MELAKSANAKAN AUDIT INTERNAL YANG EFEKTIF

MELAKSANAKAN AUDIT INTERNAL YANG EFEKTIF
Pada hakikatnya, seluruh audit internal diawali dengan proses penetapan dan pengesahan
“internal audit charter”, yang berisikan penegasan kembali tujuan tujuan pelaksanaan audit,
pengembangan rencana audit, serta penetapan program audit yang meliputi “initial review”,
pendokumentasian dan pengujian pengendalian internal, serta pelaporan hasil audit internal.
Internal auditor yang efektif menjalankan peran sebagai “mata” dan “telinga” bagi komite
audit dan senior management. Perannya tidak hanya terbatas pada pelaksanaan reviu atas
kepatuhan dan proses pelaksanaan pengendalian internal oleh manajemen, tetapi juga
meliputi proses perbaikan dan evaluasi proses pengendalian internal dimaksud.
I.

Perencanaan dan Pengorganisasian Audit Internal
Sebelum melaksanakan fungsi internal audit, perlu disusun sebuah konsep dasar yang
akan menjadi pijakan pelaksanaan audit internal yang terdiri dari:


Adanya rencana yang efektif serta “charter” sebagai bukti komitmen pelaksaaan audit
internal




Adanya perencanaan audit jangka panjang



Adanya standar atau pendekatan yang efektif dalam melaksanakan audit internal

Ketiga hal dimaksud harus dilandasi oleh pemahaman internal auditor terhadap kerangka
pengendalian internal COSO, dengan demikian mereka mampu melaksanakan perannnya
sebagai “mata” dan “telinga” bagi komite audit dan senior management.
II.

Persiapan Audit
Pelaksanaan

audit

internal

sebaiknya


direncanakan

dengan

baik,

dengan

mempertimbangkan rencana tahunan dan proses penilaian risiko. Selain itu, sebaiknya
rencana audit juga mempertimbangkan faktor seperti adanya permintaan khusus dari
komite audit, ataupun adanya keterjadian yang tidak direncanakan seperti perubahan
regulasi, atau peristiwa ekonomi yang mempengaruhi organisasi tersebut.
Berikut ini beberapa aktivitas persiapan audit yang secara umum dilakukan oleh para
audito internal:
a) Menentukan tujuan audit
Tujuan

audit

akan


meliputi

setidaknya

satu

periode

fiskal

dari

suatu

organisasi/perusahaan. Tujuan jangka panjang ini ditetapkan berdasarkan permintaan
manajemen, komite audit, kapabilitas staf audit, nature dari pekerjaan audit
sebelumnya, ketersediaan sumber daya, dan risiko ang dihadapi oleh organisasi.
Tujuan audit tidak harus berupa rencana yang mendetail, tetapi harus memiliki


informasi yang memadai untuk menggambarkan apa yang akan dicapai dalam
pelaksanaan audit internal nantinya.
b) Penyusunan jadwal dan estimasi waktu audit
Jadwal dan estimasi waktu audit akan sangat bergantung pada nature dari aktivitas
audit yang akan dilaksanakan, serta ketersediaan dan kapabilitas sumber daya dari
auditor internal itu sendiri.
c) Survey Pendahuluan
Setelah disusun rencana, dan jadwal audit internal yang akan dilaksanakan, maka
auditor perlu melaksanakan survey pendahuluan untuk melihat apakah rencana dan
jadwal yang telah disusun dapat dilaksanakan atau perlu dilakukan penyesuaian lebih
lanjut.
Survey pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara:
 Mereviu kertas kerja audit sebelumnya
Reviu ini dilaksanakan untuk mendapatkan pemahaman akan pendekatan yang
digunakan dan hasil yang dicapai dengan menggunakan pendekatan tersebut.
Selain itu, pemahaman akan pendekatan yang digunakan akan membantu proses
perencanaan yang lebih efektif dan efisien.
 Mereviu laporan audit sebelumnya
Temuan dalam audit sebelumnya perlu mendapatkan perhatian lebih dari internal
auditor, terutama terhadap komitmen manajemen untuk melakukan tindakan

