Malcolm Payne PERSPEKTIF KEKUATAN TERAPI

TEORI KESEJAHTERAAN SOSIAL

Chapter 9: Strenghts, Narative and Solution Practice_Payne 2014

BAB 9: PERSPEKTIF KEKUATAN, TERAPI NARASI, DAN TERAPI SOLUSI
SUYUTI MARZUKI
Social Welfare
suyutimarzuki@gmail.com

SOCIAL WELFARE THEORY

PERSPEKTIF KEKUATAN - TERAPI NARASI- TERAPI SOLUSI
Pada bab ini akan menyajikan tentang konsep dan intervensi dalam
perspektif kekuatan, terapi narasi, dan terapi berfokus solusi (strengths,
narrative and solution practice) yang memiliki beberapa kesamaan dimana
konsep dan intervensi ketiganya adalah pendekatan-pendekatan berbasis
pemberdayaan, yang ditujukan pada mobilisasi kekuatan-kekuatan dan
sumber-sumber klien.

Sumber utama kajian ini diambil dari buku Modern Social Work Theory chapter 9
karya Malcolm Payne (2014)------------------------------


Kontribusi Utama

Dalam perspektif-perspektif ini adalah sebuah pendekatan yang melihat jauh ke
depan, yang menolak „pemecahan masalah' sebagai sebuah fokus untuk
pertolongan individu. Ketiga perspektif tersebut membantu para klien dan
keluarganya untuk menelaah kembali masalah-masalah yang ada dengan mencari
kekuatan-kekuatan dalam kehidupan mereka saat ini, agar mereka dapat
membangun masa depan mereka secara positif. Fokus pada membangun resiliensi
merupakan aspek yang penting, dan semakin banyak digunakan dalam
pemberdayaan maupun dalam teori-teori kritis.

Poin Utama
Poin-poin utama pada bab Sembilan ini merangkum beberapa pemikiran mendasar
sebagai terkait:
Perspektif-perspektif yang menekankan pada kekuatan, narasi dan solusi
memiliki ciri yang sama, yakni sebagai pendekatan yang jauh melihat ke
depan dan memperbesar kekuatan- kekuatan dalam kehidupan kliennya.

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com


1|Page

Perspektif-perspektif ini memiliki sumber teori yang sama, yang berasal dari
psikologi

sosial

dan

semuanya

dipengaruhi

oleh

dampak

psikologi


postmodernisme dan gagasan konstruksi sosial.
Asal mula gagasan ini dalam teori psikologi sosial dan teori konstruksi sosial
postmodernisme

berhubungan

dengan

perspektif-perspektif

yang

menekankan kekuatan, narasi, solusi.
Pemikiran

postmodernisme

menawarkan

gagasan-gagasan


mengenai

bagaimana relasi kekuasaan diekspresikan dalam penggunaan bahasa.
Meskipun hal ini juga dapat melahirkan kebingungan dan ketidaksepakatan
dalam menafsirkan dunia, postmodernisme juga tampaknya tidak jelas dan
memutar dalam cara berpikirnya.
Persoalan

bahwa

perspektif-perspektif

postmodernisme

mengarah

ke

relativisme moral (lihat Bab 1) dibantah oleh penegasannya sendiri pada

alternatif-alternatif yang terbuka bagi orang-orang yang memperoleh bantuan
praktisi.
Para klien menghadapi realita-realita sulit, dan peran keteraturan sosial
lembaga-lembaga membutuhkan para praktisi untuk mengelola tingkah laku
sulit dan menangani masalah- masalah sosial yang serius. Apakah terfokus
pada menjadi positif, hal ini masih diperdebatkan.
Dalam praktik, sesi-sesi antara klien dan praktisi memfokuskan pada
perencanaan positif yang dapat memotivasi klien agar mengerjakan „pekerjaan
rumah‟ di antara sesi-sesi.
Terdapat beberapa bukti bahwa sebuah perspektif yang berfokus pada
kekuatan (strengths) ternyata efektif dalam manajemen kasus dan praktik
interpersonal dengan perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT). Hal ini memperlihatkan kemampuan aplikasi yang luas dari
pendekatan ini, walau penelitian yang mendukung kesimpulan ini ini masih
lemah

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

2|Page


Gagasan Praktik
Dekonstruksi (diambil dari seni dan sastra), terdiri dari pembongkaran
sebuah situasi dengan menganalisis unsur-unsurnya, dan kemudian
menggali kekuatan yang mana yang telah membuat unsur-unsur itu penting
dalam situasi tersebut.
Diskursus “wacana” (diambil dari istilah dalam penelitian sosiologis)
dimana berusaha mengeksplorasi situasi-situasi melalui pengujian bahasa
yang digunakan oleh orang-orang yang terlibat. Hal ini memungkinkan para
praktisi untuk memahami posisi-posisi berbeda yang orang ungkapkan
mengenai situasinya. Selanjutnya, proses ini akan dapat mengeskpos
ketegangan-ketegangan serta sistem dukungan timbal balik yang ada dalam
respon terhadap situasi ini.
Pengecualian-pengecualian (exceptions), merupakan perilaku-perilaku sukses
pada sekumpulan orang yang diperkuat para praktisi untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada dalam kehidupannya.
Pertanyaan ajaib/ghaib (miracle questions), dimana membantu para klien
untuk mengidentifikasi tujuan- tujuannya secara jelas.
Naratif, merupakan lebih dari sekedar cerita yang seseorang sampaikan
tentang kehidupannya atau sebuah peristiwa yang ada di dalamnya. Ini
meliputi cara naratif memilih aspek-aspek kehidupan atau peristiwa itu, juga

bahasa yang digunakan untuk menyajikan narasi tersebut. Terlebih,
kesadaran dan analisis mengenai bagaimana cerita dikonstruksi akan
memungkinkan untuk mengidentifikasi konstruksi-konstruksi alternatif yang
dapat menciptakan perubahan.
Pemberian skala (scalling) membantu para klien dan para praktisi supaya
spesifik dalam menentukan tujuan dan pencapaiannya.

