Ekonomi Pertanian di pedesaan (1)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor

pertanian

memegang

peranan

penting

dalam

pembangunan ekonomi suatu bangsa terutama negara agraris.
Pemanfaatan sumberdaya yang efisien pada tahap-tahap awal

proses pembangunan menciptakan surplus ekonomi melalui
ketersediaan tenaga kerja dan formasi kapital yang selanjutnya
dapat digunakan untuk membangun sektor industri. Pertanian atau
usahatani merupakan proses produksi dimana input alamiah berupa
lahan dan unsur hara yang terkandung di dalamnya, sinar matahari
serta faktor klimatologis (suhu, kelembaban udara, curah hujan,
topografi dan lain-lain) berinteraksi melalui proses tumbuh
kembang tanaman dan ternak untuk menghasilkan output primer
yaitu bahan pangan dan serat alam.
Indonesia merupakan negara

agraris

sehingga

sektor

pertanian sangat menunjang perekonomian bangsa. Kekayaan alam
yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak merupakan
potensi dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Tetapi pada

kenyataannya

Indonesia

sampai

saat

ini

belum

mampu

memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Ada banyak faktor
yang menyebabkan kemunduran pemanfaatan potensi tersebut,
salah satu faktor yang menyebabkan kurang majunya pertanian di
Indonesia adalah petani yang belum banyak mengenal berbagai
terobosan teknologi baru di bidang pertanian yang dapat
meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani.

Ilmu ekonomi pertanian bersumber pada dua jenis cabang
ilmu: ilmu pertanian atau usahatani dan ilmu ekonomi. Sebelum
mendefinisikan ekonomi pertanian perlu dikaji terlebih dahulu
ruang lingkup ilmu ekonomi dan peran sektor pertanian dalam
perekonomian

secara

umum.

Selanjutnya

karena

ekonomi

2

pertanian dapat dipandang sekaligus sebagai cabang ilmu-ilmu
pertanian dan ilmu ekonomi, maka ekonomi pertanian harus

mencakup analisis ekonomi dari proses teknis produksi serta
hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian.
Selanjutnya berdasarkan ciri ekonomis yang lekat pada
masing-masing corak pertanian dikenal dua kategori pertanian
yakni pertanian subsisten dan pertanian komersial. Pertanian
subsisten ditandai oleh ketiadaan akses terhadap pasar, dengan kata
lain produk pertanian yang dihasilkan hanya untuk memenuhi
konsumsi keluarga, tidak dijual. Pertanian komersial umumnya
menjadi karakter perusahaan pertanian (farm) di mana pengelola
usahatani telah berorientasi pasar. Artinya seluruh output pertanian
yang dihasilkan seluruhnya dijual dan tidak dikonsumsi sendiri.
Di daerah pedesaan terdapat banyak sekali hal-hal yang
menarik yang dapat dipelajari dan diteliti oleh mahasiswa, antara
lain pola konsumsi masyarakat desa yang berbeda dengan pola
konsumsi masyarakat kota. Masyarakat desa yang sebagian besar
merupakan petani biasanya mempunyai kebiasaan hidup yang
sederhana. Mahasiswa perlu terjun ke lapangan untuk mengetahui
secara langsung kondisi perekonomian, budaya serta faktor-faktor
sosial yang ada di pedesaan sehingga dapat merasakan dan
memahami pola kehidupan yang ada pada masyarakat desa.

Praktikum Ekonomi Pertanian yang akan diadakan pada tanggal
06 –08 Desember 2013 ini, bertempat di Desa Senting, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali. Pemilihan lokasi praktikum ini
dikarenakan sebagian besar mayarakatnya bermata pencaharian
sebagai petani. Jenis usahatani nya juga beragam dan bertingkattingkat. Mahasiswa diharapkan memperoleh informasi mengenai
keadaan sosial ekonomi di pedesaan sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi pembangunan di Indonesia khususnya di sektor
pertanian agar berkembang dan menuju Indonesia yang lebih baik.

3

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah karakteristik kehidupan rumah tangga petani
Desa Senting di Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali?
2. Bagaimanakah karakteristik ekonomi mengenai pendapatan
rumah tangga petani di Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali?
3. Bagaimanakah besar konsumsi, tabungan serta investasi pada
rumah tangga petani di Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
Tujuan pada praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah:
1. Mengenalkan kepada mahasiswa mengenai kehidupan rumah
tangga petani di pedesaan serta diharapkan mahasiswa
mengetahui secara nyata tentang karakteristik rumah tangga
petani di pedesaan.
2. Melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai
pendapatan rumah tangga petani baik dari usahatani maupun
dari luar usahatani.
3. Melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan serta
investasi oleh rumah tangga petani.
D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian
Kegunaan dari praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah:
1. Bagi pemerintah Kabupaten Boyolali, hasil praktikum ini
diharapkan

dapat

menjadi


sumbangan

pemikiran

dari

mahasiswa mengenai kondisi dan karakteristik pedesaan serta
kehidupan rumah tangga petani di Kecamatan Nogosari,

4

Kecamatan Andong, Kecamatan Simo, Kecamatan Sambi, dan
Kecamatan Kerenggedhe.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan
dapat mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum
pendidikan pertanian.
3. Bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan tentang ekonomi
pertanian dan sebagai persyaratan dalam menempuh mata
kuliah Ekonomi Pertanian di semester 1.


5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan
Desa diawali dari manusia yang hidup bergerombol baik
dalam satu lingkungan yang besar maupun lingkungan yang kecil
dan bertempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Segala macam
perkembangan yang mereka alami dan pertumbuhan jiwa yang
semakin banyak kemudian mulai dipikirkan masalah keamanan
dan tata tertib dalam pergaulan sesamanya dengan maksud untuk
memelihara ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan
pantas sebagai keluarga besar (Kusnaedi, 2005).
Dilihat dari segi sosial budaya, desa dicirikan oleh hubungan
sosial antara penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan
kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan dan kurang
tampak adanya pengkotaan, atau dengan kata lain bersifat
homogen, serta bergotong royong. Di sisi lain, masyarakat desa

selalu dikonotasikan dengan ciri tradisional, kuatnya ikatan dengan
alam, eratnya ikatan kelompok, guyup rukun, gotong royong, alonalon waton kelakon, gremet-gremet asal selamet, peternalistik dan
sebagainya, atau yang semakna dengan

gemeinshaft atau

community (Virizky, 2010)
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam
mengelola lingkungan pedesaan. Komponen-komponen yang dapat
menjadi alat perhatian, bahwa komponen penting pedesaan adalah
jenis pekerjaan, lingkungan alam, ukuran komunitas, kepadatan
penduduk, heterogenitas dan homogenitas penduduk, diferensiasi
dan stratifikasi sosial, mobilitas sosial dan sistem interaksi sosial.
Selain itu, kemandirian lokal masyarakat pedesaan juga merupakan
komponen penting dari pedesaan (Asriyanto, 2009).
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup
bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian

6


mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik
dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa.
Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan
perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian
karakteristik tersebut sudah tidak berlaku (Prayudi, 2008).
Sifat masyarakat di wilayah pedesaan dan kondisi wilayahnya
pada umumnya memiliki perbedaan dengan sifat masyarakat dan
kondisi wilayah perkotaan. Perbedaan ini berimplikasi pula pada
pola dan strategi yang akan diterapkan untuk pelaksanaan
pembangunan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat
merumuskan kebijaksanaan pembangunan yang sesuai dan strategi
yang tepat di pedesaan, berbagai karakteristik yang terkait dengan
wilayah pedesaan perlu dipahami dengan baik.

Dalam uraian

berikut ini adakan dibahas karakteristik perekonomian pedesaan,
kondisi sosial budaya masyarakat pedesaan dan kondisi wilayah
dan sumberdaya pedesaan (Luthfifatah, 2008).
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup

bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian
mereka. Sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait
dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama
ini masih sering ditemui antara lain sederhana, mudah curiga,
menjunjung tinggi unggah-ungguh, guyub, kekeluargaan lugas,
tertutup dalam hal keuangan, perasaan minder terhadap orang kota,
menghargai (ngajeni) orang lain, jika diberi janji akan selalu
diingat,

suka

gotong-royong,

demokratis

dan

religius

(Prayudi,2008).
Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat
dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga
masyarakat
berkelompok

pedesaan
atas

lainnya.

dasar

Sistem

sistem

kehidupan

kekeluargaan.

biasanya
Penduduk

masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian

7

walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan lainnya.
Akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian

(Yuniastuti,

2004).
B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani
Produktivitas usahatani dapat dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang ada dalam usahatani, meliputi individu petani itu
sendiri, tanah tempat usahatani, tenaga kerja yang digunakan dalam
usahatani, modal yang dibutuhkan dalam usahatani, tingkat
teknologi yang digunakan dalam usahatani, kemampuan petani
dalam mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah anggota
keluarga (Soetriono, 2006)
Sebuah produktivitas usahatani yang dicapai, dipengaruhi
oleh kualitas dari lahan garapan petani. Pada tingkat teknologi
yang sama dengan jenis varietas yang digunakan maupun kualitas
usahatani yang diterapkan juga sama, produktivitas usahataninya
dapat berbeda atau bervariasi akibat perbedaan pada kualitas lahan.
hal ini lah yang menyebabkan produktivitas usahatani pada tiap
daerah dapat berbeda-beda (Maulana, 2004).
Kendala utama pengembangan pertanian ke depan adalah
ketersediaan lahan pertanian. Pengembangan lahan pertanian tidak
dapat

dipisahkan

dari

pengembangan

infrastruktur

irigasi.

Keterbatasan pengembangan lahan di Indonesia diindikasikan oleh
adanya penurunan lahan pertanian sebesar 0,4 persen/tahun dalam
dua dasa warsa terakhir (1980-2000). Perluasan lahan sawah
beririgasi sangat lambat, yaitu 0,2%/tahun dan proporsinya relatif
kecil, yaitu 27,0% (2,59 juta hektar) pada tahun 2000. Berdasarkan
pada kesesuaian lahan dan ketersediaan air, areal potensial untuk
pengembangan irigasi adalah sangat terbatas. Kecenderungan
tersebut mengindikasikan kuatnya tantangan peningkatan produksi
dan kesejahteraan petani di pedesaan (Sudaryanto, 2006).

8

Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua
macam, yaitu dari pertanian dan non pertanian. Pendapatan dari
pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan dari hasil berburuh
tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil
pertanian

yang

meliputi

komoditas

pangan,

hortikultura,

perkebunan, ternak dan perikanan. Pendapatan dari luar usahatani
adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian.
Kelompok pendapatan ini secara garis besar dibagi lima sub
sumber pendapatan, yaitu dari hasil perdagangan, menjual jasa
(jasa transportasi, jasa kesehatan, jasa alat pertanian, dan lain-lain)
dan kegiatan industri (industri besar, menengah, skala rumah
tangga), dari kegiatan berburuh di antaranya adalah pertukangan,
buruh

industri

dan

buruh

di

luar

pertanian

lainnya

(Sudana et al., 2003).
Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai
hubungan dengan tanah dengan ciri spesifik produksi pertanian
berakar pada keadaan khusus petani, usahatani keluarga merupakan
satuan dasar pemilikan, produksi, dan konsumsi dan kehidupan
sosial petani, kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan
kedudukan sosial, peranan dan kepribadian petani dikenal secara
baik oleh masyarakat bersangkutan, struktur sosial desa merupakan
keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu;
masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial pra-industri
yang memindahkan unsur-unsur spesifik struktur sosial-ekonomi
dan kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer
(Triyono, 2004).
C. Pendapatan Petani Pedesaan
Pendapatan bersih usahatani adalah pendapatan bersih yang
diperoleh petani dari usahatani dalam satu kali masa musim tanam
yang dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan bersih yang diterima
oleh rumah tangga petani merupakan pendapatan kotor yang

9

diterima oleh petani dikurangi biaya yang dikeluarkan selama
proses tanam (biaya produksi), biaya produksi yang dimaksud
berupa

biaya

pembelian

bibit,

biaya

perawatan

tanaman,

pemberantasan hama (pestisida), pupuk dan tenaga kerja
(Asri, 2012).
Pembangunan disektor pertanian selain bertujuan untuk
meningkatkan produksi juga untuk meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga pertanian. Data yang akurat mengenai pendapatan
rumah tangga pertanian beserta strukturnya sangat diperlukan
untuk mngevaluasi hasil pembangunan pertanian yang telah ada
dan

akan

dilaksanakan

oleh

pemerintah

sebagai

upaya

meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani (Iswadi, 2013).
Pendapatan petani yang rendah terutama disebabkan karena
hasil produksinya yang rendah pula. Penyebab dari rendahnya hasil
produksi karena luas garapan yang sempit dengan tingkat
produktivitas yang rendah, karena hanya diusahakan dengan
teknologi sederhana memakai peralatan dan sarana produksi lain
yang sangat terbatas (Mardikanto, 2004).
D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi Pertanian
Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan
mempunyai peran cukup strategis sehingga preferensi menabung
menjadi bagian dari perilaku mereka. Tabungan sering digunakan
sebagai “peredam” instabilitas pengeluaran, terutama di musim
paceklik. Peran tabungan yang lain adalah sebagai cadangan modal
untuk membiayai usahatani. Pada konteks ketahanan pangan, peran
sebagai stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan
menjadi salah satu pilihan strategi dalam menghadapi ancaman
rawan pangan (Hardono, 2003).
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan investasi total (stok
kapital total), investasi dalam penelitian dan pengembangan, dan
tenaga kerja (angkatan kerja), semakin tinggi pula pengaruhnya

