BAB II Tugas Sosiologi umum

BAB II
REALITAS SOSIOKULTURAL

PENGANTAR

Realitas sosiokultural merupakan kenyataan atau keadaan yang dapat
dilihat secara riil yang menyangkut kondisi kehidupan manusia di dalam suatu
kelompok yang di sebut masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat terdapat
sekelompok orang yang saling menjalin hubungan antara satu dan lainnya,
sehingga dalam hubungan sosial ini menimbulkan tata aturan kehidupan
bersama yang menjadi kesepakatan sosial. Kesepakatan sosial ini berupa tata
aturan yang menjadi pedoman kehidupan bersama yang berisi tata aturan
perilaku yang perbolehkan, dianjurkan, dan dilarang. Kesepakatan sosial ini
menjadi panduan perilaku manusia di dalam kelompok sosial ini berada. Tata
kelakuan yang merupakan hasil hubungan antarmanusia di dalam kelompok
sosial ini lalu ditaati bersama, dan menjadi kebiasaan dalam berperilaku yang
lazim sering di sebut kultur sosial.
Dengan demikian, dapat diambil benang merah bahwa realitas
sosiokultural (sosial budaya) merupakan kenyataan-kenyataan atau keadaaan
sosial budaya yang menempati daerah atau lingkungan sekitar kehidupan
masayarakat.gambaran yg lebih jelas adalah keadaan-keadaan sosial budaya

yang dapat dilihat dan sering terjadi setiap waktu di sekitar kehidupan
masyarakat. Untuk mendapat gambaran yang lebih nyata kita dapat melihat
gejala-gejala sosial di sekitar kita contoh-nya seperti, gejala sosial yang terjadi
di pasar, arus mudik di setiap menjelang lebaran, upacara perkawinan dan
pemakaman di sekitar lingkungan masyarakat, urbanisasi masyarakat pedesaan
ke daerah perkotaan, tawuran antarwarga, penyalahgunaan narkoba, razia
pekerja seks komersial (PSK) di tempat-tempat hiburan malam dan
sebagainya. Kasus-kasus ini adalah realitas sosal budaya yang masing-masing
tampak berdiri sendiri tetapi tanpa disadari bahwa semua kasus tersebut
memiliki hubungan keterkaitan antara satu dengan yg lainnya.

SISTEM SOSIAL
Sistem artinya hubungan saling terkait antara bagian satu dan bagian
lainnya yang berfungsi melakukan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam pandangan ilmu-ilmu sosial, sistem sosial diartikan sebagai
hubungan antara bagian-bagian di dalam kehidupan masyarakat terutama
tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial, dan kelompok-kelompok sosial
yang saling mempengaruhi. Di dalam teori-teori sosial terdapat dua
pendekatan yang selalu menjadi bahan referensi (rujukan) dalam setiap
pembahasan atas gejala-gejala sosial, yaitu :


1.

Pendekatan Fungsional

Pendekatan ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Talcott
Parson, yang telah mengemukakan beberapa poin teori sistem sosial.
Poin-poin tersebut di antaranya :
a.

Kehidupan sosial itu terdiri dari gabungan-gabungan atau elemenelemen yang saling berhubungan antara satu dan lainnya.

b.

Hubungan antar-elemen
memengaruhi.

c.

Sistem sosial selalu bergerak kea rah keseimbangan yang dinamis,

artinya menanggapi perubahan yang terjadi akibat pengaruh yang
dating dari luar demi mencapai integritas sosial.

d.

Integritas sosial yang terjadi dilakukan melalui proses
adaptasi,institusionalisasi (pelembagaan), dan proses-proses lainnya.

e.

Perubahan sistem sosial terjadi secara gradual, artinya melalui
penyesuaian antar-unsur.

f.

Perubahan sistem sosial disebabkan oleh adanya penemuan-penemuan
baru di dalam masyarakat.

g.


Daya integrasi sosial dari sistem sosial akibat terjadinya consensus
(kesepakatan) nilai dan norma sosial, yang merupakan prinsip dan
tujuan yang ingin dicapai warga masyarakatnya.

tersebut

bersifat

saling

pengaruh

2.

