Kebijakan Pemerintah dalam Produksi Padi (1)
Kebijakan Pemerintah dalam Produksi Padi
Padi merupakan penghasil beras sebagai bahan pangan pokok bagi lebih
dari 95 persen penduduk Indonesia. Permintaan untuk konsumsi beras setiap
tahunnya terus bertambah, tetapi karena semakin sempitnya lahan usahatani padi,
produksi padi sebagai bahan baku beras terus turun dari tahun ke tahun. Hal ini
sangat tidak seimbang sehingga menyebabkan krisisnya ketahanan pangan
nasional kita.
Selama 10 tahun terakhir (1995-2005), konsumsi beras hampir selalu
diatas produksi dalam negeri, sehingga hampir tiap tahun mengalami defisit.
Produksi bersih beras meningkat dari 28,20 juta ton pada tahun 1995 menjadi
30,70 juta ton pada tahun 2005, atau meningkat rata-rata 0,85 persen per tahun.
Namun demikian total konsumsi dalam negeri meningkat dari 28,57 juta ton pada
tahun 1995 menjadi 30,86 juta ton pada tahun 2005, atau tumbuh rata-rata 0,77
persen per tahun. Selama periode tersebut, laju pertumbuhan produksi sedikit
lebih tinggi dari pada pertumbuhan konsumsi, sehingga defisit beras menurun dari
0,37 juta ton pada tahun 1995 menjadi 0,16 juta ton pada tahun 2005. Puncak
defisit mencapai 2,63 juta ton terjadi pada tahun 1998. Defisit yang tinggi pada
tahun 1998 sebagian disebabkan oleh kegagalan panen akibat anomali iklim (ElNiño) pada MH 1997/98. Namun demikian, ada indikasi bahwa defisit beras
menurun rata-rata 8,02 persen per tahun selama 10 tahun terakhir.
Dengan ketidakseimbangan produksi dan konsumsi beras tersebut, maka
pemerintah mengadakan kebijakan - kebijakan untuk penggaturan produksi beras
agar dapat meningkat dan mencukupi kebutuhan pangan nasional.
Berbagai
kebijakan untuk meningkatkan produksi padi, seperti: pembangunan sarana
irigasi, subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit usahatani bersubsidi, dan
pembinaan kelembagaan usahatani. Langkah nyata pemerintah dalam kebijakan
produksi beras dalam hal ini program peningkatan produksi beras 2 juta ton/ tahun
guna mencukupi ketahanan pangan setiap tahunnya yang terus meningkat.
Peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton/tahun dapat dicapai dengan
program khusus pemerintah mengacu pada era tahun 80-an meliputi program
utama (on farm : intensifikasi ( Insus), ekstensifikasi) dan program pendukung
(a.l.insentif dan subsidi) .
1
a. Program Utama
Peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton/tahun atau sebesar 5,6% per
tahun secara teknis (on farm) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) skenario yaitu
1.
Skenario 1 : peningkatan produktifitas padi melalui program intensifikasi
2.
3.
khusus
Skenario 2 : perluasan areal padi melalui ektensifikasi
Skenario 3 : kombinasi intensifikasi dan ekstensfikasi
Skenario 1
Peningkatan produktifitas padi melalui intensifikasi khusus (INSUS) pada
areal padi yang ada dengan diberikan input produksi khusus: benih unggul dengan
produktifitas tinggi, pupuk berimbang dan efisien (precision farming) serta
pengendalian hama penyakit (PHT). Dengan benih padi hibrida atau benih unggul
hasil rekayasa BATAN (Mira-1), produktifitas padi dapat mencapai minimal 7
ton/Ha GKG atau setara dengan 4.55 ton beras/Ha atau naik sebesar 52% dari
produktifitas padi saat ini. Insus dilakukan pada areal beririgasi teknis baik di
Jawa maupun luar Jawa dengan intensitas tanam minimal 2 kali pertahun. Jika
alternatif ini dipilih maka diperlukan areal Insus sebesar 5,4 % atau 641.025 Ha
dari luas tanam padi yangada (11.854.911 Ha). Setiap tahun diperlukan
peningkatan areal Insus sebesar 641.025 Ha untuk peningkatan produks iberas
sebesar 2 juta ton/tahun.