10

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka semakin tinggi
tinggi tingkat pertumbuhan investasi pada sektor pertanian (stok
kapital pertanian), investasi dalam penelitian dan pengembangan
sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian, semakin tinggi
pula pengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian itu sendiri
(Sakka, 2004).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja
yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai
jenis kebutuhanya dalam satu tahun tertentu. Pendapatan yang
diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan,
membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar
sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli
rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya, dan pembelanjaan
tersebut dinamakan konsumsi (Sukirno, 2005).
Pola

konsumsi

dapat

dikenali

berdasarkan

alokasi

penggunaannya. Secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi
digolongkan ke dalam dua kelompok. Dua penggolongan
berdasarkan penggunaanya itu ialah konsumsi untuk makanan dan
konsumsi untuk kelompok bukan makanan (Fauzi, 2003).

11

III.

METODOLOGI

A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Lokasi praktikum ditentukan secara purposive (sengaja),
yaitu memilih sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang disesuaikan dengan tujuan atau daerah penelitian, yaitu
Desa Senting, Kecamatan Sambi yang berada di wilayah
Kabupaten Boyolali. Terdapat lima kecamatan yang dijadikan
sampel dalam praktikum ekonomi pertanian tersebut, yaitu
Kecamatan Nogosari, Andong, Simo, Sambi, dan Karanggedhe
dengan jumlah desa sebanyak 78 desa.
2. Sampel Responden
Penentuan sampel responden menggunakan metode
cluster sampling yaitu dengan mewawancarai sekelompok
rumah tangga yang ada di wilayah terpilih. Kemudian hasil
wawancara ditulis dalam lembar kuisioner yang telah
disiapkan. Pada praktikum kali ini populasi yang diambil
sebanyak 30 reponden yang terdapat di Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Kemudian data yang
telah terkumpul ditabulasi, selanjutnya dianalisis.
B. Data yang Dikumpulkan
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari
responden secara langsung, yaitu dengan cara wawancara, dan
hasil wawancara ditulis dalam kuisioner yang telah disiapkan.
Data

tersebut

responden,

meliputi

produksi

dan

identitas

responden,

penerimaan

usahatani

responden,

total

12

pendapatan, kebutuhan konsumsi rumah tangga responden,
tabungan serta investasi responden.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu
instansi misalnya Kelurahan, dinas pertanian, kantor statistik,
kecamatan, dan lain-lain. Pada praktikum ini data yang
diperoleh diambil dari Balai desa Senting berupa data
monografi Desa Senting.
C. Metode Analisis Data
Untuk analisis data pada praktikum Ekonomi Pertanian
diperlukan pengetahuan statistik. Sedangkan statistik yang
digunakan adalah statistik diskriptif yaitu distribusi frekuensi.
Metode analisis yang digunakan adalah:
1. Analisis Tabulasi Silang
Analisis tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis
distribusi relatif dengan menyajikan hubungan antara variabel
satu dengan yang lain.
2. Analisis Persentase
Analisis persentase yaitu data dibagi beberapa kelompok yang
dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dalam hal cara ini
dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya
yaitu ditunjukkan dengan persentase yang tertinggi begitu pula
sebaliknya.
3. Angka Rata-rata
Analisis angka rata-rata yaitu untuk mengetahui tafsiran secara
kasar untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu
karakteristik.

13

4. Analisis Usahatani
Analisis usahatani yaitu data berdasarkan analisis dari
pendapatan petani yang diperoleh dari penerimaan usahatani
dikurangi dengan biaya usahatani.

14

15

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Desa
1. Karakteristik Wilayah
Desa Senting merupakan salah satu desa yang berada pada
kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Sebagian besar mata pencaharian
penduduk di Desa Senting adalah sebagai peternak dan petani. Di desa ini
terdapat waduk yang diberi nama waduk Cengklik yang sedang
dikembangkan menjadi objek wisata. Jarak Desa Senting dari Kecamatan
sejauh 4 km, dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor dalam
waktu 10 menit. Sedangkan jarak desa dengan Kabupaten sejauh 15 km
dapat ditempuh selama 30 menit, dan jarak desa dengan Ibukota Propinsi
sejauh 125 km.
Desa Senting memiliki batasan – batasan wilayah, seperti sebelah
utara yaitu Kelurahan Demangan. Sebelah selatan berbatasan dengan
Kelurahan Ngargorejo. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan
Canden dan Kelurahan Tempursari serta sebelah timur berbatasan dengan
waduk dan kelurahan Sobokerto.
2. Penduduk
a.

Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Jumlah penduduk merupakan jumlah keseluruhan orang yang
bertempat tinggal di suatu wilayah. Sedangkan, jumlah rumah tangga
merupakan jumlah masing-masing orang yang telah mempunyai
keluarga secara sah di suatu wilayah. Berikut disajikan data jumlah
penduduk dan jumlah rumah tangga di Desa Senting, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali.
Tabel 4.1.2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Desa
Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun
2012
J
J
umlah Penduduk
umlah Rumah Tangga (KK)
3
9
5882
15

16

Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data di atas jumlah penduduk di Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali sebanyak 35882 jiwa,
sedangkan jumlah rumah tangga sebanyak 915 kepala keluarga. Jadi,
mayoritas penduduk Desa Senting adalah bagian dari rumah tangga
keluarga. Karena perbandingan antara jumlah penduduk keseluruhan
dengan jumlah rumah tangga bisa diperkirakan hampir setiap KK
memiliki lebih dari sama dengan tiga anggota keluarga.
b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin penduduk dibedakan menjadi lakilaki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin
dapat menunjukkan beberapa hal antara lain. Sex ratio yaitu nilai
perbandingan antar jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk menurut jenis kelamin sangat berguna
dalam mengetahui perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan (Sex Ratio). Sex ratio adalah
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan. Berikut ini disajikan tabel jumlah penduduk Desa Senting
menurut jenis kelamin.
Tabel 4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa
Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun
2012
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Jumlah
1786
1796
3582

