STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN periurban
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Desa bingin rupit yang terletak di daearah kawasan kecamatan rupit kabupaten musi
rawas utara sumatera selatan yang memiliki lahan yang di tempat tinggali masyrakat sebagai
tempat bangunan rumah,dan juga sebagai lahan pertanian serta perkebunan .kondisi lahan nya
sangat bermacam-macam mulai dari lahan kering,lahan gambut dan lahan basah.
Namun kendala serta potensi di bidang pengelolaan lahan pertanian di sana masih banyak
yang belum terdeteksi serta niat dan kemampuan untuk mengelola lahan masih kurang di minati
mengingat jumlah rata-rata masyrakat yang menempuh pendidikan masih belum seratus persen
sempurna terutama pendididikan di bidang pertanian .
Akibat dari itu semua banyak nya masalah-masalah social yang muncul mulai dari angka
kejahatan yang bertambah serta menyumbang sedikit angka penganguran . kedepan tugas kita
bersama sebagai masyrakat desa bingin rupit terutama para pemuda nya untuk terus
mengembang kan serta terus menerus menggali potensi desa kita yang tercinta ini . agar desa kita
menjadi makmur sejahtra dalam ekonomi dan mampu meyumbang masyrakat yang sehat lahir
dan batin dan menjauh kan masyarakat kita dari penyakit kesenjangan social yang terjadi di
masyrakat saat ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk merancang strategi pengembangan
potensi berbasis kearipan lokal untuk memahami dan mengenali pertanian di lingkungan Desa
Bingin Rupit kab Musi Rawas Utara .
BAB II
STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN
BERBASIS KEARIPAN LOKAL
A. Kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan
Kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan dapat ditunjukkan pada (1) sistem mata
pencaharian, (2) sistem pemilihan tempat usaha bertani, dan (3) pola usaha tani dan komditas
pilihan yang dipengaruhi oleh persepsi individual atau kelompok dalam menyikapi kondisi lahan
dan lingkungannya.
1. Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian sebagai petani lebih banyak merupakan warisan dari generasi ke
generasi. Petani di lahan kering umumnya mempunyai mata pencaharian rangkap artinya sebagai
petani dapat sekaligus sebagai peternak, peternak kambing atau kerbau, atau buruh tani.
Pilihan mata pencaharian tersebut disesuaikan dengan kondisi alam setempat sehingga
kadang-kadang sebagai individu dapat sebagai petani yang mengusahakan lahannya pada saat
musim hujan, tetapi pada waktu dan kesempatan lain dapat sebagai peternak kerbau pada saat
kondisi lahannya kering, dan juga adakalanya merantau sebagai pedagang pada saat paceklik
atau kemarau panjang
Seiring masuk nya industri perkebunan kelapa sawit di desa saya banyak lahan
perkebunan karet di alih fungsikan sebagai perkebunan kelapa sawit
masyrakat yang memilih banting setir sebagai buruh di salah satu perkebunan tersebut
pilihan tersebut muncul ketika harga hasil tanaman karet di beli dengan harga murah .banyak
masyrakat yang beputus asa untuk terus mengembangkan pertanian karet .
Tidak sedikit pula masyrakat yang memiliki perkebunan kelapa sawit milik sendiri
namun kendala dalam pengembangan nya masih kurang sehingga hasil produksi yang di dapat
kan masih belum memuaskan. .
Pilihan-pilihan pekerjaan usaha yang beragam dan luwestersebut merupakan upaya
penyesuaian terhadap alam dengan cara menghindar (escape mechanism) sebagai kebalikan dari
upaya menantang terhadap kondisi alam yang tidak menentu dan sulit dihadapi serta ketidak
berdayaan dalam menantang alam. Sistem mata pencaharian yang multi usaha di atas juga
dimasudkan untuk mempertahankan keberlanjutan dalam pemenuhan kebutuhan di daerah yang
kondisinya tidak menentu dan menghindari risiko kegagalan secara total
2. Sistem Pemilihan Tempat
Kondisi lahan kering dan gambut sangat beragam masyarakat juga memanfaatkan lahan
gambut tebal untuk usaha taninya seperti perkebunan karet dan kelapa sawit
Namun dalam pemilihan lahan atau tanah, petani setempat masih banyak yang belum
mampu sepenuh nya mengelola dan mengembangkan nya sehingga petani tidak mengetahui
tanaman apa cocok di tanam sesuai dengan lahan yang ada tsb.
Berikut saya sajikan untuk menambah sedikit pengetahuan tanaman apa yang cocok untuk di
tanam di lahan kering dan gambut :
- Lahan kering :
Tanaman karet
Tanaman pohon jeruk
Duku
Durian
Kayu jati
Rotan
Jagung
Kedelai
Umbi-imbian
Singkong dan banyak lagi..
-
Lahan gambut :
Tanaman kelapa sawit
Bayam
Buncis
Cabai
Kangkung
Sawi
Slada
Pare
Melon
Kacang panjang
3. Pola Usaha Tani dan Pilihan Komoditas
Lahan gambut mempunyai sifat rapuh (fragile), yaitu dapat berubah sewaktu-waktu
baik akibat alam seperti kekeringan, kebakaran, kebanjiran ataupun akibat pengelolaan seperti
reklamasi, drainase, pengolahan tanah, dan atau pertanian intensif.
Usaha tani di lahan gambut bersifat polyculture dan multiculture yang hakaketnya
merupakan upaya untuk menghindari kegagalan total dari usaha taninya. Namun para petani
lahan gambut dalam memilih komoditas yang dikembangkan sangat beragam karena dibatasi
pemahaman dan pengalaman.
Pemilihan komoditas dalam pengembangan di lahan gambut ini sudah sejak ratusan tahun
silam dilakukan petani tradisional. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan petani-petani pioner
dalam pengembangan kelapa, karet, kelapa sawit, lada, nenas, tebu, rambutan, cokelat, dan padi
umumnya. Tanaman-tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang tahan atau toleran dengan
kondisi rawa seperti genangan, kemasaman, salinitas, keracunan besi dan lain sebagainya.
Uraian di atas menunjukan bahwa pemanfaatan lahan gambut sangat tergantung pada
kemampuan dan pengalaman petani setempat yang tampaknya dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan kegigihan dalam pencapaian keberhasilan dalam usaha taninya.
Lahan kering ditandai dengan rendahnya curah hujan ( < 250 - 300 mm/tahun), indek
kekeringan (rasio / perbandingan antara curah hujan dan evapotranspirasi kurang dari 0.2),
variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak belukar, rerumputan dan pepohonan kecil di
daerah tertentu), suhu yang sangat tinggi (+- 49 derajat celsius pada musim panas), tekstur tanah
adalah pasir dan memiliki salinasi yang tinggi pada tanah dan air tanahnya yang diakibatkan oleh
tingginyaevaporasidaninfiltrasi.
Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga
keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabannya rendah. Lahan kering
sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon yang permanen, seperti daerah yang
terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya ditandai dengan adanya perputaran
angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis khatulistiwa dan perputaran angin yang
searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa.
Kondisi ekstrim dan tidak bersahabat yang terjadi di daerah lahan kering tersebut menyebabkan
beberapa kendala untuk membudidayakan tanaman pertanian, beberapa kendala tersebuat adalah
sebagai berikut :
-
Air sebagai faktor pembatas dalam memproduksi tanaman pertanian
Musim tanam yang sangat pendek dan hanya beberapa tanaman yang dapat
dibudidayakan
Sodium Klorida (NaCl) sebagai penyebab utama terjadinya tanah mengandung kadar
garam tinggi
Daya kapilaritas tanaman yang sangat tinggi akibat tingginya evaporasi menyebabkan
tanah mengandung kadar garam yang tinggi
Adapun beberapa solusi yang dapata diaplikasikan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada
tersebut, yakni :
-
Mencari sumber mata air alternative
Menginformasikan kondisi lahan kering dan cara penanggulangannya kepada pihak
pemerintah, swasta dan masyarakat
Menggunakan tanaman yang resisten dan sistem irigasi yang efektif dan efisien
Manajemen sumberdaya air secara terpadu
Meningkatkan sistem pemanenan air hujan
B. Kearifan lokal dalam pengelolaan lahan dan air
Pengelolaan lahan dan air di lahan kering dan gambut dalam perspektif kearifan lokal
dapat ditunjukkan pada (1) sistem penyiapan lahan dan pengolahan tanah, (2) penataan lahan, (3)
pengelolaan kesuburan tanah, dan (4) sistem pengelolaan air yang dipengaruhi oleh komoditas
tanaman yang dikembangkan dan persepsi individual atau kelompok dalam menyikapi kondisi
lahan dan lingkungannya.
1. Sistem Penyiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Penyiapan lahan oleh petani di lahan gambut dalam budiaya padi secara tradisional
menggunakan tajak sejenis parang panjang. Tajak selain sebagai alat penebas rumput juga
pemapas dan pembalik tanah permukaan se dalam 2-5 cm sehingga juga berfungsi sebagai alat
olah tanah terbatas (minimum tillage). Pekerjaan penebasan rumput atau jerami ini disebut
menajak (dari kata tajak) Gulma atau jerami yang telah ditebas kemudian dikumpulkan dibentuk
seperti bola dibiarkan terendam yang disebut memuntal (dari kata puntal).
Setelah gulma dan jerami yang berbentuk bola tampak matang lantas dicacah atau dicincang
(dipotong-potong kecil-kecil) lantas disebarkan di permukaan lahan. Pekerjaan ini disebut
menghambur (dari kata hambur). penyiapan lahan dengan pengembalian gulma dan jerami
(puntal) ini dapat menurunkan kemasaman tanah dari pH 3,0 menjadi pH 6,0. Cara tajak puntal
hambur ini juga ternyata berhasil menaikan pH tanah dari pH 3,0 sebelum penyiapan lahan
menjadi pH 5,8 sesudah penyiapan lahan. Pemapasan tanah dalam sistem penyiapan lahan
tradisional ini secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya produksi asam-asam terutama
pirit.
Seiring dengan introduksi varietas-varietas unggul (tanaman pangan), penyiapan lahan
dipandang lebih menguntungkan dengan menggunakan herbisida. Penyiapan lahan dengan
herbisida menghemat tenaga antara 5-10 HOK per hektar.
Namun demikian, penggunaan herbisida banyak dikhawatirkan akan berdampak terhadap
lingkungan hidup dan kesehatan konsumen.
2. Sistem Penataan Lahan
Penataan lahan dimaksudkan apabila petani berkeinginan melakukan penganekaragaman
tanaman (diversifikasi) seperti kelapa, karet, jeruk, rambutan atau tanaman tahunan lainnya.
Penganekaragaman tanaman ini adakalanya dilakukan karena hasil komoditas utama mata
pencahrian mulai menurun atau karena pemilikan lahan yang semakin luas dengan alasan untuk
menabung (misalnya untuk ongkos naik haji) maka sebagian lahan digunakan untuk tanaman
tahunan.
Penataan lahan dilakukan dengan membuat tukungan (awalnya disebuttongkongan) yaitu
meninggikan sebagian tanah dengan ukuran Bibit tanaman tahunan ditanam di atas tukungan.
Tinggi tukungan biasanya dibuat 5-10 cm lebih tinggi dari tinggi maksimal muka air sehingga
tanaman tidak terendam atau kebasahan. Sistem tukungan banyak sekarang diterapkan pada
tanaman perkebunan seperti kelapa sawit yang disebut dengan tapak timbun.
Cara-cara budidaya seperti sistem tukungan untuk budidaya tanaman perkebunan dan
pengelolaan lahan oleh petani lokal tradisional.
3. Sistem Pengelolaan Kesuburan Tanah
Kesuburan lahan gambut terletak pada hasil biomasa yang dihasilkannya bukan yang
terkandung dalam tanahnya.
Menurut Jaya et al. (2004) hasil biomasa yang berada di atas tanah hutan rawa gambut
berkisar antara 73-82% dari total biomasa. Biomasa dari tanaman pohon mencapai 350 sampai
905 ton per hektar.
Pertumbuhan gulma sendiri di lahan rawa sangat cepat dapat menghasilkan antara 2-3
ton bahan kering per musim per hektar. Hasil analisis jaringan terhadap berbagai gulma yang
dikomposkan menunjukkan pada purun tikus (Eleocharis dulcis) dan bura-bura (Panicum
repens), kerisan (Rhynchospora corymbosa) terkandung rata-rata 31,74% organik karbon, 1,96
% N; 0,68 % P dan 0,64 % K (Balittra, 2001). Dengan demikian maka kesuburan tanah rawa
tergantung pada masukan dalam rangka mempertahankan tahana (status) bahan organic
tanahnya. Oleh karena itu, kunci keberhasilan pemanfaatan lahan rawa juga sangat terkait dengan
pengelolaan bahan organik. Hal ini boleh jadi sudah disadari oleh para petani lokal yang
memanfaatkan gulma, rumput, dan sisa panen berupa jerami untuk dikembalikan ke dalam tanah
dalam penyiapan lahan.
4. Sistem Pengelolaan Air
Berkenaan dengan sifat dan watak tanah, apabila di lapisan bawah terdapat senyawa pirit,
maka upaya untuk mempertahankan muka air pada batas di atas lapisan pirit merupakan kunci
keberhasilan karena pirit yang apabila teroksidasi karena misalnya kekeringan atau pengatusan
yang berlebih (over drainage) maka pirit bersifat labil dan akan membebaskan sejumlah ion
hydrogen dan sulfat. Pada kondisi ini tanah menjadi sangat masam (pH 2-3) dan kelarutan Al,
Mn, dan Fe meningkat.
C. POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN YANG BERBASIS KEARIPAN
LOKAL
Melihat dari kebiasaan masyrakat serta mempelajari dari apa yang di senangi dan geluti
dalam melakukan kegiatan pertanian atau sebagai mata pencahrian bahwa mereka selalu
ingin memproduksi tanaman dengan jumlah yang banyak serta minim perlakuan
perawatan terhadap tanaman akibat nya kelangsungan tanaman dan lingkungan menjadi
dampak dari pemakaian lahan yang tidak terkontrol itu .
Berikut pengembangan beberapa komoditas tanaman yang berpotensi berbasis kearipan
local :
1. Tanaman kelapa sawit
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu jenis komoditas yang memberikan
sumbangan yang cukup besar untuk pendapatan negara. Indonesia merupakan salah satu negara
sebagai penghasil kelapa sawit yang cukup besar. Prospek budidaya kelapa sawti masih cukup
cerah karena kelapa sawit digunakan untuk berbagai produk olahan termasuk minyak kelapa
sawit yang menjadi bagian dari sembilan bahan poko masyarakat Indonesia saat ini.
Meskipun prospek perkebunan kelapa sawit masih sangat besar, persiapan dan cara
budidaya kelapa sawit perlu dilakukan secara teliti karena tanaman kelapa sawit merupakan
tanaman tahunan sehingga produksi selama puluha tahun akan sangat bergantung pada proses
awal penanaman tanaman kelapa sawit itu sendiri. Tentu saja pembibitan merupakan langkah
awal yang penting yang harus diperhatikan secara seksama.
a). Benih
Teknologi dalam pembibitan kelapa sawit sudah sangat berkembang. Di bidang
penelitian, peneliti sudah mampu membudidayakan kelapa sawit lewat kultur jaringan
yang akan mempertahankan kualitas produksi buah kelapa sawitsama persis
dengan pohon induk. Akan tetapi, teknik kultur jaringan tentu akan terlalu rumit
dilakukan oleh pekebun sehingga ada baiknya pekebun memilih sumber bibit yang lebih
mudah seperti lewat benih kelapa sawit yang disediakan oleh balai penelitian kelapa
sawit. Pekebun juga bisa menyediakan benih sendiri dengan cara mengontrol
penyerbukan bunga betina pohon induk.
b). Tips pembibitan
Setelah mendapatkan benih kelapa sawit dengan kualitas yang baik, pembibitan harus
dilakukan di lahan datar dan tidak jauh dari sumber air. Sebagai tips ntuk mempermudah
penanaman kelak, ada baiknya lokasi pembibitan terletak di tengah areal yang akan
ditanami kelapa sawit. Lahan pembibitan harus bersih dari gulma dan dilengkapi dengan
alat penyiraman, jalan, dan drainase.
c). Teknik pembibitan
Perkebun bisa menggunakan dua teknik budidaya pembibitan yakni dengan cara langsung
di polibag tanpa proses dederan dan dengan cara tidak langsung yang meliputi dua tahap
berupa tiga bulan tahap pembibitan awal atau dederan dan sembilan bulan tahap
pembibitan utama. Selama proses pembibitan, bibit perlu disiram dua kali sehari,
dipupuk, dan diseleksi untuk mendapatkan bibit yang mampu tumbuh optimal di lahan
tanam.
d). Syarat tumbuh optimal
Petani boleh saja menerapkan teknik menanam kelapa sawit tingkat tinggi yang
melibatkan berbagai teknologi maju, tetapi teknik tersebut tidak akan membawa hasil
yang optimal selama syarat tumbuh optimal tanaman kelapa sawit tidak dipenuhi. Kelapa
sawit sangat cocok ditanam di daerah tropis dengan curah hujan rata-rata 1.500-3.00 mm
per tahun. Kelapa sawit akan tumbuh optimal di dataran rendah dengan ketinggian 200400 meter di atas permukaan laut.
e). Penyinaran,suhu,dan karakteristik tanah
Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik apabila lama penyinaran langsung matahari 1-7
jam setiap harinya. Buah kelapa sawit yang dihasilkan akan jauh lebih optimal saat
tanaman tersebut tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata 25-27 derajat Celcius. Tanaman
kelapa sawit menuntut tanah yang gembur, subur, dan mempunyai drainase baik untuk
tumbuh optimal dengan pH tanah 4,0-6,5.
f). Penanaman kelapa sawit
Ada beberapa tahap persiapan penanaman yang sangat penting dan akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan produksi buah kelapa sawit itu sendiri. Pengajiran merupakan
tahap yang sangat penting untuk menentukan jarak tanam antar pohon. Pengajiran
dilakukan dengan sistem jarak tanam segitiga sama sisi berukuran 9 x 9 x 9 meter dengan
populasi 143 pohon setiap hektarnya. Selain itu, pekebun juga bisa menerapkan jarak 9,5
x 9,5 x 9,5 meter dengan populasi per hektar sekitar 128 pohon.
g). Penanaman bibit dan tanaman kacangan
Pembuatan lubang pohon bisa dilakukan beberapa minggu sebelum penanaman bibit
dengan ukuran 60 x 60 x 60 meter atau 50 x 40 x 40 meter sesuai dengan titik tanam yang
ditentukan lewat pengajiran. Barulah bibit bisa ditanam sesuai waktu yang ditentukan.
Umumnya cara menanam kelapa sawit akan diikuti dengan penanaman tanaman penutup
tanah antara pohon berupa tanaman kacangan untuk mendukung pertumbuhan dan
produksi tanaman kelapa sawit.
h). Pengendalian gulma dan pemupukan
Pengendalian gulma merupakan bagian cara tanam kelapa sawit yang sangat penting
karena gulma akan sangat mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa
sawit. Gulma bisa dikendalikan secara manual, kimia, dan kultur teknis. Pemupukan juga
merupakan proses yang penting dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan ukuran dan
diberikan sesuai dengan jadwal. Selain itu, pekebun juga harus menjadwalkan
pemangkasan teratur serta pengendalian hama dan penyakit agar produksi tandan kelapa
sawit optimal
2. Tanaman Karet
Tidak bisa dipungkiri bahwa karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
cukup penting di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil getah karet yang optimal dengan kualitas
tinggi, tanaman karet tentu pelru dikembangkan dengan cara budidaya yang tepat.
a) Syarat tumbuh
Pada manual teknik budidaya karet, karet akan tumbuh dengan baik jika beberapa syarat
paling mendasar terpenuhi. Lahan yang akan ditanami karet sebaiknya berada di wilayah
dengan temperatur udara rata-rata 24ºC-18ºC dengan curah hujan rata-rata 1.500-2.000 mm
per tahun. Setiap harinya, paling tidak sinar matahari terpapar sempurna selama 5-7 jam.