Pendekatan Konflik

Yang dimaksud dengan konflik adalah keadaan anggota masyarakat
yang saling bertikai, bertentangan, dan bersaing dengan keinginan untuk
saling menyingkirkan, menjatuhkan, mengalahkan, hingga memusnahkan,
walaupun harus menggunakan kekerasan untuk mewujudkan keinginan

tersebut. Dengan demikian, pendekatan ini mengasumsikan kehidupan sosial
selalu berada dalam konflik.
Di antara para penganut pendekatan ini adalah Karl Marx, Ralf
Dahrendorft, Frederict Engle, dan penganut Neo-Marxisme lainnya.
Beberapa asumsi pendekatan ini adalah :
1.
2.
3.

4.

5.

Satu kelompok lebih berkuasa dibandingkan yang lain adalah sebuah
kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Masyarakat merupakan suatu arena terjadinya konflik-konflik baik
bersifat nyata (konflik manifest) dan yang tidak nyata (laten).
Kelompok yang berkuasa menggunakan sistem kepercayaan yang ada,
media massa dan system pendidikan untuk mempertahankan dan
mengembangkan kekuasaannya.

Dalam kondisi tercapainya konsensu, bentuk, pencapaian tersebut
bersifat semu atau samar sebab di dalamnya tersimpan konflik laten
(konflik yang terpendam).
Walaupun di dalam kehidupan sosial terdapat nilai dan norma, setiap
langkah hidup manusia punya kecendrungan untuk melanggar,
sehingga ketaatan masing-masing anggota masyarakat bersifat
terpaksa.

MASYARAKAT SEBAGAI SISTEM

Tidak ada definisi tunggal tentang masyarakat. Hal ini dikarenakan
sifat manusia dalam sebuah kelompok yang dinamis, selalu berubah dari
waktu ke waktu. Akibatnya persepsi para pakar tentang masyarakat juga
berbeda satu dan yang lain. Berikut ini beberapa definisi masayarakat dari para
pakar sosiologi :
1.
2.

3.
4.

5.

6.
7.

Emile Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan
objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
Karl Marx melihat masyarakat sebagai struktur yang terdapat
ketegangan sebagai akibat pertentangan antarkelas sosial sebagai
akibat pembagian nilai-nilai ekonomi yang tidak merata di dalamnya.
M.J Herskovits mendefinisikan masyarakat sebagai kelompok individu
yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
J.L Gillin dan J.P Gillin memberikan batasan masyarakat sebagai
kelompok yang tersebar dengan perasaan persatuan yang sama.
Max Webber mengartikan masyarakat sebagai struktur atau aksi yang
pada pokonya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan
pada warganya.
Selo Soemardjan mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Paul B. Horton mendefinisikan masyarakat secara panjang lebar.

Menurutnya masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang relatif
mandiri, hidup bersama cukup lama, mendiami wilayah tertentu,
memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar
kegiatan dalam kelompok tersebut. Di lain pihak ia mengatakan
masyarakat adalah organisasi manusia yang saling berhubungan satu
dan lainnya.

Dari berbagai pendapat tentang masyarakat, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah
tertentu dalam waktu yang relatif lama, memiliki norma-norma yang
mengatur kehidupannya menuju tujuan yang di cita-citakan bersama, dan di
tempat tersebut anggota-anggotanya melakukan regenerasi.

STRUKTUR SOSIAL

Struktur sosial dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri
dari berbagai unsur pembentuk masyarakat. Unsur-unsur ini saling
berhubungan satu dengan yang lain secara fungsional. Artinya kalau terjadi
perubahan salah satu unsur, unsur yang lain akan mengalami perubahan juga.
Unsur pembentuk masyarakat dapat berupa manusia atau individu yang ada

sebagai anggota masyarakat, tempat tinggal atau lingkungan kawasan yang
menjadi tempat di mana masyarakat itu berada dan juga kebudayaan serta
nilai dan norma yang mengatur kehidupan bersama tersebut.

KOMPONEN DALAM STRUKTUR SOSIAL
A.

