Fase Perkembangan Budaya bagi Manusia

Fase Perkembangan Budaya Manusia
Posted by ilham irwansyah Sunday, May 19, 2013 0 comments
Membicarakan tentang budaya tidak lepas dari pembahasan arkeologi, saling berkaitan satu sama
lain. Para arkeologi atau prasejarah berusaha tidak hanya untuk merekonstruksi atau menyusun
kembali cara hidup sehari-hari dan adat istiadat dari bangsa-bangsa masa prasejarah, tetapi juga
menulusuri perubahan kebudayaan dan mengajukan keterangan tentang kemungkinan sebab dari
perubahan-perubahan kebudayaan itu. Pokok perhatiannya sama dengan perhatian seorang ahli
sejarah , tetapi ia menulusuri masa lalu yang lebih jauh . seorang ahli sejarah hanya mempelajari
kebudayaan yang mempunyai catat-catatan tertulis, dan dengan demikian membatasi diri pada
5.000 tahun terakhir dari sejarah manusia. Untuk semua kebudayaan yang telah berlalu dan yang
tidak pernah memiliki tulisan, didalamnya termasuk banyak kebudayaan yang hidup dalam 5.000
tahun terakhir ini, seorang ahli arkeologi bertindak sebagai seorang ahli sejarah. Karena catatancatatan tertulis untuk penelitian tidak ada , maka ia terpaksa menyusun kembali sejarah
berdasarkan sisa-sisa kebudayaan manusia yang didapatinya. Ada sisa budaya semegah kuil-kuil
Maya, yang ditemukan di Chichen Itza di Yucatan, Meksiko, tetapi lebih sering berupa sisa
budaya sederhana saja seperti pecahan dari tembikar, alat-alat dari batu dan bahkan timbunantimbunan sampah. Sisa seprti ini memungkinkan seorang ahli prasejarah, untuk menciptakan
kembali satu sejarah untuk masyarakat-masyarakat manusia yang tidak meninggalkan catatan
lain. Seorang ahli prasejarah bekerja di berbagai daerah di dunia, karena sisa-sisa dari
kebudayaan zaman dulu telah ditemukan disemua benua. Satu tempat yang kaya dengan datadata zaman prasejarah adalah Prancis, di mana kebudayaan Neandertal meninggalkan catatancatatan luar biasa di dinding-dinding gua dan di dalam tanah. Penggalian dekat Les Eyzies
menghasilkan catatan dari orang-orang yang hidup 17.000-12.000 tahun yang lalu, yaitu bangsa
Magdalen. Dari lukisan-lukisan di gua dan dari sejumlah alat-alat beraneka macam yang
diperoleh dari penggalian-penggalian di sekeliling gua-gua, ahli-ahli prasejarah menarik

kesimpulan bahwa bangsa Magdalen pada mulanya merupakan orang-orang yang stabil dan
makmur.
Artifak atau benda budaya yang ditemukan kemudian di daerah sekelilingnya menunjukan
bahwa telah terjadi kemunduran yang besar dalam budayanya, semakin jarangnya peninggala itu
dan sifat dari peninggalan yang ditemukan itu menunjukkan desintegrasi dan menghilangnya
tradisi bangsa Magdalen. Jadi, dengan penemuan dan penyeledikan artifak, seorang ahli
prasejarah dapat mulai menyusun suatu laporan yang cukup wajar tentang orang-orang yang
telah mempergunakan benda itu. Bagi ahli lapangan melakukan penggalian-penggalian dengan
susah payah adalah lumrah dan jika artifak sudah terkumpul, maka ia akan mempergunakan hasil
penelitian disiplin-disiplin lain. Misalnya, sisa-sisa tanaman dan sisa-sisa binatang dipelajarinya
untuk mendapat keterangan tentang iklim, keadaan lingkungan dan makanan. Arkeologi
memusatkan diri pada dua hal yang penting. Satu, memantapkan tahap-tahap perkembangan
kebudayaan ( bagaimana cara-cara hidup berubah ) di berbagai bagian di dunia. Dengan
demikian, ahli arkeologi misalnya akan mengemukakan pertanyaan seperti : Kapan dan dimana
pertanian pertama kali berkembang. Kapan dan dimana kota pertama kali muncul, dan
pertanyaan lain mengenai detil-detil prasejarah. Masalah kedua yang penting untuk arkeologi
adalah untuk memahami apa sebabnya perubahan-perubahan tertentu terjadi, kapan dan dimana
itu terjadi. Sehubungan dengan itu, ahli prasejarah mungkin mencoba memahami apa sebabnya

daerah-daerah yang tinggi di Timur Tengah menunjukkan tanda-tanda pertama dari pemeliharaan

tumbuh-tumbuhan dan penjinakan hewan dan apa sebabnya kota-kota di Timur Tengah pertamatama timbul di lembah-lembah sungai yang setengah kering yang sekarang disebut Irak.
Ringkasnya, ahli-ahli arkeologi harus menyusun kembali apa yang terjadi pada masa prasejarah
sebelum mereka dapat mencoba memahami apa sebabnya perubahan itu terjadi.

