Chapter II Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438Pid.B2014Pn.Mdn )

BAB II
PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENCURIAN
DENGAN KEKERASAN

A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Pencurian dalam bentuk pokok Pengertian pencurian menurut hukum
beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam pasal 362 KUHP, adalah berupa
rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi:
“Barang siapa mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secaramelawan hukum,diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak
Rp.900,00 “
Untuk lebih jelasnya, apabila dirinci rumusan itu terdiri dari unsur-unsur yakni 32 :
1. Unsur-unsur objektif, terdapat dari :
a. Perbuatan mengambil.
b. Objeknya suatu benda.
c. Unsur keadaan yang menyertai / melekat pada benda, yaitu benda
tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain.
2. Unsur-unsur subjektif, terdiri dari :
a. Adanya maksud.
b. Yang ditujukan untuk memiliki.

c. Dengan melawan hukum.
32

Adami chazawi.op.cit. Halaman. 5

Mengambil Barang
Unsur pertama dari Tindak Pidana Pencurian adalah perbuatan mengambil
Barang. Kata mengambil ( wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada
menggerakkan tangan dan jari – jari, memegang barangnya , dan mengalihkannya
ke tempat lain. Sudah lazim masuk istilah pencurian apabila orang mencuri barang
cair, seperti bir dengan membuka suatu keran untuk mengalirkannya ke dalam
botol yang ditempatkan dibawah keran itu. Bahkan tenaga listrik sekarang
dianggap dapat dicuri dengan seutas kawat yang mengalirkan tenaga listrik itu ke
suatu tempat lain dari pada yang dijanjikan.
Perbuatan mengambil jelas tidak ada apabila barangnya oleh yang berhak
diserahkan kepada pelaku. Apabila penyerahan ini disebabkan pembujukan
dengan tipu muslihat, maka ada Tindak Pidana Penipuan. Jika penyerahan ini
disebabkan ada paksaan dengan kekerasan oleh si pelaku, maka ada tindak pidana
pemerasan ( afpersing ) jika paksaan itu berupa kekerasan , langsung , atau
merupakan tindak pidana pengancaman ( afdreiging) jika paksaan ini berupa

mengancam akan membuka rahasia 33.
Noyon –Langemeyer ( jilid III Halaman 127 ) membahas suatu peristiwa
sebagai Berikut .
Seorang A berdiri dekat suatu barang milik orang lain – B – dan menjual
barang itu kepada C yang membayar harganya kepada A dan mengambil sendiri
barangnya. Pemilik B tidak tahu-menahu hal ini,dan uang harga pembelian
ditahan oleh A terus sebagaimiliknya.

33

Prof.Dr.Wirjono Projodikoro.op.cit.halaman.14

Di sini, A sama sekali tidak mengambil barang. Maka, menurut
Langemeyer, si A dapat dipersalahkan menyuruh mencuri (doen plegendari pasal
55 KUHP ) karena si C – sebagai si pengambil barang menira bahwa A adalah
pemilik barang itu sehingga tidak dapat dipertangggungjawabkan.
Langemeyer menceritakan bahwa dalam hal semacam ini – oleh suatu
pengadilan di Negeri Belanda – si A dipersalahkan menipu si C untuk
menyerahkan harga pembelian kepada A. Putusan tersebut tidak disetujui oleh
Langemeyer 34.


Barang yang diambil
Oleh karena sifat tindak pidana pencurian adalah merugiakan kekayaan si
korban, maka barang yang diambil harus berharga.Harga ini tidak selalu bersifat
ekonomis. Misalnya, barang yang diambil itu tidak mungkin akan terjual kepada
orang lain, tetapi bagi si korban sangat dihargai sebagai suatu kenang-kenangan.
Van Bemmelen ( halaman 285 ) memberikan contoh berupa beberapa helai
rambut ( haarlok) dari seseorang yang telah meningal yang dicintai atau beberapa
halaman yang disobek dari suatu buku catatan atau suatu surat biasa.
Barang yang diambil dapat sebagian dimiliki oleh si pencuri, yaitu apabila
merupakan suatu baranng warisan yang belum dibagi – bagi , dan si pencuri
adalah salah seorang ahli waris yang turut berhak atas barang itu. Hanya jika
barang yang diambil itu tidak dimiliki oleh siapapun (resnullius) , misalnya sudah
dibuang oleh sipemilik, maka tidak ada tindak pidana Pencurian.

34

Ibid.halaman.15

Tentang res nullius ini, Van Bemmelen menceritakan suatu peristiwa yang

sampai diputus oleh Hoge Raad Belanda pada tahun 1946 sebagai berikut 35:
Di Amsterdam terdapat suatu laboratorium patologis- anatomis dimana
mayat – mayat manusia sering diperiksa .kebiasan seseorang pegawai
laboratorium disana adalah mengambil gigi-gigi emas yang masih ada pada mayat
utnuk dimilikinya.pada suatu saat, perbuatan itu diketahui dan selanjutnya si
pegawai dituntut di muka pengadilan karena melakukan pencurian gigi-gigi emas
tadi.
Terdakwa dalam pembelaannya mengemukakan bahwa mayat-mayat dan
gigi-gigi emas itu tidak ada pemiliknya .pembelaan ini oleh Hoge Raad karena
para ahli waris dan mati mempunyai wewenang terhadap mayat sedemikian rupa
sehingga gigi-gigi emas tadi adalah milik para ahli waris.