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

3|Page

Pernyataan Utama
Perspektif pekerjaan sosial, strengths, narrative and solution practice diambil
dari terapi-terapi psikologis. Berkembang di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21,
sehingga banyak pekerja sosial masih menggunakan pernyataan-pernyataan utama
yang dibuat oleh para pendiri perspektif ini dalam psikologi: White dan Epston
(1990) dalam praktik naratif, de Shazer (1985) dalam pekerjaan berfokus solusi dan
psikologi positif Seligman (1998).
Praktik berbasis kekuatan Saleebey (2009a) merupakan sebuah fondasi
pekerjaan sosial yang penting untuk gagasan-gagasan psikologis ini, namun

pekerjaan utamanya lebih menyerupai sebuah kumpulan edisi laporan praktik
daripada sebuah teks teoretis. Berkaitan dengan pekerjaan berbasis kekuatan adalah
gagasan mengenai resiliensi, yang diaplikasikan secara luas oleh Walsh (2011)
dalam pekerjaan sosial keluarga dan oleh Greene (2012) dalam sebuah edisi hasil
karyanya. Selain itu, pernyataan penting mengenai gagasan berbasis praktik yang
dikemukakan Rapp dan Goscha (2006), yang didukung oleh penelitian, berisi
penelitian berbasis praktik yang cukup berpengaruh sebagai sebuah aspek
manajemen kasus dalam kesehatan mental. Penafsiran umum yang singkat
mengenai pekerjaan sosial berfokus solusi karya Myers (2008) merupakan pengantar
yang berguna. Sama halnya dengan pekerjaan sosial konstruktif (istilahnya, yang
mengimplikasikan bahwa pendekatannya berguna dan positif, dan juga bahwa ini
menggunakan gagasan-gagasan konstruksi) karya Parton dan O‟Byrne (2000)
menyatukan sebuah interpretasi mengagumkan mengenai ide tentang konstruksi
sosial yang dikombinasikan dengan praktik berfokus solusi. Akan tetapi, penafsiran
pekerjaan sosial berorientasi solusi karya Greene dan Lee (2011) merupakan sebuah
materi dasar yang memasukkan hubungan-hubungannya dengan gagasan tentang
kekuatan dan naratif Ini digunakan sebagai contoh materi dalam bab ini karena cara
tersebut dapat menyatukan banyak gagasan yang didasari pada psikologi sosial,
postmodernisme dan konstruksi sosial.


Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

4|Page

Rangkuman Perdebatan
Argumentasi perspektif ini adalah penekanannya pada pengembangan halhal positif dan prestasi-prestasi dalam kehidupan manusia dengan cara yang tidak
menilai (non-judgementally). Daripada mengkonsentrasikan pada kekurangankekurangan dalam hubungan atau tingkah laku sosial para klien, lebih baik
meningkatkan kelebihan-kelebihannya serta memberikan perspektif-perspektif
pengganti; dengan begitu kita akan bisa mengurangi kekurangan-kekurangan
penting dalam kehidupan manusia. Contoh, seorang disabilitas, tidak ingin melihat
masalah-masalah dalam hidupnya yang hanya bersumber pada kecacatannya, tetapi
ingin mencari cara untuk membuat hidupnya memiliki pengalaman positif.
Teori-teori dibawah ini merupakan sebuah sumber yang sangat berpengaruh
mengenai prinsip nilai bersama agar bekerja ke arah tujuan-tujuan yang positif.

1.
2.
3.
4.
5.


Lima Prinsip Nilai (Shared Value) Teori Pekerjaan Sosial
Elemen
Contoh
Informed consents, relationship, therapeutic
Aliansi (alliance)
alliance, dialogic relationship
Clearly specified & positive outcomes
Tujuan (aims)
Specified sequences of actions
Rangkaian tahapan tindakan
(action sequences)
Discruption, critique of current social
Praktik Kritis (critical practice)
assumptions
Human rights, cultural respect, equality
Hak (rights)
sustainability

Praktik-praktik ini juga merupakan implementasi penting prinsip-prinsip

nilai bersama aliansi dan hak-hak. Semuanya sangat fokus pada pelibatan klien
dalam mengeksplorasi dunianya sendiri, memahami dan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan serta dalam perencanaan intervensi-intervensinya. Praktik
naratif, terutama, menekankan pentingnya memiliki pikiran yang terbuka,
mendengarkan interpretasi-interpretasi para klien mengenai titik-titik penting
dalam kehidupan mereka; klien dan praktisi kemudian bekerja bersama-sama untuk
melakukan konstruksi bersama akan naratif-naratif pengganti yang secara potensial