perbaikan atau melaksanakan rekomendasi dari auditor sebelumnya. Laporan
audit sebelumnya juga memberikan gambaran akan area-area audit yang perlu
diperhatikan oleh auditor saat ini, terutama area dimana terdapat permasalahan
yang tidak tercapai kesepakatan antara manajemen dan auditor.
 Survey/observasi terhadap struktur organisasi
Auditor harus mendapatkan struktur organisasi dan orang-orang yang bertanggung
jawab di dalamnya, juga informasi akan key person dalam setiap area aktivitas
manajemen. Hal ini akan membantu auditor dalam memahami proses bisnis dan
alur tanggung jawab dalam proses tersebut, yang mana akan mempermudah
proses identifikasi kelemahan proses bisnis dimaksud.
 Mereviu data-data lain yang sifatnya material dan merupakan data pendukung
bagi penyusunan rencana dan jadwal audit.

Data pendukung disini meliputi juga data temuan dari eksternal auditor, serta
reviu terhadap regulasi atau publikasi lainnya yang mempengaruhi organisasi.
III.

Pelaksanaan Pra-Audit
Setelah segala persiapan untuk melaksanakan audit internal, maka langkah selanjutnya
adalah menyampaikan informasi terkait dengan pelaksanaan audit dimaksud kepada

auditee yang meliputi informasi tentang kapan, siapa dan kenapa akan dilaksanakan audit
internal. Informasi ini disampaikan kepada auditee dengan menggunakan sebuah
dokumen, yaitu engagement letter.
Engagement letter berisi antara lain:
 Alamat tujuan surat, yaitu dapat ditujukan kepada manajer, atau pihak yang
bertanggung jawab terhadap suatu unit tertentu
 Tujuan dan ruang lingkup audit
 Jangka waktu pelaksanaan audit, kapan akan dimulai dan diakhiri
 Auditor yang bertanggung jawab untuk melaksanakan audit
 Kebutuhan auditor yang perlu disiapkan oleh auditee
 Kopi dari engagement letter
 Laporan operasi lainnya yang berkaitan dengan auditee.
Setelah proses ini dilakukan, auditoe telah bertemu dengan pihak yang berwenang dari
auditee, maka selanjutnya akan dilakukan fieldwork audit. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang mendasari proses audit selanjutnya, termasuk sebagai
background dalam penyusunan kebijakan dan perbaikan prosedur. Kegiatan ini juga
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pemahaman anggota tim terhadap area yang
sedang diaudit, serta untuk menetapkan dokumentasi terhadap prosedur yang sedang
diaudit.
a) Internal Audit Field Survey

Survey ini dilakukan untuk menetapkan arah pelaksanaan audit, ruang lingkup secara
mendetail, dan perpanjangan proses audit. Dengan melakukan survey ini, auditor
dapat lebih mengenali dan memahami proses bisnis yang dilaksanakan oleh auditee
serta mengevaluasi struktur pengendalian dan level dari risiko pengendalian dalam
beragam proses dan sistem yang termasuk dalam lingkup audit. Beberapa informasi
yang diperoleh dan digunakan dalam tahapan ini adalah informasi tentang struktur
organisasi, manual/prosedur operasi, laporan-laporan terkait operasi auditee, hasil
observasi secara personal, dan hasil diskusi dengan key personel.

b) Documenting the Internal Audit Survey
Informasi yang diperoleh dalam tahapan ini harus didokumentasikan dalam kertas
kerja audit, yang nantinya dapat digunakan untuk memperbaiki atau mengubah teknik
audit yang akan digunakan agar lebih sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c) Field Survey Auditor Conclusions
Seringkali perencaaan audit yang disusun sebelum melaksanakan audit tidak sesuai
dengan kondisi auditee yang sebenarnya karena masih menggunakan asumsi-asumsi
auditor. Oleh karena itu, setelah memperoleh informasi dari tahapan ini, perencanaan
audit tersebut harus segera dievaluasi dan diperbaiki.
IV.


