Chapter II Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman ZScore pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebangkrutan
2.1.1 Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan adalah kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga
perusahaan tidak mampu lagi menjalankan operasinya dengan baik, sedangkan
financial distress adalah kesulitan keuangan yang mungkin mengawali kebangkrutan.
Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan
atau insolvabilitas. Menurut Martin. et al, 1995, dalam Adnan (2003), kebangkrutan
sebagai kegagalan di definisikan dalam beberapa arti:
a. Kegagalan ekonomi (economic failure), kegagalan dalam arti ekonomi biasanya
berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak
dapat menutup biayanya sendiri. Ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya
modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
b. Kegagalan keuangan (financial failure), kegagalan keuangan bisa diartikan
sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.
Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu:
1) Insolvensi teknis (technical insolvency), perusahaan dianggap gagal jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Insolvensi
teknis terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau
pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu.


Universitas Sumatera Utara

2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dalam pengertian ini kebangkrutan
didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca
konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari
kewajiban.
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan
Menurut Janch & Glueck, (1995) dalam Muhammad Adnan dan Eka
Kurniasih (2000:139), secara garis besar, faktor-faktor penyebab kebangkrutan dibagi
menjadi tiga, yaitu:
a. Faktor Umum
1) Sektor Ekonomi
Faktor-faktor kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan
deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, dan suku bunga.
2) Sektor Sosial
Faktor sosial yang sangat berpengaruh dalam perubahan gaya hidup
masyarakat yang mempengaruhi produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan dan faktor lain yang juga berpengaruh adalah kerusuhan dan
kekacauan yang terjadi di masyarakat.

3) Sektor Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung
perusahaan menjadi membengkak terutama untuk pemeliharaan dan
implementasi. Pembengkakan terjadi jika penggunaan teknologi informasi

Universitas Sumatera Utara

tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen. Sistemnya tidak terpadu dan
para pengguna tidak profesional.
4) Sektor Pemerintah
Kebijakan pemerintah tidak mencabut subsidi pada perusahaan dan industri,
pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, kebijakan undangundang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal Perusahaan
1) Sektor Pelanggan
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk
menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang-peluang
menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan
dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.
2) Sektor Pemasok
Perusahaan pemasok harus tetap bekerjasama dengan baik karena kekuatan

pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya
tergantung seberapa jauh pemasok berhubungan dengan pedagang bebas.
3) Sektor Pesaing
Perusahaan juga jangan melupakan pesaing karena apabila pesaing lebih
diterima masyarakat, perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan
mengurangi pendapatan yang diterima.

Universitas Sumatera Utara

c. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor internal ini biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijakan
yang tidak tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu
pada saat yang diperlukan. Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara
internal adalah (Harnanto,1984:484)
1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.
Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang
diberikan kepada para debitur atau pelanggan yang pada akhirnya tidak bisa
dibayar oleh para pelanggan pada waktunya.
2) Manajemen yang tidak efisien.
Banyaknya perusahaan gagal untuk mencapai tujuannya karena kurang

adanya kemampuan, ketrampilan, pengalaman, sikap adaptif dan inisiatif dari
manajemen. Ketidak efisienan manajemen tercermin pada ketidakmampuan
manajemen dalam menghadapi situasi yang terjadi diantaranya:
a. Hasil penjualan yang tidak memadai.
b. Kesalahan dalam penetapan harga jual.
c. Struktur biaya yang tidak efisien.
d. Tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang melampaui
batas.
e. Kekurangan modal kerja.
f. Ketidakseimbangan dalam struktur permodalan.
g.

Sistem dan prosedur akuntansi kurang memadai.

Universitas Sumatera Utara

h. Sistem informasi yang kurang mendukung.
3) Penyalahgunaan wewenang banyak dilakukan oleh karyawan maupun manajer
puncak, hal ini akan sangat merugikan dan menimbulkan dampak pada kinerja
perusahaan.