%
49,86%
50,13%
100%

Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas menurut data jenis kelamin, maka
dapat dilihat persentase perbandingan antara penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan atau disebut dengan sex ratio. Untuk

17

mengetahui besarnya sex ratio maka dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :

SR=
=

Jumlah penduduk laki−laki
x 100
Jumlah penduduk perempuan

1786
x 100
1796

= 99,44% ≈ 100%
Sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan dikali 100 %. Dari tabel diatas dapat
diketahui jumlah penduduk laki-laki 1786 dan jumlah penduduk
perempuan 1796. Sex ratio pada tahun 2012 sebesar 99,44%. Hal ini
berarti bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat kurang
lebih 100 penduduk pria (setara). Sex ratio dipengaruhi oleh
perubahan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Semakin
rendah jumlah laki-laki dibandingkan perempuan maka sex rationya
semakin tinggi begitu pula sebaliknya.
Efek atau dampak dari perbedaan jumlah penduduk pria dan
wanita antara lain adalah dengan adanya kesetaraan gender atau
kebebasan yang sama antara pria dan wanita dalam memperoleh atau
mencari pekerjaan. Selain itu dengan adanya perbedaan jumlah
tersebut menjadikan posisi pria sangat penting terutama dalam hal
pengolahan sawah dan kerja–kerja yang mengharuskan tenaga yang
besar. Perbedaan jumlah antara jumlah pria dan wanita juga dapat
mengakibatkan adanya kesulitan dalam mencari tenaga kerja pria
untuk menggarap sawah, sehingga kadang wanita yang menggantikan.
c.

Jumlah Penduduk Menurut Umur
Jumlah

penduduk

menurut

umur

dapat

menentukan

produktivitas dari masing-masing umur, dibedakan menjadi dua untuk
mengetahui tingkat produktivitas menurut umur, yaitu produktif dan
non produktif. Kedua tingkat produktivitas ini selalu berubah
dikarenakan adanya kematian, merantau atau meninggalkan kampung

18

halaman dan menetap di desa lain, serta migrasi ke daerah lain. Tidak
semua umur merupakan usia produktif, usia produktif adalah
penduduk yang berusia 15-60 tahun. Sedangkan, penduduk yang
merupakan usia non produktif adalah berusia sekitar lebih dari 60
tahun. Berikut tabel jumlah penduduk menurut umur di Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.
Tabel 4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012
Umur (Tahun)
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
>40
Total
Sumber: Data Sekunder

Jumlah (orang)
145
147
201
166
174
296
408
398
1647
3582

%
4,04
4,10
5,61
4,63
4,85
8,26
11,39
11,11
45,97
100

Jumlah penduduk berdasarkan umur dengan rasio penggolongan
usia produktif dan non produktif dapat dicari melalui rumus berikut:

=

Jumlah penduduk nonproduktif
x 100
Jumlah penduduk produktif

=

493
x 100
3089
= 15,959 %

ABT

Berdasarkan data yang kami dapat dari hasil pengamatan kami,
penduduk dengan rentan usia lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 1647
jiwa menjadi penduduk dengan kelompok terbanyak di Desa Senting.
Artinya, penduduk di daerah ini paling banyak dihuni oleh usia-usia
nonproduktif. Bahkan angka di atas belum menunjukkan usia
nonproduktif pada usia anak-anak atau bayi.
Sedangkan, untuk usia produktif di Desa Senting, yaitu kisaran
umur 15 sampai 39 tahun ada 1442 jiwa, dengan rincian usia 15-19

19

tahun sebanyak 166 jiwa, usia 20-24 tahun sebanyak 174 jiwa, usia
25-29 sebanyak 296 jiwa, usia 30-34 tahun sebanyak 408 jiwa, dan
usia 35-39 tahun sebanyak 398 jiwa. Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa penduduk usia nonproduktif menempati posisi terbanyak di
Desa Senting dibandingkan dengan penduduk usia produktif.
d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Jumlah penduduk menurut pendidikan penting diketahui untuk
menentukan sumber daya manusia yang ada pada suatu wilayah.
Semakin tinggi pendidikannya maka semakin tinggi pula sumber daya
manusia yang ada pada suatu wilayah, dan sebaliknya. Sumber daya
manusia merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan suatu
wilayah. Berikut tabel jumlah penduduk menurut pendidikan di Desa
Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.
Tabel 4.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali 2012
NO
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Belum sekolah
123
2
Tidak tamat SD
127
3
Tamat SD/Sederajat
402
4
Tamat SLTP/Sederajat
816
5
Tamat SLTA/Sederajat
315
6
Tamat Akademi/Sederajat
25
7
Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat
17
8
Buta huruf
124

1949
Sumber : Data Sekunder

Senting,

%
6,31
6,51
20,63
41,87
16,16
1,28
0,87
6,36
100

Berdasarkan tabel di atas, pendidikan tertinggi penduduk Desa
Senting adalah tamat perguruan tinggi atau lulus sebagai sarjana, akan
tetapi hanya sedikit atau sebagian kecil yang mengenyam pendidikan
tersebut. Karena keterbatasan biaya yang dimiliki sehingga mayoritas
penduduk

desa

ini

hanya

mengenyam

pendidikan

hingga

SLTP/Sederajat dengan jumlah sebanyak 816 jiwa.
Selain itu, tingkat pendidikan di desa ini bisa dikatakan masih
rendah. Karena adanya penduduk dengan jumlah yang banyak sama

20

sekali tidak mengenyam pendidikan, hal tersebut berdampak pada
ketidakmampuan

dalam

membaca

atau

buta

huruf.

Dengan

kemampuan yang terbatas itu masyarakat di desa ini juga hanya bisa
berkecimpung dalam usaha pertanian. Usaha pertaniannyapun juga
masih subsisten belum bisa rasional.
Kemungkinan dari hasil pengamatan kami, pada saat dahulu
pendidikan belum begitu diperhatikan. Sehingga, hanya dengan bisa
membaca dan menulis mereka merasa cukup. Terbukti sebanyak 816
warga hanya menamatkan pendidikan di jenjang SLTP dan sebanyak
402 di jenjang SD. Namun ada juga penduduk yang tidak bersekolah
atau sekolah tetapi tidak lulus, mereka mengganggap lebih baik ikut
bekerja mencari uang untuk makan dari pada bersekolah lama dan
menghabiskan uang. Penduduk tidak tamat SD sebesar 127 dan
penduduk yang tamat SD yaitu 402 orang. Pada generasi selanjutnya
pendidikan mulai di perhatikan terbukti bahwa tamatan jenjang yang
lebih tinggi seperti SLTA dan Akademi/PT memegang andil dalam
pendidikan. Perhitungan 315 warga yang tamat SLTA dan 42 warga
yang tamat Akademi/PT.
e.

