Pemberatan Pidana Terhadap Perkara Tinda

PROSIDING

Call Paper Pada Simposium
dan Pelatihan Hokum Pi dana
dan Kriminoloui Ke-IV
REKONSTRUKSI HUKUM MENGENAI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK,
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

-

Diselenggarakan atas kerjasama
Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI)
dengan Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana Kupang

Prosiding Call Paper pada Simposium dan Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi Ke-IV
lema:
Rekonstruksi Hukum Mengenai Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak,
Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Tindak Pidana Pencucian Uang
©MAHUPIKI
Diselenggarakan aras kerjasama Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI)
dengan Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana Kupang

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
All Rights Reserved
Cetakan I, 2017
Editor

Ermania Widjajanti, SH., MH.
Septa Candra, SH., MH
Ibnu Teguh
Penata Letak
Perancang Sampul : IbnuTeguh
Pracetak
Ridwan, SH., MH.
Produksi
Nasrullah Ompu Bana
Penerbit

Genta Publishing
Perum Pring Mayang Regency 2 Kav. 4
Jl. Rajawali Gedongan Baru
Bangumapan, Bantu!-Yogyakarta

INDONESIA
Tdp. 081 332 732 896
WA. 081 2378 18611
BBM. 5BDAAE37
E-mail: redaksigenta@yahoo.com
Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana
Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI)

Prosiding Call Paper pada Simposium dan Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi Ke-IV
Rekonstruksi Hukum Mengenai Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak,
Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Yogyakarta: GENTA Publishing 2017
x + 550 hlm. : 17 X 24 em

ISBN: 978-602-1500-73-6

-

PENGANTAR


Kumpulan tulisan ini merupakan presiding peserta Call Paper dalam kegiata n
Simposium & Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi yang diselenggarakan pada
tanggal 25-28 April 2017. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Masyarakat
Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI} dengan lembaga Penelitian
Universitas Nusa Cendana Kupang yang ikuti oleh gosen hukum pidana dan
kriminologi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang tergabung dalam
organisasi profesi Masyarakat Hukum Pi dana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI ).
Kegiatan serupa seperti ini sering dilakukan oleh MAHUPIKI, setidaknya
satu tahun sekali rutin diadakan, guna memberikan wadah pertemuan bagi para
dosen muda dan para guru besar serta menyikapi berbagai perkembangan hukum
pidana dan kriminologi dalam praktik. Dengan diadakannya kegiatan Call Paper
ini diharapkan sebagai media bagi para dosen hukum pidana dan kriminologi
untuk mengemukakan ide pemikirannya dalam perkembangan hukum pidana dc:m
kriminologi.
·
Saya selaku ketua Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia,
memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap rekan-rekan anggota
MAHUPIKI yang telah meluangkan waktu, menyampaikan pemikiran-pemikiran atas
masalah hukum pidana dan kriminologi di Indonesia dalamkegiatan Call Paper ini.
Saya mengharapkan pemikiran rekan-rekan anggota MAHUPIKI dalam presiding

ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kebijakan hukum pidana dan
riset kriminologi di Indonesia masa mendatang. Amiin ....

Jakarta, April 2017
Ketua Pengurus Pusat MAHUPIKI,

Prof. Dr. H. Romli Atmasasmita, SH., LLM

Prosiding Call Paper pada Simposium 1 v
dan Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi Ke-IV

PENGANTAR EDITOR

Tiada kata yang pantas terucap dari lisan ini kecuali "alhamdulilah" sebagai
wujud rasa syukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa dalam setiap langkah menjalani aktivitas sehari-hari.
Kumpulan tulisan ini merupakan prosiding peserta calf paper dalam kegiatan
Simposium & Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi ke-IV yang diselenggarakan
pad a tanggal 25-28 April 2017. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama
Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI) dengan Lembaga

