Resume Buku Jurnalistik Televisi docx

Resume Buku Jurnalistik Televisi
Teori dan Praktik
(Askurifai Baksin)
Mega Aliya 10080014107
Kelas C
BAGIAN I
TEORI

1. Pendahuluan
Siaran berita saat ini menjadi kebutuhan yang tidak terlepaskan di pelbagai stasiun
televisi. Perkembangan dunia dalam informasi dapat diikuti dengan baik melalui berbagai
acara berita pada saat itu oleh televisi pemerintah (TVRI). Tetapi siaran berita yang
diluncurkan beberapa stasiun televisi swasta, mampu mengalahkan perhatian khalayak pada
saat itu dari televisi nasional yaitu TVRI. Maka dari itu, televisi swasta menghadirkan sosok
pembaca berita yang menjadi jaminan mutu tayangan mereka.
Setiap televisi swasta mempunyai siaran berita andalan, di antaranya untuk menarik
perhatian khalayak akhirnya mereka memperebutkan jam tayang. Semuanya dalam rangka
merebut perhatian penonton, dan mendapatkan rating tinggi. Jika diperhatikan, tayangantayangan berita dari semua stasiun televisi hampir semuanya seragam. Karena pada saat itu
sifat beritanya straight news, jadi berita-berita kurang lengkap. Orang hanya mendengar ada
berita, tetapi ada apa di balik berita itu tidak dijelaskan.
Maka dari itu, tayangan depth reporting ditawarkan agar mereka tidak tinggal diam dan

megangkat sesuatu hal yang ada di balik berita itu. Tayangan investigative reporting
mengungkap lebih dalam dari straight news. Alhasil, tayangan berita semakin beragam
ditambah lagi dengan adanya acara infotainment dan mistik (klenik). Tayangan semacam itu
dijadikan pelarian akibat dari berita-berita politik yang mereka anggap menjenuhkan.
Semua acara pemberitaan tersebut merupakan hasil karya para jurnalis televisi. Jurnalis
televisi dituntut untuk lebih jeli melihat peluang yang ada. Meskipun masyarakat hanya
menyukai tren berita tertentu, tetap saja kerja jurnalis televisi semakin bertambah.
Aktualitas berita sangat menentukan berita televisi tersebut apakah menarik ditonton atau
tidak.

a. Sejarah Televisi
Televisi merupakan media temuan orang-orang Eropa, seiring perkembangannya yang
sangat cepat sejak ditemukannya transistor oleh William Sockley dan kawan-kawan pada
tahun 1946. Transistor itu dibuat dari pasir silikon yang berfungsi sebagai penghantar listrik
bebas hambatan. Pesawat televisi yang pertama berukuran 8x10 inci yang dipamerkan di
New York World’s Fair tahun 1939 menjadi awal mula perkembangan telelvisi yang kita
kenal sekarang.
b. Generasi Televisi
Televisi generasi pertama adalah televisi hitam-putih di Indonesia terkenal pada
tahun 60-an. Dalam perkembangan selanjutnya, tiga gambar proyeksi yang mengandung

warna dasar merah (red), hijau (green), dan biru (blue). Tiga gambar itulah yang
selanjutnya masing-masing diubah menjadi sinyal gambar proyeksi berwarna di televisi.
Televisi generasi kedua adalah terbagi menjadi tiga sistem:
1. Phase AlternatingLine (PAL) : 625 garis/detik – 60 Hertz
2. National Television System Committess (NTSC) : 525 garis?detik – 50 Hertz
3. Sequental Colour a’Memoar (SECAM) : 825 garis / detik – 50 Hertz
Televisi generasi ketiga adalah High Definition TV (HDTV). Televisi inilah yang
menjadi jaminan kesempurnaan tontonan. Televisi ini mempunyai ukuran rasio layar
16:9 dan dapat dikatakan ini adalah televisi masa depan. Kelebihan yang dimiliki televisi
ini akan mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat, karena bermanfaat bagi dunia
pendidikan, hiburan, periklanan, kesehatan, wawancara/diskusi panel, dan kepustakaan.
c. Siaran Pertama Televisi
Siaran yang pertama adalah pada saat Dewan Keamanan PBB pada tahun 1946
mengadakan rapat pertamanya. Siaran tersebut sangat penting bagi umat di seluruh
dunia kaena nasib dunia setelah perang ada di tangan PBB. Televisi tidak dimonopoli oleh
Amerika saja, negara Eropa lain pun tidak ketinggalan melakukan eksperimen di bidang
televisi. Walaupun pada saat itu, Amerika tetap tidak terkalahkan oleh negara lain.

