Dampak Asean Economic Community Terhadap

DAMPAK ASEAN ECONOMY COMMUNITY TERHADAP TENAGA KERJA
INDONESIA
Barnabas Dewantara Catur Saputro
Program Studi Administrasi Bisnis, FISIP, UPN “Veteran” Yogyakarta,
email : dewantara2502@gmail.com

ABSTRAK
Rencana integrasi ASEAN melalui ASEAN Economic Community yang bertujuan untuk
dapat mencapai integrasi ekonomi berdampak pada perubahan bukan hanya pada perubahan di
pemerintahan dan politik saja, namun juga berdampak pada dunia bisnis dan ekonomi. Integrasi
ekonomi ini akan membuat adanya satu pasar bebas dimana hambatan-hambatan dalam transaksi
internasional menjadi hampir tidak ada. Integrasi ekonomi ini berdampak hampir pada semua sektor di
Indonesia yang salah satunya adalah pasar tenaga kerja Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara
dengan penduduk terbesar dalam negara-negara ASEAN lainnya mempunyai tantangan yang sangat
serius dalam penerapan ASEAN Economic Community ini. Berdasar pada hal tersebut Indonesia
mempunyai pekerjaan yang cukup besar dalam membangun kualitas sumber daya manusia yang
berdaya saing internasional. Kesimpulan dari penulisan ini adalah masalah-masalah pendidikan di
Indonesia yang menjadi perhatian utama agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berdaya
saing internasional.
Kata kunci: AEC, Peluang, SDM, Tantangan


PENDAHULUAN
ASEAN merupakan sebuah asosiasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang didirikan
di Bangkok, pada 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Filipina, Singapura,
dan Thailand. ASEAN didirikan untuk memajukan kepentingan bersama di wilayah tersebut, termasuk
di dalamnya mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya, dan stabilitas regional.
Sejalan dengan tujuan tersebut, para wakil ASEAN membuat ASEAN VISIONS 2020 yang beradasar
pada tiga hal yaitu keamanan politik, sosial-budaya, dan ekonomi. Pada KTT ASEAN ke 9 di Bali
pada tahun 2003, pertemuan tersebut menghasilkan Bali Concord II yang merupakan asal muasal
adanya ASEAN Economic Community. Pada pertemuan tersebut para wakil ASEAN merumuskan tiga
hal yang di tuangkan kedalam ASEAN Community yang sesuai dengan tiga pilar ASEAN Vision

2020, yaitu pada bidang keamanan politik (ASEAN Political-Security Community), ekonomi (ASEAN
Economic Community), dan sosial-budaya (ASEAN Socio-Culture Community).
ASEAN Economic Community merupakan wujud nyata realisasi dari integrasi ekonomi
yang dituangkan dalam ASEAN Vision 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negaranegara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang
ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. Berikut ini merupakan karakteistik utama dari AEC yaitu:

Gambar 1. Karakteristik ASEAN Economic Community (Sumber: setneg.go.id)
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa, karakteristik ini saling berkaitan satu sama
lain. Dengan memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus

memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling
mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan (www.asean.org).
Dari karakteristik AEC yang kedua yaitu kawasan berdaya saing tinggi regional penulis
melihat bahwa indonesia sebagai salah satu pemrakarsa AEC belum siap bersaing dengan negaranegara AEC lainnya seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.

Gambar 2. Tabel Global Competitiveness Index (GCI) 2013-2014 (Sumber: World
Economic Forum diolah Sutrisno Budiharto)
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa Indonesia menempati urutan ke 5 dari negara
ASEAN atau urutan ke 38 dari negara di dunia dengan tingkat daya saing yang cukup rendah
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam. Maka
dari itu penulis mengangkat topik ASEAN Economic Community sebagai pembahasan dari sisi SDM
sebagai salah satu point penting dalam meningkatkan daya saing Indonesia di dunia internasional
khususnya AEC.

DAMPAK AEC TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA
Dalam penerapan nya AEC (ASEAN Economic Community) ini memiliki tantangan dan
peluang untuk Indonesia sebagai langkah awal dalam memasuki pasar internasional dan memacu
Indonesia untuk lebih meningkatkan daya saingnya dalam pasar internasional. Tantangan dan peluang
yang diperoleh dari penerapan AEC ini dapat dijadikan sebagai batu loncatan bagi Indonesia agar
dapat bersaing dengan negara-negara lainnya dalam pasar internasional dimulai dari ASEAN terlebih

dahulu.
Peluang AEC (ASEAN Economic Community)
Pembentukan AEC akan memeberikan peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk
memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi,
meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi
perdagangan, serta memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis. Di samping itu, pembentukan AEC
juga akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar intra-ASEAN serta meningkatkan
transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan-peraturan dan standarisasi domestik.
Beberapa potensi Indonesia untuk merebut persaingan AEC 2015, antara lain:
1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk
yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan
Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin
pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi.
2. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN
di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi dari
negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15%.
3. Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke
intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total

ekspornya, hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih

harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju
peningkatan impor dari intra-ASEAN.
4. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk
pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan
non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan dengan
sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara efisien sehingga
mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen
juga mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal.
Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di
sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam,
berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam
negeri.
5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan
tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk
produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:1000, yang artinya
bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus ini
diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan
dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi

dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia.

Tantangan AEC 2015
Untuk dapat menangkap peluang-peluang dari AEC 2015 tantangan yang harus dihadapi
Indonesia adalah meningkatkan daya saing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Faktor-faktor
untuk meningkatkan daya saing, yang masih menjadi tantangan bagi Indonesia, yaitu salah satunya
adalah daya saing dalam bidang sumber daya manusia atau tenaga kerja Indonesia yang masih kalah
bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Bonus demografi yang dimiliki Indonesia, tidak akan memberikan keuntungan apa pun tanpa
adanya perbaikan kualitas SDM. Data dari ASEAN Productivity Organization (APO) menunjukkan
dari 1000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3% yang terampil , sedangkan Filipina 8,3%,
Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%.
Berdasarkan struktur pasar, tenaga kerja didominasi oleh pekerja lulusan SD (80%)
sementara lulusan Perguruan Tinggi hanya 7%, dimana saat ini sebagian dunia kerja mensyaratkan

lulusan Perguruan Tinggi. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan Malaysia yang sebagian besar
penduduknya lulusan Strata-1.
Kesempatan memperoleh pendidikan secara di seluruh Indonesia sulit untuk dilakukan
sehingga kesadaran untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sangat rendah. Kondisi
ini mengakibatkan tenaga kerja Indonesia hanya dilirik sebagai buruh atau tenaga kerja kasar di pasar

tenaga kerja internasional. Hal ini disebabkan oleh kondisi Indonesia yang memiliki luas wilayah yang
begitu besar sehingga kemerataan pendidikan dari kota ke desa sulit dilakukan. Beberapa era
pemerintahan belakangan ini sudah mencoba melakukan kemerataan pendidikan dari tingkat desa
sampai ke kota melalui beberapa program seperti wajib belajar 12 tahun dari tingkat SD sampai ke
SMA, namun demikian hal tersebut tidak serta merta dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
rencana yang sudah diprogram oleh pemerintah.
Pembangungan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah
memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumber daya manusia
Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya Indonesia saat
ini masih jauh tertingal. Oleh karena itu, upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar bangsa
Indonesia tidak menjadi tenaga kerja kasar atau buruh dalam pasar tenaga kerja internasional. Upaya
untuk membangun sumber daya manusia berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan
berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan untuk dilakukan. Hal ini disebabkan dunia
pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup mendasar dan bersifat
kompleks. Indonesia saat ini masih menghadapi sejumlah masalah yang sifatnya berantai sejak jenjang
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat
penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, terdapat
beberapa masalah internal yang dihadapi pendidikan di Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar disertai banyaknya peserta didik yang putus
sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi.
2. Rendahnya mutu akademik seperti penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA),
matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris sebagai bahasa internasional yang
merupakan kunci sumber daya manusia Indonesia untuk memasuki pasar tenaga kerja
internasional.
3. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standar yang
sudah ditentukan.
4. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang menyebabkan terjadinya
pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.
Secara empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga terdidik disebabkan
oleh perkembangan dunia usaha yang masih di dominasi oleh pengusaha besar yang
jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan efisiensi (padat modal dan teknologi).

Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja hauh lebih kecil
dibandingkan pertambahan jumlah lulusan lembaga pendidikan.
5. Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar. kenakalan
remaja, dan masalah-masalah pelajar lainnya yang dianggap sangat kompleks.
Masalah-masalah yang terjadi diatas merupakan sedikit dari masalah-masalah tentang
pendidikan di Indonesia yang menjadi pekerjaan besar bagi pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia

pada saat ini. Langkah-langkah strategis yang perlu diambil dalam menangani masalah pendidikan di
Indonesia agar dapat meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia dalam pasar tenaga
kerja internasional adalah sebagai berikut:
1. Pemerataan pendidikan di Indonesia. Pemerataan pendidikan dapat dilakukan jika
program pemerataan ini didukung oleh seluruh pihak baik pemerintah maupun rakyat
Indonesia secara keseluruhan. Pemerataan pendidikan dapat dimulai dari pembangunan
infrastruktur-infrastruktur pendidikan seperti, pembangunan gedung sekolah di seluruh
wilayah Indonesia dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, pemberian beasiswa bagi
yang kurang mampu, dan pendistribusian guru-guru sampai ke pelosok negeri.
2. Peningkatan mutu akademik pendidikan. Peningkatan mutu akademik dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang salah satunya adalah meningkatkan profesionalisme guru dan
pendidik. Kurikulum dan panduan manajemen yang telah disusun sedemikian rupa tidak
akan berhasil dilakukan jika tanpa guru dan pendidik yang profesional. UU Sisdiknas
No. 20/2003 Pasal 42 ayat (1) menyebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Uraian pasal 42 itu cukup jelas bahwa untk menjadi guru sebagai tahapan awal harus
memenuhi persyaratan kualifikasi minimal. Penigkatan kualitas guru dan pendidik dapat
dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kurikulum
yang sedang dijalankan yang berkaitan dengan hardsskill dan softskill.

3. Peningkatan akhlak dan moral. Akhlak dan moral menjadi penting dalam membangun
sumber daya saing tinggi dalam pasar tenaga kerja internasional dikarenakan akhlak dan
moral merupakan sebuah pondasi utama dalam menjalani setiap pekerjaan dan akhlak
dan moral merupakan ciri dari rakyat Indonesia yang berbudi luhur dan peduli kepada
sesama. Peningkatan akhlak dan moral dapat dilakukan dengan banyak cara, namun cara
yang dianggap efektif dilakukan adalah dengan pembekalan dari keluarga itu sendiri
sebagai lingkup yang paling kecil, diteruskan dengan pembekalan dari kepercayaan tiaptiap orang yang dimana dapat dijadikan sebagai pondasi untuk melangkah kedalam
tatanan masyarakat yang lebih luas.

KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dalam penerapan AEC 2015 Indonesia memiliki peluang-peluang yang dapat dijadikan
sebagai batu loncatan untuk memasuki pasar internasional yang lebih luas.
2. Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi yang menjadi
perhatian utama ialah masalah-masalah pendidikan di Indonesia yang harus segera
diselesaikan dalam rangka persiapan menuju AEC 2015 yang sebentar lagi akan datang.

Dari penulisan ini penulis memberikan saran antara lain:
1. Pemerintah harus berperan aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia agar dapat bersaing dengan tenaga kerja negara-negara ASEAN lainnya.

2. Perlu adanya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat untuk membantu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Chairil, Erwin, Hardyanto, Palma, Yuhardi. (Rabu, 04 Juni 2014). Peluang dan Tantangan
Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015. http://www.setneg.go.id .
Tanggal
Akses
16-06-2015,
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=7911
Prihandini, 2012. Pengaruh ASEAN Economic Community Terhadap Strategi Akuisisi Yang
Dilakukan Maybank ke BII
Rivai, Veithzal., 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua. Kharisma Putra
Utama Offset, Jakarta, P84