Penelitian Universitas Nusa Cendana Kupang yang ikuti oleh dosen hukum pidana
dan kriminologi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang tergabung dalam
organisasi profesi Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI).
Sumbangsih tulisan dari para dosen Hukum Pidana dan Kriminologi dari
berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia ini merupakan bentuk wujud nyata dari
kepedulian keilmuan dalam menyikapi globalisasi saat ini. Dimana globalisasi
dewasa ini berbanding lurus dengan perkembangan kejahatan yang bukan
hanya bersifat domestik akan tetapi juga melewati batas negara yang disebut
"Transnational Organized Crime". Menyikapi berbagai fenomena perkembangan
kejahatan dengan modus operandi yang semakin canggih, maka masing-masing
negara diminta memberikan perhatian serius melalui politik hukum suatu negara.
Begitu juga negara Indonesia dimana termasuk negara yang rentan menjadi sasaran
dari berbagai tindak pidana yang melewati batas negara tersebut.
Dalam prosiding kumpulan tulisan peserta Call Paper ini dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian sesuai dengan tema dari kegiatan Simposium dan Pelatihan Hukum Pidana
dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI). Pada bagian pertama merupakan tulisan
yang terkait dengan "Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak", bagian
kedua tulisan terkait dengan "Tindak Pidana Perdagangan Orang'', dan pada bagian
ketiga tulisan ini terkait dengan "Tindak Pidana Pencucian Uang". Akhir kata, semoga
sumbangsih tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan memberikan kontribusi

bagi insan akademisi khususnya dan masyarakat pada umumnya di bidang hukum
pidana dan kriminologi.

Jakarta, April2017
Editor,
Ermania Widjajanti, SH., MH.
Septa Candra, SH., MH

vi I Rekonstruksi Hukum Mengenai Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan & Anak,
Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Tindak Pidana Pencucian Uang

-

DAFTAR lSI

Pengantar Ketua MAHUPIKI ..............................................................................
Pengantar Editor ...............................................................................................
Daftar lsi ............................................................................................................

v

vi
vii

Sub Tema 1
Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak ..........................................
1
1. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual
Dalam Rumah Tangga
Artha Febriansyah, SH.MH. dan Vera Novianti, SH.M.Hum.........................
2
2. Ketimpangan Penegakan Hukum Pidana Dalam Kejahatan Kesusilaan
Diskriminasi Terhadap Kaum Perempuan
Dian Narwastuty, SH. M.Kn. ........................................................................
20
3. Perlindungan Hukum Korban Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Anak
di Indonesia
29
Dr. Ahmad Sofian, S.H., M.A ........................................................................
4. ldentifikasi Faktor Kriminogen Kejahatan Seksual di Propinsi Kepulauan
Bangka Belitung Dengan Routine Activity Theory

46
Dr. Dwi Haryadi, SH.MH ...............................................................................
5. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Seksual
Terhadap Perempuan dan Anak
64
Dr. Mompang L. Panggabean, SH.M.Hum .................................................. .
6. Perlindungan Terhadap Perempuan dan Anak Dalam Tindak Kekerasan
Seksual Melalui Hukum Adat Sebagai Perwujudan Hak Asasl Usul
di Sumatera Barat
Efren Nova, SH. MH. dan Yoserwan, SH. MH. LL.M. ....................................
81
7. Relasi Tindak Pidana Pornografi dan Kejahatan Seksual Pada Anak:
Kajian Pendekatan Hakim Dalam Memutus Perkara
Faizin Sulistio, SH.MH. dan Nazura Abdul Manap .......................................
97
8. Pertanggungjawaban Pelaku Pencabulan Anak Dalam Lingkup Rumah
Tangga di Kota Jambi
Dr. Ferdricka Nggeboe, SH. MH. .................................................................. 111
9. Pornografi Melalui Internet Sebagai Kejahatan Seksual: Perspektif Sobural
Hwian Christianto, SH. MH. ......................................................................... 127

10. Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak Dikaitkan Dengan llmu
Psikiatri Forensik
Margo Hadi Pura, SH.MH.
141
11. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Seksual di NTI
Maya Hehanusa, SH., M.Hum. .................................................................... 154

Prosiding Call Paper pada Simposium
dan Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi Ke-IV

I vii

セ@

.....

c

12. Sanksi Kebiri Dalam Bingkai Falsafah Pemidanaan
Muhammad lftar Aryaputra, SH. MH. .........................................................