2. Televisi di Indonesia
Siaran televisi di Indonesia dimulai tahun 1962 meskipun hanya siaran hitam putih.

Saat ini di Indonesia sudah mengudara stasiun televisi swasta , tetapi apabila berbicara
sejarah televisi Indonesia tentu tidak terlepas dari kelahiran TVRI sebagai cikal bakal
seluruh penyiaran televisi di Indonesia. Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi
yang menyampaikan pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Hal ini mampu
memengaruhi mental, pola pikir dan tindak individu.
Melalui Surat Keputusan No. 20/SK/M/1961, tertanggal 25 Juli 1961 dari Menteri
Penerangan Maladi, tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2TV). P2TV
menyusun rencana sarana dan prasarana serta beberapa tempat dibangun stasiun
televisi. Sarana yang dipakai pada saat itu adalah dari Marconi-Inggris, Gates-Amerika
Serikat, NEC-Jepang, dan Siemen-Jerman Barat. Penyelenggaran penyiaran televisi dibagi
dalam empat bagian, yaitu era pembaruan tahap pertama, kedua, ketiga dan keempat.
a. Era Pembaruan Tahap Satu
Pada era ini dimunculkan keinginan untuk mulai menata sistem penyelenggaraan
penyiaran televisi di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penanganan yang
terintegrasi dalam pembangunan nasional. Diperlukan berbagai pengaturan tentang
kebijaksanaan dan wewenang tentang penyelenggaraan seluruh siaran televisi di
Indonesia.
b. Era Pembaruan Tahap Dua
Pada era ini berdasarkan aturan yang baru, setidaknya ada tiga alasan utama
melakukan perubahan terhadapa pengaturan yang selama ini dilaksanakan. Pertama,

diyakini bahwa pesatnya kemajuan teknologi informasi dan teknologi komunikasi dewasa
ini telah membawa perkembangan baru di bidang penyelenggraan siaran televisi di
Indonesia. Kedua disadari bahwa perkembangan pertelevisian Indonesia haruslah benar
terintegrasi di dalam menunjang pembangunan nasional. Ketiga, sebelum ditetapkannya
UU siaran, dipandang perlu menyempurnakan ketentuan mengenai wewenang dan
kebijaksanaan tentang penyelenggaraa siaran televisi di seluruh wilayah Indonesia.

c. Era Pembaruan Tahap Tiga
Era ini ditandai dengan keluarnya aturan main tentang Siaran Saluran Terbatas TVRI,
berdasarkan hal itu ada yang menjadi dasar pembaruan tahap tiga. Pertama, disadari
pesatnya kemajuan teknologi informasi dan teknologi komunikasi, di sisi lain terdapat
keterbatasan dana dalam pembangunan. Kedua, disadari pentingnya sikap tegas dan
kontinyu untuk mendorong suksesnya pembangunan serta sejalan dengan harapan
masyarakat untuk segera mengambil langkah-langkah mengembangkan siaran televisi.
Pada era ini pula, monopoli TVRI dalam melaksanakan penyiaran berakhir karena telah
diatur kebijakan yang memungkinkan pihak swasta melaksanakan penyiaran televisi di
Indonesia.
d. Era Pembaruan Tahap Empat
Tahap empat ini melatarbelakangi lahirnya SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar. Keputusan
Menteri Penerangan Nomor 111/KEP/MENPEN/1990 tentang Penyiaran Televisi di

Indonesia tanggal 24 Juli 1990. Aturan ini membuka peluang kemungkinan bagi pihak
swasta untuk melaksanakan penyiaran televisi di Indonesia.