A.

BUDAYA

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
B.

Definisi

Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok

orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya,
membuktikan
bahwa
budaya
itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar
dan
meliputi
banyak
kegiatan
sosial
manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya. Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya
seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggotaanggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa
bermartabat
dan
pertalian
dengan
hidup
mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
C.

Fase


Perkembangan

Budaya

Manusia

Fase perkembangan budaya manusia terbagi menjadi 2 zaman, yaitu zaman batu dan zaman

logam.
1.

ZAMAN

BATU

Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu
karena tak memiliki teknologi yang lebih baik. Kayu, tulang, dan bahan lain juga digunakan,
tetapi batu terutama flint dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan senjata.
Zaman Batu sekarang dipilah lagi menjadi masa Paleolitikum, Mesolitikum,megalithikum dan
Neolitikum,

yang
masing-masing
dipilah-pilah
lagi
lebih
jauh.
a.

Zaman

Palaeolitikum

Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih
dikerjakan secara kasar tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya
periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung
kebudayaan ini adalah Homo Erectus. Dalam bahasa Inggris Paleolithic atau Palaeolithic, dalam
bahasa yunani palaios yang berarti purba dan lithos yang berarti batu adalah zaman yang
bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun
50.000
SM

10.000
SM.
Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa dan Asia,
manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000 SM,
manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa.
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dalam kumpulan kecil
untuk mencari makanan. Mereka memburu binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil
hutan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam. Mereka menggunakan batu, kayu dan
tulang binatang untuk membuat peralatan memburu. Alat-alat ini juga digunakan untuk
mempertahankan diri dari musuh. Mereka membuat pakaian dari kulit binatang. Selain itu,
mereka juga pandai menggunakan api untuk memasak, memanaskan badan dan menakutkan
binatang.
b.

Zaman

Mesolitikum

Pada Zaman batu tengah mesolitikum, alat-alat batu zaman ini sebagian sudah dihaluskan
terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode ini juga disebut masa

berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens,
yaitu ras Austromelanosoid (mayoritas) dan Mongoloid (minoritas). Mesolitikum dalam bahasa
Yunani mesos yang berarti tengah, dan lithos yang berarti batu atau zaman batu pertengahan
adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau zaman batu
tua
dan
Neolitik
atau
zaman
batu
muda.
Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman Prasejarah" dalam
bahasa Inggris: Pre-historic Times yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak
terlalu sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The
Dawn
of
Europe
(1947).

c.


Zaman

Megalitikum

Megalit adalah batu besar yang digunakan untuk membangun struktur atau monumen. Megalitik
adalah struktur yang dibuat oleh batu besar. Megalit berasal dari kata dalam bahasa Yunani
megas berarti besar, dan lithos berarti batu. Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman
yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum
dan berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh masyarakat
tentu
memiliki
fungsi.
d.

Zaman

Neolitikum

Neolitik adalah fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri

berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap,
peternakan, dan pembuatan tembikar. Kebudayaan yang dihasilkan pada zaman ini adalah
peralatan
dari
batu
yang
sudah
dihaluskan.
2.

HASIL

a.

KEBUDAYAAN

Palaeolithikum

ZAMAN


BATU

Batu

Tua)

(Zaman

Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alatalat
tsb
adalah:
1. Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini
"Chopper"
(alat

biasanya disebut
penetak/pemotong).

2. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak
bergerigi.
3. Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,yang dapat digunakan untuk
mengupas
makanan.
Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini
pada umumnya untuk : berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat
dikelompokan
menjadi
kebudayaan
Pacitan
dan
Ngandong
b.

Mesolithikum

Ciri
1.

(Zaman

zaman
Alat-alat

pada

zaman

Batu
Mesolithikum

ini

hampir

sama

dengan

zaman

Tengah)
:
Palaeolithikum.

2. Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut "kjoken modinger" (sampah
dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah) Alat-alat zaman Mesolithikum :

1.