13. Perlindungan Hukum Bagi Wanita Dengan Gangguan Jiwa Yang Menjadi
Karban Pelecehan Seksual
Prilian Cahyani, SH. S.AP. M.H., LL.M dan Agung Dian Syahputra, SH.MH. .......
14. Melindungi Anak Karban Kejahatan (Kajian Terhadap Undang-Undang
Sistem Peradilan Pidana Anak)
Dr. Rena Yulia, SH.MH. dan Aliyth Prakarsa, SH.MH. ...................................
15. Optimalisasi Perlindungan Hukum Terhadap Anak Karban Kejahatan
Seksual Melalui Integrated Juvenile Justice System
Subaidah Ratna, SH.MH., Agus Saiful Abib, SH.MH.
dan Tri Mulyani, SH.MH...............................................................................
16. Penguatan Sistem Diversi Dengan Pendekatan lntegratif Partisipatif
Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum
Wencislaus S. Nansi, SH.M.Hum..................................................................
17. Evaluasi Pelaksanaan Diversi Bagi ABH Dalam Proses Penyidikan Berdasarkan
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Dr. Hamidah Abdurrachman........................................................................
18. Perlindungan Karban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Telaah Dalam UU
No 23 Tahun 2004)
Mufti Khakim, SH. MH ......................................................-...........................
19. Penghukuman Terhadap Perempuan Pelaku "Pembunuhan" Dalam Kasus

Kejahatan Seksual (Studi Terhadap Karban Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
Vinita Susanti...............................................................................................
20. Kajian Tindakan Kebiri Kimia dan Pemasangan Alat Pendeteksi Elektronik
Bagi Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Lushiana Primasari, SH.MH dan Subekti, SH.MH. .......................................
21. Penegakan Hukum yang Berkeadilan Pancasila Bagi Perempuan dan Anak
(Konsep Perlindungan dari Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak)
Nea Adhi Kurnia S.Pd. SH. MH.....................................................................
22. Restitusi Bagi Anak Karban Kekerasan Seksual (Suatu Kajian dari Perspektif
Hak Asasi Manusia)
Henny Damaryanti, SH.MH. dan Hendrik, SH.MH. ......................................
23. "Melirik" Penanggulangan Kejahatan Seksual Terhadap Anak di Amerika :
Ide Bagi Peraturan Pelaksana Perpu Nomor 1 Tahun 2016
Ferry Fathurokhman, Ph.D..........................................................................
24. Perlindungan Hukum Bagi Anak Sebagai Karban Kekerasan Seksual
Dari Pelaku Pedhopilia
Kurnia Dewi Anggraeny, SH.MH. .................................................................
25. Analisa Peraturan Perundang-undangan Tentang Hak Anak Karban
Cyberbul/ying
(Dr. iur). Antonius PS. Wibawa, SH.MH. ......................................................
viii I Rekonstruksi Hukum Mengenai Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan & Anak,
Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Tindak Pidana Pencucian Uang

169

181

196

212

231

245

262

277

291

305

320

333

344

355

-

Sub Tema 2
Tindak Pidana Perdagangan Orang....................................................................
1. Tindak Pidana Perdagangan Perempuan di Perbatasan Indonesia dan
Timor Leste
Dr. Dhey Wego Tadeus, SH. MH...................................................................
2. Pembaharuan Kebijakan Restitusi Sebagai Upaya Meningkatkan
Perlindungan Hak Karban Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang
Ani Triwati, SH.MH. .....................................................................................
3. Perlindungan Hukum Bagi Karban Tindak Pidana Trafficking
Dr. Hj. Mety Rahmawati, SH.MH. ...............................................................
4. Pengaturan dan Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perdagangan
Organ di Indonesia
Nella Sumika Putri, SH.MH. dan Budi Artaatmaja, SH.MH ....................... .
5. Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dengan Penguatan
Undang-Undang Bantuan Timbal Balik
M. Fatahillah Akbar, SH.LL.M .......................................................................
6. PerspektifTeori Kontrol Sosial : Terjadinya Perdagangan Anak Melalui Adopsi
Ermania Widjajanti, SH. MH ........................................................................
7. Tindak Pidana Perdagangan Orang di Indonesia dan Upaya
Penanggulangannya
Septa Candra, SH.MH. .................................................................................
SubTema 3
Tindak Pidana Pencucian Uang ..........................................................................
1. Pemidanaan Korporasi Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang
Dr. Toetik Rahayuningsih, SH.MH .............................................................. .
2. Pemberatan Pidana Terhadap Perkara Tindak Pidana Korupsi yang
Berkaitan Dengan Pencucian Uang Dalam Putusan Pengadilan di Indonesia
Edita Elda, SH.MH .......................................................................................
3. Optimalisasi dan Harmonisasi Kewenangan Lembaga Penegak Hukum
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Darwance, SH.MH ................................·...................................................... .
4. Efektivitas Asas Pembalikan Beban Pembuktian Dalam Tindak Pidana
Pencucian Uang di Indonesia
Dr. Siska Elvandari, SH.MH ..........................................................................
5. Reinterpretasi Hukum Atas Ketentuan Pasal 69 Undang Undang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam
Rangka Penentuan Model Pembuktian Yang Tepat Untuk Mengungkap
Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang
Agung Dian Syahputra, SH.MH.
dan Prilian Cahyani, SH. S.AP. M.H., LL.M .................................................. .