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian merupakan jumlah
penduduk yang dikelompokkan berdasar masing-masing mata
pencaharian atau profesi. Pengelompokkan ini didasarkan untuk
mengetahui sumber daya terbesar yang ada pada suatu daerah
sehingga menjadi pusat pergerakan dalam mata pencaharian. Berikut
disajikan tabel jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa
Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

21

Tabel 4.1.2.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa
Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun
2012
No
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12

Mata Pencaharian
Petani
Nelayan
Pengrajin/industri kecil
Buruh industri
Buruh bangunan
Pedagang
Pengangkutan
Pengawai negeri sipil
Polri
Pensiunan
Peternak
Total

Jumlah
809
25
3
45
78
525
4
33
2
17
1387
2928

%
27,62
0,85
0,10
1,53
2,66
17,93
0,13
1,12
0,06
0,58
47,37
100

Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh data bahwa mata
pencaharianterbesar penduduk di Desa Senting bukanlah dari sektor
pertanian, akan tetapi berasal dari sektor peternakan. Pada sektor
peternakan terdapat 1387 jiwa yang menekuni profesi beternak,
sedangkan pada mata pencaharian usaha tani terdapat 809 jiwa.
Mata pencaharian yang paling minim di Desa Senting adalah
sebagai Polri. Hal ini dapat disebabkan rendahnya jaringan pedesaan
dengan perkotaan sehingga profesi tersebut jumlahnya sangat minim.
Sedangkan, mayoritas mata pencaharian penduduk desa ini adalah
sebagai petani dan pedagang. Kedua profesi ini menjadi sangat
dominan di Desa Senting karena wilayahnya yang mendukung dalam
pengelolaan usaha tani sekaligus memasarkan hasil produksi tani.

22

3. Kondisi Pertanian
a.

Tata Guna Lahan Pertanian
Lahan di Desa digunakan untuk sawah, tegal, pemakaman dan
masjid. Lahan tersebut digunakan masyarakat desa untuk kehidupan
sehari-harinya seperti contoh untuk mencari nafkah.
Tabel 4.1.3.1 Pola Tata Guna Lahan Pertanian Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No
1
2
3
4

Lahan
Sawah
Tegal
Pemakaman
Masjid

Pola Tanam
Untuk mencari nafkah, bertanam, dll
Untuk mencari nafkah, bertanam, dll
Mengubur orang meninggal
Sarana peribadahan warga desa

Sumber : Data Sekunder
Desa Senting menggunakan lahannya bukan hanya digunakan
untuk membangun rumah, tetapi juga digunakan untuk mencari
nafkah. Pembangunan masjid dan pemakaman sangat dibutuhkan
warga desa tersebut.
b.

Luas Panen dan Produksi Lahan Pertanian Umum
Di Desa Senting merupakan lahan tadah hujan. Pola tanam di
sana disesuaikan dengan keadaan cuaca dan kondisi geografisnya.
Untuk menunjang agar hasil produksi pertanian mereka maksimal dan
sesuai dengan apa yang diinginkan. Produksi lahan pertaniannya juga
harus sesuai dengan cuaca agar bisa bagus. Berikut tabel pola tanam
lahan pertanian Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.
Tabel 4.1.3.2 Pola Tanam Lahan Pertanian Desa Senting, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012
No
1
2

Lahan
Sawah
Sawah

Pola Tanam
Padi-Padi-Padi
Padi-Padi-Palawija

%
50%
50%

Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas kita dapat menyimpulkan bahwa
pola tanamnya yaitu padi-padi-padi dan padi-padi-palawija. Para
petani selalu bisa menanam padi untuk musim tanam pertama dan
musim tanam ke dua karena cuaca dan kondisinya sangat

23

memungkinkan untuk menaanam padi. Palawija di tanam pada musim
tanam ke tiga karena pada musim tanam ke tiga tersebut cuaca dan
kondisi lahannya kering. Mereka hanya bisa menanam palawija pada
masa tanam ke tiga tersebut.
Tetapi pada musim tanam ke tiga juga ada beberapa petani yang
bisa menanam padi. Mereka masih bisa menanam padi karena kondisi
lahan

mereka

mencukupi

untuk

di

tanami

padi

dan

bisa

menghasilakan produksi yang maksimal. Pola tanam yang diterapkan
petani disini melihat kondisi dan cuaca untuk memilih apa yang akan
di tanam. Memperhatikan itu maka nanti produksi pertanian mereka
c.

akan lebih baik karena sesuai dengan cuaca dan kondisi lahan mereka.
Tanaman Keras
Tanaman keras merupakan tanaman yang bisa ditanam oleh
petani selain tanama pokok tersebut. Di desa Senting terdapat
beberapa tanaman keras yang dapat ditanam oleh para petaninya.
Tanaman ini bisa ditanam di pekarangan ataupun tegal mereka.
Tanaman keras ini diperlukan jika ada kebutuhan lain selain tanaman
pokok tersebut. Berikut adalah tabel tanaman keras yang ada di Desa
Senting.
Tabel 4.1.3.3 Tanaman Keras Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6

Jenis tanaman
Jagung
Ketela Pohon
Kacang Tanah
Kedelai
Sayuran
Buah-buahan

Luas (ha)
20
40
15
24
2
1

Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat bahwa mayoritas
petani di Desa Senting menanam ketela pohon untuk tanaman
kerasnya. Ketela pohon merupakan sumber karbohidrat juga. Para
petani memanfaatkan tanaman ini untuk mengganti nasi apabila dalam
keadaan tidak ada beras. Selanjutnya tanaman keras yang di tanam

24

oleh petani adalah jagung. Jagung juga merupakan sumber karbohidrat
setelah padi dan ketela pohon. Urutan selanjutnya yaitu kedelai,
kacang tanah, sayuran dan yang terakhir buah-buahan.
Disimpulkan bahwa rata-rata petani menanam tanaman keras
adalah

tanaman

yang

mengandung

karbohidrat.

Karbohidrat

merupakan sumber energi mereka, jadi mereka menanam itu untuk
mencukupi kebutuhan energi mereka setelah nasi yang biasa mereka
makan. Karbohidrat sangatlah penting bagi petani karena itu adalah
salah satu sumber energi mereka untuk bekerja di lahan pertanian.
Buah dan sayur hanya sebagai pelengkap saja.
d. Peternakan
Penduduk di Desa Senting tidak menpunyai ternak yang besar.
Masyarakat hanya mempunyai satu sapi atau kambing untuk hewan
peliharaan. Hewan ini dipelihara untuk membantu para petani bila saat
panen karena jeraminya bisa dikasihkan hewan tersebut. Peternakan
dalam skala luas di Desa Senting ini tidak ada karena masyarakat
lebih memilih dalam sektor pertanian daripada peternakan.
4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan
a.