Skenario 2
Program ekstensifikasi melalui pencetakan sawah baru atau padi ladang.
Program ekstensifikasi disarankan dilakukan di luar Jawa karena potensi lahan
kering mencapai 31 juta Ha. Perluasan di propinsi yang luas dan kaya seperti
Kalimantan, Jambi, Irian Jaya dan Sumatra Selatan. Apabila skenario ini dipilih,
maka diperlukan perluasan areal padi 769.230 Ha/tahun dengan asumsi tanam
padi 1 kali setahun dengan produktifitas padi rata-rata 2,6 ton beras/Ha. Apabila
areal padi yang dikembangkan beririgasi teknis, maka perluasan areal menjadi
separuhnya ( 384.615 Ha) karena penanaman padi dapat dilakukan dua kali/tahun.
Untuk menunjang produksi padi di lahan kering, LIPI sedang mengembangkan
benih padi yang tahan terhadap kekeringan dan tahan terhadap cekaman biotik dan
2
abiotik (dalam tahap uji multilokasi). BPPT juga telah siap dengan teknologi
budidaya padi di lahan lebak yang banyak terdapat di luar Jawa.
Skenario 3
Peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton/tahun juga dapat dilakukan
dengan kombinasi program intensifikasi dan ekstensifikasi antara lain dengan
perbandingan 70% dan 30%. Dengan alternatif ini, luas lahan Insus yang
diperlukan adalah 448.718 Ha/tahun, dan perluasan areal padi adalah mencapai
230.769 Ha untuk padi ladang atau 115.385 Ha untuk padi sawah.
Dari ketiga skenario, skenario 3 merupakan skenario terbaik dilihat dari sudut
biaya dan kemudahan pelaksanaan serta pengalaman program peningkatan
produksi 1980-2006.
b. Program Pendukung
Disamping program utama di atas, program peningkatan produksi beras sebesar 2
juta ton/tahun perlu didukung oleh program lainnya antara lain:
1. Program peningkatan teknologi pasca panen padi (off farm) untuk
mengurangi susut.
2. Program diversifikasi pangan untuk mengurangi konsumsi beras
(konsumsi beras per kapita Indonesia paling tinggi di dunia 137
kg/kapita/tahun) sehingga mengurangi tekanan permintaan terhadap beras
(on dan off farm).
3. Peningkatan skema insentif untuk petani produsen,
4. Kebijakan tarif untuk perlindungan usaha tani padi.
5. Peningkatan manajemen pangan nasional.
Kebijakan Riset dan Teknologi untuk Mendukung Peningkatan Produksi
Beras
KNRT telah menyusun roadmap teknologi peningkatan produksi padi
hingga tahun 2025. Pada rentang 2005-2009 dan 2010-2015 laju produksi padi
diharapkan dapat mengikuti laju konsumsi sehingga swasembada beras dapat
dipertahankan. Pada tahun 2016-2025, produksi padi atau beras ditargetkan lebih
besar dari konsumsi sehingga kelebihan beras dapat diekspor.
3
4
STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM
Strategi
5
Formulasi Kebijakan
Kebijakan operasional dalam melaksanakan strategi dapat dilihat dari aspek
biofisik sehingga dapat dirumuskan sembilan kebijakan operasional.
6
7
Strategi peningkatan produksi melalui peningkatan IP dan penerapan
teknologi PTT pada lahan sawah yang ada memerlukan dukungan berbagai
kebijakan, antara lain : (i) perbaikan infrastruktur berupa jaringan irigasi, jalan
usahatani, dan jalan desa. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
dan membuka akses pasar, baik pasar input maupun pasar hasil pertanian. Selain
itu, juga diperlukan pengadaan dan penyaluran kredit lunak yang mudah diakses
sebagai sumber modal petani. Dengan pendekatan dan dukungan kebijakan ini,
diharapkan produksi padi masih tetap tumbuh bahkan mampu mencapai dan
mempertahankan swasembada beras.