Status dan Peranan

Status atau kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam
kelompok ini atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompokkelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar. Adapun kedudukan
sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan orang-orang lain, di dalam lingkungan pergaulannya.prestise
(harga diri) dan hak-hak serta kewajibannya.Dengan demikian, tanpa ada
orang lain maka tidak akan ada status sosial, sebab status sosial terjadi akibat
dari atasnya struktur sosial yang secara normative menempatkan seseorang di
dalam posisi sosial tertentu berdasarkan kualifikasi pribadinya sehubungan
kualifikasi orang-orang di sekitarnya.
Ada dua pengertian kedudukan sosial di dalam struktur sosial :

1. Kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertentu. Dalam
pengertian ini berarti seseorang dikatakan mempunyai beberapa
kedudukan, karena ia ikut serta dalam berbagai pola-pola kehidupan.
2. Kedudukan diartikan sebagai kumpulan hak dan kewajiban yang jika
secara nyata dapat dilihat dalam gejala seperti: perbedaan hak dan
kewajiban antara manajer perusahaan dan para pekerja.

B.

Institusi (Lembaga) Sosial

Jika di kehidupan sosial terdapat tatanan perilaku yang
digunakan untuk mengatur perilaku anggota-anggota masyarakatnya,
maka tatanan perilaku tersebut tidak akan menghasilkan apa-apa jika
tidak dilengkapi dengan lembaga sosial sebagai alat kontrol atas
perilaku anggota masyarakat tersebut.
Proses pembentukan lembaga sosial juga tidak lepas dari sifat
struktur sosial itu sendiri di mana struktur sosial merupakan susunan
komponen sosial yang saling mendukung kelangsungan hidup
masyarakat tersebut. Ada lembaga sosial yang yang terbentuk dengan

sendirinya tanpa tahu dari mana asal usul sejarah pembentukannya.
Misalnya, lembaga adat yang menghasilkan berbagai tatanan kelakuan
masyarakat dan menjadi bagian dari pedoman hidup masyarakat
terbentuk secara tidak sengaja. Akan tetapi ada juga lembaga sosial
yang secara resmi atau formal sengaja terbentuk dibentuk berdasarkan
kebutuhan hidup masyarakat pada saat itu. Keberadaan lembaga
kepolisian misalnya, tentu tidak lepas dari situasi dan kondisi saat itu
yang berkaitan dengan banyaknya pelanggaran atas nilai dan norma
sosial sehingga membutuhkan keberadaan lembaga yang mengurus
ketertiban masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat semua orang.
Dengan demikian, lembaga sosial adalah alat untuk mengikat
perilaku anggota masyarakat agar berperilaku sesuai dengan tatanan
aturan yang menjadi kesepakatan kelompok sosial

C.

Pelapisan Sosial

Tidak ada manusia yang memiliki kualifikasi yang sama, termasuk di
dalamnya adalah kemampuan untuk mengakses kebutuhan akan benda-benda
yang memiliki nilai sosial ekonomi. Ketidaksamaan kualifikasi manusia di
dalam kehidupan sosial tersebut melahirkan perbedaan kepemilikan akan
benda-benda berharga secara sosial ekonomi. Perbedaan besar kecilnya
kemampuan akses atas dasar tatanan sosial tersebut tanpa disengaja
menimbulkan pengelompokan atas dasar perbedaan kepemilikan benda-benda
berharga. Gejala inilah dasar perbedaan kepemilikan benda-benda berharga.
Gejala inilah akhirnya menimbulkan system pelapisan masyarakat secara
hierarkis berbentuk piramida mengerucut ke atas. Makin ke atas kelompok
tersebut makin mengecil hingga di pucuk piramida tersebut merupakan
anggota masyarakat yang memiliki kualifikasi terbaik di dalam kelompoknya.
Adapun makin ke bawah, maka kelompok tersebut makin besar dengan
diisi oleh kelompok-kelompok yang makin rendah pula derajat kualifikasinya.
Adapun kualifikasi manusia itu sendiri secara alamiah dibedakan atas (1)
kualifikasi positif dan (2) kualifikasi negatif. Kualifikasi positif tentunya
didasarkan pada nilai-nilai positif, seperti (kelompok berharta cukup, kaya,
lebih kaya, dan yang paling kaya), (kelompok orang pandai, lebih pandai,
paling pandai), dan sebagainya. Kualifikasi negatif merupakan
pengelompokan manusia secara hierarkis atas dasar nilai-nilai negatif,
misalnya. (miskin, lebih miskin, paling miskin), (jahat, lebih jahat, paling
jahat), dan sebagainya. Adapun pengelompokan secara hierarkis ini secara riil
pasti ada di dalam kehidupan sosial, artinya di dalam segala ruang dan waktu
sistem pelapisan sosial pasti ada.