Tujuan memiliki barangnya dengan melanggar hukum
Unsur memiliki barangnya dengan melanggar hukum ini juga terdapat
pada unsur tindak pidana penggelapan barang dari pasal 372 KUHP, bahkan
disana tidak hana harus ada tujuan ( oogmerk ) untuk itu, tetapi perbuatan si
pelaku harus masuk rumusan memiliki barangnya dengan melanggar hukum.
Timbul pertanyaan : bagaimana seharusnya wujud dari memiliki barang itu ? baik
dalam pasal 362 perihal pencurian maupun dalam pasal 372 perihal penggelapan
barang, hal ini sama sekali tidak ditegaskan.


35

Ibid.halaman. 16

Menurut prof. Dr .Wirjono sebetulnya terdapat suatu kontardisi antara
memiliki barang – barang dan melanggar hukum.Memiliki barang berarti
menjadikan dirinya pemilik. Dan, untuk menjadi pemilik suatu barang harus
menurut hukum.Setiap pemilik barang adalah pemilik menurut hukum. Maka,
sebenarnya tidak mungkin orang memiliki barang orang lain dengan melanggar
hukum, karena kalau hukum dilanggar, tidak mungkin orang tersebut menjadi
pemilik barang.
Di sinilah kiranya sebab pokok dari kesukaran mencari mencari defenisi
istilah tersebut.Dengan demikian , jelaslah pula bahwa istilah tersebut berbeda
dengan “ tujuan untuk menjadi pemilik “.
Berbuat sesuatu dengan suatu barang seolah – olah pemilik barang itu, dan
dengan perbuatan tertentu itu si pelaku melanggar hukum. 36

Wujud perbuatan memiliki barang
Perbuatan ini dapat berwujud macam – macam seperti


menjual,

menyerahkan, meminjamkan, memakai sendiri, menggadaikan, dan sering bahkan
bersifat negatif, yaitu tidak berbuat apa-apa dengan barang itu, tetapi juga tidak
mempersilahkan orang lain berbuat sesuatu dengan barang itu tanpa
persetujuannya.
Apabila seseorang penyimpan barang orang lain menghancurkan
barangnya tanpa diberi izin dari yang berhak, maka saya rasa lebih baik dianggap
bahwa tidak ada tindak pidana penghancuran barang orang lain ( pasal 406) dari

36

Ibid.

pada penggelapan barang dari pasal 372 KUHP karena seseorang penyimpan
barang yang menghancurkan barang itu sukar memiliki barang yang pada waktu
itu dimusnakan.lain halnya dengan seorang yang mengambil barang orang lain
dengan tujuan untuk menghancurkannya. Kini masih dapat dipersoalkan, sampai
dimana


ada

maksud

si

pengambil

barang

untuk

kemudian

akan

menghancurkannya.
Seorang


pengambil

barang

mungkin

mempunyai

alasan

untuk

menghancurkan barang itu, misalnya untuk menghilangkan hal yang akan
membuktikan sesuatu terhadap dirinya, atau yang akan sesalu mengingatkannya
kepada hal yang ia lebih suka melupakannya. Alasan – alasan ini juga dapat
dikandung oleh seorang pengambil barang orang lain.
Disamping itu, oleh karena pada waktu barang nya diambil dan beberapa
waktu kemudian belum dilakukan penghancuran barang, maka dapat dianggap
wajar bahwa si pengambil barang itu bertindak seolah –olah seorang pemilik
barangnya.Maka, dalam hal ini ada tindak pidana pencurian yaitu pasal 362

KUHP 37.
Dalam hal apabila si pengambil barang hanya bermaksud untuk memakai
barangnya sebentar , dan sesudah itu akan dikembalikan , atau si penyimpan
barang memakai barangnya sebentar , tidak untuk seterusnya,maka dalam hal ini
titik berat harus diletakkan pada hal bahwa tidak ada izin dari pemilik barang

37

Ibid.halaman.17

yang diambil itu .Dengan demikian , maka orang itu bersalah telah melakukan
pencurian, tetapi mungkin hukumannya dapat diringankan 38.

Pasal 363KUHP 39
(1) Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun :
Ke1: pencurian ternak ;
Ke 2: pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir , gempa bumi
atau gempa laut, peletusan gunung api, kapal karam, kapal terdampar,
kecelakaan kereta api, huru – hara, pemberontakan atau bahaya perang;
Ke 3 :pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah kediaman atau

dipekarangan tertutup yang disitu ada rumah kediaman, dilakukan oleh
orang yang ada disitu tanpa setahu atau bertentangan dengan kehendak
yang berhak ;
Ke 4 : pencurian dilakukan oleh 2 orang atau lebih secara bersama-sama ;
Ke 5 : pencurian yang dilakukan dengan jalan membongkar , merusak ,
atau memanjat, atau memakai anak kunci palsu ,yaitu untuk dapat masuk
ke tempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri
itu.
(2) Jika pencurian dari nomor 3 disertai salah satu dari nomor 4 dan nomor 5,
maka dijatuhkan hukuman penjara selama – lamanya 9 tahun

38

Ibid.halaman.18
Adami chazawi.op.cit.halaman. 29-34

39

Pencurian ternak
Pasal 101 KUHP berbunyi : Perkataan ternak berarti hewan yang berkuku

satu, pemamah biak dan babi, atau dengan kata lain perkataan : kuda, sapi
ataukerbau dan babi.
Di satu pihak, penentuan arti kata ini bersifat memperluas karena biasanya
kuda dan babi tidak masukistilah ternak (vee) ; di pihak lain , bersifat membatasi
karena tidak termasuk di dalamnya : pluimvee atau ayam, bebek, dan sebagainya.
Di negeri Belanda , pasal yang bersangkutan (pasal 311) menyebutkan
diefstal van iut de weide ( pencurian ternak dari suatu padang rumput
penggembalaan ), dimana unsur weide itu tegas ditambahkan karena unsur inilah
yang justru merupakan alasan memberatkan hukuman.
Oleh karena di Indonesia tidak ada tambahan dari padang rumput
penggembalaan , maka alasan memperberat hukuman hanya terletak pada hal
bahwa ternak dianggap kekayaan yangpenting. Hal ini memang sesuai dengan
istilah jawa rojokoyobagi ternak,yaitu istilah yang berarti kekayaan besar 40.

Pencurian pada waktu ada kebakaran dan sebagainya
Alasan untuk memberatkan hukuman atas pencurian ini adalah bahwa
peristiwa-peristiwa semacam ini menimbulkan keributan dan rasa kekhawatiran
pada khalayak ramai yang memudahkan seorang jahat melakukan pencurian,
sedangkan seharusnya orang-orang harus sebaliknya memberikan pertolongan
kepada para korban.

40

Ibid.Halaman.30

Untuk berlakunya pasal ini, tidak perlu bahwa yang dicuri itu barangbarang yang kena bencana atau yang diselamatkan dari bencana tetapi juga
meliputi barang-barang di sekitarnya yang karena ada bencana tidak dijaga oleh
pemiliknya 41.

Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah kediaman dan seterusnya.
unsur waktu malam digabungkan dengan tempatrumah kediaman atau
pekarangan tertutup dimana ada rumah kediaman, ditambahkan dengan unsur
adanya si pencuri di situ tanpa setahu atau bertentangan dengan kehendak yang
berhak 42.
Gabungan unsur-unsur ini memang bernada memberikan sifat lebih jahat
kepada pencurian.
Pekarangan tertutup tidak memerlukan adanya pagar yang seluruhnya
mengelilingi pekarangan , teetapi cukup apabila pekarangan yang bersangkutan
tampak terpisah dari sekelilingnya.
Perlu diketahui bahwa tidak ada syarat beradanya si pencuri di situ tanpa
persetujuan yang berhak .Jadi , harus ada kehendak yang jelas-jelas menentang
adanya si pencuri disitu. Maka , apabila ada seseorang masuk rumah itu, mungkin
orang itu dipersilahkan sebagai tamu yang akan diterima . Baru apabila yang
berhak menandakan tidak setuju dengan hadirnya orang itu, dapat dikatakan orang
itu ada di situ bertentangan dengan kehendak yang berhak.Sebaliknya , apabila
seorang tamu sudah jelass diperbolehkan masuk rumah itu. Misalnya anaknya
41

Ibid.
Ibid.

42

sendiri dari yang berhak, namun jika si anak tersebut masuk pada waktu malam
tanpa setahu yang berhak, maka dipenuhilah syarat dari tambahnya hukuman
ini 43.

Pencurian oleh dua orang atau lebih bersama-sama
Hal ini menunjuk pada dua orang atau lebih yang bekerja dalam
melakukan tindak pidana pencurian, misalnya mereka bersama-sama mengambil
barang- barang dengan kehendak bersama. Tidak perlu ada rancangan bersama
yang mendahului pencurian , tetapi tidak cukup apabila mereka secara kebetulan
pada persamaan waktu mengambil barang-barang.
Dengan digunakannya kata gepleegd ( dilakukan) , bukan kata begaan (
diadakan) , maka paal ini hanya berlaku apabila ada dua orang atau lebih yang
masuk istilah medeplegen turut melakukan) dari pasal 55 ayat 1 nomor 1 KUHP
dan memenuhi syarat bekerja sama. Jadi, pasal 363 ayat 1 nomor 4 KUHP tidak
berlaku apabila hanya ada seorang pelaku ( dader) dan ada seorang pembantu (
medeplichtige) dari pasal 55 ayat 1nomor 2 KUHP.
Bekerja sama ini misalnya terjadinya apabila stelah mereka merancangkan
niatnya untuk bekerja sama dalam melakukan pencurian, kemudian henya seorang
yang masuk rumah dan mengambil barang , dan kawanya hanya tinggal diluar
rumah untuk menjaga dan memberi tahu kepada
perbuatan mereka diketahui orang lain 44.

43
44

Ibid.Halaman.31
Ibid.Halaman.32

yang masuk rumah jika

Pencurian dengan jalan membongkar, merusak, dan sebagainya.
Pembongkaran (braak) terjadi apabila – misalnya – dibuat lubang dalam
suatu tembok-dinding suatu rumah, dan perusakan ( verbreking) terjadi apabila –
misalnya – hanya satu rantai pengikat pengikat pintu diputuskan, atau kunci dari
suatu peti dirusak.
Menurut pasal 99 KUHP,arti memanjat diperluas hingga meliputi
membuat lubang di dalam tanah dibawah tembok dan masuk rumah melalui
lubang itu(“ menggangsir” sperti perbuatan seekor gangsir) , dan meliputi pula
melalui selokan atau parit yang ditujukan untuk membatasi suatu pekarangan yang
dengan demikian dianggap tertutup ( besloten erf)
Dengan disebutkannya hal – hal yang kini memberatkan hukuman , maka
apabila orang baru melakukan pembongkaran atau perusakan atau pemanjatan,
dan pada waktu itu diketahui sehingga si pelaku lari, orang itu sudah dapat
dipersalahkan melakukan percobaan melakukan pencurian ( poging tot diefstal )
karena perbuatan pembongkaran dan lain-lain tadi dapat dianggap termasuk tahap
menjalankan ( uitvoering dari pasal 53 KUHP ) tindak pidana pencurian khusus
(gequalificeerde

diefstal)

ini,

jadi

tidak

lagidalam

tahap

persiapan

(

voorbereiding) untuk melakukan tindak pidana. Ini perlu dikemukakan karena
sebetulnya perbuatan pengambilan barang sebagai perbuatan pokok dari pencurian
sama sekali belum mulai dijalankan 45.

B. Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

45

Ibid.halaman.33

Pencurian sebagaimana dirumuskan di atas, dalam praktek dikenal sebagai
pencurian dengan kekerasan .oleh sebab dilakukan dengan upaya kekerasan. Oleh
sebab dilakukan dengan upaya kekerasan atau ancaman kekerasan . Berdasarkan
ancaman pidananya, pencurian yang diperberat ini, dibedakan menjadi 4 bentuk,
yang masing – masing bentuk selalu terdapat upaya kekerasan maupun ancaman
kekerasan .
Empat bentuk itu adalah 46:
a. Bentuk pertama, sebagaimana diatur dalam ayat 1 yang memuat semua
unsur dari pencurian dengan kekerasan, yang diancam dengan pidana
maksimum 9 tahun. Unsur – unsurnya sebagai berikut :
(1) Unsur – unsur yang terdapat pada pasal 362, baik yang bersifat objektif
maupun subjektif , berupa unsur –unsur pencurian dalam bentuk
standart / pokok. Unsur-unsur ini sudah tercakup dalam perkataan
pencurian dalam 365 (1) tersebut .
(2) Kemudian ditambah unsur-unsur khusus, yaitu unsur-unsur yang
bersifat memberatkan pencurian, yakni :
a. Unsur-unsur objektif.
(1) Cara atau upaya-upaya yang digunakan berupa :
Kekerasan , atauAncaman kekerasan
(2) Yang ditujukan pada orang.
(3) Waktu penggunaan upaya kekerasan atau ancaman kekerasan
itu adalah :
(a) Sebelum :
46

Ibid. halaman.34

(b) Pada saat, atau
(c) Setelah berlangsungnya pencurian
b. Unsur-unsur subjektif :
Unsur subjektifnya adalah maksud digunakannya kekerasan
ataupun ancaman kekerasan itu ditujukan pada 4 hal , yaitu :
(1) Untuk mempersiapkan ;
(2) Untuk mempermudah pencurian ;
(3) Apabila tertangkap tangan memungkinkan untuk melarikan diri
sendiri atau peserta lainnya;
(4) Apabila tertangkap tangan dapat tetap menguasai benda hasil
curiannya.
Untuk terjadinya atau selesainya pencurian dengan kekerasan ini, tidak
perlu keempat hal yang dituju oleh maksud itu benar-benar terwujud karena unsur
untuk itu hanya dituju oleh maksud si pembuat saja. Menjadi syarat untuk
selesainya atau terjadinya pencurian bentuk ini adalah terjadinya upaya kekerasan
atau ancaman kekerasan , disamping telah telah terpenuhinya semua unsur dalam
pasal 362 .
Unsur yang dirasa perlu penjelasan lebih lanjut, adalah kekerasan dan
ancaman kekerasan.
Undang –undang

sendiri tidak memberikan keterangan tentang arti

kekersan ataupun ancaman kekerasan . Pasal 89 KUHP memberikan perluasan arti
dari perkataan atau unsur kekerasan , yaitu termasuk menjadikan orang pingsan
atau tidak berdaya. Perbuatan menjadikan orang pingsan atau tidak berdaya ini,

adalah berupa perbuatan yang abstrak , yang bentuk konkretnya bisa bermacammacam, yang penting dari perbuatan itu bisa bermacam-macam, yang penting dari
perbuatan itu membawa akibat adanya keadaan pingsan atau tidak berdayanya
seseorang.
Dalam doktrin yang dimaksud dengan kekerasan adalah setiap perbuatan
yang terdiri atas digunakannya kekuatan badan yang tidak ringan atau agak berat
.penggunaan kekuatan fisik adalah merupakan ciri dari kekerasan yang
membedakannya dengan ancaman kekerasan. Hal ini terbukti pula jika
dihubungkan dengan akibat dari kekerasan pada sub ke 4 ayat 2 dan 3 pasal 365
tersebut,berupa luka berat ataupun kematian. Akibat luka berat ataupun kematian
adalah dapat terjadi oleh adanya perbuatan dengan menggunakan kekuatan fisik 47.
Kekuatan fisik tersebut haruslah ditujukan pada orang bukan pada benda objek
pencurian. Orang disini, adalah siapa saja , baik pemilik maupun orang lain atau
pihak ketiga ,misalnya,seorang menjambret sebuah tas yang sedang dibawa oleh
seorang ibu .Ada orang lain yang melihatnya dan kemudian mengejarnya, tibatiba penjambret tersebut langsung berbalik dan langsung memukul orang itu
hingga pingsan. Pada contoh ini,maksud penjambret memukulditujukanuntuk
tetap menguasai tas yang dicurinya dari tangan ibu tadi.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan
adalah perbuatan fisik dengan menggunakan tenaga atau kekuatan badan yang
cukup besar dan ditujukan pada orang, yang mengakibatkan orang tersebut
menjadi tidak berdaya.Sedangkan ancaman kekersan adalah berupa ancaman

