Air dan Pulau Panggang termasuk dalam
kategori buruk hingga baik. Total marga karang batu
sebanyak 28 marga yang tegolong dalam 14 suku.
Marga terbesar yang ditemukan yakni dari suku
Favidae dan yang terendah terdapat pada suku
Helioporidae, ~iderasteridae,Milleporidae, Mussidae,
Oculinidae, Caryophyl lidae dan Trachyphyl lidae.
Saran
Monitoring terumbu karang harus tetap dilaksanakan
agar dapat diketahui kondisi terkini. Selain itu,
pengawasan terhadap factor-faktor yang dapat
merusak terumbu karang sebaiknya dipantau pula agar
bila terjadi kerusakan dapat diduga penyebab
kerusakan tersebut..

Cesar H. 1996. The economic value of Indonesian
coral reefs. The World Bank. July 1996. pp: 1-9.
Status
Chou LM. 2000. Southeast Asian Reefs
Update: Cambodia, Indonesia, Malaysia, Philippines,
Singapore, Thailand and Vietnam. In: C. Wilkinson,
editor. 2000. Status of Coral Reefs of the World: 2000.
AIMS Cape Ferguson, Queensland, and Dampier,
Westem Australia. pp. 1 17- 129.
de Vantier LM1 1996. Decadal regional decline of
coral reefs of the Thousand Islands, Indonesia: A case
stu& in human impact. Report on the Coral reef
management workshop for Pulau Seribu. No. 12: 95.
Erdmann MV. 1996. Destructivejishing practices
in the Pulau Seribu Archipelago. Report on the
coral reef management workshop for Pulau
Seribu. No. I0

-

Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan kepada Dinas Petemakan
Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta yang telah
memberikan bantuan pada kegiatan penelitan ini.

English S, Wilkinson C, 'Baker VJ. 1997. 2nd ed.
Survey Manual for Tropical Marine
Resources. Australia: ASEAN-Australia
Marine Science Project. 368+xii pp.
Ongkosongo OSR, Natsir SM. 1994. Stresses to
the Seribu coral reefs, Indonesia. Proceeding,
Third ASEAN-Australia symposium on living
coastal resources. (2): 93-1 0 1

DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. 2004. Jenis-jenis karang di Indonesia.
Pusat Penelitian Oseanografi Jakarta: LIPI.

Brown BE, Suharsono. 1990. Damage and recovery of
coral reefi afccted by El. Nino related seawater
warming in the Thousand Islands, Indonesia. Coral
Reefs (8): 163- 170
Bryant D, Burke L, McManus J, Spalding M. 1998.
Reefs at risk. ICLARM and UNEP. Pp.56.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21