PERENCANAAN PESERTA DIDIK Makalah ini di

PERENCANAAN PESERTA DIDIK
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen peserta didik
Di susun Oleh:

KELOMPOK .3
ANTO
FITRA
SABARIAH
UNIT/PRODI : A/ MPI
Dosen Pengampu: NURMALINA, M.Pd

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH, ACEH
2016-2O17

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Allah Swt. Atas berkat dan karunianya sehingga kita dalam
keadaan sehat, salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.

makalah ini saya buat dalam rangka

menyelesaikan tugas, yang berjudul

manajemen perencanaan peserta didik. Didalam penulisan makalah ini kami menyadari
bahwasannya isi dari makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Takengon, 12 november 2016
Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................i
Daftar Isi ............................................................................................................ii
BAB I

: PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................1

C. Tujuan Masalah............................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................2
A. Kedudukan Hadis.........................................................................2
B. Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an.................................................2
BAB III : PENUTUP........................................................................................6
A. Kesimpulan.................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam materi ini, membahas tentang kedudukan hadis dalam ajaran islam, Seluruh umat
islam, tanpa kecuali, telah sepakat bahwa hadist merupakan salah satu sumber ajaran islam.
Ia menempati kedudukan nya yang sangat penting setelah Al-Qur’an. Kewajiban mengikuti
hadist bagi umat islam sama wajibnya dengan mengikuti Al-Qur’an. Hal ini karena hadist
merupakan mubayyin terhadap Al-Qur’an. Tanpa memahami dan menguasai hadis, siapa
pun tidak akan bisa memahami Al-Qur’an. Sebaliknya, siapa pun tidak akan bisa memahami
hadis tanpa memahami Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama,

yang didalam nya berisi garis besar syariat, dan hadis merupakan hukum kedua , yang
didalamnya berisi penjabaran dan penjelasan Al-Qur’an, dengan demikian, antara hadis dan
Al-Qur’an memiliki kaitan yang sangat erat, yang satu sama lain tidak bisa dipisah-pisahkan
atau berjalan sendiri sendiri.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah kedudukan hadis dalam ajaran islam ?
2. Apa fungsi hadis terhadap Al-Qur’an?
C. Tujuan masalah.

3. Untuk mengetahui kedudukan hadis dalam ajaran islam
4. Untuk mengetahui fungsi hadis terhadap Al-Qur’an

PERENCANAAN PESERTA DIDIK
A. Teknik ramalan
 Analisis trend yaitu yang dimulakan dengan kajian perancangan sumber manusia keatas
organisasinya sendiri berdasarkan pengalaman. Perlu untuk menganalisis jumlah sumber
manusia mengikut unit atau jabatan contohnya kenaikan sumber manusia dalam jabatan



tertentu mungkin menyebabkan kekurangan pula dalam jabatan yang lain.
Analisis regresi linear
Merupakan teknik kuantitatif dan statistik berdasarkan perkaitan Antara Dua variabel
contohnya jika perkaitan dapat diadakan antara jujurual dan volum jualan, maka ramalan



jualan masa hadapan akan diasaskan kepada jumlah jurujualnya.
Analisis berdasarkan pengalaman
Yang juga dikenali sebagai kaedah. Hanya dimulakan dengan perbincangan berkumpulan
pengurusan yang mendiskusikan keperluan sumber manusia mengikut tanggapan dan
ramalan. Ramalan dan tanggapan masing-masing akan dimaklumkan untuk mencari
persamaan dan perbedaan.

B. Jenis perencanaan
Dalam setiap organisasi rencana disusun sejalan dengan struktur organisasinya.
Pada setiap jenjang, rencana mempunyai fungsi ganda
1. Rencana strategik, yang di susun untuk mencapai tujuan umum organisasi,
yaitu melaksanakan misi organisasi
2. Rencana oprasional, yang merupakan rincian tentang bagaimana rencana

stratetegik dilaksanakan.
Rencana oprasional



Rencana operasional terdiri atas bentuk yaitu;
1. Rencana sekali pakai (single use plan)
Yakni rencana yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu dan
dibubarkan segera setelah tujuan ini tercapai
Rencana permanen (standing plans)
Yakni pendekatan-pendekatan yang sudah di standarisasi untuk

2.

menghadapi situasi berulang dan dapat diramalkan sebelumnya.

C. Model-model perencanaan pendidikan
1. model perencanaan komperehensif
model ini trutama digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam system
pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam

menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesipik kearah tujuan-tujuan yang lebih
luas.
2. Model target setting
model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan
tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapan-nya dikenal:
 Model untuk menganalisis demografis dan proyeksi penduduk
 Model untuk memproyeksikan enrollmen (jumlah siswa terdaftar) sekolah.
 Model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja
3. Model costing dan keefektipan biaya
Model ini sering digunakan untuk menganalisis proyek- proyek dalam kriteria efisien
dan efektifitas ekonomis. Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling
fleksibel dan dan memberikan suatu perbandingan yang paling baik di antara proyekproyek yang menjadi alternatif penanggulangan masalah yang dihadapi.
Penggunaan model ini dalam pendidikan didasarkan pada pertimbangan bahwa
pendidikan itu tidak terlepas dari masalah pembiayaan. Dan dengan sejumlah biaya
yang dikeluarkan selama proses pendidikan, diharapkan dalam kurun waktu tertentu.
4. Model PPBS (planning, programming, budgeting system)
Bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program dan dipandang sebagai suatu
system yang tak terpisahkan satu sama lain-nya. PPBS merupakan suatu proses
yang komperhensif untuk pengambilan keputusan yang lebih epektif.
5. Menuju otonomi pada tingkat sekolah-sekolah

