EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE T

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE
TAHFIZH QUR’AN TEMATIK (TQT)
(STUDI KASUS DI BAIT AL-HIKMAH MALANG)
Farida Nurrafidah
Imam Hambali
M. Ihsom Ihsan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UM, E-mail:
faridanurrafidah28@gmail.com
Imam Hambali dan M. Ishom Jurusan PLS FIP UM,
Jl. Semarang 5 Malang 65145
e-mail: jurusan_pls@fip.um.ac.id
ABSTRACT: Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) is method to
memorizing Al-Qur’an with the important purpose to memorize
and understand text (ayat) that based on themes or story inside
of Al-Qur’an. The purpose of the research is to know and describe
about learning effectively with TQT method in Bait Al-Hikmah.
This research has used for founder, tutor, organizer, and other
researcher. It made with qualitative approach (goal free
evaluation). Subjects of research were taken by founder and
three tutors. Data were collected with observation, interview, and
documentation. It is analyzed with Miles and Hubberman

qualitative method; the validity were checked by credibility,
triangulation tehnique, and member check. Result showed that
TQT learning is an effective method, it has represented from: (a)
learning process has focused on guidance memorize (talqin) from
student to other students, so students be able to fast learning by
the keywords, (b) the process needstwice a week to learn,
usually with us 90 minutes in each time,has been faster than
traditional method, (c) active, innovative and fun learning made
students enthusiastic, (d) in addition, the proponents learning
such as book, method, and fun learning could support to
memorize and understand of text.
KEYWORD: Learning, method, Tahfizh Qur’an Tematik (TQT)
ABSTRAK. Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) merupakan metode
menghafal Al-Qur’an bertujuan mengutamakan hafalan dan
pemahaman ayat yang didasarkan pada tema atau kisah didalam

Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendiskripsikan tentang keefektifan pembelajaran dengan
menerapkan metode Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) di Bait AlHikmah. Pembelajaran TQT dikatakan efektif apabila siswa dapat
menghafalkan ayat dan memahami kata kunci seusai kegiatan

pembelajaran. Penelitian ini dapat berguna bagi penggagas,
tutor, pengelola, dan bagi peneliti lain. Penelitian ini
menggunakan mendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
evaluatif (Goal Free Evaluation). Subjek penelitian ini adalah 4
informan yang merupakan penggagas dan 3 tutor. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model
analisis data kualitatif Miles dan Hubberman. Pengecekan
keabsahan temuan dilakukan dengan kriteria kepercayaan
(credibility) dengan teknik pemeriksaan trianggulasi data dan
member chek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan metode TQT ini efektif yang tercermin
pada: (a) proses pembelajaran lebih terfokus pada gaya belajar
auditorimelalui penuntunan hafalan (talqin) dari satu siswa ke
siswa lain secara bersambung dilanjutkan dengan pemahaman
kata kunci dari masing-masing ayat sehingga siswa lebih cepat
hafal dan faham, (b) kecepatan menghafal dan memahami pada
siswa dengan waktu singkat yaitu 2 kali pertemuan dalam satu
minggu dan pada masing-masing pertemuan selama 90 menit,
(c) pembelajaran aktif, inovatif dan menyenangkan sehingga

siswa tidak merasa terbebani, (d) sedangkan pendukung
pembelajaran metode TQT ini dimulai dari yang mudah, yang
disenangi, materi yang sesuai dengan perkembangan siswa serta
didukung dengan metode dan teknik pembelajaran yang
menyenangkan sehingga dapat mendukung hafalan dan
pemahaman ayat.
Kata kunci: pembelajaran, metode, dan Tahfizh Qur’an Tematik
(TQT).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
pasal 1 ayat 32 menyebutkan “kelompok belajar adalah satuan
pendidikan nonformal yang terdiri atas sekumpulan warga
masyarakat yang saling membelajarkan pengalaman dan
kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf
hidupnya”. Diselenggarakannya pendidikan nonformal
diperuntukkan melayani kebutuhan belajar bagi masyarakat yang

tidak dapat dilayani oleh pendidikan formal yaitu pembelajaran
Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) yang merupakan salah satu
pembelajaran Al-Qur’an berdasarkan tematik. Lailatul Fithriyah

