Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Fosfat Dan Asam Humat.

  TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman

  Tanaman bawang merah dalam klasifikasi tanaman termasuk dalam divisio spermatophyta , subdivisio angiospermae, kelas monocotiledonae, ordo liliaceae, family liliales, genus allium dan spesies Allium ascalonicum L. (Tjitrosoepomo, 1993).

  Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Hervani, 2009).

  Bentuk daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Rukmana, 1994).

  Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan. Setiap tandan mengandung sekitar 50-200 kuntum bunga. Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna. Biasanya terdiri dari 5-6 benang sari dan sebuah putik dengan daun bunga berwarna hijau bergaris keputih-putihan atau putih, serta bakal buah duduk diatas membentuk suatu bangun berbentuk kubah (Tim Bina Karya Tani, 2008).

  Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang Bombay, tetapi ukurannya kecil. Perbedaan yang lainnya adalah umbinya yang berbentuk seperti buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara berkelompok di pangkal tanaman. kelompok ini dapat terdiri dari beberapa hingga 15 umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

  Syarat tumbuh Iklim

  Bawang merah cocok di daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 m dpl) dengan curah hujan 300 – 2500 mm/thn dan suhunya 25 – 32

  C. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5 –7 (Sumarni dan Hidayat, 2005).

  Bawang merah termasuk tanaman yang menginginkan tempat yang beriklim kering dan suhunya cukup panas. Sistem perakaran tanaman bawang merah sangat dangkal dan angin kencang secara langsung dapat mengakibatkan kerusakan tanaman. Curah hujan yang sesuai adalah antara 300-2500 mm pertahun. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal, bawang merah menghendaki kelembaban udara nisbih antara 80%- 90%, dengan intensitas sinar matahari penuh lebih dari 10 jam sehari. Suhu udara yang ideal antara 25 - 30 C (Tim Bina Karya Tani, 2008).

  Tanah

  Tanaman bawang merah cocok ditanam pada tanah gembur dan subur dengan drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. pH tanah yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5 hingga 6,5 (Ashari, 1995).

  Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dengan pH lebih dari 5,6 dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 % penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah dapat menyebabkan penyakit busuk umbi (Siemonsma dan Pileuk, 1994).

  Pupuk fosfat

  Sukar untuk menyatakan secara terperinci fungsi fosfor (P) dalam tanaman bahkan tanaman yang paling sederhana. Fosfor berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel serta pembentukan lemak serta albumin, pembangunan dan pembuahan termasuk pembuahan biji, apabila tanaman berbuah pengaruh akibat pemberian nitrogen yang berlebihan akan hilang, perkembangan akar, khusus lateral dan akar halus berserabut, kekuatan batang pada tanaman serealia, membantu menghindari tumbangnya tanaman, mutu tanaman khusus rumput untuk makanan ternak dan sayuran dan kekebalan terhadap penyakit tertentu (Soegiman, 1982).

  Unsur P di alam berikatan dengan oksigen yang disebut senyawa fosfat.

  • Tanaman menyerap fosfat dalam bentuk ion fosfat anorganik terutama H

  2 PO 4 , 2-

  dan HPO . Namun, ketersediaan fosfat dalam tanah di Indonesia umumnya

  4

  sangat rendah yang disebabkan karena fosfat terikat menjadi AlPO

  4 pada tanah

  asam atau Ca

  3 (PO 4 ) 2 pada tanah basa. Tumbuhan tidak dapat menyerap fosfat

  (Elfiati, 2005). Fosfat yang merupakan nutrient esensial yang diperlukan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya sebenarnya terdapat dalam jumlah yang melimpah dalam tanah, namun sekitar 95-99% terdapat dalam bentuk fosfat tidak terlarut sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman (Vassileva dkk., 1998 dalam Raharjo dkk., 2007).