3. Dari TVRI ke TV Swasta
Apa yang disajikan oleh TVRI pada saat itu menampilkan berita yang sifatnya
seremonial sebagai tv pemerintah. Masyarakat hanya bisa pasrah dan menerima saja
karena TVRI pada saat itu sangat monopolistis. Hingga akhirnya bidang pertelevisian pun
dibuka untuk pihak swasta yang emmberikan beberapa alternatif tayangan, terutama
acara berita. Sehingga masyarakat disuguhi berita yang tidak melulu seremonial. Mulai
saat itulah kebebasan informasi yang transparan berlaku di negara kita.
a. Perkembangan Stasiun Televisi Swasta
Alasan pemerintah melakukan deregulasi dibagi emnjadi empat alasan utama:
1. Adanya keperluan saluran televisi yang lebih banyak memenuhi keinginan khalayak
penonton televisi di Indonesia yang jumlahnya makin lama makin besar dan
kehidupan ekonominya makin lama semakin baik.

2. Adanya ancaman dari transnational television melalui parabola.
3. Timbulnya bisnis penyewaan video (video rental) yang tidak bisa dikontrol.
4. Adanya desakan kuat kepada pemerintahdari sektor bisnis akan perlunya media
promosi produk barang dan jasa melalui saluran televisi swasta.


Atas dasar pertimbangan tersebut, mulai tahun 1990 pemerintah mengizinkan tiga
stasiun swasta yaitu RCTI, SCTV dan TPI. Televisi swasta pada akhirnya mampu
mengembangkan journalistic work mereka dengan sangat cepat dan profesional. Secara
perlahan berita televisi swasta telah mengubbah format dan esensi berita televisi yang
berlaku sekarang.
b. Teknologi Satelit
Teknologi satelit makin canggih sehingga baik perangkat up-link maupun down-link-nya
semakin sederhana dan kecil sehingga mudah dibawa kemana-mana. Situasi ini membawa
kemajuan baru dalam bidang jurnalistik televisi, yakni menayangkan siaran berita dengan
memanfaatkan teknoogi satelit untuk memperoleh kecepatan berita yang maksimal. Satelit
itu dinamakan dengan Satellite News Gathering (SNG).
c. Industri Televisi
Industri penyiaran televisi merupakan sarana promosi penjualan produk-produk kepada
masyarakat. Melalui televisi masyarakat mengenal prduk dan mendorong pembeliannya,
kemudian pengusaha menerima untung yang mendorongnya untuk beriklan lagi melalui
televisi dan selanjutnya memperoleh keuntungan lagi dari volume penjualan yang
meningkat. Industri televisi merupakan entitas sosial dimana dalam penyiarannya harus
mendapat dukungan dari masyarakatnya. Keberadaan televisi sebagai entitas sosial dapat
memengaruhi bisnis.

Karakter industri televisi:
1.
2.
3.
4.

Industri padat modal
Bukan bisnis yang cepat menghasilkan
Industri dengan entry barriers yang tinggi
Industri yang pasarnya cepat berkembang

Kepemilikan stasiun televisi dipengaruhi pada tiga kategori besar:
1. Televisi Negara
2. Korporasi Otonom
3. Televisi Swasta
d. Kreativitas Acara
Jika disimak, semua acara yang muncul di layar televisi mempunyai kesamaan materi
(isi). Melihat program acara tersebut rasanya kita sulit menilai mana tayangan pionir
(pertama kali) dan mana yang mengekor (ikut-ikutan). Kemajuan dan keberagaman acara
tersebut memang menjadi hal urgen di negara kita. Program acara harus dikembangkan

untuk seluruh masyarakat Indonesia sehingga tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi
juga menjadi sarana pendidikan yang baik.

4. Jurnalistik Televisi
a. Definisi Jurnalistik

Menurut Adinegoro, jurnalistik adalah kepandaian karang mengarang untuk
memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluasluasnya. Sedangkan menurut ilmu komunikasi, jurnalistik adalah suatu bentuk
komunikasi yang menyairkan berita tentang peristiwa sehari-hari yang umum dan
aktual dengan secepat-cepatnya.
b. Nilai dan Kualitas Berita
Tujuh nilai berita:
1. Timeless: Event that are immediate recent
Artinya, kesegaran waktu. Peristiwa yang baru-baru terjadi dan aktual.
2. Impact
Artinya, suatu kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap orang banyak.
3. Prominence
Artinya, suatu kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi seseorang maupun
lembaga.
4. Proximity

Artinya, suatu peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang, baik secara
geografis maupun emosional.
5. Conflic
Artinya, suatu peristiwa yang mengandung pertentangan.