2.2 Model Prediksi Kebangkrutan
2.2.1 Model Zmijewski
Zmijewski (1984) menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja
leverage dan likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Zmijewski
menggunakan analisis yang diterapkan pada 40 perusahaan yang telah bangkrut dan
800 perusahaan yang masih bertahan saat itu. Model yang berhasil dikembangkan
yaitu:
X = -4,3 -4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3
Keterangan:
X1 = ROA (return on asset)
X2 = Leverage (debt ratio)
X3 = Likuiditas (current ratio)
2.2.2 Model Fulmer
Fulmer (1984) menggunakan analisa step-wise multiple discriminant untuk
mengevaluasi 40 rasio keuangan yang diaplikasikan pada sampel 60 perusahaan, 30
gagal dan 30 sukses dengan rata-rata ukuran asset perusahaan adalah $455.000.
Fulmer melaporkan 98% akurat pada perusahaan satu tahun sebelum gagal dan 81%
akurat lebih dari satu tahun sebelum kebangkrutan.

Universitas Sumatera Utara


Model Fulmer adalah:
H = 5,528V1 + 0,212V2 + 0,073V3 + 1,270V4 – 0,120V5 + 2,335V6 +
0,575V7 + 1,083V8 + 0,894V9 -6,075
Keterangan :
V1 = Retained Earning / Total Assets
V2 = Sales / Total Assets
V3 = EBT / Equity
V4 = Cash Flow / Total Debt
V5 = Debt / Total Assets
V6 = Current Liabilities / Total Assets
V7 = Log Tangible / Total Assets
V8 = Working Capital / Total Debt
V9 = Log EBIT / Interest
Jika H< 0, perusahaan diklasifikasikan “gagal”
2.2.3 Sistem Blasztk
Sistem Blasztk hanya digunakan untuk metode prediksi kegagalan bisnis
dimana tidak dikembangkan menggunakan analisa multiple discriminant. Sistem ini
dikembangkan oleh William Blasztk (1984). Esensi sistem ini adalah menghitung
rasio keuangan perusahaan yang dievaluasi, dibobot kemudian dibandingkan dengan

rasio rata-rata perusahaan pada industri yang sama.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4 CA-Score
Model ini dikembangkan oleh Jean Legault dari Universitas Quebec Montreal
Canada, menggunakan analisa step-wise multiple discriminan. Dimana 30 rasio
keuangan dianalisa pada 173 sampel perusahaan bisnis manufaktur yang memiliki
penjualan tahunan pada kisaran antara $1-20 juta. Model sebagai berikut:
CA-Score = 4,5913 (shareholders investment(1) / total assets(1)) + 4,5080 (earnings
before taxes and extraordinary items + financial expenses(1) / total assets(1)) +
0,3936 (sales(2) / total assets(2)) – 2,7616
Keterangan:
1) Gambaran periode sebelumnya
2) Gambaran dari dua periode sebelumnya
CA-Score < -0,3, perusahaan diklasifikasikan “gagal”.
2.2.5 Model Springate
Model Springate dikembangkan oleh Gordon Springate (1978) mengikuti
prosedur yang digunakan oleh Altman (1968). Springate menggunakan empat dari 19
rasio keuangan dan menggunakan analisis multi diskriminan dengan menggunakan

40 perusahaan sebagai sampelnya. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5%. Model yang berhasil dikembangkan
oleh Springate adalah:
S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D
Keterangan:
A = working capital / total assets

Universitas Sumatera Utara

B = net profit before interest and taxes / total assets
C = net profit before taxes / total assets
D = sales / total assets
2.2.6 Model Altman Z Score
2.2.6.1 Model Altman Z Score Original (1968)
Model prediksi kebangkrutan secara umum dikenal sebagai pengukuran atas
kesulitan keuangan.