Tanaman karet juga memerlukan tingkat kelembaban yang tinggi untuk tumbuh.
Kondisi tanah yang diinginkan oleh tanaman karet adalah tanah dengan tingkat kesuburan yang
tinggi dan tidak mengandung padas sehingga air bisa diteruskan dengan baik. Tingkat keasaman
tanah yang sesuai adalah sekitar pH 5-6 dengan batas toleransi pH 3-8. Tanah yang cocok untuk
budidaya karet mempunyai ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.
b) Pembibitan
Ada beberapa cara pembibitan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bibit karet dengan
sifat unggul. Pembibitan karet bisa dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Tahap yang
pertama adalah tahap persemaian perkecambahan sedangkan tahap pembibitan selanjutnya
adalah persemaian bibit.
Untuk tahap persemaian perkecambahan, benih karet akan disemai di bedengan dengan ukuran
lebar sekitar 1-1,2 meter dengan ukuran panjang yang disesuaikan dengan tempat yang tersedia.
Pasir dengan tekstur halus disebarkan di atas bedengan dengan ketebalan 5-7 cm. Natural Glio
perlu pula dikembangbiakkan di dalam pupuk kandang yang ditambah 1 mg Natural Glio
sebelum siap ditebar di atas bedengan. Dauh atau jerami dengan ukuran tinggi 1m diperlukan
untuk naungan sisi timur dan ukuran tinggi 80 cm diperlukan sebagai naungan sisi barat.
Benih direndam dalam larutan POC NASA dengan takaran satu tutup untuk satu liter air selama
3-6 jam. Benih akan disemaikan langsung harus disiram dengan larutan POC NASA dengan
takaran setengah tutup per liter air. Untuk cara tanam benih yang benar, jarak tanam
dipertahankan selebar 1-2 cm. Benih yang sudah disemai harus disiram secara teratur dan
normalnya benih akan mulai berkecambah pasa usia 10-14 hari setelah tanam.
Benih yang sudah berkecambah kemudian dipindahkan ke area persemaian bibit yang sudah
dicangkul dengan kedalaman 60-75 cm kemusian dihaluskan serta diratakan. Area tersebut perlu
dibuat bedengan dengan ketinggian 20 cm termasuk parit antar bedengan dengan kedalaman 50
cm. Selanjutnya, cara menanam benihnya adalah dengan membuat jarak tanam 40 x 40 x 60 cm
untuk bibit okulasi coklat dan jarak tanam 20 x 20 x 60 untuk bibit okulasi hijau.
Selain perlu disiram secara teratur, bibit dalam persemaian perlu pula dipupuk dengan pupuk
makro selama 3 bulan sekali dan perlu pula disiram dengan POC NASA setiap 1-2 minggu
sekali. Klon untuk benih dan bibit unggul bisa ditemukan di lembaga riset pemerintah maupun
swasta seperti Balai Penelitian Karet Getas.
c) Pengelolaan tanah
Proses bercocok tanam karet selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengolah tanah
sebelum bibit karet siap ditanam. Tanah dibersihkan dari pohon besar dengan penebangan
dan alang-alang dengan menggunakan herbisida. Sisa penyakit perlu pula dibasmi dengan
menggunakan fungisida. Teras perlu dibuat pada tanah dengan kemiringan di atas 10 deg
sementara rorak perlu dibuat pada tanah yang landai sebagai aliran air serta pencegah erosi.
Pemancangan juga diperlukan dalam teknik menanam karet sesuai dengan jarak tanam serta
tingkat kerapatan pohon yang direncanakan. Dua minggu sebelum penanaman karet, lubang
tanam harus dibuat terlebih dahulu pada titik pancang dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Pupuk
juga perlu ditambahkan ke dalam lubang untuk memacu pertumbuhan akar pohon karet yang
baru saja ditanam.
d) Penanaman dan Penyulaman Karet
Waktu yang tepat untuk menanam karet adalah saat musim penghujan sehingga intensitas
penyiraman bisa dikurangi. Bibit yang sudah siap ditanam adalah bibit yang mempunyai
payung daun terakhir yang sudah tua. Kantong polybag harus dibuka sebelum bibit
diletakkan di bagian tengan lubang tanam dan ditimbun dengan tanah. Setiap 1-2 minggu,
pemeriksaan bibit perlu dilakukan sehingga bibit yang mati bisa segera diganti untuk
mempertahankan populasi tanaman karet.
e) Perawatan dan Pemeliharaan
Langkah perawatan awal yang harus dilakukan pada tanaman karet adalah dengan
membuang tunas palsu dan tunas cabang sebelum tunas berkayu. Selain
cara pemliharaan tersebut, percabangan tanaman juga perlu dibentuk dan dirangsang dengan
cara penyanggulan, pengikatan batang, pemotongan ujung batang, pemotongan ujung tunas,
pengguguran daun, maupun pengeratan batang. Penyanggulan merupakan cara yang paling
direkomendasikan.
f) Tumpang sari
Penanaman tumpang sari pada lahan karet merupakan salah satu tips yang sangat berguna
untuk meningkatkan produktivitas lahan perkebunan karet itu sendiri. Sebelum karet siap
menghasilkan, tanaman tumpang sari akan memberikan pendapatan selain akan sangat
membantu mengurangi rendahnya harga komoditas karet.
g) Pemupukan
Agar pertumbuhan tanaman karet semakin cepat dan semakin cepat matang
sadap, pemupukan perlu dilakukan. Pergantian musim penghujan ke musim kemarau
merupakan saat yang paling tepat untuk memberikan pupuk yang berupa pupuk urea, SP 36,
dan KCl dengan perbandingan dan frekuensi yang sesuai dengan umur pohon karet.
PENUTUP
Adapun yang dapat di simpulkan di penulisan makalah ini adalah bahwa semua bentuk lahan
dapat kita jadikan lahan pertanian yang baik dengan pemanfaatan pengembangan berbasis
kearipan lokal sehingga di peroleh kesejahtraan yang besifat alami dari potensi yang di miliki di
desa tersebut .pembudidayaan sangat baik dan menguntungkan apabila di tekuni dan di sadari
dampak pengelolaan nya sehingga tercapai produksi yang optimal dan mendatang kan pundipundi rupiah di dalam nya .
Komoditas tanaman yang di kembang kan hendak la terus di kelola dan berkelanjutan sehingga
terus dapat di control perkembangan nya dan bisa meningkat jumlah kualitas maupun kuantitas.