6. The Unusual
Artinya, sesuatu kejadian atau peristiwa yang tidak biasanya terjadi.
7. The Currency
Artinya, hal-hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan orang banyak. (Mencher,
1997)
c. Budaya Televisi
Kebudayaan audiovisual sudah mulai menjadi kenyataan yang sungguhsungguh di dalam masyarakat kita. Televisi ada untuk menghibur rakyat, maka dari itu
harapan bagi kebudayaan ini adalah kalau kita kembali ke budaya tulis dan televisi itu
ditiadakan, namun, mengingat masyarakat kita sudah kecanduan televisi, harapan
dihilangkannya budaya ini menipis.
d. Pengaruh Buruk TV
Melihat realitasnya, masyarakt Indonesia lebih menojolkan kegiatan menonton
dibanding kebiasaaan membaca. Hal ini dibuktikan dengan minat membeli buku dan
standar best seller terhadap sebuah buku. Tingkat apresiasi masyarakat kita yang
lebih memilih menonton daripada membaca membuat manusia sulit diajak berpikir,

mereka lebih senang diberi hiburan.
e. Antara Jurnalistik Cetak dan Televisi
Industri televisi yang semakin bertambah membuat berbagai lapisan masyarakat
yang sebelumnya hanya mengurusi media cetak, kini juga media elektroniknya.
Mereka berbondong-bondong untuk berkontribusi yang sebelumnya menerjuni
wilayah media cetak, tetapi kini radio dan televisi.
f. Berita TV Lebih Menarik
Televisi dengan beritanya sudah menjadi bagian dari kehidupan, dengan sifatnya
yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian
dengan penontonnya. Maka dari itu seiring perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi, hal itu telah mendukung percepatan penyampaian karya jurnalistik kepada
khalayak luas.

5. Karakteristik Jurnalistik Televisi

a. Penampilan Anchor (Penyaji Berita)
Kedudukan seorang anchor (penyaji berita) dan reporter di monitor juga
memengaruhi persepsi dan penerimaan penonton. Anchor yang tampak memiliki
integritas dan smart (cerdas) mampu menghinotis penonton untuk memelototi
tayangan berita.

b. Narasumber
Dalam menyusun berita elektronik reporter dituntut memiliki keterampilan dan
mengombinasikan fakta, uraian pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan dari
narasumbernya.
c. Bahasa
Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi resmi sehingga membuat penutur agar
dia berbahasa secara baik dan benar sehingga komunikasi berjalan efektif dan
efisien.

6. Bahasa Jurnalistik Televisi
a. Bahasa Formal dan Bahasa Informal
Bahasa formal dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa bahasa yang lazim
digunakan sesuai dengan EYD, biasanya ada di media cetak. Bahasa informal
menekankan bahasa yang digunakan di media radio dan televisi.

b. Ragam Bahasa Penyiaran
Ragam bahasa penyiaran yang digunakan selain bahasa formal, juga bahasa
tutur. Ragam bahasa penyiaran lebih banyak bertutur kepada khalayak. Bahasa tutur

harus baik, tetapi tidak terlalu benar. Bahasa tutur lebih bersifat informal, dalam arti
struktur kalimatnya berbeda dengan struktur bahasa formal.
7. Jenis-Jenis Berita Televisi
a. Karya Artistik
Yang tergolong dalam karya artistik adalah:
1. Film
2. Sinetron
3. Pergelaran musik, tari, pantomim
4. Acara keagamaan
5. Variety show
6. Kuis
7. Iptek
8. Penerangan umum
9. Iklan (komersial dan layanan masyarakat)
b. Karya Jurnalistik
Yang tergolong dalam karya jurnalistik adalah:
1. Berita aktual yang bersifat timeconcern
2. Berita nonaktual yang bersifat timeless
3. Penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya, yang tertuang
dalam acara:
a. Monolog
b. Dialog
c. Laporan
d. Siaran langsung
c. Jenis-Jenis Berita Televisi:
1. Warta Berita (Straight Newcast)
Jenis berita yang melaporkan laporan tercepat mengenai suatu peristiwa yang
terjadi di masyarakat. Terdiri atas sejumlah berita yang disiarkan setiap jam sekali
selama kira-kira 15 menit.
2. Pandangan Mata (On the Spot Telecast)
Ini biasanya disebut sebagai siaran langsung dari tempat terjadinya peristiwa,
sifat utamanya adalah ia tidak mengalami proses editing, dan langsung dari
tempat terjadinya peristiwa.
3. Wawancara Udara (Interview on the Air)
Pemberitaan semacam ini adalah wawancara