Altman (1968) berpendapat bahwa pengukuran rasio

profitabilitas, likuiditas, dan solvency merupakan rasio yang paling signifikan dari

beberapa rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan
hal tersebut, Altman (1968) mengembangkan model prediksi kebangkrutan dengan
menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis pada lima jenis rasio keuangan
yaitu working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before
interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of total debts,
dan sales to total assets. Model ini dikenal dengan Altman Z Score. Z-Score adalah
skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003:73),
formulanya adalah sebagai berikut:
Z-Score = 1,2T1 + 1,4T2 + 3,3T3 + 0,6T4 + 0,999T5
Keterangan:
T1 = working capital / total assets
T2 = retained earnings / total assets
T3 = earnings before interest and taxes / total assets

Universitas Sumatera Utara

T4 = Market Value of Equity to Total Liability
T5 = sales / total assets
Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis.

MenurutAltman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat menjelaskan
apakahperusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia
membaginya ke dalam empat kategori, yaitu:
a. Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,8 < Z < 2,70maka ada kemungkinan perusahaan akan mengalami
kebangkrutan dalam 2 tahun ke depan
c. Jika nilai 2,70 < Z < 2,99 terdapat kondisi di suatu bagian yang membutuhkan
perhatian khusus
d. Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
Tabel 2.1
Titik Cut-Off Model Altman Original
Kategori
Sehat jika Z >
Perlu Perhatian Khusus jika Z
Daerah Rawan (Grey area) jika Z
Bangkrut jika Z <

Nilai
2,99
2,70 – 2,99

1,8 – 2,70
1,8

Sumber : Altman (1968)
Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original (1968) adalah sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

a. Working Capital / Total Assets (T1)
Modal kerja yang dimaksud dalam T1 adalah selisih antara aset lancar dengan
hutang lancar, sedangkan Total Aset adalah merupakan keseluruhan aset yang
dimiliki perusahaan terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain. Rasio T1
pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut
negatif apabila aset lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.
b. Retained Earnings / Total Assets (T2)
Laba ditahan merupakan jumlah atau bagian dari laba yang tidak dibagikan dalam
bentuk dividen selama periode tertentu. Laba ditahan biasanya digunakan untuk
perluasan usaha. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan
beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin
lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba
ditahan.
c. Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets (T3)
Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan
yang diperoleh dari laba kotor dikurangi total biaya yang digunakan oleh
perusahaan namun belum dikurangi dengan beban bunga dan pajak. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang
digunakan.

Universitas Sumatera Utara

d. Market Value of Equity / Book Value of Debt (T4)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajibandari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar ekuitas
sendiridiperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar
denganhargapasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan
menjumlahkankewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.
e. Sales / Total Assets (T5)
Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang
tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam 1 periode. Rasio ini dapat pula
dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan
oleh perusahan untuk menghasilkan pendapatan.

2.2.6.2 Model Altman Z Score Modifikasi (1995)
Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi
yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model
prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public
melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta
(private firm) (Syamsul Hadi dan Atika Anggraeni, 2008). Model tersebut mengalami
perubahan pada satu variabel yaitu T4 dimana sebelumnya kapitalisasi pasar dirubah
menjadi nilai buku modal.
Untuk mengantisipasi kelemahan dari formula asli Altman Z Score, ada
beberapa solusi yang ditawarkan. Untuk perusahaan pribadi, kita tidak bisa

Universitas Sumatera Utara

menghitung market value of equity. Oleh karena itu dilakukan perbaikan formula
sebagai berikut:
Z-Score = 0,717T1 + 0,847T2 + 3,107T3 + 0,420T4 + 0,998T5
Keterangan:
T1 = working capital / total assets
T2 = retained earnings / total assets
T3 = earnings before interest and taxes / total assets
T4 = book value of equity / book value of debt
T5 = sales / total assets
a. Working Capital / Total Assets (T1)
Modal kerja yang dimaksud dalam T1 adalah selisih antara aset lancar dengan
hutang lancar, sedangkan Total Aset adalah merupakan keseluruhan aset yang
dimiliki perusahaan terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain. Rasio T1
pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut
negatif apabila aset lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.
b. Retained Earnings / Total Assets (T2)
Laba ditahan merupakan jumlah atau bagian dari laba yang tidak dibagikan dalam
bentuk dividen selama periode tertentu. Laba ditahan biasanya digunakan untuk
perluasan usaha. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan
beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin

Universitas Sumatera Utara

lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba
ditahan.
c. Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets (T3)
Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan
yang diperoleh dari laba kotor dikurangi total biaya yang digunakan oleh
perusahaan namun belum dikurangi dengan beban bunga dan pajak. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang
digunakan.
d. Book Value of Equity / Book Value of Debt (T4)
Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai modal dan saham, sedangkan hutang
mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya
melalui modalnya sendiri.
e. Sales / Total Assets (T5)
Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang
tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam 1 periode. Rasio ini dapat pula
dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan
oleh perusahan untuk menghasilkan pendapatan.
Dari hasil analisa Model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi
dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut:
a) Z-Score > 2,90 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga
tidak mengalami kesulitan keuangan.

Universitas Sumatera Utara

b) 1,23
Bangkrut jika Z <
Daerah Rawan (Grey area) jika Z

Sumber : Altman (1995)
Untuk perusahaan non manufaktur,

2,99
1,18
1,18 – 2,99

formulanya

dimodifikasi

untuk

menghilangkan bias assets turnover, karena sales to total assets pada perusahaan non
manufaktur secara normal jauh lebih besar daripada perusahaan manufaktur sehingga
T5 dihilangkan pada formula ini. Formula Z Score untuk non manufaktur adalah:
Z-Score = 6,56T1 + 3,26T2 + 6,72T3 + 1,05T4
Keterangan:
T1 = working capital / total assets
T2 = retained earnings / total assets
T3 = earnings before interest and taxes / total assets

Universitas Sumatera Utara

T4 = book value of equity / book value of debt
Dari hasil analisa Model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi
dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut:
a) Z-Score > 2,60 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga
tidak mengalami kesulitan keuangan.
b) 1,1
Bangkrut jika Z <
Daerah Rawan (Grey area) jika Z

Nilai
2,90
1,1
1,1 – 2,90

Sumber : Altman (1995)
Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu
perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dua sampai lima tahun
sebelum

perusahaan

tersebut

diprediksi

bangkrut.