373

374

383
397

407
--

422

o,;,;

セ@

"

435

451

465
466

483

503

521

537

Prosiding Call Paper pada Simposium 1 ix
dan Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi Ke-IV

Pemberatan Pidana Terhadap Perkara Tindak Pidana Korupsi yang
Berkaitan Dengan Pencucian Uang Dalam Putusan Pengadilan
di Indonesia
Edita Elda, SH, MH
Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang

Abstrak
Penanganan tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dalam
pengembangan kasusnya ada yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang. Hasil Tindak
pi dana pencucian uang dalam perkara korupsi termasuk dalam hasil tindak pidana sebagaimana
terdapat dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang. Selain hasil dari tindak pidana korupsi, pencucian uang juga
termasuk harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana lainnya yang diancam dengan
pidana 4 (empat) tahun penjara atau lebih. Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari
tindak pidana dengan berbagai cara agar hasil tindak pidananya susah ditelusuri oleh aparat
penegak hukum. Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana pemberatan pidana pada tindak
pidana korupsi yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang. Kajian dalam penulisan ini
difokuskan pada putusan pengadilan. Metode dalam penulisan adalah kajian hukum normatif
dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan putusan pengadilan tentang
tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang yang ditangani oleh
KPK. Pemberatan pidana, selain terdapat dalam KUHP, juga berlaku untuk tindak pidana khusus
di luar KUHP, termasuk tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang.
Kata Kunci: Pemberatan Pidana, Tindak Pidana Korupsi, Tindak Pidana Pencucian Uang,
Putusan Pengadilan.

Pendahuluan
Tindak pidana pencucian uang (money laundering) dapat mengganggu stabilitas
sistem keuangan dan sistem perekonomian suatu negara. Tindak pidana ini juga
merupakan kejahatan transnasional (transnational crime) yang modusnya banyak
dilakukan melintasi batas-batas negara (cross border). Oleh karena itu, dampak yang
ditimbulkan berakibat negatif pada stabilitas sistem keuangan dan perekonomian
dunia secara keseluruhan. 1Dari segi politik dan keamanan, pencucian uang sangat
berabahaya karena juga meliputi berbagai kejahatan yang serius (serious crime) 2
sepertikorupsi, pengelakan pajak, perjudian, penyelundupan dan lain-lain yang
dapat merusak mental para pejabat negara. 3
1

2

3

Yunus Husein (Dalam Sambutan), Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan
Pembiayaan Terorisme, Cetakan II, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007, hal. v.
Dalam United Nations Convention Against Transnational Organized Crime Tahun 2000, article 2 point (b)
menyebutkan bahwa:
"serious crime shall mean conduct constituting an offence punishable by maximum deprivation of liberty
of at least four years or a more serious penalty''.
Venti Ganarsih, Kriminalisasi Pencucian Uang (Money Laundering), Jakarta: Program Pasca Sarjana

Presiding Call Paper pada Simposium 1 483
dan Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi Ke·IV