47

Ibid.halaman.35

kekerasan fisik. Dalam ancaman kekerasan, kekuatan atau tenaga badan yang
cukup besar itu belum benar-benar diwujudkan, dan akan benar-benar digunakan
apabila menurut pikiran atau pertimbangan petindak, bahwa dengan ancaman itu
korbanbelum/tidak menjadi tidak berdaya.Dari ancaman kekerasan, walaupun
kekuatan badan tersebut belum diwujudkan sudah dapat membuat orang yang
menerima ancaman itu secara psikis menjadi tidak berdaya. Tidak berdayanya
korban ini disebabkan oleh keyakinan yang timbul dari dirinya, bahwa kekuatan
itu sewaktu-waktu akan digunakan apabila korban menentang apa yang
dikehendaki petindak.
Ketidak berdayaan korban secara psikis, seperti perasaan takut dilukai,
takut akan dibunuh. Keadaan psikis korban yang demikian inilah, yang
menyebabkan petindak dapat melangsungkan pencurian, atau dapat menguasai
benda hasil kejahatan yang dilakukannya itu, sering kejadian di kota, adanya
pencopetan dan penjambretan terhadap orang yang sedang berjalan kaki atau
sedang mengendarai sepeda motor. Apakah dalam kasus-kasus semacam ini ada
unsur- unsur kekerasan, ancaman kekerasan atau tidak,masih harus diselidiki
dengan melihat proses kejadiannya secara cermat. Andai kata setelah si
penjambret atau si pencopet melakukan perbuatannya , kemudian korban
mengambil kembali benda miliknya, atau ada orang lain yang menolongnya, lalu
petindak menegmbalikan atau membiarkan korban atau orang lain tadi mengambil
kembali, maka disini tidak terjadi pencurian dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan 48.

48

Ibid.Halaman.36

Sebaliknya, bila kemudian petindak tadi mencabut belatinya hendak
menikam siapa yang mencoba mendekati , maka disini sudah ada ancaman
kekerasan. Apabila benar ada orang yang mendekati dan mencoba mengambil
benda yang dicurinya, tiba-tiba iya menusuk orang itu, maka disini telah ada unsur
kekerasan.
Mengenai waktu digunakannya upaya kekerasan dan ancaman kekerasan
itu, ialah : sebelum, pada saat, dan sesudah pencurian. Waktu tersebut adalah
berupa waktu : sebelum, pada saat dan sesudah perbuatan mengambil. Oleh
karena

untuk

selesainya

atau

sebelumnya

(

berarti

percobaannya)

pencurian,tergantung dari selesai atau sebelumnya perbuatan mengambil.
Bahwa kalau dihubungkan dengan unsur subjektifnya, yaitu maksud
digunakannya upaya-upaya itu, maka waktu tersebutakan menentukan maksud
mana yang dituju oleh petindak dalam ia melakukan kekerasan dan ancaman
kekerasan tadi.untuk mempersiapkan pencurian.
Apabila kekerasan digunakan sebelum mencuri, maka kesengajaanya
ditujukan maksud .bila digunakan pada saat melakukan, maka kesengajaannya
ditujukan pada maksud mempermudah. Bila digunakan setelah pencurian, maka
kesengajaannya ditujukan pada maksud, dalam hal tertangkap tangan 49:
(a) Dapat memungkinkan melarikan diri, baik diri sendiri maupun diri peserta
lainya; dan
(b) Dapat tetap menguasai benda yang dicurinya.

49

Ibid.Halaman.37

Adapun yang dimaksud dengan tertangkap tangan (betraping op
heterrdaad) adalah bahwa ketika sedang melangsungkan pencurian atau tidak
lama setelahnya ia kepergok atau diketahui orang lain tentang kejahatan yang ia
perbuat itu, dan tidak berarti ia benar-benar tertangkap atau ditangkap dengan
tangan.
Orang yang sedang atau tidak lama setelah melakukan pencurian, dapat
saja ia kepergok,yang bila hal initerjadi, ia akan melarikan diri, dania akan tetap
mempertahankan benda hasil curiannya. Maksud inilah yang dituju petindak
dengan menggunakan upaya kekerasan atau ancaman kekerasan.

b.bentuk kedua , yakni pada ayat 2 yang diancam dengan pidana
maksimum 12 tahun , yang dibagi lagi menjadi 4 bentuk yang masingmasing memuat unsur-unsur berupa 50 :
1. semua unsur pencurian bentuk pokok ( pasal 362);
2. ditambah unsur-unsur pokok dalam ayat 1 passal 365 ;dan
3.ditambah unsur-unsur lebih khusus lagi bersifat alternatif, yang
merupakan ciri masing- Masing , yaitu :
a.

Pertama,yang terdiri dari 4 bentuk lagi, yakni :pencurian yang
dilakukan waktu malam di :
(1) Ditempat kediaman, atau
(2) Pekarangan

tertutup

kediamannya, atau

50

Ibid.

yang

didalamnya

ada

tempat

(3) Dijalan umum, atau
(4) Di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan

Menurut Wegverkeersordonantis (Stb 1933 no 86) yang teksnya telah
beberapa kali mengalami perbaikan, yang terakhir mrlalui Stb. 72 ,yang
menyatakan :
“ jalan adalah setiap jalan yang terbuka untuk lalu lintas umum berikut jembatanjembatan dan jalan-jalan air yang terdapat dijalan tersebut , termasuk
didalamnyajalan untuk pejalan kaki, jalur hijau, tepi-tepi jalan, selokanselokandan tanggul-tanggul yang merupakan bagian dari jalan tersebut ‘’.
Dalam UU no.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ,
ada rumusan singkat tentang jalan , yakni sebagai jalan yang diperuntukkan bagi
lalu lintas umum, yang dijelaskan dalam penjelasan umum pasal 1 angka 4
sebagai suatu prasarana berhubungan dari dalam bentuk apapun meliputi segala
bagian jalan termasuk bagian pelengkap dan kelengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas 51.

b. Kedua, pelakunya lebih dari satu orang dengan bersekutu.
sudah diterangkan bahwa, unsur lebih dari satu orang dengan
bersekutu adalah kualitas dari orang-orang yang terlkibat kejahatan
sebagai yang disebutkan dalam pasal 55 ayat 1 KUHP, atau dalam
doktrin dikenal dengan mededader atau petindak peserta. Terjadi

51

Ibid.Halaman.38

misalnya antara pelaku pelaksana (plegen) dengan pelaku
penganjur (uitlokken) , antara pelaku pelaksana dengan pelaku
peserta (medeplegen).
c. Ketiga, cara masuk atau sampai pada benda yang dicuri dengan :
(1) Merusak ;
(2) Memanjat;
(3) Memakai anak kunci palsu;
(4) Perintah palsu;
(5) Pakaian jabatan palsu.
d. Keempat, timbulnya akibat luka berat.
Antara kekerasan dengan akibat luka berat harus ada hubungan
sebab dan akibat(causal verband), yang maksudnya adalah bahwa
luka berat itu adalah disebabkan oleh digunakannya kekerasan.
Adapun yang dimaksud dengan luka berat, menurut pasal 90
KUHP adalah :
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak lagi memberi
harapan akan

sembuh sama sekali, atau yang dapat

menimbulkan bahaya maut;
(2) Menjadi tidak mampu secara terus-menerus untuk menjalankan
tugas

jabatan

atau

pekerjaan

pencaharian;
(3) Kehilangan salah satu pancaindra;
(4) Menjadi cacat;

yang

merupakan

mata

(5) Menjadi lumpuh;
(6) Terganggu kekuatan akal selama 4 minggu lebih;
(7) Gugurnya atu matinya kandungan seorang perempuan.
c.Bentuk ketiga ,Pencurian dengan Kekerasan yakni yang diancam dengan
pidana maksimum 15 tahun.
Pencurian dengan Kekerasan Bentuk Ketiga ini adalah sebagaimana diatur
dalam pasal 365 ayat 3,yang harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut
1. Semua unsur pencurian bentuk pokok (pasal 362);
2. Unsur-unsur pencurian dengan Kekerasan (pasal 365 ayat
1);
3. Adanya akibat kematian orang .
Faktor yang menyebabkan pencurian ini lebih berat dari bentuk kedua
(pasal 365 ayat 2) , terletak pada adanya akibat dari kematian orang. Kematian
adalah akibat langsung dari digunakannya kekerasan.Kematian ini bukan
merupakan tujuan atau kesengajaan sebagai maksus. Sebab apabila kesengajaan
pada maksud yang ditujukan matinya seseorang , maka bukan pencurian dengan
kekerasan yang terjadi, akan tetapi pembunuhan. Apabila matinya orang itu untuk
mencapai maksud melakukan tindak pidana lain misalnya pencurian, maka
pembunuhan itu masuk pasal 339 KUHP 52.
d. Bentuk Keempat, dari Pencurian dengan Kekerasan adalah yang
terberat, karena diancam dengan pidana mati, atau pidana seumur hidup

52

Ibid.Halaman.39

atau pidana penjara sementara setinggi-tingginya 20 tahun, yaitu apabila
tergabungnya unsur-unsur sebagai berikut :
1) semua unsur pencurian bentuk pokok (pasal 362)
2) semua unsur Pencurian dengan Kekerasan ( pasal 365 ayat 1)
3) unsur timbulnya akibat: luka berat atau matinya orang ;
4) dilakukan oleh dua orang dengan bersekutu ;
5) ditambah salah satu dari :
a. waktu melakukan pencurian yakni malam, ditambah unsur tempat yakni dalam
sebuah tempat kediaman atau pekarangan tertutup yang ada tempat kediamannya,
atau
b. unsur atau cara-caranya untuk masuk atau sampai pada tempat melakukan
kejahatan dengan jalan :
(1) merusak;
(2)memanjat;
(3)memakai anak kunci palsu;
(4) memakai perintah palsu;dan
(5) memakai pakaian jabatan palsu .

Letak diperberatnya pidana pada bentuk Pencurian dengan Kekerasan
yang terakhir ini , dari ancaman pidana maksimum 15 tahun penjara (365 ayat 2)
menjadi pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
sementara setinggi-tingginya 20 tahun, adalah dari tergabungnya unsur-unsur
yang disebutkan dalam butir 3,4, dan 5 tersebut diatas.

Pencurian dengan Kekerasan sebagaimana yang diterangkan diatas,
mempunyai persamaan dan perbedaan dengan kejahatan yang dirumuskan dalam
pasal 339 KUHP, yang dikenal dengan pembunuhan yang didahului atau disertai
dengan tindak pidana lain.
Perbedaanya adalah:
1) Pencurian dengan Kekerasan (pasal 365),tindak pidana pokoknya adalah
pencurian, sedangkan kejahatan dalam pasal 339 tindak pidana pokoknya
adalah pembunuhan.
2) Kematian orang lain menurut pasal 365, buakn yang dituju, maksud
petindak ditujukan untuk memiliki suatu benda .sedangkan kematian
menurut pasal 339 adalah dituju atau dikehendaki.
3) Upaya yang digunakan dalam melakukan tindak pidana pokoknya, kalu
pada pasal 365adalah berupa kekerasan atau ancaman kekerasan,
sedangkan pada pasal 339 pembunuhan dapat dianggap sebagai upaya
untuk melakukan tindak pidana lain.
4) Bahwa pada pencurian dengan kekerasan ada yang diancam dengan pidana
mati, sedangkan pembunuhan pada pasal 339 tidak.
Sedangkan persamaannya, adalah 53 :
1) Unsur subjektinya yang sama , ialah penggunaan upaya-upaya pada
masing-masing kejahatan itu adalah sama ditujukan pada maksud:
a) Mempersiapkan dan atau
b) Mempermudah pelaksanaan kejahatan itu.

53

Ibid.Halaman.40

c) Apabila tertangkap tangan, maka:
(1) Memungkinkan untuk melarikan diri (365) , atau melepaskan dari
pemidaan (339)
(2) Dapat mempertahankan benda yang diperolehnya dari kejahatan
itu.
2) Waktu penggunaan upaya-upaya tersebut yakni :
a) Sebelum;
b) Pada saat,dan
c) Setelah kejahatan pokok tersebut berlangsung.

C. Sanksi
Dari pengertian hukum pidana (pemidanaan) yang lebih sempit menjadi
pidana di samping penindakan dan kebijaksanaan maka hukum pidana dapat
disebut sebagai Hukum Sanksi.Pengertian sanksi dalam pembahasan ini adalah
yang berupa penderitaan, nestapa, atau segala sesuatu yang tidak mengenakkan
secara badani. Penjatuhan tentang penderitaan, nestapa atau segala sesuatu yang
tidak mengenakkan tadi, akan dirasakan kepada setiap orang yang karena
perbuatannya telah dinyatakan sebagai pihak yang memperkosa kemerdekaan
orang lain yang sudah barang tentu penentuan apakah seseorang itu telah
dinyatakan sebagai pihak yang memperkosa kemerdekaan orang lain dinyatakan
di dalam putusan hakim. Mengenai putusan hakim yang melegalkan sesuatu tidak

legal itu sering disebut sebagai putusan yang condemnatoir, yaitu putusan hakim
yang berisi penghukuman kepada salah satu pihak. 54
Menurut Sudarto, sanksi atau pemidanaan itu kerap kali kata
penghukuman. Penghukuman berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat
diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentang hukumnya
(berechten).Penghukuman dalam perkara pidana, sinonim dengan pemidanaan
atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim. 55
Ada 3 teori tentang pemidanaan yaitu : 56
1) Teori Absolut
Dasar dari pijakan dari teori ini adalah pembalasan.Inilah dasar pembenar
dari penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada penjahat.Negara berhak
menjatuhkan pidana karena penjahat tersebut telah melakukan penyerangan dan
perkosaan pada hak dan kepentingan umum (pribadi, masyarakat atau negara)
yang telah dilindungi. Oleh karena itu, ia harus diberikan pidana yang setimpal
dengan perbuatan (berupa kejahatan) yang dilakukannya. Penjatuhan pidana yang
pada dasarnya penderitaan pada penjahat dibenarkan karena penjahat telah
membuat penderitaan bagi orang lain. Setiap kejahatan tidak boleh tidak harus
diikuti oleh pidana bagi pembuatnya, tidak dilihat akibat-akibat apa yang dapat
timbul dari penjatuhan pidana itu, tidak memperhatikan masa depan, baik
terhadap diri penjahat maupun masyarakat. Menjatuhkan pidana tidak

54

Waluyadi.Hukum Pidana Indonesia.Jakarta : Djambatan,2003.halaman.29.
Abul Khair Dan Mohammad Ekaputra. Pemidanaan.Medan : USU Press,2011
halaman.7.
56
Adami Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta : PTRajaGrafindo Persada,
2002.halaman.157.
55

dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang praktis, tetapi bermaksud satu-satunya
penderitaan bagi penjahat.
2) Teori Relatif atau Teori Tujuan
Teori relatif atau teori tujuan berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana
adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat.Tujuan
pidana ialah tata tertib masyarakat, dan untuk menegakan tata tertib itu diperlukan
pidana.
Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan, dengan
tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara.Ditinjau dari sudut pertahanan
masyarakat itu tadi, pidana merupaan suatu terpaksa perlu (noodzakelijk)
diadakan.
Untuk mencapai tujuan ketertiban masyarakat tadi, maka pidana itu
mempunyai tiga macam sifat, yaitu : 57
a.

Bersifat menakuti-nakuti

b.

Bersifat memperbaiki

c.

Bersifat membinasakan
Oleh sebab itu terbagi jadi 2 (dua) macam yaitu : 58

1. Teori pencegahan umum
Pidana yang dijatuhkan pada penjahat ditujukan agar orang-orang (umum)
menjadi takut untuk berbuat kejaatan.Penjahat yang dijatuhi pidana itu dijadian
contoh oleh masyarakat agar masyarakat tidak meniru dan melakukan pebuatan
yang serupa dengan penjahat itu.
57

Ibid, halaman.162.
Ibid

58

2. Teori pencegahan khusus
Tujuan pidana ialah mencegah oelaku kejahatan yang dipidana agar ia
tidak mengulang lagi kejahatan, dan mencegah agar orang yang telah berniat
buruk untuk tidak mewujudkan niatnya itu ke dalam bentuk perbuatan nyata.
Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan menjatuhkan pidana, yang sifatnya 3 (tiga)
macam, yaitu : 59
a.

Menakuti-nakutinya

b.

Memperbaikinya, dan

c.

Membuatnya menjadi tidak berdaya
Menakut-nakuti ialah bahwa pidana harus dapat memberi rasa takut bagi

orang-orang tertetnu yang masih ada rasa takut agar ia tidak lagi mengulangi
kejahatan yang dilakukannya. Akan tetapi, ada juga orang-orang tertentu yang
tidak lagi merasa takut untuk mengulangi kejahatan yang pernah dilakukannya,
pidana yang dijatuhkan kepada orang yang seperti ini haruslah bersifat
memperbaikinya.Sementara itu, orang-orang yang ternyata tidak dapat diperbaiki
lagi, pidana yang dijatuhkan terhadapnya haruslah bersifat membuatnya tidak
berdaya atau bersifat membinasakan.
3) Teori Gabungan
Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas
pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar

59

Ibid, halaman.165.

dari penjatuhan pidana. Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar, yaitu sebagai berikut : 60
a. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan tidak
boleh melampuibatas dari apa yang perlu dan cukup untuk dapatnya
dipertahankanya tata tertib masyarakat.
b. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat,
tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada
perbuatan yang dilakukan terpidana.
Ted Honderichberpendapat, bahwa pemidanaan harus memuat tiga unsur
berikut : 61
a.

Pemidanaan harus mengandung semacam kehilangan (deprivation) atau
kesengsaraan (distress) yang biasanya secara wajar dirumuskan dari tindakan
pemidanaan.unsur pertama ini pada dasarnya merupakan kerugian atau
kejahatan yang diderita subjek yang menjadi korban sebagai akibat dari
tindakan sadar subjek lain. Secara actual, tindakan subjek lain dianggap salah
bukan saja karena mengakibatkan penderitaan bagi orang lain, tetapi juga
karena melawan hukum yang berlaku secara sah.

b.

Setiap pemidanaan harus datang dari instuisi yang berwenang secara hukum
pula. Jadi, pemidanaan tidak merupakan konsekuensi alamiah suatu tindakan,
melainkan sebagai hasil keputusan pelaku-pelaku personal suatu lembaga
yang berkuasa. Karenanya, pemidanaan bukan merupakan tindakan balas

60
61

Ibid. halaman.166
Abul Khair Dan Mohammad Ekaputra, Op.cit, halaman.10.

dendam dari korban terhadap pelanggar hukum yang mengakibatkan
penderitaan.
c.

Penguasa yang berwenang, berhak untuk menjatuhkan pidana hanya kepada
subjek yang telah terbuti secara sengaja melanggar hukum atau peraturan
yang berlaku dalam masyarakat. Unsur yang ketiga ini memang mengandung
pertanyaan tentang “hukuman kolektif”, misalnya embargo ekonomi yang
dirasakan oleh orang-orang yang tidak bersalah. Meskipun demikian, secara
umum pemidanaan dapat dirumuskan terbukti sebagai denda (penalty) yang
diberikan oleh instant yang berwenang kepada pelanggar hukum atau
peraturan
Lebih lanjut, sanksi atau hukuman mengenai pencurian dengan Kekerasan

yaitu dalam pasal Pasal 365
(1) Di ancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian
yang di dahuluin,disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan,terhadap

orang

dengan

maksud

mempersiapkan

atau

mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lain nya,atau untuk
tetap menguasai barang yang di curi.
(2) Di ancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:
1. Jika perbuatan di lakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
perkarangan tertutup yang ada di rumah nya,di jalan umum,atau dalam
kereta api atau tream yang sedang berjalan;
2. Jika perbuatan di lakukan dua orang atau lebih dengan bersekutu ;

3. Jika masuk ketempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat
atau dengan memekai anak kunci palsu,perintah palsu atau pakaian jabatan
palsu;
4. Jika perbuatan mengakibatkanluka luka berat.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka di ancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
(4) Di ancam dengan pidana mati atau pidana

seumur hidup atau selama

waktu tertentu paling lama dua puluh tahun,jika perbuatan mengakibatkan
luka berat atau kematian dan di lakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu ,disertai pula oleh salah satu hal yang di terangkan dalam
NO.1dan3

Jenis-jenis hukuman yang dapat dijatuhkan pengadilan (hakim) terhadap
pelaku tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam pasal 10, di bagi dalam dua
jenis yaitu, hukuman pokok dan hukuman tambahan : 62
Hukuman Pokok
1. Hukuman mati
2. Hukuman penjara
3. Hukuman kurungan
4. Hukuman denda
a. Hukuman tambahan

62

H.M. Hamdan.Hukuman Dan Pengecualian Hukuman Menurut KUHP Dan
KUHAP.Medan : USU PRESS,2010.halaman.18.

1. Pencabutan beberapa hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25