Untuk sampai pada kemampuan untuk mengurus dan mengatur penyelenggaraan
pendidikan disetiap satuan pendidikan, diperlukan program yang sistematis dengan
melakukan “capacity building” program ini bertujuan untuk untuk meningkatkan
kemampuan setiap satuan pendidikan secara berkelanjutan baik untuk melaksanakan
peran-peran manajmen pendidikan maupun peran-peran pembelajaran, sesuai dengan
butir-butir yang disebut diatas. Namun, kegiatan “capacity building” tersebut perlu
dilakukan secara sistematis melalui tahapan, sehingga menjadi proses yang dilakukan
secara berkesinambungan sehingga arahnya menjadi jelas dan terukur.
Terdapa empat tahapan pokok yang perlu dilalui dalam pelaksanan capacity
building bagi setiap satuan pendidikan. Masing-masing tahap tahap pengembangan
dilakukan terhadap setiap kelompok satuan pendidikan yang memiliki karakteristik

atau tahap perkembangan yang setara. Capaty building dilakukan untuk
meningkatkan suatu kelompok satuan pendidikan pada tahap perkembangan tertentu
ketahap berikutnya.
pra-formal
satuan-satuan pendidikan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah yang
belum memenuhi standar teknis yaitu belum dapat memiliki sumber-sumber
pendidikan (misalnya guru, prasarana, sarana pendidikan) yang memadai
untuk menyelenggarakan penyelenggaraan pelayanan pendidikan secara

minimal.
1. Tahap formalitas
Mereka yang sudah memiliki sumber-sumber pendidikan yang memadai
secara minimal.pendidikan ini sudah mencapai starnarteknis secara minimal,
seperti dalam jumlah dan kualifikasi guru, jumlah dan kualitas ruang kelas,
jumlah dan kualitas buku pelajaran serta jumlah dan kualitas fasilitas
pendidikan lain-nya.
2. Transisional
Yang sudah mampu memberikan pelayanan minimal pendidikan yang
bermutu, seperti kemampuan mendayagunakan sumber-sumber pendidikan
secara optimal, Meningkatnya kreativitas guru, pendayagunaan perpustakaan
sekolah secara optimal, kemampuan untuk menambah anggaran dan dukungan
fasilitas pendidikan dari sumber masyarakat.
3. Otonomi
Tahap penyelesaian menuju frofesionalisasi satuan pendidikan menuju
pelayanan pendidikan yang bermutu. Jika sudah mencapai tahap otonomi,
setiap satuan pendidikan sudah mampu memberikan pelayanan diatas SPM
sekolah (standar kompetensi minimum) dan akan bertanggung jawab terhadap
klien pendidikan lain-nya.
D. Pengelolaan Pendidikan Pada Tingkat Sekolahs

Peran dan fungsi dewan pendidikan dan komite sekolah tidak dapat dipisahkan dari
pelaksanaan manajemen pendidikan di tingkat sekolah. Beberarapa aspek manajemen
yang secara langsung dapat diserahkan sebagai urusan yang kewenangan tingkat sekolah
adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, logo, dan tata tertib sekolah. Urusan ini amat
penting sebagai modal dasar yang harus dimilii sekolah.
2. Memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang
tersedia , fasilitas yang ada, jumlah guru, dan tenaga administrative, yang dimiliki.
Berdasarkan sumber daya pendukung yang dimilikinya, sekolah bertanggung jawab
harus dapat menentukan sendiri jumlah siswa yang akan diteriama, syarat siswa yang
akan diterima, dan persyaratan lain yang terkait.
3. Menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan di adakan dan
dilaksanakan oleh sekolah. Dalam hal ini, dengan mempertimbangkan kepentingan
daerah dan masa depan lulusanya, sekolah perlu diberikan kewenangan untuk
melaksanakan kurikulum nasional dengan kemungkinan menambah atau mengurangi
muatan kurikulum dengan meminta pertimbangan kepada komite sekolah
4. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk buku pelajarandapat diberikan
kepada sekolah, dengan memperhatikan standar dan ketentuan yang ada. Misalnya,
buku murid tak seenaknya diganti sertiap tahun oleh sekolah, atau buku murid yang

akan dibeli oleh sekolah.
5. Penghapusan barang dan jasa dapat dilaksanakan sendiri oleh sekolah, dengan
mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah, provinsi, dan kabupaten.
6. Proses pengajaran dan pembelajaran ini merupakan kewenangan frofesional sejati
yang dimiliki oleh lembaga pendidikan sekolah. Kepala sekolah dan guru secara
bersama-sama merancang proses pengajaran dan pembelajaran yang kemungkinan
peserta didik dapat belajar dengan lancer dan berhasil.
7. Urusan teknis edukatif yang lain sejalan dengan konsef manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah merupakan urusan yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab
dan kewenangan setiap satuan pendidikan.
E. Pemberdayaan komite sekolah dewan dan pendidikan
Merupakan satu bentuk desentralisasi yang langsung sampai ke ujung tombak pendidikan
dilapangan. Jika kantor cabang dina pendidikan kecamatan, dan dan dinas pendidikan
kabupaten/kota lebih memiliki peran sebagai fasilitator dalam proses pembinaan