-

Sifat kriminalitas money laundering ialah berkaitan dengan latar belakang dari
perolehan sejumlah uang yang sifatnya gelap, haram atau kotor, lalu sejumlah uang
kotor ini dikelola dengan aktivitas-aktivitas tertentu seperti dengan membentuk
usaha, mentransfer atau mengkonversikannya ke bank atau valuta asing sebagai
langkah untuk menghilangkan latar belakang dari dana kotor tersebut. 4 Pada
umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindakpidana dengan berbagai
cara agar harta kekayaan hasil tindak pidananyasusah ditelusuri oleh aparat penegak
hukum. Sehingga dengan demikian, pelaku dapat dengan leluasa memanfaatkan
harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sahmaupun tidak sa h.
Menurut IMF, besaran (magnitute) pencucian uang di seluruh dunia adalah
sebesar 2-5 % dari GDP (gross domestic product) 5 dunia. 6 lni telah menyebabkan
perhatian masyarakat internasional untuk memerangi money laundering
semakin meningkat, baik yang dilakukansecara bilateral maupun berbagai forum
internasionai. 7Secara khusus, Indonesia menjadi anggota forum internasional
yang memerangi money laundering, yaitu APG (Asia Pacific Group on Money
Laundering). 8 Selain itu juga terdapat FATF (Financial Action Task force on Money
Laundering) yang telah dikenalluas sebagai standard setting organization di bidang
pencucian uang.9 Di Indonesia, dalam rangka mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang, dibentuk sebuah lembaga independen Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK denganlembaga sejenis yang
ada di negara lain dan lembagainternasional yang terkait dengan pencegahan
danpemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.Kerja sama internasional yang
dilakukanPPATKdapatdilaksanakandalambentukkerjasamaformalatauberdasarkan
bantuan timbal balik atau prinsipresiprositas. 10Dalam melakukan pencegahan dan
pemberantasantindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukankerja sama
pertukaran informasi berupa permintaan,pemberian, dan penerimaan informasi
dengan pihak,baik dalam lingkup nasional maupun internasional,yang meliputi: 11
a. instansi penegak hukum;

5

6

7

8
9

10

11

Fakultas Hukum, 2003, hal. 35.
NHT Siahaan, Money Laundering & Kejahatan Perbankan, Edisi Revisi, Jakarta: Jala Permata, 2008, hal. 3.
GOP (gross domestic product) atau dikenal dengan Produk Domestik Brute (PDB) merupakan salah satu
indikator -utama yang digunakan untuk mengukur kesehatan ekonomi sebuah negara. lni mewakili nilai
dolar total semua barang dan jasa yang diproduksi selama periode waktu tertentu. lni juga dapat dijadikan
sebagai ukuran ekonomi suatu negara. Sumber: www.google.com
Ibid.
Forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), APEC (Asia Pacific Economic Cooperation),
ASEAN (Association of South East Asia Nations), ASEM (ASEAN-European Meeting), ADB (Asian
Development Bank), G-20, World Bank, dan IMF (International Monetary Fund).
Yunus Husein dalam Sutan Remy Sjahdeini, hal. vi.
Ibid.
Sejak tahun 2003-2010, PPATK telah menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan 37 daftar negara FlU
(Financial Intelligence Unit) atau Otoritas. Sumber: Lampiran dalam Tim Penyusun, Muhammad Yusuf dkk,
lkhtisar Ketentuan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Jakarta: The Indonesia
Netherlands National Legal Reform Program (NLRP), 2011, hal. 734.
Lihat Pasal 90 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang.

484 1 Rekonstruksi Hukum Mengenai Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan & Anak,
Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Tindak Pidana Pencucian Uang

b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa
keuangan;
c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana Pencucian Uang atautindak pidana lain terkait dengan tindak
pidanaPencucian Uang; dan
e. financial intelligence unit (otoritas) negara lain.
Tindak pidana pencucian uang berkaitan dengan kejahatan asal (predicate crime)
yang dilakukan oleh organized crime. Berkembangnya kejahatan ini akan sangat
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya berbagai tindak pidana pemicunya,
seperti korupsi, perdagangan gelap narkotika, penyelundupan, illegal logging serta
upaya untuk memeranginya. Dalam konsep antipencucian uang, pelaku dan hasil
tindak pidana dapatdiketahui melalui penelusuran untuk selanjutnya hasil tinaak
pidanatersebut dirampas untuk negara atau dikembalikan kepada yang berhak.
Apabila Harta Kekayaan hasil tindak pidana yang dikuasai oleh pelaku atau organisasi
kejahatan dapat disita atau dirampas, dengan sendirinya dapat menurunkan tingkat
kriminalitas.
Secara khusus, tulisan ini hanya akan membahas tindak pidana pencucian uang
yang berasal dari tindak pidana asal berupa tindak pidana korupsi. Tindak pidana
pencucian uang dilakukan dengan tujuan untuk mengaburkan asal muasal dari
harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana. Harta kekayaan merupakan semua
benda bergerak ataubenda tidak bergerak, baik yang berwujud maupun yangtidak
berwujud, yang diperoleh baik secara langsungmaupun tidak langsungY
· Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana pemberatan pidana pada tindak
pidana korupsi yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang. Pemberatan
pidana, selain terdapat dalam KUHP, juga berlaku untuk tindak pidana khusus di
luar KUHP, termasuk tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang.Kajian
dalam penulisan ini difokuskan pada putusan pengadilan. Metode dalam penulisan
adalah kajian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundangundangan dan putusan pengadilan tentang tindak pidana korupsi yang berkaitan
dengan tindak pidana pencucian uang yang ditangani oleh KPK.
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) merupakan lembaga yang bekerjasama
dengan PPATK dalam hal penanganan tindak pidana korupsi yang terindikasi
melakukan tindak pidana pencucian uang. Kerjasama antara PPATK dengan KPK
berdasarkannotakesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding)yang
ditandatangani pada tanggal 29 April 2004 13sebagai bentuk dari kerja sama formal.
Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK denganpihak yang terkait dituangkan
dengan atau tanpabentuk kerja sama formal, sebagai pihak yang mempunyai
keterkaitan langsungatau tidak langsung dengan pencegahan danpemberantasan
tindak pidana Pencucian Uang dilndonesia.
12

Lihat Pasal 1 poin (13) Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.

13

Sejak tahun 2003-2010, PPATK telah menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan 40 lembaga/organisasi
domestik. Sumber: Lampi ran dalam Tim Penyusun, Muhammad Yusuf dkk, Op.Cit. hal. 733.
Prosiding Call Paper pada Simposium 1 485
dan Pelatihan Hukum Pidana dan Krlminologi Ke-IV

Penanganan tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK},
dalam pengembangan kasusnya ada yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian
uang. Hasil Tindak pidana pencucian uang dalam perkara korupsi termasuk dalam
hasil tindak pidana sebagaimana terdapat dalam Undang-undang Nomor 8 tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Selain hasil dari tindak pidana korupsi, pencucian uang juga termasuk harta
kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana
4 (empat} tahun penjara atau lebih. Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan
hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar hasil tindak pidananya susah
ditelusuri oleh aparat penegak hukum.

PEMBERATAN PIDANA DALAM HUKUM PIDANA
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), terdapat 3 (tiga) hal yang
dijadikan alasan memberatkan pidana (strafverzwarende omstandigheden), yaitu
sedang memangku suatu jabatan atau ambte/ijk hodanigheid (pasal 52 KUHP),
recidive atau pengulangan (titel VI Buku 1 KUHP) dan gabungan atau samenloop
(Pasal 65 dan 66 KUHP) dalam titel (XXXI Buku 11). 14 Alasan-alasan tersebut
merupakan legitimasi bagi hakim untuk menjatuhkan pidana lebih tinggi atau berat
dibandingkan dengan (ancaman) pidana maksimum yang ada. 15 Secara umum,
pemberatan pidana apabila seorang pejabat negara (pegawai negeri} dengan
melakukan tindak pidana telah menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atau
sarana, yang dinikmatinya karena jabatannya, maka terlepas dari pidana denda,
pidana yang akan dijatuhkan dapat diperberat dengan sepertiganya. 16Perbarengan
dan pengulangan tindak pidana oleh pembuat undang-undang juga dipandang
sebagai alasan pemberatan pidana yang bersifat umum.U

A. Tindak Pidana dilakukan oleh Pegawai Negeri
Dalam Pasal 52 KUHP dinyatakan bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh
Pegawai Negeri merupakan pemberatan pidana, yakni:
"Apabila seorang Pegawai Negeri pada waktu melakukan sesuatu perbuatan
yang dapat dihukum telah menodai suatu kewajiban jabatan yang bersifat
khsusus atau pada waktu melakukan perbuatan yang dapat dihukum itu telah
mempergunakan kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diperolehnya
karena jabatannya, maka hukumannya dapat ditambah dengan sepertiga".
Ketentuan ini berlaku bagi setiap perbuatan yang diancam dengan hukuman,
termasuk juga di dalarnnya pelanggaran, kecuali yang digolongkan sebagai
kejahatan jabatan. lni berlaku juga bagi daderschap dan di dalam setiap bentuk
dari deelneming, medeplichtigheid dan juga pada pogging. lni hanya berlaku pada
14

15

16
17

E. Utrecht, Rangkaian Sari Ku/iah Hukum Pidana 1, hal. 380. Lihat juga Rusli Muhammad, Potret Lembaga
Pengadilan Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 145.
Jan Remmelink, Hukum Pidana, Komentar atas Pasai-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-undang
Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 580.
Ibid.
Ibid.

486

1 Rekonstruksi Hukum Mengenai Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan & Anal

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157