yang

dilakukan

antara

pewawancara dengan yang terwawancara.
a. Informational Interview : bersifat informatif.
b. Personality Interview : tanya jawab mengenai pribadi sendiri.
4. Komentar
Komentar adalah uraian yang bersifat analisis dengan titik tolak suatu fakta yang
telah disiarkan sebelumnya.

JB Wahyudi membagi jenis berita televisi menjadi:
1. Berita Terkini
a. Berita langsung
Cara menyajikannya bisa dengan break news (memotong suau siaran untuk
memasukkan berita tersebut)
b. Berita Mendalam
Berita yang memiliki bentuk yang komprehensif, interpretatif, dan investigatif.
2. Berita Berkala
Uraian fakta dan pendapat yang nilai beritanya kurang kuat, sehingga penyajiannya
terhadap khalayak tidak terikat waktu.
a. Laporan Eksploratif
Uraian mengenai fakta atau pendapat yang diperoleh dengan cara menggali
(mengeksplore)
b. Laporan Khas
Uraian fakta yang bersifat unik.
c. Berita analisis
Uraian fakta aatu pendapat yang bersifat analisis.
d. Human Interest
Uraian fakta yang dapatmemberikan sentuhan rasa insani atau rasa kemanusiaan.
e. Majalah udara
Gabungan uraian fakta dan pendapat yang dirangkai dalam satu wadah atau
acara.

BAGIAN II
PRAKTIK

8. Kamera Video
a. Kamera Digital
Lahirnya kamera ini sangat mengubah dunia perfilman dan pertelevisian di dunia,
dengan kamera ini banyak keuntungan yang diperoleh, di antaranya adalah biaya
produksi yang relatif murah dibanding jenis kamera analaog.
b. Beda Kamera Analog dan Digital
Signal kamera analog diproses langsung sehingga rentan gangguan, kamera
digital signalnya dikonversi oleh ADC sehingga taha terhadap gangguan. Kamera
analog mahal, digital relatif murah. Kamera analog mengalami degradasi kualitas,
kamera digital tidak mengalami degradasi.
c. Penggolongan Kamera
1. Kamera Studio : dalam studio/ indoor
2. Kamera ENG atau Portable Camera: hunting berita dan pembuatan film
3. Kamera EEP( Electronics Field Production) : produksi dalam ruangan/ indoor

d. Kamera Yang Sering Dipakai
1. Format DVCPRO
2. FORMAT MINI DV
3. FORMAT DV
4. FORMAT BETACAM SX
5. FORMAT DVCAM
6. FORMAT HDCAM

9. Teknik Pengambilan Gambar Berita

a. Menyiapkan Kamera
1. White Blance : untuk mensosialisasikan lensa kamera dengan keadaaan
sekitar objek perekaman.
2. Focusing : usaha mencari gambar objek yang palig jauh dari semua objek
ukuran gambar.
3. Mengambil Kamera : mengetahui cara pengambilan kamera yang tepat, misal
menggunakan tripod.
4. Pengecekan Kamera : dicek mulai dari baterai, mic, tripod¸kabel, dan kaset.
5. Setting Kamera : mengatur menu-menu yang akan di set.
b. Teknik Pengambilan Gambar
Ada lima hal yang perlu diperhatikan:
1. Camera angle
a. Bird Eye View
Posisi kamera di attas ketinggian objek yang direkam.
b. High Angle
Pengambilan gambar dari atas objek.
c. Low Angle
Pengambilan gambar dari bawah ke atas.
d. Eye Level

Pengambilan gambar yang sejajar dengan objek.
e. Frog Eye
Pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar
kedudukan objek.
2. Frame size
Ada:
1. ECU: sangat dekat sekali, misal mata, hidung dll.
2. BCU: kepala hingga dagu objek
3. CU: dari batas leher sampai bawah
4. MCU: dari batas kepala hingga dada atas
5. MS: dari batas kepala sampai pinggang
6. KS: dari batas kepala hingga lutut
7. FS:dari batas kepala hingga kaki
8. LS: objek penuh dengan latar belakangnya
9. 1 S: satu objek
10. 2 S: dua objek
11. 3 S: tiga objek
12. GS: group shoot (objek lebih dari tiga orang)
3. Gerakan kamera
a. Zoom in/zoom out
b. Tilting
c. Panning
4. Gerakan objek
a. Objek sejajar dengan kamera
b. Walk-in/Walk-away
c. Framing
5. Komposisi
1. Headroom (H)
2. Noseroom (N)
3. Looking space (L)

10.

Reportase di Lapangan

11.

Editing Berita

a. Membuat Berita
1. Mengambil beberapa sumber dan meramunya menjadi sebuah berita baru.
2. Mengambil beebrapa referensi berita.
3. Mengambil referensi lain yang sesuai.
b. Jenis Reportase
Seperti:
1. Siaran langsung (live)
2. Talk show
3. Debat publik
4. Feature
5. Investigasi

Peralatan ediing terbagi dua, yakni editting (linier) biasanya analaog dan editting
nonlinier (digital).
Ediitting Linier:
1. Video tape recorder
2. Video miixer
3. Audio mixer
4. Monitor (audio dan video)
5. Mic, CCT, CD, Taoe Rheel, DAT.
6. Character generator
7. Edit Controler
Editting Nonlinier:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

12.

Computer Editting
DD RAM
Video card
Editting Software
Monitor display
Mic & Loudspeaker
VTR recorder
Monitor audio dan video

REPORTER STAND UP

Stand up artinya seorang reporter langsung melaporkan sesuatu kejadian, peristiwa, atau
kondisi objek berita langsung dari tempat. Stand up harus tampil prima terutama memiliki
daya improvisasi yang tinggi. Eye contact antara reporter dengan penonton harus tetap
terjaga, karena ribuan bahkan jutaan penonton sedang menontonnya di rumah.
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.

Alasan Stand Up
Memuaskan pemirsa
Memperlihatkan faktualitas
Mengejar aktualitas
Memperlihatkan how to
Buku otentik
Mendekatkan diri secara psikologi
Tip Stand Up
1. Cek peralatan syuting.
2. Siapkan fisik dan mental.

3. Pilih lokasi yang leluasa untuk pengambilan gambar.
4. Atur komposisi yang pas dengan tetap memperlihatkan latar belakang lokasi
kejadian.
5. Reporter harus ditempatkan ditengah.
6. Buatlah catatan kecil sebagai pointer.
7. Mata harus tetap terus mengarah ke kamera.
8. Konsentrasi merupakan hal penting.
9. Tidak boleh terpaku seperti patung.
10. Atur suara sebaik mungkin.
11. Tutuplah laporan sesuai dengan jenis berita yang dilaporkan.
12. Kredibilitas stasiun televisi bisa saja tercoreng oleh reporternya sendiri, maka dari
itu jagalah nama baik stasiun televisi.

13. Presenter TV

a. Continuity Presenter
Presenter jenis ini adalah mereka yang bertugas mengantarkan acara televisi
kepada pemirsa.
b. Host
Orang yang memegang sebuah acara tertentu. Figur host yang berkarakter
akan menjadi daya tarik sebuah acara.
c. Anchor
Khusus diberikan pada orang yang membawakan atau menyajikan berita.
d. Prasyarat Menjadi Presenter
1. Penampilan yang baik dan dikung pengalaman.
2. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum.
3. Keramahan yang tidak berlebihan.
4. Jenis sura yang tepat dan menyenangkan untuk didengar.
e. Latihan Olah Vokal
1. Latihan Pernafasan.
2. Latihan Pengucapan.
3. Latihan Kelancaran.
4. Latihan Intonasi.
5. Latihan Gerak Tubuh.

14. Menjadi Presenter Yang Baik

a. Penggunaan Humor
Ini akan mampu merebut hati khalayak pada saat-saat kritis, karena dapat
mengurangi ketegangan dan kebosanan di antara mereka.
Beberapa kiat yang diperlukan:
1. Buatlah banyolan yang relevan.
2. Jauhi kesan sebagai pelawak atau badut.