  Pupuk fosfat yang umum digunakan oleh petani saat ini salah satunya adalah pupuk SP-36. Menurut Standard Nasional Indonesia (2005) pupuk SP-36 pupuk fosfat buatan berbentuk butiran (granular) yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang komponen utamanya mengandung unsur hara fosfor berupa mono kalsium fosfat, Ca (H

  2 PO 4 ).

  Hasil Penelitian Kandowangko (1999) menunjukkan bahwa pemberian

  • 1

  pupuk SP-36 sampai pada takaran 26.22 kg.ha dan kombinasi antara pupuk SP- 36 dan fosfat alam dapat meningkatkan pH tanah, P-tersedia dalam tanah, serapan-P tanaman dan hasil bobot tongkol bersih jagung manis.

  Super fosfat (SP-36) yang diberikan pada awal tanam diserap akar secara bertahap dan ditranslokasikan ke daun-daun muda. Namun jika P dalam media tumbuh tidak tersedia maka P yang tersimpan dalam daun-daun tua akan ditranslokasikan ke daun-daun yang muda, sehingga dapat berdampak munculnya gejala defesiensi pada daun tersebut ( Zuchri, 2009).

  Asam humat

  Asam organik adalah senyawa organik yang umumnya merupakan hasil dari kegiatan jasad hidup. Pada umumnya di alam ditemukan di atas dan di dalam tanah. Bentuk senyawa organik terdiri dari senyawa yang belum misalnya karbohidrat, asam amino, protein, lemak, lignin, asam nukleat, pigment, hormon dan asam-asam organik. Asam organik yang termasuk dalam senyawa organik belum terhumuskan selanjutnya diistilahkan asam organik belum terhumuskan. Senyawa organik yang telah terhumuskan adalah asam humat (AH), asam fulfat (AF), dan turunan dari hidroksi benzoat dari asam humat (Ismangil,2005).

  Asam humat merupakan material organik yang dianggap sebagai hasil akhir dekomposisi bahan tanaman dan hewan purba yang telah memfosil dalam selang waktu jutaan tahun di dalam tanah. Satu karakteristik yang paling khusus dari bahan humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral, dan bahan organik, termasuk pencemar beracun (Roni dkk.,2005).

  Asam organik seperti asam humat akan menghasilkan ion organik yang dapat dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe, dan Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek yang bersifat sukar larut (Damanik dkk.,2011).

  Asam humat merupakan bahan makromolekul polielektrolit yang memiliki gugus fungsional seperti

  • –COOH ,-OH, fenolat maupun –OH alkoholat, sehingga asam humat memiliki peluang untuk membentuk kompleks dengan ion logam karena gugus ini dapat mengalami deprotonasi pada pH yang relative tinggi (Ariyanto,2009).

  Asam humat mampu meningkatkan ketersediaan dan pengambilan unsur hara bagi tanaman melalui kemampuannya mengikat, menjerap dan tanaman untuk proses metabolisme enzimatis maupun penyusunan jaringan berada dalam jumlah yang cukup (Hermanto dkk.,2013).

  Sifat kimia humat yang penting dan berhubungan dengan kemampuannya memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah adalah: 1) fraksi humat mengandung berbagai jenis gugus fungsional dengan nilai pKa yang berbeda- beda, sehingga reaktifitasnya tetap tinggi pada selang pH tanah yang lebar, 2) fraksi humat mempunyai muatan negatif yang berasal dari disosiasi ion H dari berbagai gugus fungsional, yang menyebabkan fraksi humat mempunyai KTK sangat tinggi. Dengan demikian fraksi humat mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat, menjerap dan mempertukarkan kation, serta membentuk senyawa kompleks dengan logam berat dan lempung, 3) fraksi humat mempunyai kemampuan untuk mengubah konfirmasi struktur se-bagai respon terhadap perubahan pH, pE, konsentrasi garam, dan 4) fraksi humat dapat meyediakan unsur hara seperti N, P, K dan S ke dalam tanah serta C sebagai sumber energi bagi mikrobia tanah (Hermanto dkk., 2013).

  Asam humat sebagai senyawa mayor memiliki gugus aktif atau gugus fungsional seperti karboksilat, hidroksil fenolik, alkohol, gugus asam amino, amida, keton dan aldehid (Muzakky dan Sumining, 2002).

  METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian

  Penelitian dilaksanakan di lahan Jalan Pasar 1 Ringroad , Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut mulai bulan Agustus 2014 sampai November 2014.