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

5|Page

lebih memuaskan dan akan membentuk dasar bagi arah baru dalam kehidupan
klien. Kerja sama konstruksi tersebut berarti bahwa „tahapan konstruksi bersama‟
menjadi konsep penting yang sering digunakan.
Tujuan terapi narasi dalam praktik pekerjaan sosial ialah membantu klien
memahami

cerita-cerita

disekitar

mana

cerita-cerita

tersebut

telah

mengorganisasikan kehidupannya dan kemudian menantang serta memperluas
cerita tersebut, sehingga menciptakan realitas yang baru. Hal ini dapat membantu
klien melihat lebih banyak alternatif dan jalan keluar dari suatu kebuntuan, serta
membantu klien melihat lebih banyak aspek-aspek yang ada dalam dirinya sendiri.
Sehingga klien memiliki kekuatan dan keterampilan menghadapi situasi atau
masalah yang sedang ia hadapi, yang dapat dimobilisasikan untuk memerangi
dampak masalah tersebut.
Terdapat

3 (tiga) kesulitan yang saling berhubungan dan dikemukakan

dalam kritik-kritik mengenai perspektif, namun lebih dulu akan dibahas 2 (dua)
poin berikut:
(1) Menjadi positif tidaklah cukup untuk bisa mengenali realita klien dan orang
di sekitar mereka yang mengalami masalah-masalah yang merusak.
(2) Peran pengendalian sosial dari banyak lembaga pekerjaan sosial serta mandat
sosial untuk melakukan intervensi pekerjaan sosial berasal dari tuntutantuntutan agar orang-orang dapat mengelola tingkah lakunya secara tepat.
Praktik

naratif

memungkinkan

untuk

melakukan

eksplorasi

penuh

atas

pengalaman-pengalaman klien serta mengembangkan perspektif-perspektif baru
dan mengidentifikasi kebingungan-kebingungan yang ditemui dalam pengalamanpengalaman hidupnya. Akan tetapi, pendekatan ini masih belum memiliki
pedoman praktik terstruktur—meskipun memang, pendekatan ini dianggap sebagai
salah satu pendekatan yang punya daya tarik bagi para praktisi yang bekerja
dengan berbagai kesulitan interpersonal yang rumit.
Poin kedua memperluas isu yang sama dengan harapan-harapan sosial para
praktisi profesional: lembaga-lembaga pekerjaan sosial diberikan mandat melalui
kebijakan dan hukum untuk menangani masalah sosial dan perilaku-perilaku yang

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

6|Page

sulit atau yang tidak pantas. Dengan berfokus pada kemungkinan-kemungkinan
positif, mungkin akan timbul pertanyaan tentang apakah mungkin para pekerja
sosial bisa memperoleh harapan sosial ini, yang menggunakan gagasan-gagasan
dengan sebuah fokus positif. poin
sebelumnya:

pekerjaan

sosial

ini berhubungan dengan poin- poin kritis

menghadapi

masalah-masalah

serius

dalam

kehidupan manusia yang tidak bisa diputar-putarkan hanya dengan permainan
bahasa.
Selanjutnya kesulitan ketiga yang timbul dari kritik-kritik perspektif ini
adalah sebagai berikut:
(3) Bersandar pada intervensi-intervensi linguistik dan mengubah perspektifperspektif manusia mengenai masalah-masalahnya membuat pendekatan ini
tidak cocok untuk masalah sosial yang terus-menerus dan serius, serta untuk
lembaga yang sibuk menghadapi banyak orang dengan masalah-masalah
yang sulit dan banyak berimplikasi kurangnya penghargaan pada masalahmasalah nyata yang para klien hadapi.
Gagasan- gagasan seperti teori naratif muncul dari psikoterapi, yang tidak
memfokuskan pada tanggung jawab sebagian besar pekerja sosial untuk
menyediakan pelayanan. Banyak lembaga harus membuat rencana-rencana sejalan
dengan persyaratan hukum manajemen dan kebijakan, seperti persyaratan untuk
menciptakan program-program perawatan bagi orang dengan kondisi jangka
panjang sehingga mereka bisa hidup dengan aman di rumah. Para praktisi yang
sibuk dengan banyak tanggung jawab, harus menyesuaikan sumber daya yang
jumlahnya terbatas dalam skala waktu yang singkat, sehingga tidak memiliki waktu
untuk menggunakan sebuah pendekatan terapeutik naratif
Para praktisi menyebut tiga poin untuk menghadapi kritik-kritik ini.
Pertama, dengan hanya mengejar prioritas-prioritas manajemen atau layanan
merupakan sebuah kesalahan ekonomi karena kemudian kita tidak menggali
bagaimana para klien dan keluarganya melihat isu-isu, yang merupakan salah satu
aset dalam teori naratif; kemudian hal ini mengarah kepada ketidakpuasan dan
keluhan-keluhan.

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

7|Page

Kedua, gagal untuk fokus pada prioritas-prioritas klien. Secara etis, ini salah:
pelayanan adalah bagi mereka dan bukan merupakan sebuah sistem pembenaran
untuk lembaga. Secara praktis, dengan mengesampingkan prioritas-prioritas klien,
kita mungkin gagal untuk melibatkan partisipasinya.

Ketiga, penilaian kita bisa membuktikan ketidakpuasan karena telah gagal
mendapat gambaran lengkap tentang situasi tersebut. Lagipula, teori naratif
menunjukan kepada kemungkinan akan banyaknya cara-cara alternatif untuk
menafsirkan dan mengkonstruksi berbagai situasi dan peristiwa-peristiwa yang
mengarah kepadanya, serta kesempatan-kesempatan yang mungkin lepas darinya.
Selain adanya kesulitan-kesulitan ini yang berhubungan dengan mandat
pekerjaan sosial, Gray (2011) juga menyimpulkan serangkaian kritik yang
menyatakan bahwa fokus pada kekuatan dalam seluruh teori ini tidak
terdefinisikan dengan baik dan hanya didukung oleh anekdot dan studi kasus,
bukan penelitian yang mendalam. Presentasi naratif dan praktik solusi memandang
terlalu tinggi atas pengaruh praktik yang bisa kita miliki dalam lingkungan
komunitas yang tidak menguntungkan dan terasingkan. Gray berargumentasi
bahwa praktik ini sama saja dengan menerima perspektif individualistis neo liberal
bahwa mekanisme bantu diri sendiri (self-help) dan dukungan sosial akan cukup
untuk mengatasi kesulitan apapun.

Perspektif Teori yang Lebih Luas
Sebuah buku sumber pekerjaan sosial penting yang menjelaskan mengenai
gagasan-gagasan ini ada di dalam perspektif kekuatan (Saleebey, 2009b) dengan
empat prinsip utamanya:
1.

Setiap individu, keluarga, kelompok dan komunitas memiliki kekuatan.

2.

Kesulitan-kesulitan mungkin mencederai, namun di dalamnya terdapat
sebuah kesempatan untuk tumbuh (sebuah prinsip yang kita temui di dalam
teori krisis-lihat Bab 5, Payne).

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

8|Page

3.

Anggaplah bahwa kita tidak mengetahui batas kemampuan tumbuh manusia
dan seraplah aspirasinya dengan sungguh-sungguh.

4.

Orang-orang paling baik dilayani dengan cara kolaborasi.

Sumber yang lebih luas mengenai perspektif ini adalah terapi sosial
psikologis, berlawanan dengan psikoterapi-psikoterapi singkat yang terstruktur
lainnya dalam Bab 5 dan 6. Penulisan sejarah dalam sosiologi dan psikologi sosial,
seperti karya Mead (¡934), menghubungkan bagaimana manusia mengkontruksi
identitas pribadinya ke dalam sebuah 'diri‟ melalui interaksi antara pikirannya,
yang mengandung pola pikir rasional dan reaksi emosionalnya, dengan dunia sosial
eksternal yang mereka alami.

“Praktik-praktik kekuatan, naratif dan praktik solusi semuanya
bersandar pada dan ataua menggabung konstruksi sosial dengan pola
pikir postmodernisme dengan psikologi sosial”
Pekerjaan sosial telah menyadari akan adanya psikologi sosial, konstruksi sosial
dan postmodernisme, namun itu semua hanya memiliki dampak yang kecil sampai
dengan prespektif kekuatan, naratif dan teori solusi ditafsirkan dalam cara yang
baru mempengaruhi orang lain, dan dampak faktor- faktor sosial seperti stigma,
stereotip dan ideologi pada tingkah laku dalam kelompok.
a. Psikologi sosial dalam pekerjaan sosial
Studi psikologi sosial mempelajari bagaimana individu secara terus-menerus
berinteraksi

dalam

kelompok-kelompok

sosial

yang

mereka

ikuti,

sebagaimana halnya hubungan-hubungan di dalam dan antar kelompok,
membantu menciptakan dan memelihara identitas sosial manusia. Hal ini
meliputi gagasan mengenai bagaimana orang bertingkah laku sehubungan
dengan, dan oleh karena itu mempengaruhi orang lain, dan dampak faktorfaktor sosial seperti stigma, stereotip dan ideologi pada tingkah laku dalam
kelompok.
Oleh sebab itu, psikologi sosial mempertimbangkan efek komunikasi, dan

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

9|Page

karenanya bahasa dan ucapan, pada interaksi sosial. „Studi komunikasi‟
meneliti penggunaan bahasa dan simbol lainnya dalam komunikasi antara
manusia sebagai individu, dalam kelompok dan lebih luas dalam organisasi
dan kolektivitas sosial (Adler et al., 2011). Para pekerja sosial menggunakan
bahasa untuk mempengaruhi para klien, yang berarti bahwa proses
komunikasi yang mereka lakukan memberikan kekuatan kepada para klien;
selain itu, penelitian dan studi mengenai komunikasi dapat membantu praktisi
memahami

tentang

bagaimana

mereka

bisa

menggunakan

pola-pola

komunikasi secara efektif. Thompson (201lb) menegaskan pentingnya bahasa
sebagai sebuah aspek budaya. Dia menjelaskan bagaimana orang-orang
menggunakan

bahasa

dalam

komunikasi

yang

berisi

simbol-simbol

budayanya, dan dia juga menjelaskan mengenai komunikasi yang buruk
antara orang yang memiliki budaya yang berbeda bisa membuat sulit
dilaksanakannya praktik pekerjaan sosial
Teori peran mengeksplorasi terciptanya peran sebagai proses mengkontruksi
sebuah tempat untuk melakukan hubungan-hubungan sosial (Lyon, 1993).
Teori peran fungsional struktural menganggap bahwa manusia menduduki
berbagai posisi dalam struktur sosial. Tiap posisi terkait dengan suatu peran,
dan peran merupakan serangkaian harapan atau tingkah laku yang
dihubungkan dengan posisi ini dalam struktur sosial. Bagaimana kita melihat
peran kita mempengaruhi kualitas kita dalam mengelola perubahan. Teori
peran dramaturgis (Goffman, 1968) melihat peran sebagai sebuah upaya
memenuhi harapan-harapan sosial yang melekat pada sebuah status sosial.
Manusia mengambil tanda- tanda pada orang lain dalam interaksi sosial, dan
kita mempengaruhi pandangan orang lain terhadap kita dengan mengelola
informasi yang kita terima dari mereka, melalui penampilan-penampilan.
b. Gagasan Konstruksi Sosial
Dampak konstruksi sosial dan gagasan- gagasan postmodernisme di tahun
1990-an memiliki peran penting dalam memperluas penggunaan ide- ide
pekerjaan

sosial

dari

psikologi

sosial.

Gagasan

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

konstruksi

sosial
10 | P a g e

mengusulkan agar orang belajar memahami dunia di sekitar mereka, karena
mereka

mengalami

budaya

dan

sejarah

masyarakatnya

dengan

mengembangkan pemahaman serta penaisiran-penafsiran mengenai dunia
yang mempengaruhi mereka. Oleh karena itu, pola-pola hubungan sosial
menciptakan harapan- harapan sosial mengenai bagaimana manusia
sebaiknya bertingkah laku dalam seting-seting sosial yang berbeda. Banyak
praktisi menganggap teori ini menarik karena menawarkan kemungkinan
Penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara konstruksi sosial dan
konstruksi individual mengenai dunia. Teori konstruksi personal dari Kelly
(1955) menyatakan bahwa tiap individu mengelola tingkah lakunya
berdasarkan „konstruksi‟ atau gambaran situasi dalam pikiran mereka. Setiap
orang mengkonstruksi peristiwa-peristiwa secara berbeda-beda. Oleh karena
itu, dengan melihat dan mengubah konstruk-konstruk manusia, kita
mungkin dapat membantu mengubah tingkah laku mereka mencapai
perubahan-perubahan dalam tingkah laku dengan mengubah struktur sosial
di sekitar klien, dan yang lebih penting lagi, dengan mengubah persepsi serta
interaksi-interaksi mengenai harapan-harapan sosial.
Secara tegas, kemudian teori konstruktivis menjelaskan bagaimana kita
memproses realita di sekitar kita melalui persepsi, cara otak bekerja dan
pemikiran rasional kita. Teori konstruksi psikologi sosial, di lain pihak,
adalah bagaimana kita menggunakan bahasa dalam interaksi kita dengan
orang lain untuk menciptakan sebuah pemahaman bersama mengenai realita.
Tiga area teori konstruksi sosial yang penting bagi pekerjaan sosial (Payne,
1999a):
konstruksi sosial realita
pembuatan klaim dalam formasi masalah- masalah sosial;
pekerjaan sosiologis dalam kategori sosial dan perbedaan sosial
Konstruksi sosial realita yang kita temui dalam Bab 1 menunjukkan bagaimana
konstruksi sosial berkontribusi pada pembagian manusia ke dalam kelompok
sosial dan masyarakat. Dalam cara ini, gagasan sosial disebarkan secara luas

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

11 | P a g e

sehingga menjadi realita bagi para partisipan dalam masyarakat itu. Masalah
sosial timbul ketika sebuah kelompok sosial berhasil membuat sebuah
pernyataan

tentang

sebuah

isu

sosial

yang

problematik,

terutama

menggunakan media massa, serta membutuhkan tindakan sosial dan politik.
Argumennya adalah bahwa masalah-masalah sosial tidak dari aslinya
problematik;

namun,

status

problematiknya

diciptakan

sendiri

oleh

„pembuatan klaim‟.
c. Modernisme dan postmodernisme dalam pekerjaan sosial
Pekerjaan sosial sering kali dianggap sebagai modernis sebab mewakili
gagasan humanistik universal dan tak terbatas waktu, sehingga manusia
dalam sebuah masyarakat yang tertata baik memiliki tanggung jawab atas
sesamanya. Metode- metode pekerjaan sosial selalu menganggap, sekali lagi
secara humanis, bahwa umat manusia bisa dan sebaiknya mengelola
kehidupan mereka dengan menggunakan pikiran rasional, dan bahwa
tindakan membantu bisa dan sebaiknya menggunakan praktik berbasis bukti
(evidence-based practice), yang mengambil pengetahuan yang diperoleh dari
metode ilmiah positivisme (Payne, 2011a). Hal ini kemudian menimbulkan
anggapan bahwa dunia bisa dikenali melalui observasi dan eksperimen.
Sebagai tambahan, pekerjaan sosial meyakini bahwa umat manusia bisa
dipahami melalui penelitian yang bersandar pada analisis rasional yang
didasarkan pada observasi eksternal (Brechin dan Sidell, 2000). Karena
modernismenya, banyak teori pekerjaan sosial mencari „grand narative, yaitu
keseluruhan

perspektif

yang

menawarkan

sebuah

strategi

untuk

mengumpulkan bukti-bukti yang akhirnya akan menjelaskan kehidupan
manusia dan pengembangan masyarakat dalam sebuah cara umum.

Postmodernisme mematahkan pandangan bahwa dunia dan umat manusia
dapat dipahami secara rasional melalui bukti yang dibangun ke dalam satu
perspektif keseluruhan mengenai masyarakat manusia. Karenanya, hal itu
mengganggu stabilitas beberapa asumsi yang telah dipegang untuk mendasari
Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

12 | P a g e

praktik pekerjaan sosial. Postmodernisme dan modernisme, bagaimanapun
juga, merupakan cara-cara pemikiran alternatif yang secara ekslusif saling
menguntungkan, karena mereka eksis secara berdampingan dan saling
berinteraksi, dan keduanya bisa mendatangkan manfaat bagi para praktisi
dalam melaksanakan pekerjaan sosial. Selain itu, pendekatan postmodernisme
pada isu sosial mencerminkan realita sebuah masyarakat yang lebih kompleks
dan bernuansa cara pandang yang lebih baik dibandingkan dengan perspektif
tunggal, yang mungkin terlalu menyederhanakan.
Postmodernisme terdiri dari dua elemen: serangkaian gagasan dan
kecenderungan sosial yang menekankan pada gagasan-gagasan tersebut
dalam hubungan sosial Postmodernisme tidak meniadakan modernisme.
Akan tetapi, postmodernisme dianggap penting karena merancang sebuah
oposisi

atau

mengatakan,

perdebatan
„Gagasan

mengenai

modernisme

gagasan
bukan

modernis.