Sarana Perekonomian
Desa Senting memiliki sarana perekonomian di desanya. Sarana
perekonomian

tersebut

digunakan

untuk

memenuhi

kebutuhan

ekonominya. Sarana perekonomian tersebut juga menunjang di bidang
sektor pertanian. Berikut adalah tabel sarana perekonomian yang ada di
Desa Senting.

25

Tabel 4.1.4.1 Sarana Perekonomian Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Sarana Perekonomian
Koperasi
Pasar 5 hari sekali
Pasar bangunan permanen
Pasar tanpa bangunan semi permanen
Pasar desa
Toko / kios/ warung
Bank
Lumbung desa
Stasiun kapal udara
Stasiun kapal laut
Stasiun kapal api
Stasiun bus
Stasiun oplet / Bemo / Taksi
Telepon umum

Jumlah
1
15/ 11 / 25
1
-

Sumber : Data Sekunder
Di

Desa

Senting

sarana

perekonomian

yang

digunakan

diantaranya adalah bank, koperasi, KUD. Sarana ini digunakan para
petani

untuk

menggunakan

menunjang
sarana

perekonomian

inidapat

mudah

mereka.
dalam

Masyarakat
melaksanakan

perekonomiannya. Sarana ini menyediakan berbagai bantuan dan
keperluan yang dibutuhkan oleh petani untuk menunjang hidupnya.
Sarana perekonomian ini begitu membantu para petani dalam
produksi ekonominya. Masyarakat memanfaatkan sarana ini dengan
baik agar mendapat hasil dan pendapatan serta untung yang banyak dan
memuaskan. Adanya sarana perekonomian ini masyarakat desa bisa
sedikit tidak terbebani oleh masalah ekonomi mereka.
b.

Sarana Transportasi
Desa Senting mempunyai sarana transportasi yang membantu
mereka menempuh perjalanan. Sarana tersebut dimanfaatkan desa
tersebut untuk keluar dari desa. Sarana ini memudahkan mereka dalam
bepergian. Sarana transportasi di Desa Senting dapat kita lihat dalam
tabel di bawah ini :

26

Tabel 4.1.4.1 Prasarana dan Sarana Transportasi Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012
No
1

2

3

Jenis
Jenis Jalan
a. Jalan Negara
b. Jalan Propinsi
c. Jalan Kabupaten / Kota
d. Jalan Desa
Kelas Jalan
a. Jalan kelas I
b. Jalan kelas II
c. Jalan kelas III
d. Jalan kelas IIIa
e. Jalan kelas IV
f. Jalan Desa
Jembatan
a. Jembatan Beton
1) Kondisi Baik
2) Kondisi Sedang
3) Kondisi Rusak
b. Jembatan Besi
1) Kondisi Baik
2) Kondisi Sedang
3) Kondisi Rusak
c. Jembatan Kayu / bamboo
1) Kondisi Baik
2) Kondisi Sedang
3) Kondisi Rusak
d. Jembatan Lain – lain
1) Kondisi Baik
2) Kondisi Sedang
3) Kondisi Rusak
Jumlah

Luas (km)
2
3
8
6
12
4
1
30
0,075
0,075
66,15

Sumber: Data Sekunder
Dari data tabel di atas dapat kita lihat bahwa sarana transportasi di
Desa Senting adalah kendaran bermotor. Kendaraan bermotor inilah
yang membantu mereka dalam melakukan aktivitas sehari-harinya.
Kendaraan bermotor ini membantu mereka melakukan pekerjaan
mereka dan juga bisa membantu apabila mau pergi ke tempat yang
mereka tuju. Adanya alat transportasi ini kehidupan mereka menjadi
lebih ringan.

27

Alat transportasi ini juga tidak semua memiliki. Mungkin hanya
sebagian saja. Paling tidak satu rumah ada satu kendaraan bermotor itu
sudah cukup membantu dalam kehiupan mereka. Mempunyai satu saja
sudah bisa membantu mereka melakukan aktivitas sehari-hari.
Begitulah sarana transportasi di Desa Senting.
c.

Sarana Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan sekarang ini amatlah penting, karena pendidikan bisa
mencerminkan bagaimana karakter orang tersebut. Pemerintah juga
telah mengeluarkanaturan bahwa wajib belajar adalah 9 tahun. Di sini
masyarakat wajib mempunyai pendidikan minimal SMP agar sumber
daya manusia di Indonesia tidak rendah. Berikut sarana pendidikan di
Desa Senting.
Tabel 4.1.4.2 Sarana Pendidikan Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2012
No
1
2
3
4

Sarana Pendidikan
TK
SD
SMP
SMA

Jumlah
2
2
-

Sumber: Data Sekunder
Tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan di Desa
Senting masih sangatlah terbatas. Di Desa ini hanya terdapat 2 TK dan
2 SD. Sarana pendidikan yang terbatas ini mengakibatkan masyarakat
desa harus pergi ke luar desa untuk menyekolahkan anaknya. Keadaan
inilah yang membuat para petani pendidikannya rendah. Mereka harus
jauh jauh pergi ke luar desa untuk menyekolahkan anaknya.
Sarana pendidikan yng sangat terbatas ini akan memberikan
dampak bagi pendidikan masyarakatnya juga. Kebanyakan masyarakat
di desa malas untuk pergi jauh hanya dengan menyekolahkan anaknya.
Akhirnya pendidikan mereka kebanyakan hanya sampai SD saja.
Sarana kesehatan juga sangat penting dalam menunjang kesehatan
sehari-hari. Sarana ini untuk menunjang kehidupan masyarakat. Adanya
sarana

kesehatan

ini

membantu

masyarakat

untuk

melalukan

28

pengobatan apabila sakit. Berikut tabel sarana kesehatan di Desa
Senting.
Tabel 4.1.4.3 Sarana Kesehatan Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No
1
2
3
4

Sarana Kesehatan
Puskesmas
Bidan
Poliklinik
Panti Pijat

Jumlah
1
1
1
1

Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa sarana kesehatan
yang ada di Desa Senting adalah puskesmas, bidan, poliklinik, dan panti
pijat. Sarana tersebut masing-masing hanya ada satu. Masyarakat sangat
memanfaatkan sarana tersebut untuk berobat karena hanya ada itu
sarana kesehatannya. Di Desa ini rumah sakit umum belum ada karena
desa Senting termasuk kawasan wilayah desa yang kecil jadi
pemerintah tidak mendirikan rumah sakit di Desa ini.
Masyarakat apabila ingin berobat di rumah sakit mereka harus
pergi ke luar desa untuk berobat. Kebanyakan masyarakat desa ini
belum punya kartu sehat. Mereka tidak mendapat kartu sehat dari
pemerintah. Alternatif utama mereka hanya bisa berobat ke puskesmas
setempat. Apabila punya penyakit yang parah mereka baru pergi ke
rumah sakit yang terdekat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bagus.