8
Padi merupakan penghasil beras sebagai bahan pangan pokok bagi lebih
dari 95 persen penduduk Indonesia. Permintaan untuk konsumsi beras setiap
tahunnya terus bertambah, tetapi karena semakin sempitnya lahan usahatani padi,
produksi padi sebagai bahan baku beras terus turun dari tahun ke tahun. Hal ini
sangat tidak seimbang sehingga menyebabkan krisisnya ketahanan pangan
nasional kita.
Selama 10 tahun terakhir (1995-2005), konsumsi beras hampir selalu
diatas produksi dalam negeri, sehingga hampir tiap tahun mengalami defisit.
Produksi bersih beras meningkat dari 28,20 juta ton pada tahun 1995 menjadi
30,70 juta ton pada tahun 2005, atau meningkat rata-rata 0,85 persen per tahun.
Namun demikian total konsumsi dalam negeri meningkat dari 28,57 juta ton pada
tahun 1995 menjadi 30,86 juta ton pada tahun 2005, atau tumbuh rata-rata 0,77
persen per tahun. Selama periode tersebut, laju pertumbuhan produksi sedikit
lebih tinggi dari pada pertumbuhan konsumsi, sehingga defisit beras menurun dari
0,37 juta ton pada tahun 1995 menjadi 0,16 juta ton pada tahun 2005. Puncak
defisit mencapai 2,63 juta ton terjadi pada tahun 1998. Defisit yang tinggi pada
tahun 1998 sebagian disebabkan oleh kegagalan panen akibat anomali iklim (ElNiño) pada MH 1997/98. Namun demikian, ada indikasi bahwa defisit beras
menurun rata-rata 8,02 persen per tahun selama 10 tahun terakhir.
Dengan ketidakseimbangan produksi dan konsumsi beras tersebut, maka
pemerintah mengadakan kebijakan - kebijakan untuk penggaturan produksi beras
agar dapat meningkat dan mencukupi kebutuhan pangan nasional.
Berbagai
kebijakan untuk meningkatkan produksi padi, seperti: pembangunan sarana
irigasi, subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit usahatani bersubsidi, dan
pembinaan kelembagaan usahatani. Langkah nyata pemerintah dalam kebijakan
produksi beras dalam hal ini program peningkatan produksi beras 2 juta ton/ tahun
guna mencukupi ketahanan pangan setiap tahunnya yang terus meningkat.
Peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton/tahun dapat dicapai dengan
program khusus pemerintah mengacu pada era tahun 80-an meliputi program
utama (on farm : intensifikasi ( Insus), ekstensifikasi) dan program pendukung
(a.l.insentif dan subsidi) .
1
a. Program Utama
Peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton/tahun atau sebesar 5,6% per
tahun secara teknis (on farm) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) skenario yaitu
1.
Skenario 1 : peningkatan produktifitas padi melalui program intensifikasi
2.
3.
khusus
Skenario 2 : perluasan areal padi melalui ektensifikasi
Skenario 3 : kombinasi intensifikasi dan ekstensfikasi
Skenario 1
Peningkatan produktifitas padi melalui intensifikasi khusus (INSUS) pada
areal padi yang ada dengan diberikan input produksi khusus: benih unggul dengan
produktifitas tinggi, pupuk berimbang dan efisien (precision farming) serta
pengendalian hama penyakit (PHT). Dengan benih padi hibrida atau benih unggul
hasil rekayasa BATAN (Mira-1), produktifitas padi dapat mencapai minimal 7
ton/Ha GKG atau setara dengan 4.55 ton beras/Ha atau naik sebesar 52% dari
produktifitas padi saat ini. Insus dilakukan pada areal beririgasi teknis baik di
Jawa maupun luar Jawa dengan intensitas tanam minimal 2 kali pertahun. Jika
alternatif ini dipilih maka diperlukan areal Insus sebesar 5,4 % atau 641.025 Ha
dari luas tanam padi yangada (11.854.911 Ha). Setiap tahun diperlukan
peningkatan areal Insus sebesar 641.025 Ha untuk peningkatan produks iberas
sebesar 2 juta ton/tahun.