satu-satunya

Gagasannya
cara

untuk

memandang suatu hal; - pertimbangkanlah alternatif-alternatif lain.‟ Banyak
tren sosial postmodernisme mengatakan, „Satu karakteristik masyarakat masa
kini adalah bahwa mereka terbuka untuk terlibat dalam pilihan- pilihan
daripada hanya sekedar menggantungkan diri pada sebuah asumsi sosial
tunggal‟ (Chambon dan Irving, 1994)
Postmodernisme bersifat interpretivis (Brechin dan Sidell, 2000); hal ini
menunjukkan dapat diubah oleh keputusan para peneliti dan praktisi untuk
memilih

peristiwa

alamiah

dan

sosial

untuk

mengobservasi

dan

menginvestigasi, dan juga dibiaskan oleh cara yang mereka pilih untuk
menginvestigasi dan mengelola isu yang mereka identifikasi

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

13 | P a g e

Gagasan Praktik dari Postmodernisme:
Dekonstruksi dan Wacana
Dekonstruksi dan diskursus merupakan gagasan praktik penting yang
diambil dari postmodernisme; mereka berhubungan dengan pentingnya
menafsirkan dan memahami berbagai jenis komunikasi dalam pekerjaan
sosial.
Dekonstruksi berasal dari seni dan sastra (Bertens, 1995: Bab 5). Dekonstruksi
dimulai

dari

pemahaman

mengenai

sebuah

situasi

dengan

cara

membongkarnya untuk melihat elemen-elemennya dengan lebih jelas. Lebih
daripada ini, dekonstruksi mengimplikasikan „refleksifitas diri‟. Artinya
adalah bahwa komunikasi apapun berisi sebuah pesan yang relevan dengan
sebuah situasi khusus, dan juga sebuah pesan atau analisis mengenai
bagaimana komunikasi dan analisis dilaksanakan dalam seting ini, dan juga
sebuah pesan mengenai sifat seting atau lembaga sosial di mana komunikasi
terjadi. Memahami bagaimana komunikasi dilaksanakan serta kontekskonteks institusionalnya akan memungkinkan kita mengenali aspek penting
hubungan sosial, khususnya penggunaan kekuatan antara kelompok sosial
yang berbeda. Komunikasi penting karena dekonstruksi bekerja dengan cara
melihat bagaimana orang terlibat dalam penggunaan bahasa.
Sedangkan, diskursus adalah interaksi sosial, yaitu interaksi antar manusia
dan terkadang antar berbagai kelompok manusia (Fairclough, 1992). Interaksi
ini diungkapkan dalam bahasa yang memungkinkan manusia mampu
membangun pemahaman bersama mengenai makna setiap bentuk tingkah
laku dalam kelompok sosial dan masyarakat. Jadi manusia memahami apa
arti menghadapi kematian, karena orang lain menjelaskannya kepada
mereka, atau karena mereka melihat program liputan dalam televisi, atau
karena mereka benar-benar mengalami hal itu terjadi kepada orang lain.
Bahasa yang digunakan dalam setiap diskursus penting, dan mungkin juga
meliputi tindakan, diskusi dan penulisan, karena arti ditunjukkan oleh apa

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

14 | P a g e

yang orang lakukan dan apa yang mereka katakan atau tuliskan. Sebagai
contoh, orang tua yang sedang berbicara tentang kematian kerabatnya
seringkali diam ketika anak-anaknya memasuki ruangan; anak- anak
mendapatkan sebuah gambaran mengenai apa yang sedang terjadi dari
tingkah laku ini, namun mereka mungkin menafsirkan orang tua mereka
secara tidak tepat. Anak mungkin mulai berpikir bahwa mereka harus
disalahkan atas kematian kerabat, umpamanya terlalu ribut ketika Lemhat
sedang sakit di rumah.
Gagasan diskursus membolehkan kita untuk membangun interaksi tertentu
dan mempertanyakan tentang konstruksi sosial terkait dengan hubungan
kekuasaan yang diwakili di dalamnya. Ketika saya berbicara secara terbuka
mengenai proses meninggal dengan seorang klien yang sedang sekarat, saya
menunjukkan sebuah posisi dalam diskursus budaya mengenai keterbukaan.
Klien mungkin selanjutnya berbicara dengan seorang kerabat yang tidak
suka mengungkapkan emosi mengenai kedaan sekarat. Jika klien kemudian
berbicara kepada orang ketiga yang tidak berhubungan dengan keluarganya,
mereka mungkin memilih salah satu posisi—keterbukaan atau kehatihatian—atau beberapa kompromi.
Bourdieu (1977) menegaskan pentingnya modal yang dipegang oleh individu
dan kelompok dalam bidang keterampilan mereka (Smith, 2001: 137-9). Ini
memberikan mereka kekuatan—kapasitas untuk mempengaruhi lapangan di
mana mereka terlibat. sosial. Modal sosial merupakan kekuatan yang kita
peroleh dengan cara memiliki jaringan hubungan yang luas dan mendukung.
Modal ekonomi merupakan akumulasi sumber daya yang memberikan
manusia dan kelompok suatu kekuatan finansial untuk mempunyai
pengaruh. Modal budaya merupakan kapasitas untuk memahami dan
menafsirkan dunia di sekitar kita dalam cara yang kompleks. Manusia
memiliki pengaruh jika mereka memiliki gagasan yang aman dan mudah
dipahami mengenai cara menafsirkan dunia, seperti yang ditawarkan oleh
integrasi dalam sebuah profesi seperti pekerjaan. Ilmu pengetahuan sosial

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

15 | P a g e

sering kali berfokus pada modal ekonomi, namun postmodernisme
menyarankan bahwa modal budaya dan sosial untuk seseorang bisa sama
pentingnya dengan memberikan kesempatan untuk memperoleh kekuasaan
atas lingkungannya.