  Bahan dan alat

  Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih bawang merah varietas Samosir aksesi Bakkara sebagai objek pengamatan yang akan diamati, asam humat, pupuk fosfat (SP-36), pupuk urea, pupuk KCl , seprint, fungsida berbahan aktif Mankozeb, fungsida berbahan aktif Azoksistrobin 200 g/l dan Difenokonazol 125 g/l, insektisida berbahan aktif Thiamethoxam dan air.

  Alat yang digunakan dalam percobaan adalah cangkul, meteran untuk mengukur panjang tanaman, gembor, gunting, sprayer, dan alat tulis sebagai alat mencatat data.

  Metode penelitian

  Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor I : Pupuk fosfat dengan 4 taraf:

  P = 250 kg/ha

  1 P 2 = 200 kg/ha

  P

  3 = 150 kg/ha

  P

  4 = 100 kg/ha Faktor II : Asam Humat (A) dengan 3 taraf: A = tidak diberi asam humat

  1 A 2 = 2,5 kg/ha

  A = 5 kg/ha

  P

  1 A

  1 P

  2 A

  1 P

  3 A

  1 P

  4 A

  1 P A P A P A P A

  1

  2

  2

  2

  3

  2

  4

  2 P

  1 A

  3 P

  2 A

  3 P

  3 A

  3 P

  4 A

  3 Jumlah ulangan : 3

  Jumlah plot : 36 Ukuran plot : 1,4 m x 1,4 m Jarak tanam : 15 cm x 20 cm Jumlah tanaman per plot : 42 Jumlah tanaman seluruhnya : 1512 bibit Jumlah sampel per plot : 5 tanaman Jumlah seluruh sampel : 180 tanaman Jarak antar blok : 50 cm

  2 Luas lahan : 128,34 m

  Model linier yang digunakan yaitu : Y ijk =  +  + + + i j  k + ( ) jk  ijk

  α Y = Nilai pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan pupuk fosfat pada

  ijk taraf ke-j dan perlakuan pemberian asam humat pada taraf ke-k.

   = Nilai tengah.

  α j = Pengaruh dari perlakuan pupuk P pada taraf ke-j.  k = Pengaruh dari perlakuan pemberian asam humat pada taraf ke-k.

  ( ) jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan pupuk fosfat pada taraf ke-j dan perlakuan pemberian asam humat pada taraf ke-k.

   ijk = Pengaruh sisa blok ke-i pada perlakuan pupuk fosfat taraf ke-j dan perlakuan pemberian asam humat pada taraf ke-k.

  Data dianalisis dengan sidik ragam, sidik ragam yang nyata dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan

  (Duncan’s multiple range test) pada taraf uji 5%.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran - Pengaruh Strategi Diferensiasi Terhadap Kepuasaan Pasien Serta Dampak Loyalitas Pada Rumah Sakit Siti Hajar Padang Bulan Medan

0 0 10

Pengaruh Kreativitas dan Keterampilan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Kerajinan Rotan di Medan

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kreativitas - Pengaruh Kreativitas dan Keterampilan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Kerajinan Rotan di Medan

0 2 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lateks Alam 2.1.1 Tanaman Karet Alam - Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

0 0 16

Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

0 0 13

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kualitas Produk 2.1.1 Definisi Kualitas - Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung Di Medan

0 1 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Higiene Sanitasi Makanan Jajanan - Higiene Sanitasi Pengelolaan Dan Pemeriksaan Kandungan Escherichia Coli Dalam Mie Gomak Uang Dijual Di Pasar Sidikalang Tahun 2012

0 2 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Higiene Sanitasi Pengelolaan Dan Pemeriksaan Kandungan Escherichia Coli Dalam Mie Gomak Uang Dijual Di Pasar Sidikalang Tahun 2012

0 1 7

Higiene Sanitasi Pengelolaan Dan Pemeriksaan Kandungan Escherichia Coli Dalam Mie Gomak Uang Dijual Di Pasar Sidikalang Tahun 2012

0 2 13

Lampiran 1.Deskripsi bawang merah varietas lokal Samosir Bawang merah varietas Samosir

0 2 33