(2016) menuliskan dalam modul TQT bahwa “TQT merupakan
metode menghafalkan Al-Qur’an dengan terlebih dahulu
mengumpulkan ayat-ayat yang terserak dalam banyak surat dan
juz untuk dirumuskan dalam satu tema khusus yang kemudian
disampaikan dengan mengkombinasikan berbagai teori
pendidikan”.
Suprijono (2015: xi) bahwa “efektifitas pembelajaran merujuk
pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen
pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran efektif mencangkup keseluruhan
tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun
sosial. Pembelajaran efektif memudahkan belajar sesuatu yang
bermanfaat”. Artinya, aspek-aspek yang berpengaruh pada
proses pembelajaran diorganisir secara jelas yang kemudian di
laksanakan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang
nantinya dapat diukur dengan berpedoman pada tujuan yang
telah ditentukan diawal. Sedangkan pembelajaran efektif
mencangkup keseluruhan tujuan pembelajaran yang
direncanakan telah tercapai sesuai dengan hasil yang telah di
targetkan sebelumnya, baik dari segi pembelajaran maupun

pada output pembelajaran yang berupa hafalan, pemahaman,
kecepatan dan rasa nyaman pada siswa.
Dalam artikel yang ditulis oleh Lailatul Fithriyah (2016)
pada modul Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) yaitu ”TQT adalah
metode menghafal Al-Qur’an dengan terlebih dahulu
mengumpulkan ayat-ayat yang terserak dalam banyak surat dan
juzuntuk dirumuskan dalam satu tema khusus. Tema-tema yang
dipilihkan untuk pembelajaran TQT ini adalah tentang kisah nabi,
kisah orang-orang sholeh, kisah binatang, kejadian alam, hingga

sains dan teknologi.” Hal ini dimaksudkan agar ayat-ayat yang
dihafalkan lebih dekat dengan dunia anak sehingga mudah
difahami dan diingat.
Hal tersebut didukung dengan pengertian Pendidikan Luar
Sekolah (PLS) atau yang biasa dikenal dengan nama pendidikan
nonformal dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal 26 ayat 1 berbunyi jalur pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pada

ayat 4 disebutkan bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri
atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
TQT merupakan salah satu bagian dari metode
pembelajaran PLS yang termasuk pendidikan nonformal yang
kegiatannya belajarnya berupa kelompok belajar menghafal AlQur’ansecara tematik dengan sasaran anak-anak usia sekolah
dasar yang dibatasi pada usia 8 sampai 12 tahun. Dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal
1ayat 32 menyebutkan bahwa “kelompok belajar adalah satuan
pendidikan nonformal yang terdiri atas sekumpulan warga
masyarakat yang saling membelajarkan pengalaman dan
kemampun dalam rangka menigkatkan mutu dan taraf
kehidupannya.” Adanya pembelajaran TQT ini sebagai wujud
memenuhi kebutuhan pendidikan yang belum mampu dipenuhi
dilembaga formal.
METODE
Sebagai penunjang penelitian “Efektivitas Pembelajaran
dengan Metode Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) Studikasus di Bait

Al-Hikmah Malang”, maka peneliti melampirkan hasil penelitian

terdahulu sebagai berikut: Penelitian oleh Tsaniya Nur Diyana dan
Eka Imbia Agus Diartika yang dituliskan dalam bentuk Karya Tulis
Ilmian Al-Qur’an dengan judul “Tahfizh Qur’an Tematik (TQT):
Metode Menghafal Al-Qur’an Berdasarkan Tema dengan
Pendekatan Multiple Intelligences”. Hasil penelitian menyatakan
adanya kelebihan pada metode TQT padahappy danenjoy
learning, lebih melekat pada ingatan jangka panjang (long term
memory) anak, mudah faham kandungan makna Al-Qur’an,
dialog dan memasukkan pesan moral, mengenalkan kosa kata
Bahasa Arab sederhana, serta menggugah minat siswa dalam
menghafal Al-Qur’an.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan evaluatif evaluasi Goal Free Evaluation (evaluasi
bebas tujuan)untuk mengurangi bias dan menambah
objektivitas. Adapun ciri-ciri evaluasi bebas tujuan berupa: (1)
evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan
program; (2) tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak
dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi; (3) berfokus pada

hasil yang sebenarnya dan bukan pada hasil yang direncanakan;
(4) menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tak
diramalkan. Evaluasi bebas tujuan ini dirasa cocok diterapkan
dalam menentukan tingkat keefektifan metode tersebut sebab
peneliti mengukur apakah pembelajaran TQT telah sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Peneliti mengumpulkan data pada siswa kelas 1 (siswa
baru) berupa data lisan, gambar, dokumentasi dan pengamatan
perilaku. Semua kegiatan mulai pengumpulan data sampai
dengan penyusunan hasil dilakukan oleh peneliti sebagai
instrumen dalam penelitian dan pengumpul data utama yang
tidak boleh ditinggalkan. Lokasi penelitian ini adalah di Bait AlHikmah Malang yang beralamatkan di Jalan Tirto Taruno gang IX
No. 28 Landungsari, Malang. Sumber data primer yang diperoleh