Keterkaitan
Perspektif yang berfokus pada kekuatan, naratif dan solusi dalam pekerjaan
sosial menciptakan hubungan penting antara model praktik psikologis teraputik
dan teori konstruksi sosial postmodernisme, yang kemudian terkait dan telah
mempengaruhi gagasan kritis dan feminisme. Mereka mempertahankan tren dalam
psikologi dan psikoterapi terkini, sebagaimana halnya dalam prinsip nilai pekerjaan
sosial (lihat tabel Shared Values), untuk mendefinisikan dan dipakai dalam
beberapa prilaku khusus; bagaimanapun juga, mereka mengubah fokus dalam CBT
dan praktik berbasis tugas (task-centered practice), dari mencari prilaku bermasalah
ke arah mencari prilaku spesifik di masa depan. Sebagai hasilnya, orang yang
menyukai spesifikasi CBT sering kali tetap nyaman dengan praktik yang berfokus
pada naratif, solusi dan kekuatan, meskipun memasukkan teknik yang lebih
fleksibel dan interprétatif. Sebagian alasannya adalah bahwa penelitian mengenai
praktik berfokus solusi berasal dari sebuah penelitian psikologis, yang melihat
keberhasilan model dalam mencapai perubahan tingkah laku individu. Alasan lain
adalah bahwa gagasan-gagasan yang lebih interprétatif namun tetap menghargai
pemikiran CBT dapat dijadikan penambahan yang bermanfaat untuk pilihanpilihan praktik yang ada dalam CBT.
Dengan memasukkan gagasan konstruksi sosial, gagasan kekuatan, naratif
dan solusi menawarkan sebuah dimensi praktik penting bagi teori kritis dan feminis
karena menawarkan teknik praktik spesifik yang bisa digunakan dalam metode
dialog yang lebih setara yang digunakan dalam bentuk-bentuk praktik ini.

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

16 | P a g e

Politik Praktik Naratif, Solusi dan Kekuatan
Payne merangkum analisis Myer (2008: Bab 3) mengenai perbedaan antara
teori-teori pekerjaan sosial berfokus solusi dan tradisional

Tabel Myer Perbedaan Pekerjaan Sosial Fokus Solusi vs. Tadisional

Praktik Berfokus Solusi

Praktik Tradisional

Menerima pengalaman manusia

Menginvestigasi kebenaran

Mencari solusi

Memahami penyebab-penyebab atau
sumber masalah

Fokus pada kompetensi

Fokus pada masalah yang orang alami

Fokus pada apa yang orang ingin
bicarakan
Fokus pada tingkah laku daripada
emosi
Menghindari diagnosis, kategorisasi
dan patologi
Menunjukkan ketidakyakinan dengan
rasa hormat
Menghindari menyalahkan dan fokus
pada atributPraktisi merupakan ahli pada teknik
dan proses

Fokus pada isu-isu masa lampau yang
bisa diteorikan sebagai relevan
Fokus pada emosi yang dihubungkan
dengan peristiwa-peristiwa masa lalu
Menganalisis masalah-masalah yang
diteorikan sebagai penting
Menarik kesimpulan berdasarkan pada
penjelasan-penjelasan teoretis
Membuat asumsi-asumsi normatif
mengenai tingkah laku yang tepat
Praktisi melogiskan dan 'memecahkan'
masalah

Isu Nilai
Payne menyatakan bahwa terdapat dua isu nilai pada para praktisi. Pertama,
dalam peran tatanan sosialnya, profesi pekerjaan sosial diharapkan memperkuat
harapan-harapan moral yang dapat diterima klien (Payne, 1999b). Isu kedua adalah
bahwa respon moral terhadap hal ini mungkin berupa penolakan untuk
menyalahkan orang ketika mereka tidak memiliki tanggung jawab serta bertindak
untuk memperbaiki situasi.
Beberapa penulis menyatakan bahwa karena itu pemikiran postmodernisme
mewajibkan relativisme moral dan politik, yang berargumentasi bahwa tidak ada

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

17 | P a g e

sesuatu yang bisa diketahui atau akhirnya disetujui. Namun itu tidak benar:
postmodernisme meminta kita mencari dan menguji cara-cara alternatif dari melihat
apa yang kita pikir kita tahu dan apa yang kita harapkan. Melihat berbagai
kemungkinan alternatif membuat kita menguji seberapa lengkap pemahaman kita.
Selain itu, di mana kita menemukan penjelasan-penjelasan alternatif, disitulah kita
diundang untuk mencari pemahaman yang lebih lengkap yang mengijinkan kita
melihat bagaimana beberapa alternatif itu mungkin benar (Fawcett, 2009)
Dibandingkan

menolak

tatanan

dan

struktur

sosial

postmodernisme

menerimn bahwa tatanan sosial adalah sesuatu yang dianggap penting dan
diperlukan, namun pendekatan ini juga meminta agar kita lebih memahami
kompleksitas dan implikasi dari tatanan dan struktur sosial yang ada ini, serta
berbagai kemungkinan alternatifnya. Para pekerja sosial perlu meneliti posisi-posisi
berbeda mengenai tatanan sosial yang ada serta mengerti bahwa tatanan sosial
berubah untuk membantu para klien mereka dalam menghadapi kompleksitas
situasi dengan berbagai sikap saling bertentangan yang harus dicari solusinya. Jadi,
penting bagi para pekerja sosial untuk mengeksplorasi perdebatan dan diskursus
mengenai

isu-isu

penting

dalam

masyarakat,

contohnya

peran

keluarga.

Pengamatan, terhadap perdebatan-perdebatan ini memungkinkan para praktisi
untuk dapat memahami siapa yang memiliki kekuasaan dan pengaruh dalam
diskursus itu, baik pada masyarakat maupun individu-individu dan anggota
keluarga yang sedang ditangani

Kesimpulan
Gagasan tentang kekuatan, naratif dan solusi membentuk sebuah perspektif
yang khas dalam praktik, serta mengajukan beberapa teknik spesifik. Semua itu
telah digunakan pada semua jenis klien yang pernah ditangani para praktisi; selain
itu, juga telah ada penelitian-penelitian mengenai praktik berfokus solusi dan
kekuatan-kekuatan yang digunakan dalam manajemen pelayanan. Meskipun
demikian, terdapat beberapa kritik mengenai hal ini yang dianggap terlalu optimis
dalam mengharapkan model-model psikologis tersebut bisa berdampak di mana

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

18 | P a g e

terjadi kesulitan-kesulitan yang sangat parah dan pengucilan sosial dalam
masyarakat sekitar.
Perspektif-perspektif ini membutuhkan sebuah fokus pada apa yang
didambakan klien sebagai hasil-hasil positif yang ingin dicapai. Oleh karena itu,
pendekatan ini sangat terkait dengan prinsip nilai-nilai dalam Gambar i.7 dan juga
penelitian dan aspirasi dalam pekerjaan sosial yang menegaskan mengenai
pentingnya klien untuk mampu memegang kendali atas hasil-hasil yang ingin
mereka capai. Praktisi diwajibkan agar dapat memelihara fokus pelayannya pada
hal-hal yang bersifat positif dan yang didambakan klien, daripada mencari-cari
permasalahan dan kekurangan klien.
Dalam hal ini ini, perspektif tersebut lebih menyerupai model-model
disabilitas sosial dan kewarganegaraan, daripada model yang berfokus pada
pemecahan masalah. Karena semua ini diambil dari teori konstruksi sosial
postmodernisme, perspektif-perspektif ini menerima bahwa manusia bisa berubah
jika pemahaman mereka mengenai pengalaman sosial berubah. Terdapat sebuah
kritik mengenai perspektif ini yang dianggap tidak mengakui adanya tanggung
jawab pekerjaan sosial untuk memelihara tatanan sosial dan mencapai tujuantujuan sosial yang dimandatkan, seperti mengubah tingkah laku kriminal atau
mengeluarkan pasien tidak mampu dari rumah sakit mahal dan mencari fasilitas
masyarakat yang lebih ekonomis.
Meskipun, pekerjaan sosial bertujuan untuk mencapai tujuan sosial ini
melalui sebuah praktik yang menghormati tujuan-tujuan para klien dan mengakui
perlunya melibatkan manusia dalam menciptakan perubahan bagi mereka sendiri
dan memasukkan tujuan mereka dalam hasil-hasil sosial yang lebih luas.
Menghabiskan lebih banyak waktu dalam mengelola pekerjaan untuk melibatkan
para klien secara baik dan penuh hormat akan memungkinkan mereka memakai
kekuatan-kekuatannya, daripada hanya sekedar menghibur mereka karena harus
mengejar target-target pelayanan. Sehubungan dengan itu, maka gambarangambaran praktik penting dalam perspektif ini, meliputi:

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

19 | P a g e

Mengambil dari naratif orang itu sendiri untuk memasukkan pemahamannya
mengenai kehidupan mereka serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
praktik;
Mempertahankan sebuah fokus positif pada hasil-hasil yang diinginkan;
Menggunakan teknik-teknik yang memelihara tujuan-tujuan positif dan
diinginkan para klien;
Bekerja mengidentifikasi kekuatan-kekuatan personal dan memampukan
relung-relung sosial dalam kehidupan para klien;
Mengidentifikasi

pengecualian-pengecualian

positif

untuk

pola-pola

kehidupan yang orang mampu perkuat untuk mengembangkan kekuatankekuatan mereka;
Memacu klien untuk menciptakan solusi sendiri dengan meminta mereka
mengamati keberhasilan-keberhasilan dalam kehidupannya;
Memelihara dorongan dengan bekerja secara aktif bersama klien dalam
setiap sesi untuk mengidentifikasi solusi-solusi serta kekuatan, dan
merancang tugas-tugas yang diarahkan pada tujuan-tujuan bermanfaat yang
diharapkan.

REFERENCES

Payne, Malcom (2014). Modern Social Work Theory. 4th Edition. Chicago: Lyceum
Books, Inc.
Roberts, Albert R dan Gilbert J. Greene (2009). Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1.
Jakarta: Gunung Mulia.

Modern Social Work Theory: Chapter nine, Malcolm Payne (2014)_suyutimarzuki@gmail.com

20 | P a g e