Pengembangan dan Persiapan Program Audit
Program audit adalah prosedur yang menggambarkan langkah-langkah dan pengujian
yang akan dilaksanakan oleh auditor dalam menjalankan proses audit. Program audit
sebaiknya diselesaikan segera setelah auditor melaksanakan survey pendahuluan dan
sebelum melaksanakan aktivitas audit yang sebenarnya.
Dua faktor penting dalam penyusunan program audit adalah:
1) Bahwa program audit telah mengidentifikasi seluruh aspek dari area yang akan diuji,
dan tingkat sensitivitas dari area tersebut terhadap pendekatan audit yang akan
dilaksanakan.
2) Bahwa program audit adalah sebagai alat panduan dalam melaksanakan aktivitas
audit.
Sedangkan format program audit sendiri dapat berbentuk antara lain:
 Sebagai satu set prosedur yang bersifat umum

 Sebagai prosedur audit dengan instruksi yang mendetail

 Sebagai checklist pengujian kepatuhan.

Sebagaimana diatur dalam standar IIA bahwa auditor internal sebaknya menguji dan
mengevaluasi setiap informasi yang berkaitan dengan tujuan audit yang telah

direncanakan. Setiap informasi dimaksud adalah bukti audit, yang melingkupi seluruh
kegiatan reviu dan observasi yang dilakukan oleh auditor.

Dasar evaluasi terhadap

informasi yang kemudian dapat dijadikan sebagai bukti audit adalah harus memenuhi
kriteria sufficient, competent, relevant, and useful. Program audit sebaiknya dapat
menuntun auditor dalam memperoleh informasi yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai bukti audit. Penggunaan beberapa macam/tipe bukti audit sekaligus tentu akan

sangat berguna dalam menyusun simpulan hasil audit. Berikut ini adalah beberapa macam
tipe audit berdasarkan tingkat objektivitasnya yang dapat digunakan dalam menyusun
simpulan audit oleh auditor:

Tahapan audit yang disusun dalam program audit juga akan bergantung pada karakteristik
dari organisasi yang diaudit. Walaupun demikian, secara umum, audit internal harus
dilaksanakan dan disupervisi berdasarkan standar yang ada. Hal dimaksud akan menjamin
bahwa audit telah dilakukan secara memadai dan terkendali.
V.


Pelaksanaan Audit
a) Internal audit fieldwork initial procedures
Proses audit internal dapat saja mengganggu rutininas operasi bisnis auditee, sehingga
auditor perlu mengkomunikasikan tentang jadwal dan tujuan pelaksanaan audit
internal ini dengan pihak auditee. Selain itu, auditor juga harus mendapatkan
komitmen dari auditee terhadap pelaksanaan audit internal dimaksud, terutama dalam
hal penyediaan data dan laporan yang dibutuhkan oleh auditor internal. Jika pada
pelaksanaannya terdapat key person yang tidak kooperatif, maka auditor dapat
membahasnya dengan pihak yang berwenang dari auditee, atau merevisi strategi
auditnya antara lain dengan:
 Merevisi program dan prosedur audit yang akan dilakukan, misalkan dengan
melakukan uji tambahan di area lain, dsb.
 Melengkapi proses audit tanpa menyelesaikan audit di area yang bermasalah,
tetapi pendekatan ini harus mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.
 Menyelesaikan program audit yang telah direncanakan, dan menyusun kembali uji
ulang terhadap area yang bermasalah.
b) Audit fieldwork technical assistance
Timbulnya permasalahan yang bersifat teknis dalam proses audit internal, dimana
auditor internal tidak berkompetensi dalam bidang teknis dimaksud, harus diatasi


dengan melaksanakan asistensi dari orang-orang yang memiliki kompetensi pada
bidang dimaksud. Permasalahan tersebut juga harus selalu didokumentasikan dalam
kertas kerja audit, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pendukung penyusunan
rencana audit berikutnya.
c) Audit management fieldwork monitoring
d) Potential audit findings
Kapanpun auditor menemukan hal yang berpotensi sebagai temuan/ kelemahan dari
sistem pengendalian, maka uraian kondisi dimaksud dan rekomendasi perbaikan harus
segera dipersiapkan. Uraian dimaksud sering dimuat dalam audit preliminary finding
sheet yang berisikan antara lain:
 Identifikasi temuan
 Kondisi yang terjadi
 Referensi kondisi/temuan pada dokumentasi kerja
 Usulan/rekomendasi perbaikan dari auditor
 Hasil diskusi tentang temuan dengan pihak manajemen
 Rekomendasi yang telah disepakati untuk dilaksanakan oleh manajemen
e) Audit program and schedule modifications
f) Reporting preliminary audit findings to management
Berikut ini adalah gambaran singkat dari pelaksanaan proses audit internal”