Kebangkrutan

biasanya

dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat bagi

Universitas Sumatera Utara

perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan kelanjutan
usahanya. Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan,
semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan
perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap
terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut.
Menurut BAPEPAM (2005), kelebihan dari hasil Z-Score antara lain:
a) Menggabungkan berbagai resiko keuangan secara bersama-sama.
b) Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan variabel-variabel
independen.
c) Mudah dalam penerapan.
Sedangkan kelemahan dari hasil Z-Score antara lain:
a) Nilai Z-Score bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang salah
atau rekayasa keuangan lainnya.
b) Formula Z-Score kurang tepat untuk perusahaan baru yang labanya masih rendah
atau bahkan masih merugi. Nilai Z-Score biasanya akan rendah.
c) Perhitungan Z-Score secara triwulan pada suatu perusahaan dapat memberikan
hasil yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk
menghapus piutang diakhir tahun secara sekaligus.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Penelitian Terdahulu
Adnan dan Kurniasih (2000) melakukan penelitian tentang tingkat kesehatan
perusahaan untuk memprediksi potensi kebangkrutan dengan pendekatan Altman.
Populasi penelitian ini adalah JSX 1999 perusahaan yang terdaftar sebagai
delistedcompany sebanyak 20 perusahaan meliputi 12 bank dan 8 perusahaan nonbank, diambil sampel sebanyak 4 perusahaan dan 5 bank. Variabel yang digunakan
untuk mengukur tingkat kesehatan perusahaan menggunakan variable keuangan
adalah rasio likuiditas (current ratio dan quick ratio), rasio rentabilitas (ROA, ROE,
ROI), rasio solvabilitas, rasio profit margin dan rasio operasi. Sedangkan untuk
perbankan menggunakan analisis CAMEL dengan rasio keuangan adalah rasio
permodalan, rasio kualitas aktiva, rasio rentabilitas, dan rasio likuiditas. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa masing-masing variable bebas (X) dapat digunakan
untuk membedakan pengelompokan perusahaan yang memiliki tingkat kesehatan
yang baik dan yang tidak baik. Faktor yang berperan sebagai pembeda adalah
investment, EATS, TATO, WCAT, CDT, DER, SSG, dan DPR. ST. Ibrah Mustafa
Kamal (2010) menggunakan lima variabel bebasnya yaitu rasio Net Working Capital
to Total Assets (X1), Retained Earning to Total Assets (X2), Earning Before Interest
and Tax to TotalAssets (X3), book value of equity to total liability (X4), dan Sales to
Total Assets (X5). Dalam penelitian ini, terdapat pengaruh positif rasio Net Working
Capital to TotalAssets (X1), Retained Earnings to Total Assets (X2), Earnings Before
Interest and Taxto Total Assets (X3), book value of equity to total liability (X4), dan

Universitas Sumatera Utara

Sales to Total Assets (X5) terhadap financial distress. Dan fungsi diskriminan yang
dihasilkan adalah Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,108 X3 + 0,42 X4 + 0,988 X5.
Pada penelitian yang dilakukan Butet Agrina Kurniwati (2012) dan Resti
Amalia Ulfah (2013) menggunakan variable yang sama dengan ST. Ibrah Mustafa
Kamal. Perbedaan kedua penelitian ini terdapat pada perusahaan dan tahun yang
diteliti. Dimana penelitian Butet meneliti perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar si BEI pada tahun 2007 – 2011 dan Resti meneliti perusahaan PT.Sumalindo
Lestari Jaya Tbk pada tahun 2011 – 2012. Dalam kedua penelitian ini, terdapat
pengaruh positif rasio Net Working Capital to TotalAssets (X1), Retained Earningsto
Total Assets (X2), Earnings Before Interest and Taxto Total Assets (X3), book value
of equity to total liability (X4), dan Sales to TotalAssets (X5) terhadap financial
distress. Dan fungsi diskriminan yang dihasilkan adalah Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3
+ 0,6X4 + 1,0X5.
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
NO
1

TAHUN
2000

NAMA
PENELITI
Adnan dan
Kurniasih

JUDUL

HASIL

Tingkat Kesehatan
Perusahaan Untuk
Memprediksi
Potensi
Kebangkrutan
Dengan Pendekatan
Altman

Dengan menggunakan model
pendekatan Altman dengan
analisis CAMEL diketahui
masing-masing variable bebas
(X) dapat digunakan untuk
membedakan pengelompokan
perusahaan yang memiliki
tingkat kesehatan yang baik
dan yang tidak baik. Faktor
yang
berperan
sebagai
pembeda adalah investment,

Universitas Sumatera Utara

2

2010

ST. Ibrahim
Mustafa Kamal

Analisis Prediksi
Kebangkrutan Pada
Perusahaan
Perbankan Go
Public di Bursa
Efek Indonesia

3

2012

Butet Agrina
Kurniwati

Analisis Penggunaan
Altman Z Score
Untuk Memprediksi
Potensi
Kebangkrutan
Perusahaan Makanan
dan Minuman Yang
Terdaftar Di BEI
Periode 2007 – 2011

4

2013

Resti Amalia
Ulfah

Analisis
Penggunaan
Altman Z-Score
Untuk Mengetahui
Potensi
Kebangkrutan
PT.Sumalindo
Lestari Jaya Tbk.