Mari sama-sama kita terus menjaga kearipan lokal di daerah kita agar pertanian terus di jadikan
factor utama pemasukan masyrakat desa dan tercapai nya kelestarian lingkungan yang sehat
nyaman dan berseri.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Desa bingin rupit yang terletak di daearah kawasan kecamatan rupit kabupaten musi
rawas utara sumatera selatan yang memiliki lahan yang di tempat tinggali masyrakat sebagai
tempat bangunan rumah,dan juga sebagai lahan pertanian serta perkebunan .kondisi lahan nya
sangat bermacam-macam mulai dari lahan kering,lahan gambut dan lahan basah.
Namun kendala serta potensi di bidang pengelolaan lahan pertanian di sana masih banyak
yang belum terdeteksi serta niat dan kemampuan untuk mengelola lahan masih kurang di minati
mengingat jumlah rata-rata masyrakat yang menempuh pendidikan masih belum seratus persen
sempurna terutama pendididikan di bidang pertanian .
Akibat dari itu semua banyak nya masalah-masalah social yang muncul mulai dari angka
kejahatan yang bertambah serta menyumbang sedikit angka penganguran . kedepan tugas kita
bersama sebagai masyrakat desa bingin rupit terutama para pemuda nya untuk terus
mengembang kan serta terus menerus menggali potensi desa kita yang tercinta ini . agar desa kita
menjadi makmur sejahtra dalam ekonomi dan mampu meyumbang masyrakat yang sehat lahir
dan batin dan menjauh kan masyarakat kita dari penyakit kesenjangan social yang terjadi di
masyrakat saat ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk merancang strategi pengembangan
potensi berbasis kearipan lokal untuk memahami dan mengenali pertanian di lingkungan Desa
Bingin Rupit kab Musi Rawas Utara .
BAB II
STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN
BERBASIS KEARIPAN LOKAL
A. Kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan
Kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan dapat ditunjukkan pada (1) sistem mata
pencaharian, (2) sistem pemilihan tempat usaha bertani, dan (3) pola usaha tani dan komditas
pilihan yang dipengaruhi oleh persepsi individual atau kelompok dalam menyikapi kondisi lahan
dan lingkungannya.
1. Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian sebagai petani lebih banyak merupakan warisan dari generasi ke
generasi. Petani di lahan kering umumnya mempunyai mata pencaharian rangkap artinya sebagai
petani dapat sekaligus sebagai peternak, peternak kambing atau kerbau, atau buruh tani.
Pilihan mata pencaharian tersebut disesuaikan dengan kondisi alam setempat sehingga
kadang-kadang sebagai individu dapat sebagai petani yang mengusahakan lahannya pada saat
musim hujan, tetapi pada waktu dan kesempatan lain dapat sebagai peternak kerbau pada saat
kondisi lahannya kering, dan juga adakalanya merantau sebagai pedagang pada saat paceklik
atau kemarau panjang
Seiring masuk nya industri perkebunan kelapa sawit di desa saya banyak lahan
perkebunan karet di alih fungsikan sebagai perkebunan kelapa sawit
masyrakat yang memilih banting setir sebagai buruh di salah satu perkebunan tersebut
pilihan tersebut muncul ketika harga hasil tanaman karet di beli dengan harga murah .banyak
masyrakat yang beputus asa untuk terus mengembangkan pertanian karet .
Tidak sedikit pula masyrakat yang memiliki perkebunan kelapa sawit milik sendiri
namun kendala dalam pengembangan nya masih kurang sehingga hasil produksi yang di dapat
kan masih belum memuaskan. .
Pilihan-pilihan pekerjaan usaha yang beragam dan luwestersebut merupakan upaya
penyesuaian terhadap alam dengan cara menghindar (escape mechanism) sebagai kebalikan dari
upaya menantang terhadap kondisi alam yang tidak menentu dan sulit dihadapi serta ketidak
berdayaan dalam menantang alam. Sistem mata pencaharian yang multi usaha di atas juga
dimasudkan untuk mempertahankan keberlanjutan dalam pemenuhan kebutuhan di daerah yang
kondisinya tidak menentu dan menghindari risiko kegagalan secara total
2. Sistem Pemilihan Tempat
Kondisi lahan kering dan gambut sangat beragam masyarakat juga memanfaatkan lahan
gambut tebal untuk usaha taninya seperti perkebunan karet dan kelapa sawit
Namun dalam pemilihan lahan atau tanah, petani setempat masih banyak yang belum
mampu sepenuh nya mengelola dan mengembangkan nya sehingga petani tidak mengetahui
tanaman apa cocok di tanam sesuai dengan lahan yang ada tsb.
Berikut saya sajikan untuk menambah sedikit pengetahuan tanaman apa yang cocok untuk di
tanam di lahan kering dan gambut :
- Lahan kering :
Tanaman karet
Tanaman pohon jeruk
Duku
Durian
Kayu jati
Rotan
Jagung
Kedelai
Umbi-imbian
Singkong dan banyak lagi..
-
Lahan gambut :
Tanaman kelapa sawit
Bayam
Buncis
Cabai
Kangkung
Sawi
Slada
Pare
Melon
Kacang panjang
3. Pola Usaha Tani dan Pilihan Komoditas
Lahan gambut mempunyai sifat rapuh (fragile), yaitu dapat berubah sewaktu-waktu
baik akibat alam seperti kekeringan, kebakaran, kebanjiran ataupun akibat pengelolaan seperti
reklamasi, drainase, pengolahan tanah, dan atau pertanian intensif.
Usaha tani di lahan gambut bersifat polyculture dan multiculture yang hakaketnya
merupakan upaya untuk menghindari kegagalan total dari usaha taninya. Namun para petani
lahan gambut dalam memilih komoditas yang dikembangkan sangat beragam karena dibatasi
pemahaman dan pengalaman.
Pemilihan komoditas dalam pengembangan di lahan gambut ini sudah sejak ratusan tahun
silam dilakukan petani tradisional. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan petani-petani pioner
dalam pengembangan kelapa, karet, kelapa sawit, lada, nenas, tebu, rambutan, cokelat, dan padi
umumnya. Tanaman-tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang tahan atau toleran dengan
kondisi rawa seperti genangan, kemasaman, salinitas, keracunan besi dan lain sebagainya.
Uraian di atas menunjukan bahwa pemanfaatan lahan gambut sangat tergantung pada
kemampuan dan pengalaman petani setempat yang tampaknya dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan kegigihan dalam pencapaian keberhasilan dalam usaha taninya.
Lahan kering ditandai dengan rendahnya curah hujan ( < 250 - 300 mm/tahun), indek
kekeringan (rasio / perbandingan antara curah hujan dan evapotranspirasi kurang dari 0.2),
variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak belukar, rerumputan dan pepohonan kecil di
daerah tertentu), suhu yang sangat tinggi (+- 49 derajat celsius pada musim panas), tekstur tanah
adalah pasir dan memiliki salinasi yang tinggi pada tanah dan air tanahnya yang diakibatkan oleh
tingginyaevaporasidaninfiltrasi.
Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga
keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabannya rendah. Lahan kering
sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon yang permanen, seperti daerah yang
terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya ditandai dengan adanya perputaran
angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis khatulistiwa dan perputaran angin yang
searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa.
Kondisi ekstrim dan tidak bersahabat yang terjadi di daerah lahan kering tersebut menyebabkan
beberapa kendala untuk membudidayakan tanaman pertanian, beberapa kendala tersebuat adalah
sebagai berikut :
-
Air sebagai faktor pembatas dalam memproduksi tanaman pertanian
Musim tanam yang sangat pendek dan hanya beberapa tanaman yang dapat
dibudidayakan
Sodium Klorida (NaCl) sebagai penyebab utama terjadinya tanah mengandung kadar
garam tinggi
Daya kapilaritas tanaman yang sangat tinggi akibat tingginya evaporasi menyebabkan
tanah mengandung kadar garam yang tinggi
Adapun beberapa solusi yang dapata diaplikasikan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada
tersebut, yakni :
-
Mencari sumber mata air alternative
Menginformasikan kondisi lahan kering dan cara penanggulangannya kepada pihak
pemerintah, swasta dan masyarakat
Menggunakan tanaman yang resisten dan sistem irigasi yang efektif dan efisien
Manajemen sumberdaya air secara terpadu
Meningkatkan sistem pemanenan air hujan
B. Kearifan lokal dalam pengelolaan lahan dan air
Pengelolaan lahan dan air di lahan kering dan gambut dalam perspektif kearifan lokal
dapat ditunjukkan pada (1) sistem penyiapan lahan dan pengolahan tanah, (2) penataan lahan, (3)
pengelolaan kesuburan tanah, dan (4) sistem pengelolaan air yang dipengaruhi oleh komoditas
tanaman yang dikembangkan dan persepsi individual atau kelompok dalam menyikapi kondisi
lahan dan lingkungannya.
1. Sistem Penyiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Penyiapan lahan oleh petani di lahan gambut dalam budiaya padi secara tradisional
menggunakan tajak sejenis parang panjang. Tajak selain sebagai alat penebas rumput juga
pemapas dan pembalik tanah permukaan se dalam 2-5 cm sehingga juga berfungsi sebagai alat
olah tanah terbatas (minimum tillage). Pekerjaan penebasan rumput atau jerami ini disebut
menajak (dari kata tajak) Gulma atau jerami yang telah ditebas kemudian dikumpulkan dibentuk
seperti bola dibiarkan terendam yang disebut memuntal (dari kata puntal).
Setelah gulma dan jerami yang berbentuk bola tampak matang lantas dicacah atau dicincang
(dipotong-potong kecil-kecil) lantas disebarkan di permukaan lahan. Pekerjaan ini disebut
menghambur (dari kata hambur). penyiapan lahan dengan pengembalian gulma dan jerami
(puntal) ini dapat menurunkan kemasaman tanah dari pH 3,0 menjadi pH 6,0. Cara tajak puntal
hambur ini juga ternyata berhasil menaikan pH tanah dari pH 3,0 sebelum penyiapan lahan
menjadi pH 5,8 sesudah penyiapan lahan. Pemapasan tanah dalam sistem penyiapan lahan
tradisional ini secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya produksi asam-asam terutama
pirit.
Seiring dengan introduksi varietas-varietas unggul (tanaman pangan), penyiapan lahan
dipandang lebih menguntungkan dengan menggunakan herbisida. Penyiapan lahan dengan
herbisida menghemat tenaga antara 5-10 HOK per hektar.
Namun demikian, penggunaan herbisida banyak dikhawatirkan akan berdampak terhadap
lingkungan hidup dan kesehatan konsumen.
2. Sistem Penataan Lahan
Penataan lahan dimaksudkan apabila petani berkeinginan melakukan penganekaragaman
tanaman (diversifikasi) seperti kelapa, karet, jeruk, rambutan atau tanaman tahunan lainnya.
Penganekaragaman tanaman ini adakalanya dilakukan karena hasil komoditas utama mata
pencahrian mulai menurun atau karena pemilikan lahan yang semakin luas dengan alasan untuk
menabung (misalnya untuk ongkos naik haji) maka sebagian lahan digunakan untuk tanaman
tahunan.
Penataan lahan dilakukan dengan membuat tukungan (awalnya disebuttongkongan) yaitu
meninggikan sebagian tanah dengan ukuran Bibit tanaman tahunan ditanam di atas tukungan.
Tinggi tukungan biasanya dibuat 5-10 cm lebih tinggi dari tinggi maksimal muka air sehingga
tanaman tidak terendam atau kebasahan. Sistem tukungan banyak sekarang diterapkan pada
tanaman perkebunan seperti kelapa sawit yang disebut dengan tapak timbun.
Cara-cara budidaya seperti sistem tukungan untuk budidaya tanaman perkebunan dan
pengelolaan lahan oleh petani lokal tradisional.
3. Sistem Pengelolaan Kesuburan Tanah
Kesuburan lahan gambut terletak pada hasil biomasa yang dihasilkannya bukan yang
terkandung dalam tanahnya.
Menurut Jaya et al. (2004) hasil biomasa yang berada di atas tanah hutan rawa gambut
berkisar antara 73-82% dari total biomasa. Biomasa dari tanaman pohon mencapai 350 sampai
905 ton per hektar.
Pertumbuhan gulma sendiri di lahan rawa sangat cepat dapat menghasilkan antara 2-3
ton bahan kering per musim per hektar. Hasil analisis jaringan terhadap berbagai gulma yang
dikomposkan menunjukkan pada purun tikus (Eleocharis dulcis) dan bura-bura (Panicum
repens), kerisan (Rhynchospora corymbosa) terkandung rata-rata 31,74% organik karbon, 1,96
% N; 0,68 % P dan 0,64 % K (Balittra, 2001). Dengan demikian maka kesuburan tanah rawa
tergantung pada masukan dalam rangka mempertahankan tahana (status) bahan organic
tanahnya. Oleh karena itu, kunci keberhasilan pemanfaatan lahan rawa juga sangat terkait dengan
pengelolaan bahan organik. Hal ini boleh jadi sudah disadari oleh para petani lokal yang
memanfaatkan gulma, rumput, dan sisa panen berupa jerami untuk dikembalikan ke dalam tanah
dalam penyiapan lahan.
4. Sistem Pengelolaan Air
Berkenaan dengan sifat dan watak tanah, apabila di lapisan bawah terdapat senyawa pirit,
maka upaya untuk mempertahankan muka air pada batas di atas lapisan pirit merupakan kunci
keberhasilan karena pirit yang apabila teroksidasi karena misalnya kekeringan atau pengatusan
yang berlebih (over drainage) maka pirit bersifat labil dan akan membebaskan sejumlah ion
hydrogen dan sulfat. Pada kondisi ini tanah menjadi sangat masam (pH 2-3) dan kelarutan Al,
Mn, dan Fe meningkat.
C. POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN YANG BERBASIS KEARIPAN
LOKAL
Melihat dari kebiasaan masyrakat serta mempelajari dari apa yang di senangi dan geluti
dalam melakukan kegiatan pertanian atau sebagai mata pencahrian bahwa mereka selalu
ingin memproduksi tanaman dengan jumlah yang banyak serta minim perlakuan
perawatan terhadap tanaman akibat nya kelangsungan tanaman dan lingkungan menjadi
dampak dari pemakaian lahan yang tidak terkontrol itu .
Berikut pengembangan beberapa komoditas tanaman yang berpotensi berbasis kearipan
local :
1. Tanaman kelapa sawit
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu jenis komoditas yang memberikan
sumbangan yang cukup besar untuk pendapatan negara. Indonesia merupakan salah satu negara
sebagai penghasil kelapa sawit yang cukup besar. Prospek budidaya kelapa sawti masih cukup
cerah karena kelapa sawit digunakan untuk berbagai produk olahan termasuk minyak kelapa
sawit yang menjadi bagian dari sembilan bahan poko masyarakat Indonesia saat ini.
Meskipun prospek perkebunan kelapa sawit masih sangat besar, persiapan dan cara
budidaya kelapa sawit perlu dilakukan secara teliti karena tanaman kelapa sawit merupakan
tanaman tahunan sehingga produksi selama puluha tahun akan sangat bergantung pada proses
awal penanaman tanaman kelapa sawit itu sendiri. Tentu saja pembibitan merupakan langkah
awal yang penting yang harus diperhatikan secara seksama.
a). Benih
Teknologi dalam pembibitan kelapa sawit sudah sangat berkembang. Di bidang
penelitian, peneliti sudah mampu membudidayakan kelapa sawit lewat kultur jaringan
yang akan mempertahankan kualitas produksi buah kelapa sawitsama persis
dengan pohon induk. Akan tetapi, teknik kultur jaringan tentu akan terlalu rumit
dilakukan oleh pekebun sehingga ada baiknya pekebun memilih sumber bibit yang lebih
mudah seperti lewat benih kelapa sawit yang disediakan oleh balai penelitian kelapa
sawit. Pekebun juga bisa menyediakan benih sendiri dengan cara mengontrol
penyerbukan bunga betina pohon induk.
b). Tips pembibitan
Setelah mendapatkan benih kelapa sawit dengan kualitas yang baik, pembibitan harus
dilakukan di lahan datar dan tidak jauh dari sumber air. Sebagai tips ntuk mempermudah
penanaman kelak, ada baiknya lokasi pembibitan terletak di tengah areal yang akan
ditanami kelapa sawit. Lahan pembibitan harus bersih dari gulma dan dilengkapi dengan
alat penyiraman, jalan, dan drainase.
c). Teknik pembibitan
Perkebun bisa menggunakan dua teknik budidaya pembibitan yakni dengan cara langsung
di polibag tanpa proses dederan dan dengan cara tidak langsung yang meliputi dua tahap
berupa tiga bulan tahap pembibitan awal atau dederan dan sembilan bulan tahap
pembibitan utama. Selama proses pembibitan, bibit perlu disiram dua kali sehari,
dipupuk, dan diseleksi untuk mendapatkan bibit yang mampu tumbuh optimal di lahan
tanam.
d). Syarat tumbuh optimal
Petani boleh saja menerapkan teknik menanam kelapa sawit tingkat tinggi yang
melibatkan berbagai teknologi maju, tetapi teknik tersebut tidak akan membawa hasil
yang optimal selama syarat tumbuh optimal tanaman kelapa sawit tidak dipenuhi. Kelapa
sawit sangat cocok ditanam di daerah tropis dengan curah hujan rata-rata 1.500-3.00 mm
per tahun. Kelapa sawit akan tumbuh optimal di dataran rendah dengan ketinggian 200400 meter di atas permukaan laut.
e). Penyinaran,suhu,dan karakteristik tanah
Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik apabila lama penyinaran langsung matahari 1-7
jam setiap harinya. Buah kelapa sawit yang dihasilkan akan jauh lebih optimal saat
tanaman tersebut tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata 25-27 derajat Celcius. Tanaman
kelapa sawit menuntut tanah yang gembur, subur, dan mempunyai drainase baik untuk
tumbuh optimal dengan pH tanah 4,0-6,5.
f). Penanaman kelapa sawit
Ada beberapa tahap persiapan penanaman yang sangat penting dan akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan produksi buah kelapa sawit itu sendiri. Pengajiran merupakan
tahap yang sangat penting untuk menentukan jarak tanam antar pohon. Pengajiran
dilakukan dengan sistem jarak tanam segitiga sama sisi berukuran 9 x 9 x 9 meter dengan
populasi 143 pohon setiap hektarnya. Selain itu, pekebun juga bisa menerapkan jarak 9,5
x 9,5 x 9,5 meter dengan populasi per hektar sekitar 128 pohon.
g). Penanaman bibit dan tanaman kacangan
Pembuatan lubang pohon bisa dilakukan beberapa minggu sebelum penanaman bibit
dengan ukuran 60 x 60 x 60 meter atau 50 x 40 x 40 meter sesuai dengan titik tanam yang
ditentukan lewat pengajiran. Barulah bibit bisa ditanam sesuai waktu yang ditentukan.
Umumnya cara menanam kelapa sawit akan diikuti dengan penanaman tanaman penutup
tanah antara pohon berupa tanaman kacangan untuk mendukung pertumbuhan dan
produksi tanaman kelapa sawit.
h). Pengendalian gulma dan pemupukan
Pengendalian gulma merupakan bagian cara tanam kelapa sawit yang sangat penting
karena gulma akan sangat mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa
sawit. Gulma bisa dikendalikan secara manual, kimia, dan kultur teknis. Pemupukan juga
merupakan proses yang penting dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan ukuran dan
diberikan sesuai dengan jadwal. Selain itu, pekebun juga harus menjadwalkan
pemangkasan teratur serta pengendalian hama dan penyakit agar produksi tandan kelapa
sawit optimal
2. Tanaman Karet
Tidak bisa dipungkiri bahwa karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
cukup penting di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil getah karet yang optimal dengan kualitas
tinggi, tanaman karet tentu pelru dikembangkan dengan cara budidaya yang tepat.
a) Syarat tumbuh
Pada manual teknik budidaya karet, karet akan tumbuh dengan baik jika beberapa syarat
paling mendasar terpenuhi. Lahan yang akan ditanami karet sebaiknya berada di wilayah
dengan temperatur udara rata-rata 24ºC-18ºC dengan curah hujan rata-rata 1.500-2.000 mm
per tahun. Setiap harinya, paling tidak sinar matahari terpapar sempurna selama 5-7 jam.