Skenario 2
Program ekstensifikasi melalui pencetakan sawah baru atau padi ladang.
Program ekstensifikasi disarankan dilakukan di luar Jawa karena potensi lahan
kering mencapai 31 juta Ha. Perluasan di propinsi yang luas dan kaya seperti
Kalimantan, Jambi, Irian Jaya dan Sumatra Selatan. Apabila skenario ini dipilih,
maka diperlukan perluasan areal padi 769.230 Ha/tahun dengan asumsi tanam
padi 1 kali setahun dengan produktifitas padi rata-rata 2,6 ton beras/Ha. Apabila
areal padi yang dikembangkan beririgasi teknis, maka perluasan areal menjadi
separuhnya ( 384.615 Ha) karena penanaman padi dapat dilakukan dua kali/tahun.
Untuk menunjang produksi padi di lahan kering, LIPI sedang mengembangkan
benih padi yang tahan terhadap kekeringan dan tahan terhadap cekaman biotik dan
2
abiotik (dalam tahap uji multilokasi). BPPT juga telah siap dengan teknologi
budidaya padi di lahan lebak yang banyak terdapat di luar Jawa.
Skenario 3
Peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton/tahun juga dapat dilakukan
dengan kombinasi program intensifikasi dan ekstensifikasi antara lain dengan
perbandingan 70% dan 30%. Dengan alternatif ini, luas lahan Insus yang
diperlukan adalah 448.718 Ha/tahun, dan perluasan areal padi adalah mencapai
230.769 Ha untuk padi ladang atau 115.385 Ha untuk padi sawah.
Dari ketiga skenario, skenario 3 merupakan skenario terbaik dilihat dari sudut
biaya dan kemudahan pelaksanaan serta pengalaman program peningkatan
produksi 1980-2006.
b. Program Pendukung
Disamping program utama di atas, program peningkatan produksi beras sebesar 2
juta ton/tahun perlu didukung oleh program lainnya antara lain:
1. Program peningkatan teknologi pasca panen padi (off farm) untuk
mengurangi susut.
2. Program diversifikasi pangan untuk mengurangi konsumsi beras
(konsumsi beras per kapita Indonesia paling tinggi di dunia 137
kg/kapita/tahun) sehingga mengurangi tekanan permintaan terhadap beras
(on dan off farm).
3. Peningkatan skema insentif untuk petani produsen,
4. Kebijakan tarif untuk perlindungan usaha tani padi.
5. Peningkatan manajemen pangan nasional.
Kebijakan Riset dan Teknologi untuk Mendukung Peningkatan Produksi
Beras
KNRT telah menyusun roadmap teknologi peningkatan produksi padi
hingga tahun 2025. Pada rentang 2005-2009 dan 2010-2015 laju produksi padi
diharapkan dapat mengikuti laju konsumsi sehingga swasembada beras dapat
dipertahankan. Pada tahun 2016-2025, produksi padi atau beras ditargetkan lebih
besar dari konsumsi sehingga kelebihan beras dapat diekspor.
3
4
STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM
Strategi
5
Formulasi Kebijakan
Kebijakan operasional dalam melaksanakan strategi dapat dilihat dari aspek
biofisik sehingga dapat dirumuskan sembilan kebijakan operasional.
6
7
Strategi peningkatan produksi melalui peningkatan IP dan penerapan
teknologi PTT pada lahan sawah yang ada memerlukan dukungan berbagai
kebijakan, antara lain : (i) perbaikan infrastruktur berupa jaringan irigasi, jalan
usahatani, dan jalan desa. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
dan membuka akses pasar, baik pasar input maupun pasar hasil pertanian. Selain
itu, juga diperlukan pengadaan dan penyaluran kredit lunak yang mudah diakses
sebagai sumber modal petani. Dengan pendekatan dan dukungan kebijakan ini,
diharapkan produksi padi masih tetap tumbuh bahkan mampu mencapai dan
mempertahankan swasembada beras.
8