dari hasil yang dikumpulkan yang dapat memberikan informasi
termasuk data-data wawancara dan observasi yang dilakukan
secara berkala. Sumber data sekunder atau pendukung
merupakan sumber data yang menunjang data yang diperoleh
dari sumber data utama. Sumber data pendukung ini diperoleh
dari dokumen berupa foto-foto kegiatan pembelajaran, video

tutorial pembelajaran, tulisan yang berupa materi pembelajaran
yang masih berserak, modul pembelajarandan catatan lain
yangmenunjang data penelitian.
Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti berlangsung
selama proses pengumpulan data dan dilanjutkan setelah
pengumpulan data selama periode tertentu sampai datanya
dianggap kredible.
Ada 3 langkah yang dilakukan dalam proses analisis data,
yaitu reduksi, display data dan verifikasi data. 1) Reduksi data
merupakan kegiatan memilih data yang sedang dibutuhkan. Data
yang direduksi merupakan keseluruhan data yang telah diambil
di lapangan, baik dari kegiatan observasi, wawancara, catatan
lapangan, ataupun dari data-data lain yang mendukung
penggalian data. Reduksi data harus disesuaikan dengan fokus
penelitian dan bisa dilakukan mulai saat kegiatan pengumpulan
data dilapangan. 2) Display data merupakan hasil dari reduksi
data yang telah diorganisir menjadi sebuah penarikan
kesimpulan. Display data ini dapat dituliskan menjadi sebuah
ringkasan terstruktur, matriks, diagram maupun sketsa. 3)
Verifikasi data merupakan kegiatan menarik makna dari data

yang telah ditampilkan. Verifikasi data dapat dilakukan dengan
cara membandingkan, membuat pola, mengelompokkan,
menelaah kasus dan memeriksa sesuai dengan responden.
Verifikasi data ini dilakukan untuk memastikan data yang telah
disajikan sesuai dengan hasil penelitian atau masih ada hal yang
perlu mendapat perbaikan.

Adapun uji validitas yang gunakaan peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Uji Kredibilitas,
dipergunakan untuk membuktikan bahwa data atau informasi
yang diperoleh selama dilapangan benar dan untuk menjamin
keabsahan data tersebut. Kedibilitas diartikan sebagai
kesesuaian atau kepercayaan. 2) Uji Dependabilitas, dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Hal itu dilakukan peneliti agar dapat dipertahankan dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah melalui uji keakuratan
data, maka peneliti akan melibatkan berbagai pihak dalam
penelitian ini terutama konsultasi dengan dosen pembimbing
tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan. 3) Uji
Konfirmabilitas, peneliti memastikan data yang telah diperoleh benar-benar

sesuai sekalipun data yag diperoleh dilakukan secara bertahap. 4)Uji
Transferbilitas, peneliti membuat laporan penelitian dengan memberikan
uraian secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
HASIL
Pembelajaran Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) merupakan
sebuah proses pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang
didalamnya melibatkan interaksi antara guru/tutor dengan objek
belajar. TQT merupakan proses transfer of knowledge
berupahafalan dan pemahaman Al-Qur’an secara tematik dengan
melibatkan berbagai metode, media, yang berdampak pada
aspek pengetahuan, perilaku, sikap dan keterampilan siswa.
Pembelajaran Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) merupakan sebuah
proses pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang didalamnya
melibatkan interaksi antara guru/tutor dengan objek belajar. TQT
merupakan proses transfer of knowledge berupahafalan dan
pemahaman Al-Qur’an secara tematik dengan melibatkan
berbagai metode, media, yang berdampak pada aspek
pengetahuan, perilaku, sikap dan keterampilan siswa. tema yang
digunakan sebagai pembelajaran TQT ini berupa tema Nabi

Yunus, tema Ashabul Kahfi, tema Dzulqornain dan tema-tema lain
yang bersumber dari Al-Qur’an. Adapun TQT ini diadopsi dari
tafsir Maudlhu’i(tafsir tematik). Tahfizh (hafalan) tematik dirasa
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa untuk mengembangkan
potensi yang ada pada diri siswa dan mengembangkan
keterampilan yang ada pada diri siswa. Pembelajaran TQT ini
ditekankan pada gaya belajar auditori sebab pembelajaran inti
untuk memudahkan siswa hafalan adalah berkonsentrasi
terhadap tuntunan (talqin) kata yang disampaikan oleh tutor
kemudian disambungkan antara siswa satu dengan siswa yang
lainnya. Oleh sebab itu, gaya belajar siswa dapat mempengaruhi
kualitas dan kecepatan hafalan siswa. Disamping itu , dalam
pembelajaran TQT ini perlu adanya tutor yang memiliki
kompetensi, bersifat profesional dengan kualifikasi akademik
yang layak sehingga tidak hanya berperan untuk menyampaikan
materi pembelajaran, namun juga dapat menempatkan dirinya
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Hal lain intensitas
pembelajaran memiliki peran penting dalam keberhasilan
pembelajaran. Bedasarkan intensitas pembelajaran yang
terbatas yaitu dua kali pertemuan dalam satu minggu dengan
durasi 90 menit pada masing-masing pertemuan, maka
ketercapaian tujuan pembelajaran pada sisi hafalan dan
pemahaman ini menjadi hal istimewa bagi metode TQT. Adapun
media pembelajaran diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran seperti saat penayangan video pengantar kisah
diawal pembelajaran, alat peraga sebagai media untuk
mendukung simulasi, dan media-media lainnya yang difungsikan
sebagai penunjang pembelajaran. Dalam ranah pendidikan,
penggunaan bahasa tubuh diyakini dapat membantu
mempermudah pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran
TQT pada saat talqin (penuntunan hafalan), tutor juga
menggunakan gerakan tangan dan bahasa tubuh lainnya untuk

memudahkan siswa dalam memahami hafalan ayat dan cerita.
Seperti saat tutor menyebutkan kata “abaqo” yang berarti
“berlari”, tutor sambil menggerakkan tangannya untuk
menunjukkan bahwa kata tersebut berarti berlari.
Penelitian ini terfokus pada pembelajaran kisah Dzulqornain
yang terdapat pada Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 83 sampai ayat
98. Output pembelajaran pada tema Dzulqornain ini siswa
mampu menghafal dan memahami maksud ayatyang
disampaikan dalam kata kunci sesuai dengan kurikulum
pembelajaran. Output hafalan tema Dzulqornain ini masingmasing siswa berbeda, sebab partisipasi, motivasi diri,
kemampuan, dan keterlibatan orang tua berbeda-beda. Hal ini
dapat dinilai melalui setoran hafalan, muroja’ah diawal
pembelajaran, muroja’ah diakhir pembelajaran, dan pada saat
evaluasi pembelajaran yang disampaikan melalui tebakan kata
kunci.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil dari penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan
bahwa dalam pembelajaran Tahfizh Qur’an Tematik (TQT) terbagi
menjadi 3 sub, yaitu input pembelajaran, proses pembelajaran dan output
pembelajaran. Input pembelajaran yang sangat mendukung efektifitas
pembelajaran adalah motivasi belajar pada diri siswa, sedangkan proses
pembelajaran yang sangat berpengaruh terletak pada partisipasi siswa dalam
proses penuntunan hafalan (talqin) sehingga output pembelajaran dapat
menunjukkan keseuaian anatara tujuan dan hasil pembelajaran. Keefektifan
pembelajaran tercermin pada kecepatan siswa dalam menghafalkan ayat beserta
kata kunci sehingga pada pembelajaran ini siswa seolah diajak untuk menyelami
alur tema yang sedang dibahas. Keefektivan lain berupa kesinambungan antara
hafalan dan ketercapaian lain yang didapatkan seusai mengikuti pembelajaran
TQT sehingga dengan adanya proses pembelajaran ini siswa tidak merasa
terbebani. Sedangkan pendukung pembelajaran TQT ini didasarkan pada

pemahaman kondisi siswa yaitu dimulai dari yang mudah, yang dekat, yang
disukai dengan didukung metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan
sehingga dapat mendukung pembelajaran secara efektif.
Peneliti memberikan saran terhadap Ibu Lailatul Fihtriyah
Azzakiyah, S. H. I., M. Pd. I. semangat berinovasi dalam da’wah untuk
mengembangkan TQT agar lebih baik dan dikenal khalayak yang lebih luas
sehingga termotivasi untuk segera menerbitkan buku TQT, bagi tutor semangat
dan sabar mendidik siswa-siswa TQT serta terus berinovasi untuk kegiatan TQT
yang lebih baik. Terus menjadi orang-orang yang istimewa untuk menjadi panutan
siswa-siwi TQT dan bagi siswa TQT semangat dalam tempaan untuk menjadi
hafizh-hafizhoh tematik yang luar biasa sehingga tercapai cita-citanya
memberikan mahkota buat orang tua tercinta.
DAFTAR RUJUKAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Azzakiyah, Lailatul Fithriyah. 2016. Apa itu Tahfizh Qur’an
Tematik (TQT). Malang: Selamat Pagi Creatif-Alternatif Post
Production Studio.
Azzakiyah, Lailatul Fithriyah. 2016. Modul Tahfizh Qur’an Tematik
InsyaAllah Hafal dan Faham. Malang: Rumah Inspirasi
Malang.