3. Berhati-hatilah terhadap target humor anda.
4. Hindari humor yang mengarah ke SARA.
5. Usahakan subjeknya adalah Anda sendiri atau keluarga Anda sendiri.
6. Personifikasikan joke itu seolah-olah pernah terjadi.
7. Jangan lakukan apabila kurang yakin.
8. Hindari humor yang berselera rendah.
b. Bahasa Tubuh
Terdiri atas:
1. Pakaian
Berpakaianlah dengan menarik serta hindarilah perhiasan yang
berlebihan, serta sesuaikan dengan khalayak yang hadir di acara tersebut.
2. Gerakan tubuh/postur
Bagaimana Anda menggerakkan tubuh pasti akan sangat diperhatikan,
usahakanlah gerakan yang dilakukan bermakna sehingga membuat
pembicaraan lebih hidup.
3. Kontak mata
Faktor penting karena acara berlangsung dua arah, mka dari itu buat acara
lebih hidup dengan kontak mata dengan khalayak.
4. Gerakan tangan
Dapat memberikan pengertian dengan jelas terhadapa apa yang ingin
diungkapkan.
5. Ekspresi muka
Yang paling termudah adalah senyum, karena senyum yang tulus dan
tidak berlebihan akan membuat khalayak senang melihatnya.
c. Kontrol Suara
1. Pernafasan
2. Volume
3. Ekspresi
d. Nuansa Karakter (akting) Presenter TV
1. Mampu memainkan akting yang pas dengan fokus programnya.
2. Menguasai teknik dramatisasi suara.
3. Mampu menggerakkan tubuh sesuai tuntutan dialog.

15. Latihan Presenter dan Host

Kiat-kiat khusus:
1. Belajar melengkapi wawasan (pengetahuan dasar pertelevisian)
2. Sering berlatih praktik di ruamah bersama teman kuliah.
3. Sering menonton tayangan profesi presenter, anchor, host.
Ciri-cirinya:
a. Teknik presentasinya
b. Mimik/ekspresi wajah

c.
d.
e.
f.

Posisi fisik tubuh
Uraian redaksional
Estafet komponen substansial programnya
Lama penyiaran (durasi)

16. Latihan Reporter dan Anchor

a. Persiapan menjelang siaran (on air)
1. 1,5 jam atau 2 jam sebelum on air biasanya anchor sudah datang.
2. Anchor kemudian masuk ruang make-up.
3. Lalu masuk ke ruang kostum.
4. Anchor meminta script untuk dipelajari terlebih dahulu.
5. Di ruang studio semua alat disediakan.
6. Di ruang control room punmulai mengendalikan tugasnya.
7. Anchor dipasangi peralatan wireless kecil di kerah baju.
8. Anchor dipersilakan duduk di atas meja penyaran.
9. Semua peralatan studio dites kembali.
10. 5 menit sebelum on air, persiapan telah ready for use.
11. Semua tata lampu diarahkan ke meja penyiaran.
12. Pengarah acara memberi komando lalu muncullah opening billboard.
13. Begitu ilustrasi musik mengecil hilang dan lampu menyala, mulailah sang
anchor membacakan beritanya.

b. Latihan Wawancara di Studio
Karakteristik Pekerjaan:
1. Nuansa suara harus jelas, tegas, dan terang.
2. Redaksional bercirikan:
a. To the point atau langsung.
b. Simple/ praktis mudah dimengerti lawan bicara.
c. Jeli dalam mengoreksi informasi.
d. Tidak banyak basa-basi.
3. Bila ada alat perekam gunakan untuk merekam, tapi tetap catat point
penting selama wawancara.
4. Tempo bicara sedang, jangan overlate/lambat.
5. Pergunakan kode jurnalistik (5W+1H)
c. Latihan Reporter di Lapangan & Anchor di Studio
1. Karakter Pekerjaan
Perhatikanlah hal berikut:
a. Lokasi tugas.
b. Jenis tugas.
c. Alat komunikasi.
2. Karakter Suara
Perhatikanlah hal berikut:

1. Versi: suara pelaporan
2. Tempo: sedang, tidak lambat
3. Suara: Jelas, tegas, dan mantap.