Tanaman karet juga memerlukan tingkat kelembaban yang tinggi untuk tumbuh.
Kondisi tanah yang diinginkan oleh tanaman karet adalah tanah dengan tingkat kesuburan yang
tinggi dan tidak mengandung padas sehingga air bisa diteruskan dengan baik. Tingkat keasaman
tanah yang sesuai adalah sekitar pH 5-6 dengan batas toleransi pH 3-8. Tanah yang cocok untuk
budidaya karet mempunyai ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.
b) Pembibitan
Ada beberapa cara pembibitan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bibit karet dengan
sifat unggul. Pembibitan karet bisa dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Tahap yang
pertama adalah tahap persemaian perkecambahan sedangkan tahap pembibitan selanjutnya
adalah persemaian bibit.
Untuk tahap persemaian perkecambahan, benih karet akan disemai di bedengan dengan ukuran
lebar sekitar 1-1,2 meter dengan ukuran panjang yang disesuaikan dengan tempat yang tersedia.
Pasir dengan tekstur halus disebarkan di atas bedengan dengan ketebalan 5-7 cm. Natural Glio
perlu pula dikembangbiakkan di dalam pupuk kandang yang ditambah 1 mg Natural Glio
sebelum siap ditebar di atas bedengan. Dauh atau jerami dengan ukuran tinggi 1m diperlukan
untuk naungan sisi timur dan ukuran tinggi 80 cm diperlukan sebagai naungan sisi barat.
Benih direndam dalam larutan POC NASA dengan takaran satu tutup untuk satu liter air selama
3-6 jam. Benih akan disemaikan langsung harus disiram dengan larutan POC NASA dengan
takaran setengah tutup per liter air. Untuk cara tanam benih yang benar, jarak tanam
dipertahankan selebar 1-2 cm. Benih yang sudah disemai harus disiram secara teratur dan
normalnya benih akan mulai berkecambah pasa usia 10-14 hari setelah tanam.
Benih yang sudah berkecambah kemudian dipindahkan ke area persemaian bibit yang sudah
dicangkul dengan kedalaman 60-75 cm kemusian dihaluskan serta diratakan. Area tersebut perlu
dibuat bedengan dengan ketinggian 20 cm termasuk parit antar bedengan dengan kedalaman 50
cm. Selanjutnya, cara menanam benihnya adalah dengan membuat jarak tanam 40 x 40 x 60 cm
untuk bibit okulasi coklat dan jarak tanam 20 x 20 x 60 untuk bibit okulasi hijau.
Selain perlu disiram secara teratur, bibit dalam persemaian perlu pula dipupuk dengan pupuk
makro selama 3 bulan sekali dan perlu pula disiram dengan POC NASA setiap 1-2 minggu
sekali. Klon untuk benih dan bibit unggul bisa ditemukan di lembaga riset pemerintah maupun
swasta seperti Balai Penelitian Karet Getas.
c) Pengelolaan tanah
Proses bercocok tanam karet selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengolah tanah
sebelum bibit karet siap ditanam. Tanah dibersihkan dari pohon besar dengan penebangan
dan alang-alang dengan menggunakan herbisida. Sisa penyakit perlu pula dibasmi dengan
menggunakan fungisida. Teras perlu dibuat pada tanah dengan kemiringan di atas 10 deg
sementara rorak perlu dibuat pada tanah yang landai sebagai aliran air serta pencegah erosi.
Pemancangan juga diperlukan dalam teknik menanam karet sesuai dengan jarak tanam serta
tingkat kerapatan pohon yang direncanakan. Dua minggu sebelum penanaman karet, lubang
tanam harus dibuat terlebih dahulu pada titik pancang dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Pupuk
juga perlu ditambahkan ke dalam lubang untuk memacu pertumbuhan akar pohon karet yang
baru saja ditanam.
d) Penanaman dan Penyulaman Karet
Waktu yang tepat untuk menanam karet adalah saat musim penghujan sehingga intensitas
penyiraman bisa dikurangi. Bibit yang sudah siap ditanam adalah bibit yang mempunyai
payung daun terakhir yang sudah tua. Kantong polybag harus dibuka sebelum bibit
diletakkan di bagian tengan lubang tanam dan ditimbun dengan tanah. Setiap 1-2 minggu,
pemeriksaan bibit perlu dilakukan sehingga bibit yang mati bisa segera diganti untuk
mempertahankan populasi tanaman karet.
e) Perawatan dan Pemeliharaan
Langkah perawatan awal yang harus dilakukan pada tanaman karet adalah dengan
membuang tunas palsu dan tunas cabang sebelum tunas berkayu. Selain
cara pemliharaan tersebut, percabangan tanaman juga perlu dibentuk dan dirangsang dengan
cara penyanggulan, pengikatan batang, pemotongan ujung batang, pemotongan ujung tunas,
pengguguran daun, maupun pengeratan batang. Penyanggulan merupakan cara yang paling
direkomendasikan.
f) Tumpang sari
Penanaman tumpang sari pada lahan karet merupakan salah satu tips yang sangat berguna
untuk meningkatkan produktivitas lahan perkebunan karet itu sendiri. Sebelum karet siap
menghasilkan, tanaman tumpang sari akan memberikan pendapatan selain akan sangat
membantu mengurangi rendahnya harga komoditas karet.
g) Pemupukan
Agar pertumbuhan tanaman karet semakin cepat dan semakin cepat matang
sadap, pemupukan perlu dilakukan. Pergantian musim penghujan ke musim kemarau
merupakan saat yang paling tepat untuk memberikan pupuk yang berupa pupuk urea, SP 36,
dan KCl dengan perbandingan dan frekuensi yang sesuai dengan umur pohon karet.
PENUTUP
Adapun yang dapat di simpulkan di penulisan makalah ini adalah bahwa semua bentuk lahan
dapat kita jadikan lahan pertanian yang baik dengan pemanfaatan pengembangan berbasis
kearipan lokal sehingga di peroleh kesejahtraan yang besifat alami dari potensi yang di miliki di
desa tersebut .pembudidayaan sangat baik dan menguntungkan apabila di tekuni dan di sadari
dampak pengelolaan nya sehingga tercapai produksi yang optimal dan mendatang kan pundipundi rupiah di dalam nya .
Komoditas tanaman yang di kembang kan hendak la terus di kelola dan berkelanjutan sehingga
terus dapat di control perkembangan nya dan bisa meningkat jumlah kualitas maupun kuantitas.
Mari sama-sama kita terus menjaga kearipan lokal di daerah kita agar pertanian terus di jadikan
factor utama pemasukan masyrakat desa dan tercapai nya kelestarian lingkungan yang sehat
nyaman dan berseri.