D. Kelompok Sosial (Social Group)
Kelompok sosial merupakan akibat dari konsekuensi dari kedudukan
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berkecendrungan berkelompok
dengan manusia lainnya (gregoriusness). Akan tetapi, perbedaan dan

persamaan karakter kepribadian, perbedaan kepentingan dan tujuan, perbedaan
kepentingan dan tujuan, perbedaan bahasa, adat istiadat, ras, suku, kegemaran
masing-masing individu, dan sebagainya tidak sekedar menyebabkan
kecendrungan manusia untuk berkelompok dengan manusia lainnya sebagai
konsekuensi manusia berkedudukan sebagai makhluk sosial, akan tetapi gejala
tersebut mengakibatkan pada pengelompokan manusia atas dasar ciri dan
karakter tertentu yang berujung pada in group dan out group feeling.
E. Dinamika Sosial
Dinamika sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang
membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kehidupan
sosial. Objek pembahasan ini meliputi :
1. Pengendalian sosial (social control)
Pengendalian sosial merupakan cara atau proses pengawasan baik yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan untuk mengajak,
mendidik, bahkan memaksa warga masyarakat agar para anggota
masyarakat mematuhi norma dan nilai yang berlaku.
2. Penyimpangan sosial (role expectation)
Perilaku menyimpang adalah perilaku sejumlah besar orang yang
dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku hingga
penyimpangan tersebut menimbulkan reaksi-reaksi tertentu seperti
celaan, cemoohan, gunjingan masyarakat hingga menimbulkan
hukuman.
3. Mobilitas sosial (social mobility)
Mobilitas sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau
kelompok bergerak atau berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial
lainnya baik pergerakan itu mengarah pada gerak sosial dari lapisan
sosial bawah bergerak ke atas atau sebaliknya.
4. Perubahan sosial (social change)
Perubahan sosial adalah pergeseran nilai-nilai, norma-norma sosial,
pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan
sebagainya.

MASALAH SOSIAL

Objek kajian sosiologi yang pokok adalah interaksi sosial yang di
dalamnya di bahas berbagai hubungan antar elemen sosial.Hubungan antarelemen ini dibagi menjadi dua, yaitu keteraturan sosial (social order) dan
ketidakteraturan sosial (social disorder). Keadaan sosial dikatan teratur jika
antara elemen sosial dan elemen sosial lainnya melaksanakan fungsi dan
peranannya sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Sebaliknya
jiika di kehidupan sosial antara elemen satu dengan lainnya tidak
melaksanakan fungsi dan peranannya sesuai dengan nilai dan norma sosial
yang berlaku maka keadaan tersebut disebut ketidakteraturan sosial.
Ketidakteraturan sosial ini sering disebut patologi sosial. Patologi sebagai
bagian objek kajian dari sosiologi sering sekali disebut masalah sosial. Dalam
hal ini sorjono soekamto membuat kriteria masalah sosial di antaranya :
1. Faktor Ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang dalam hal ini
kemiskinan di bedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan struktural dan
kemiskinan absolut.
2. Faktor biologis yang di dalamnya terdapat persoalan yang harus di
pecahkan seperti masalah endemis atau penyakit menular sebagaimana
terjadi dewasa ini, yaitu kasus flu burung, virus SARS, HIV, Penyakit
Kelamin yang menyerang di beberapa daerah.
3. Faktor psikologis, seperti depresi, stres, gangguan jiwa, gila, tekanan
batin, kesejahteraan jiwa, dan sebagainya.
4. Faktor sosial dan kebudayaan, seperti perceraian, masalah kriminal,
pelecehan seksual, kenakalan remaja, konflik ras, krisis moneter, dan
sebagainya.

REALITAS SOSIOKULTURAL
BAB 2

KELOMPOK 2 :
Ketua

: Niko Prayoga

Sekretaris

: Abdul Rosyid

Anggota

: Fachri Diantara

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2015