Kapak

2.

genggam

Kapak

3.

pendek

(hache

Pipisan

4.

Kapak-kapak

(peble)
Courte)

(batu-batu

tersebut

terbuat

dari

penggiling)

batu

kali

yang

dibelah

Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores
Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua-gua yang disebut "Abris Sous Roche
"
Adapun
alat-alat
tersebut
adalah
:
1.
Flaces (alat serpih) , yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk
mengupas
makanan.
2.

Ujung

3.

batu

mata

panah,

penggilingan

(pipisan),

4.

kapak,

5.

alat-alat

Tiga
1.

dari

bagian

penting

dan

Kebudayaan

tanduk

rusa.

Mesolithikum,yaitu

:

Peble-Culture (alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger

2.
3.

Bone-Culture
Flakes

Culture

c.
Pada

(alat

(kebudayaan

alat

kebudayaan
serpih)

Neolithikum
zaman

ini

alat-alat

Contoh
1.

tulang

Persegi,

didapatkan

Tulang)

di Abris

sous

(Zaman
terbuat

dari

alat
Kapak

dari

batu

BatuMuda)
yang

sudah

tersebut

misalnya

:

Beliung,

Roche

Pacul

dihaluskan.
:

dan

Torah.

2. Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya
diberi
leher.
3.

Kapak

Lonjong.

4.

Perhiasan

5.

(

gelang

Pakaian

6.

dan

kalung

(dari

Megalithikum

Hasil

kebudayaan

zaman

batu

indah),

kulit

Tembikar

d.

dari

kayu)

(periuk
(Zaman

belanga)

Batu

Megalithikum

adalah

Besar
sebagai

)

berikut

:

1. Menhir , adalah tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati
arwah
nenek
moyang
2. Dolmen, adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek
moyang,
Adapula
yang
digunakan
untuk
kuburan
3.

Sarchopagus

atau

keranda,

bentuknya

seperti

lesung

yang

mempunyai

tutup

4. Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas
satu
sama
lain
5.
3.

Punden berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat
ZAMAN

LOGAM

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari
batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang
diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue. Periode ini
juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan
pekerjaan
tangan.
Zaman
logam
ini
dibagi
atas.
a.

Zaman

tembaga

Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya dikenal di
beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) tidak dikenal istilah zaman
tembaga.

b.

Zaman

Perunggu

Zaman logam adalah masalah dalam perkembangan sebuah peradaban ketika kerajinan logam
yang paling maju telah mengembangkan teknik melebur tembaga dari hasil bumi dan membuat
perunggu. Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman untuk masyarakat prasejarah
dan terjadi setelah Zaman Neolitikum di beberapa wilayan di dunia. Di sebagian besar Afrika

subsahara, Zaman Neolitikum langsung diikuti Zaman Besi.Sebagian besar perkakas perunggu
yang tersisa adalah alat atau senjata, meskipun ada beberapa artefak ritual yang tersisa. Waktu
dimulainya
Zaman
Perunggu
berbeda-beda
pada
setiap
kebudayaan.
c.

Zaman

Besi

Dalam arkeologi, Zaman Besi adalah suatu tahap perkembangan budaya manusia di mana
penggunaan besi untuk pembuatan alat dan senjata sangat dominan. Penggunaan bahan baru ini,
di dalam suatu masyarakat sering kali mencakup perubahan praktik pertanian, kepercayaan
agama, dan gaya seni, walaupun hal ini tidak selalu terjadi. Zaman Besi adalah periode utama
terakhir dalam sistem tiga zaman untuk mengklasifikasi masyarakat prasejarah, yang didahului
oleh Zaman Perunggu. Waktu berlangsung dan konteks zaman ini berbeda, tergantung pada
negara atau wilayah geografis. Secara klasik, Zaman Besi dianggap dimulai pada Zaman
Kegelapan Yunani pada abad ke-12 SM dan Timur Tengah Kuno, abad ke-11 SM di India, dan
antara abad ke-8 SM (Eropa Tengah) dan abad ke-6 SM (Eropa Utara) di Eropa. Zaman Besi
dianggap berakhir dengan kebangkitan kebudayaan Hellenisme dan Kekaisaran Romawi, atau
Zaman Pertengahan Awal untuk kasus Eropa Utara.Zaman Besi berhubungan dengan suatu tahap
di mana produksi besi adalah salah satu bentuk paling rumit dari kerajinan logam. Kekerasan
besi, titik lebur yang tinggi, dan sumber bijih besi yang melimpah, membuat besi lebih dipilih
dan murah dari pada perunggu, yang memengaruhi dipilihnya besi sebagai logam yang paling
umum digunakan. Karena kerajinan besi diperkenalkan secara langsung ke Amerika dan
Australasia oleh kolonisasi Eropa, daerah-daerah tersebut tidak pernah mengalami Zaman Besi.
4.