EATS, TATO, WCAT, CDT.
Model Pendekatan Altman
dengan discriminantanalysis
Fungsi diskriminan yang
dihasilkan Z = 0,717 X1 +
0,847 X2 + 3,108 X3 + 0,42
X4 + 0,988 X5
Model Pendekatan Altman
dengan discriminantanalysis
Fungsi diskriminan yang
dihasilkan Z = 1,2X1 + 1,4X2
+ 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0 X5

Model Pendekatan Altman
dengan discriminantanalysis
Fungsi diskriminan yang
dihasilkan Z = 1,2X1 + 1,4X2
+ 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

2.4 Hubungan Antara Variabel Independen Dengan Variabel Dependen
2.4.1 Hubungan Antara Net Working Capital to Total Assets dengan
Kebangkrutan
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
modalkerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya. Sebelumnya
pernahditeliti oleh ST. Ibrahim Mustafa Kamal (2010) bahwa Net Working Capital to
Total Assets berpengaruh positif terhadap kebangkrutan Menurut St. Ibrahim
MustafaKamal (2010) jika nilai rasio Net Working Capital to Total Assets bernilai
positifmaka perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Hubungan Antara Retained Earnings to Total Assets dengan Kebangkrutan
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
ditahan dari total aset perusahaan. Sebelumnya pernah diteliti oleh ST.
IbrahimMustafa Kamal (2010) bahwa Retained Earnings to Total Assets berpengaruh
positifterhadap kebangkrutan Menurut St. Ibrahim Mustafa Kamal (2010) jika
nilairasio Retained Earnings to Total Assets bernilai positif maka perusahaan tidak
akanmengalamikebangkrutan.
2.3.3 Hubungan Antara Earnings Before Interest and Tax to Total Assets dengan
Kebangkrutan
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari
aset perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Sebelumnya pernah
ditelitioleh ST. Ibrahim Mustafa Kamal (2010) bahwa Earnings Before Interest and
Tax to Assets bernilai positif maka perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan.
2.4.4 Hubungan Antara Market Value of Equity to Total Liability dengan
Kebangkrutan
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur sejauh mana
aset perusahaan dibiayai dari hutang. MenurutST. Ibrahim Mustafa Kamal (2010),
jika nilai rasio ini bernilai positif maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan.

2.4.5 Hubungan Antara Sales to Total Assets dengan Kebangkrutan
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang
cukup dibandingkan investasi dalam total asetnya. Rasio ini mencerminkan efisiensi

Universitas Sumatera Utara

manajemen dalam menggunakan keseluruhan aset perusahaan untuk menghasilkan
penjualan dan mendapatkan laba. Sebelumnya pernah diteliti oleh ST. Ibrahim Mustafa
Kamal (2010) bahwa Sales to Total Assets berpengaruh positif terhadap kebangkrutan.
Jika rasio ini positif, maka perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan.
2.5 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Net Working Capital to

H1

Total Assets(X1)
Retained Earning to Total

H2

Kebangkrutan(Y)

Assets(X2)
Earnings Before Interest

H3

and Tax to Total
Book Value of Equity to

H4

Total Liability(X4)
H5
Sales to Total Assets(X5)

H6

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai akurasi
prediksikebangkrutan perusahaan dengan menggunakan berbagai macam metode

Universitas Sumatera Utara

Altman Z Score, maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H1 = Net Working Capital to Total Assets berpengaruh positif terhadap kebangkrutan.
H2 = Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif terhadap kebangkrutan.
H3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets berpengaruh positif terhadap
kebangkrutan.
H4 = Book Value of Equity to Total Liability berpengaruh positif terhadap
kebangkrutan.
H5 = Sales to Total Assets berpengaruh positif terhadap kebangkrutan.
H6 = Model Z-score dapat memprediksi kebangkrutan pada restaurant, hotel dan
tourism yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 – 2012.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25