29

d.

Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan
Di Desa Senting terdapat sarana peribadatan dan sosial
kemasyarakatan. Sarana ini membantu masyarakat desa untuk
melakukan ibadah. Sarana ini digunakan masyarakat untuk memenuhi
kewajiban mereka sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Berikut
tabel jumlah penduduk menurut umur di Desa Senting, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali.
Tabel 4.1.4.4 Sarana Peribadatan dan sosial kemasyarakatan Desa
Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun
2013
No
1
2
3
4
5
6

Sarana Tempat ibadah
Masjid
Mushola
Gereja
Kanisa
Kuil
Pura

Jumlah
9
8
-

Sumber : Data Sekunder
Desa Senting terdapat sebilan masjid dan delapan mushola, warga
senting banyak yang menganut agama islam. Tidak ada agama lain
disini, seperti Kristen, katolik, budha, dan hindu. Sarana tersebut masih
digunakan masyarakat Desa Senting untuk beribadah dan memenuhi
kewajibannya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
B. Karakteristik Rumah Tangga di Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali
1.

Identitas Responden
a. Jumlah Anggota Keluarga di Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Keluarga merupakan unit mandiri dan unit primer. Sebuah keluarga
menghidupi keluarga tersebut dan keluarga juga merupakan pendidikan
pertama atau primer bagi anggota keluarga tersebut. Sebuah keluarga
biasanya terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya. Berikut tabel jumlah
anggota keluarga di Desa Senting.
Tabel 4.2.1.1 Jumlah Anggota Keluarga di Desa Senting, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

30

Keterangan
Suami
Istri
Anak
Jumlah

Jumlah
30
27
53
110

Sumber: Data Primer
Seperti pada umumnya keluarga terdiri dari beberapa anggota
didalamnya. Ada suami sebagai kepala keluarga. Ada istri sebagai ibu
rumah tangga dan juga ada anak. Kepala keluarga berkewajiban untuk
mencari nafkah bagi keluarganya. Sedangkan istri berkewajiban untuk
mengurus anak dan mengatur rumah.
Dari 30 responden di Desa Senting, semua suami menjadi kepala
keluarga. Ada 3 orang istri dari responden yang sudah meninggal,
sehingga hanya tinggal bersama anak-anaknya. Pada sebuah keluarga
biasanya ada juga yang jumlah anaknya lebih dari satu. Anak-anak yang
sudah dewasa biasanya turut membantu responden dalam menjalankan
usahatani sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan.

31

b. Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Di Desa Senting umur suami dan istri setiap KK berbeda beda.
Pasti ada pautan antara umur suami dan istri. Berikut tabel umur suami
dan umur istri di Desa Senting.
Tabel 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No.
1
2
3
4
5
6

Interval Umur
(tahun)
< 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
> 60

Suami
Jumlah
%
0
0
0
0
4
13,33
9
30
6
20
11
36,67

Istri
Jumlah
%
0
0
0
0
5
18,52
10
37,04
4
14,81
8
29,63

Sumber : Data Primer
Data umur suami dan istri di Desa Senting, dapat diketahui bahwa
mayoritas responden laki-laki atau suami adalah berusia lebih dari 60
tahun. Istri dari responden mayoritas berusia 41-50 tahun. Berdasar hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa responden laki-laki yang berusia
produktif masih lebih banyak dari yang non produktif.

Dari data

tersebut, berarti mayoritas petani atau responden di Desa Senting masih
berusia produktif.
Data tersebut, terlihat bahwa dengan masih banyaknya petani yang
berusia produktif, maka laju pertumbuhan kesejahteraan pendudukpun
masih baik dan seimbang. Karena usia produktif masih dapat bekerja
dengan baik dan maksimal. Usia produktif adalah dari rentang usia 15-60
tahun, sedangkan usia non produktif adalah dari rentang usia 0-14 tahun
dan lebih dari 60 tahun.

32

c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Dalam keluarga pendidikan antar suami dan istri juga berbeda.
Pendidikan antara suami dan istri juga ada yang sama tetapi juga
sebagian tidak semuanya sama. Berikut tabel pendidikan suami dan istri
desa Senting.
Tabel 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.

Tingkat
Pendidikan
0–3
4–6
7–9
> 10
Jumlah

Suami
Jumlah
2
19
5
4
30

%
6,67
63,33
16,67
13,33
100

Istri
Jumlah
5
19
2
4
30

%
16,67
63,33
6,67
13,33
100

Sumber: Data Primer
Tingkat pendidikan pada suatu daerah dapat menunjukkan maju
atau tidaknya suatu daerah. Jika pada suatu daerah tingkat pendidikannya
tinggi, maka daerah tersebut akan menjadi maju atau kemajuan daerah
tersebut cepat. Sedangkan jika tingkat pendidikan pada suatu daerah
rendah, maka tingkat kemajuan daerah tersebut cenderung lambat.
Pada masyarakat desa umumnya memiliki tingkat pendidikan yang
rendah. Pendidikan yang rendah tersebut menyebabkan kesejahteraan
desa tersebut rendah. Di Desa Senting mayoritas responden memiliki
tingkat pendidikan hanya sampai SD. Sedikit yang tidak sekolah atau
tidak tamat sekolah. Hanya ada 7 orang yang sampai pada tingkat SMP,
yaitu 5 suami dan 2 istri. Namun jumlah responden yang sampai tingkat
pendidikan SMA dan sederajat juga ada. Ada 8 orang yang tingkat
pendidikannya SMA yaitu 4 suami dan 4 istri. Tingkat pendidikan yang
masih rendah ini kemungkinan karena pendidikan pada saat dahulu
belum begitu diperhatikan sehingga dengan hanya bisa membaca dan
menulis mereka sudah merasa cukup.
d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan di Desa Senting, KecamatanSambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013

33

Perbedaan yang mencolok antara masyarakat kota dengan
masyarakat desa adalah jenis mata pencahariannya. Mata Pencaharian
pada masyarakat desa umumnya adalah dalam sektor pertanian,
sedangkan pada masyarakat kota biasanya pada sektor non pertanian.
Jenis pekerjaan atau mata pencaharian yang menghasilkan di Desa
Senting yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.4 Jenis Pekerjaan Responden yang Menghasilkan di Desa
Senting,Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun
2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jenis Pekerjaan
UT lahan sendiri
UT lahan penyewa
UT lahan penyakap
Ternak sendiri
Buruh Tani desa sendiri
Di luar usahatani
a. Buruh pabrik
b. Buruh bangunan
c. Buruh lain
d. Pegawai Negeri Sipil
e. Pelajar

Jumlah

Jumlah
44
2
3
6
1
7
3
1
67

Sumber: Data Primer
Jenis pekerjaan responden yang menghasilkan di Desa Senting
mayoritas adalah usahatani lahan sendiri. Kebanyakan reponden
merupakan pemilik lahan dan sedikit sekali yang menyewa maupun
menyakap. Biasanya petani pemilik lahan menggarap lahannya sendiri
atau dengan tenaga kerja. Ada juga responden yang beternak sendiri
disamping usahatani sawahnya. Kemudian ada juga yang menjadi buruh
tani di desa sendiri.
Selain dalam usahatani, ada juga pekerjaan lain yang diambil oleh
petani maupun anggota keluarganya. Ada yang bekerja sebagai buruh
pbrik, buruh lain, maupun PNS. Pekerjaan diluar pertanian ini diambil
untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga tersebut. Selain itu
juga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga tani tersebut.
2.

Penguasaan Aset Rumah Tangga

34

a.

Luas Sawah, Tegal, Pekarangan dan Luas Tanah serta Luas Bangunan
Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
Pada masyarakat desa yang umumnya bekerja di sektor pertanian,
maka rata-rata dari mereka memiliki tanah sendiri. Baik itu tanah untuk
bangunan rumah maupun tanah garapan usahatani. Tanah garapan
usahatani contohnya adalah sawah, tegal dan pekarangan.
Tabel 4.2.2.1 Luas Sawah, Tegal, Pekarangan serta Luas Bangunan
Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No.

Aset Rumah Tangga

Jumlah (m2)

1.
2.
3.
4.
Jumlah

Sawah
Tegal
Pekarangan
Bangunan

48450
24500
44374
9856
127180

Luas Rata-rata
(m2)
4323,3
940
991,4
188,37
6443,07

Sumber: Data Primer
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden
lebih banyak yang memiliki sawah. Jumlah sawah yang dimiliki oleh
responden ada 48450 m2dengan rata-rata 4323,3 m2. Sedikit responden
yang memiliki tegal. Hanya ada 24500 m2 tegal yang dimiliki
responden. Mayoritas tegal digunakan untuk menanam kayu tahunan.
Responden mayoritas memiliki pekarangan yang luas. Ada sekitar
44374 m2 luas pekarangan milik responden. Hal ini disebabkan salah
satunya karena kebudayaan masyarakat desa. Dimana tiap rumah
biasanya memiliki pekarangan yang luas. Pekarangan yang luas ini
digunakan untuk menjemur hasil panennya.

35

b.

Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Senting, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu hal primer atau
pokok. Semakin padat penduduk di suatu desa maka, jumlah
pemukiman atau rumah pun semakin banyak. Pada masyarakat desa
umumnya masih menggunakan kayu sebagai bahan material untuk
rumah mereka. Berikut data keadaan bangunan rumah responden di
Desa Senting.
Tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Senting,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No.
1.

2.

3.
4.

Jenis
Kerangka
a. Kayu Jati
b.Kayu tahun
c. Bambu
Dinding
a. Jati
b. Tahunan
c. Bambu
d.Tembok
Atap
Genting
Lantai
a. Ubin
b.Tanah

Jumlah

Jumlah
16
16
6
2
8
6
19
30
25
5
133

Sumber: Data Primer
Rumah pada masyarakat desa umumnya masih menggunakan
rumah gaya lama. Selain itu kerangka dan dinding juga biasanya masih
berupa kayu. Pada keadaan rumah di Desa Senting, kerangka rumahnya
mayoritas menggunakan kayu jati atau kayu tahunan. Ada juga yang
mengenakan bambu. Tapi selain itu ada juga yang memakai bambu dan
kayu untuk kerangka rumahnya. Hal ini disebabkan, masih banyaknya
pohon-pohon yang mereka tanam di tegalan, maupun membeli. Tapi
umumnya kayu yang digunakan untuk kerangka adalah kayu milik
sendiri, sehingga dapat menghemat biaya.

36

Pada dinding yang digunakan, saat ini mayoritas responden sudah
menggunakan dinding kayu pada rumahnya. Namun ada juga yang
masih menggunakan bambu dan kayu untuk rumahnya. Pada atap,
semua responden menggunakan atap genting pada rumahnya. Karena
lebih kuat dan murah. Lantai pada rumah-rumah responden juga
mayoritas sudah berupa ubin, baik itu keramik maupun peluran semen.
Tapi ada juga yang masih berupa lantai tanah.
c.

Pemilikan Elektronik, Kamar dan Mebelair di Desa Senting, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Selain papan atau rumah merupakan kebutuhan primer dalam
kebutuhan sehari-hari, barang-barang seperti alat elektronik juga
merupakan kebutuhan yang penting. Adanya alat-alat elektronik
maupun mebelair juga dapat menjadi patokan dari kesejahteraan
keluarga tersebut. Berikut data kepemilikan alat elektronik, kamar dan
mebelair responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten
Boyolali.
Tabel 4.2.2.3 Pemilikan Alat Elektronik, Kamar dan Mebelair
Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Jenis
Radio
Televisi
VCD
Kulkas
Handphone
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Kursi Tamu
Almari

Jumlah
30
30
21
20
43
30
84
34
87

Sumber: Data Sekunder
Kepemilikan alat elektronik, kamar maupun mebelair dapat
menunjukkan kemampuan ekonomi pada suatu masyarakat. Pada
responden Desa Senting, hampir seluruh penduduk sudah memiliki
radio, televisi maupun VCD. Tapi hanya sebagian yang memiliki
kulkas, yaitu 20 responden. Hal ini disebabkan karena harga kulkas

37

yang cukup mahal, sehingga hanya sebagian saja yang punya.
Responden yang memiliki kulkas umumnya adalah yang kemampuan
ekonominya cukup baik.
Setiap rumah pasti memiliki ruang tamu dan kamar-kamar. Hal ini
karena agar lebih mudah saat menerima tamu. Biasanya kursi tamu
yang dimiliki adalah 1 set. Tetapi ada juga yang memiliki lebih atau
bahkan tidak menggunakan kursi tamu, hanya lesehan. Setiap rumah
biasanya memiliki lebih dari 1 kamar tidur. Karena anggo