HASIL

KEBUDAYAAN

ZAMAN

LOGAM

Dengan berkembangnya tingkat berpikir manusia, maka manusia tidak hanya menggunakan
bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan
dari logam yaitu perunggu dan besi untuk membuat alat-alat yang diperlukan.
dengan adanya migrasi bangsa Deutro Melayu/Melayu muda ke Indonesia maka masyarakat
prasejarah Indonesia mengenal logam perunggu dan besi secara bersamaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kebudayaan logam yang dikenal di Indonesia berasal dari
Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
Karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga dengan Kebudayaan Dongson.
Munculnya kepandaian mempergunakan bahan logam, tentu dikuti dengan kemahiran teknologi
yang disebut perundagian, karena logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu
untuk mendapatkan alat yang dikehendaki, melainkan harus dilebur terlebih dahulu baru
kemudian
dicetak.
Teknik pembuatan alat-alat perunggu pada zaman prasejarah terdiri dari 2 cara yaitu:
1.

Teknik

a

cire

perdue

Caranya adalah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin, setelah membuat model

dari lilin maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah.
Setelah itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar
melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan
perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang
dikehendaki.
2.

Teknik

bivalve

Caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah
dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut
terbuat
dari
batu
ataupun
kayu.
Dari penjelasan di atas, diskusikanlah bersama teman-teman Anda untuk menentukan diantara 2
teknik tersebut yang lain lebih efektif dan efisien, dan kemukakan alasannya. Hasil diskusi Anda,
dapat Anda tunjukkan pada Guru Bina! Untuk selanjutnya hasil terpenting kebudayaan
logam/perunggu di Indonesia akan disajikan pada uraian materi berikut ini.
A.

Kapak

Corong

Pada dasarnya bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu,
hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai
kayu
.
Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu
dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki. Pada dasarnya bentuk kapak corong sangat
beragam jenisnya, salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa
yang
bentuknya
sangat
indah
dan
dilengkapi
dengan
hiasan.
Kalau dilihat dari bentuknya, tentu candrosa tidak berfungsi sebagai alat pertanian/ pertukangan
tetapi fungsinya diduga sebagai tAnda kebesaran kepala suku dan alat upacara keagamaan. Hal
ini karena bentuknya yang indah dan penuh dengan hiasan. Daerah penyebaran kapak corong di
Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, pulau
Selayar
serta
Irian
dekat
Danau
Sentani.
B.

Nekara

Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel, karena bentuknya semacam
berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya, dan sisi atasnya
tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Dari pernyataan
tersebut,
tentunya
Anda
bertanya
mengapa
nekara
dianggap
suci?
Di daerah asalnya Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila
pemilikya meninggal, maka dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur.
Sedangkan di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja antara lain
ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang dan
dipakai
sebagai
alat
memanggil
hujan.

Daerah penemuan Nekara di Indonesia antara lain, pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali,
Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti dan pulau Kei serta pulau Selayar. Di antara nekaranekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan
tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat
prasejarah. Pada umunya nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar, contoh
nekara yang ditemukan di desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter
dengan garis tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci, sehingga ditempatkan di Pure
Penataran Sasih. Dalam bahasa bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara
Bulan Pejeng. Nekara yang ditemukan di pulau Alor selain bentuknya kecil juga ramping,
disebut dengan Moko. Fungsi Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai
mas
kawin
atau
jujur.
Nekara yang ditemukan di Indonesia tidak semua berasal dari daratan Asia, tetapiada pula yang
berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan cetakan nekara yang terbuat dari
batu di desa Manuaba, Bali. Dan cetakan tersebut kini disimpan di dalam pure desa tersebut.
Setelah pembahasan tentang kapak dan nekara, mudah-mudahan konsep pemahaman Anda
tentang sejarah sebagai sebuah ilmu tentang waktu semakin jelas. Karena apa yang dihasilkan
oleh masyarakat terus mengalami perkembangan dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang
lebih kompleks. Hal ini dapat Anda ketahui melalui hasil-hasil budaya perunggu yang akan
disajikan
pada
materi
berikut
ini.
C.

Arca

perunggu

Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam,
ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya arca perunggu
bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin
tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang
kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung.