BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ,Setting Penelitian, Subjek Penelitian, dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk M

BAB III METODE PENELITIAN

  

3.1.Jenis Penelitian ,Setting Penelitian, Subjek Penelitian, dan Waktu

Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini digolongkan dalam beberapa jenis sesuai kriteria yang ditetapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) / Classroom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi dalam (Asrori,M, 2009), Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Asrori, dkk, 2009:17). Melalui PTK guru dapat mengetahui masalah yang dihadapi siswa pada mata pelajaran tertentu dan guru langsung dapat melakukan tindakan tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan efektif. Sehingga kualitas hasil pembelajaran dapat meningkat dari sebelumnya.

  Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi.Penelitian ini bercorak kolaboratif yaitu kerjasama antara pihak guru kelas, peneliti, dan observer. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. Penelitian ini akan menciptakan kolaborasi atau partisipasi antara peneliti dan guru kelas.

  Penelitian tindakan kelas ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning.

  3.1.2. Setting Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di SD 1 Banyukembar. SD 1 Banyukembar terletak di desa Banyukembar, kecamatan watumalang, kabupaten Wonosobo. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan februari sampai maret 2018. SDN 1 Banyukembar dipilih sebagai tempat penelitian karena alasan mengambil lokasi atau tempat ini dikarenakan peneliti mempunyai relasi yang cukup baik dengan pihak sekolah, sehingga akan memudahkan peneliti dalam mencari data untuk penelitian, mempunyai waktu yang luas, dan subjek penelitian yang sesuai dengan target penelitian, serta lokasi tempat penelitian tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti.

  3.1.3. Subjek Penelitian

  Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Banyukembar Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Ajaran 2017/2018. Siswa kelas V berjumlah 36 siswa, terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Siswa SD Negeri 1 Banyukembar berasal dari latar belakang keluarga yang sebagian besar ber mata pencaharian sebagai petani. Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas V ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran matematika yaitu kesulitan dalam proses pembelajaran matematika dan kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

  3.1.4. Waktu Penelitian

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan April semester II tahun ajaran 2017/2018. Pada bulan Januari sampai Februari peneliti akan melakukan persiapan terlebih dahulu dan pada bulan Maret peneliti akan mulai penelitian tindakan kelas dengan siklus I dan siklus II. Pada bulain April peneliti akan mulai menyusun hasil dari penelitian tindakan kelas.

3.2.Definisi Operasional

  Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti akan menggunakan dua variable dalam menyusun penelitian. Dua variable tersebut adalah variable independen atau variable bebas (X) dan variable dependen atau variable terikat

  (Y). Variabel yang diteliti adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran problem based learning.

3.2.1. Variabel Bebas (X)

  Variabel Independen atau variable bebas (X) adalah variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor dan antesenden. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiono, 2013:39).

  Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran problem based learning. Problem based learning merupakan model pembelajaran model pembelajaran yang menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai fokus dalam mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah dan mengembangkan kemampuan berpikir dalam melakukan penyelidikan/ mencari jawaban, sehingga siswa akan menemukan konsep- konsep dari materi yang diajarkan.

3.2.2. Variabel Terikat (Y)

  Variabel terikat (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (X). Dalam penelitian ini variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis siswa . Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang beralasan dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan masalah- masalah dari informasi dengan pengalaman mencari informasi secara mendalam dengan mendapatkan kesimpulan dengan alasan- alasan yang logis yang didapatkan.

  Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis diperoleh melalui tes esai yang berpedoman dengan indikator berpikir kritis.

3.3. Prosedur Penelitian

  Penelitian PTK yang digunakan adalah desain yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin MC Taggart. Model ini mempunyai empat tahapan yaitu tahap (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting) .

  REFLECT SIKLUS I PLAN ACT & OBSERVE REFLECT

SIKLUS II PLAN

  ACT & OBSERVE Gambar Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart, R

  Penjelasan model Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto S. , 2010) sebagai berikut : a.

  Perencanaan ( planning ) Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang didalamnya terdapat terdapat soal, materi dan perangkat pembelajaran (media pembelajaran), membuat lembar observasi dalam proses pembelajaran.

  b.

  Perlakuan & Pengamatan ( acting & observing) Pelaksanaan tindakan meliputi tindakan yang disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah dibuat.

  Kegiatan pelaksanaan tindakan bersamaan dengan kegiatan pengamatan pada saat proses pembelajaran.

  c.

  Refleksi

  Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan. Penelitian akan dilaksanakan melalui dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Setelah membahas satu pokok bahasan, akan dilaksanakan tes formatif sebagai akhir dari pembelajaran. Siklus II dimaksudkan unutk memperbaiki berbagai kelemahan-kelemahan yang teradi pada pelaksaan siklus I

3.4. Rencana Tindakan

  Rencana tindakan meliputi Siklus I dan Siklus II yang masing-masing menggunakan tindakan yang sama yaitu : perencanaan (planning), tindakan (action), dan refleksi (reflection). Pelaksanaan siklus terdiri dari 3 pertemuan. Pada pertemuan 1 dan 2 setiap siklus terdapat tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksaan dan observasi, kemudian yang terakhir tahap refleksi. Kemudian pada pertemuan ketiga digunakan untuk tes.

3.4.1. Siklus I I. Tahap Perancanaan

  Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a.

  Peneliti membuat rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) dengan mata pelajaran matematika, materi operasi hitung pecahan, Kompetensi Dasar 5.3 mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan dengan model PBL. RPP disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru kelas yang bersangkutan. RPP disusun sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

  b.

  Peneliti membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.

  c.

  Peneliti mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran problem based learning.

  d.

  Peneliti mempersiapkan soal tes untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal pada materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan e. Peneliti melakukan validasi instrumen kepada dosen pembimbing.

II. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

  Tahap ini merupakan penerapan rencana yang telah di lakukan sebelumnya secara sadar dan terkendali untuk memperbaiki keadaan sebelumnya. Tahap pelaksaan tindakan, pada siklus I dibagai menjadi tiga pertemuan, dimana dalam setiap pertemuan terdapat tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut rincian setiap kegiatan :

  Pendahuluan 1.

  Berdoa 2. Mengecek kehadiran siswa 3. Apersepsi

  ( Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa) 4.

  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Guru memotivasi siswa agar terlibat nanti dalam kegiatan pemecahan masalah yang dipilih

  Inti (Mengorganisasikan siswa untuk belajar) 1.

  Guru membantu siswa mendefinisikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

  2. Guru membantu siswa mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah (Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok) 3.

  Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan

  4. Guru membimbing siswa melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan/ penjelasan atas masalah (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 5.

  Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya seperti laporan, poster, video, atau model

6. Guru membantu siswa berbagi tugas

  Penutup (Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah)

  1. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap penyelidikan mereka

  2. Guru membantu siswa melakukan refleksi proses-proses yang telah mereka lakukan dalam memecahkan masalah Pada tahap pengamatan dilakukan guru, peneliti, dan pengamat.Pengamatan dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran di kelas yang berkaitan dengan aktivitas guru dan peserta didik. Peristiwa yang muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas dievaluasi dan masalah yang muncul digunakan sebagai bahan refleksi.

III. Refleksi

  Pada tahap ini hasil pengamatan dianalisis yang kemudian akan digunakan sebagai refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi digunakan dalam menentukan perbaikan pada siklus pembelajaran berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan pada siklus berikutnya.

3.4.2. Siklus II

  Penelitian tindakan kelas pada siklus II akan mendapat perlakuan yang sama dengan siklus I. Siklus II merupakan perbaikan atau penyempurnaan berbagai kekurangan dan kelemahan dari siklus I. Pelaksanaan siklus II terdiri dari 3 pertemuan. Pada pertemuan 1 dan 2 ssetiap siklus terdapat tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksaan dan observasi, kemudian yang terakhir tahap refleksi. Kemudian pada pertemuan ketiga digunakan untuk tes. Rincian dari setiap tahap sebagai berikut : I.

   Tahap Perencanaan

  Berdasarkan hasil refleksi yang diidentifikasi pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, maka peneliti menyusun rencana pembelajaran siklus

  II sebagai berikut : 1.

  Permasalahan diidentifikasi dan dirumuskan berdasarkan refleksi pada proses pembelajaran siklus I.

2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan Kompetensi

  Dasar 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala menggunakan model pembelajaran problem based learning.

  3. Melakukan koordinasi kepada guru kelas tentang permasalahan yang terjadi dalam kelas sehubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

  4. Mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan pengamatan 5.

  Menyiapakan lembar observasi guru untuk mengamati aktivitas pembelajaran yang berlangsung di kelas.

  6. Menyusun soal tes akhir siklus II, untuk mengetahui hasil belajar siswa yang telah dilaksanakan.

  7. Mengkomunikasikan rencana pembelajaran kepada guru kelas V SD Negeri 1 Banyukembar.

II. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan observasi

  Tahap pelaksaan tindakan, pada siklus II dibagai menjadi tiga pertemuan, dimana dalam setiap pertemuan terdapat tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut uraian dari setiap pertemuan :

  Pendahuluan 1.

  Berdoa 2. Mengecek kehadiran siswa 3. Apersepsi

  ( Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa) 4.

  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Guru memotivasi siswa agar terlibat nanti dalam kegiatan pemecahan masalah yang dipilih

  Inti (Mengorganisasikan siswa untuk belajar) 1.

  Guru membantu siswa mendefinisikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

  2. Guru membantu siswa mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah (Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok) 3.

  Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan

  4. Guru membimbing siswa melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan/ penjelasan atas masalah (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 5.

  Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya seperti laporan, poster, video, atau model

6. Guru membantu siswa berbagi tugas

  Penutup (Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah) 1.

  Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap penyelidikan mereka

  2. Guru membantu siswa melakukan refleksi proses-proses yang telah mereka lakukan dalam memecahkan masalah Kegiatan Observasi dilakukan oleh peneliti bersamaan dengan pelaksanaan pada setiap pertemuan pada siklus II. Observasi dilakukan pada pertemuan 1, dan 2. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa pada setiap pembelajaran. Hal-hal yang perlu diamati antara lain : mengamati proses perbaikan kegiatan pembelajaran,mencatat semua yang ditemukan oleh pengamat pada saat proses pembelajaran berlangsung, mengamati tingkah laku siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Peristiwa yang muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas dievaluasi dan masalah yang muncul digunakan sebagai bahan refleksi.

III. Refleksi

  Tujuan dari kegiatan refleksi pada siklus II ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Siklus II dapat dihentikan apabila pada siklus II telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis atau sudah mencapai indikator keberhasilan. Berdasarkan hasil observasi guru dapat merefleksi tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Peneliti dapat mengetahui seberapa besar efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru.

3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2011: 308). Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 265) pengumpulan data dapat dilakukan dengan metode tes, observasi, kuisioner, dokumentasi, dan sebagainya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi, dan tes sebagai berikut: 1.

   Observasi

  Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument (Suharsimi Arikunto, 2010: 272). Teknik Obsevasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati kegiatan dan tingkah laku guru dan siswa pada saat mengajar dengan menerapkan pembelajaran problem based learning. Saat guru mengajar di kelas dengan menerapkan pembelajaran problem

  

based learning , guru lain sebagai observer mengamati dan mengisi lembar

observasi dari perlakuan yang diberikan.

2. Tes

  Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Suharsimi Arikunto, 2010: 266). Teknik pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika , yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Terdapat dua tes yang diberikan kepada siswa yaitu tes yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus I, yang berguna untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dari pra siklus ke siklus I dan tes yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus ke II yang berguna untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dari siklus I sampai siklus II. Jenis tes yang akan digunakan adalah tes esai. Penyususunan kisi-kisi dilaksanakan bertujuan untuk menjamin setiap indikator pada mata pelajaran telah terwakili oleh setiap butir soal.

3. Dokumentasi

  Teknik dokumentasi merupakan teknik pegumpulan data dengan cara menghimpun dokumen-dokumen baik tertulis, foto, maupun alat elektronik. Pengambilan foto dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini meliputi foto-foto kegiatan pembelajaran matematika siklus I dan siklus II yang berlangsung. Foto-foto tersebut sebagai bukti peneliti telah melakukan penelitian. Teknik dokumentasi digunakan sebagai alat ukur dalam perkembangan penelitian selanjutnya.

3.5.2. Instrumen Pengumpulan Data

  Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian dan lembar observasi.

1. Observasi

  Lembar Obervasi digunakan untuk mendapatkan data tentang pencapaian pengajar dalam pemberian treatment (perlakuan) di dalam kelas. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning di dalam kelas, observer mengamati dan mengisi lembar pengamatan. Lembar Observasi meliputi lembar observasi guru dan lembar observasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model problem based learning.

  Tabel.3.1. Kisi- Kisi Lembar Pengamatan Tindakan Pembelajaran menurut Arends ( 2008 : 57)

  Problem Based Learning No Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1.

  Siswa menyimak tujuan Guru menjelaskan pembelajaran yang disebutkan oleh tujuan pembelajaran

  Guru Orientasi

  Guru menjelaskan Siswa menyimak penjelasan dari siswa logistik/alat /bahan Guru mengenai aktivitas-aktivitas kepada yang dibutuhkan masalah Guru memotivasi Siswa mendengarkan motivasi dari siswa agar terlibat Guru untuk terlibat secara aktif nanti dalam kegiatan dalam pembelajaran pemecahan masalah yang dipilih

  2. Mengorga nisasikan siswa untuk belajar

  Guru membantu siswa mendefinisikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

  Siswa menganalisis dan memahami permasalahan yang diberikan secara berkelompok.

  Guru membantu siswa mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

  Siswa mengorganisir petunjuk

  • – petunjuk yang diberikan dalam permasalahan secara berkelompok.

  3. Membimb ing penyelidik an individu maupun kelompok

  Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan

  Siswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki beserta petunjuk

  • – petunjuk yang diberikan untuk menemukan solusi permasalahan secara berkelompok

  Guru membimbing siswa melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan/ penjelasan atas masalah

  Siswa mengemukakan pilihan cara untuk menemukan solusi dengan petunjuk – petunjuk yang di dapatkan dari penelitian siswa. Siswa menerapkan cara yang mereka pilih untuk menemukan solusi permasalahan

  4. Mengemb angkan dan menyajika n hasil karya

  Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya seperti laporan, poster, video, atau model

  Siswa mempersiapkan media untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.

  Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Siswa memperhatikan dengan seksama kelompok lain yang

  Guru membantu siswa mempresentasikan hasil berbagi tugas pekerjaannya di depan kelas.

  Siswa memberikan pertanyaan dan argumen tentang presentasi hasil pekerjaan yang dipresentasikan oleh kelompok lain.

  5. Guru membantu siswa Siswa menyimpulkan konsep materi untuk melakukan dari proses menemukan solusi refleksi terhadap permasalahan yang telah mereka

  Menganali penyelidikan mereka lakukan. sis dan

  Guru membantu siswa Siswa menulis kembali kesimpulan mengevalu melakukan refleksi konsep materi yang mereka asi proses proses-proses yang dapatkan hari ini. pemecaha telah mereka lakukan n masalah dalam memecahkan masalah 2.

   Tes

  Menurut Sudjana (2011: 35) tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis maupun secara lisan atau secara perbuatan. Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengevaluasi yaitu membedakan antara kondisi awal dengan kondisi sesudahnya. Dalam penelitian ini, model tes digunakan untuk mendapatkan data kemampuan berpikir kritis siswa mata pelajaran matematika materi operasi hitung campuran pada kelas V SD

  1 Banyukembar. Tes menggunakan soal uraian. Berikut kisi- kisi soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada tabel 3.4. Tabel. 3.2. Kisi- kisi indikator mengukur kemampuan berpikir kritis siswa menurut Perkins dan Murphy ( 2006 :301) No Tahapan Deskripsi Indikator Berpikir Siswa

  Berpikir Kritis

  1. Clarificatio Tahap dimana

  a. dapat menentukan Siswa n siswa menyatakan informasi yang diketahui dalam masalah dan soal secara tepat dan jelas menganalisis b. dapat merumuskan

  Siswa pengertian dari pertanyaan yang diminta dari soal masalah

  2. Assesment Tahap dimana a.

  Siswa dapat menggali lebih dalam siswa mengajukan informasi - informasi lain relevan informasi yang dengan pertanyaan pada soal relevan, dan b. dapat menentukan

  Siswa menentukan ide/konsep yang akan digunakan kriteria penilaian. untuk menyelesaikan soal.

  3. Inference Tahap dimana a.

  Siswa dapat mencapai simpulan siswa membuat dari masalah kesimpulan dan b.

  Siswa dapat menggeneralisasikan mengeneralisasi. simpulan sesuai fakta pada soal

  4. Strategies Tahap dimana

  a. dapat menggunakan Siswa siswa dapat informasi relevan yang telah mengambil diperoleh sebelumnya untuk tindakan dan mengerjakan soal dengan runtut menjelaskan dan benar. tindakan.

  b.

  Siswa dapat menjelaskan langkah penyelesaian soal yang sudah ditemukan dengan baik.

  Kisi-Kisi Tes Akhir Siklus I Standar Kompetensi :

  5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

  Kompetensi Dasar

  1.3.Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan Tabel. 3.3. Kisi-Kisi Tes Akhir Siklus I

  No Kompetensi Indikator No. Jml Tingkat Jenis Dasar Soal Soal Kognitif Soal 1.

  5.3.

  5.3.1. Menganalisis 1, 2,

  3 Menganalisis Uraian Mengalikan persamaan dan 3 (C4) dan membagi perbedaan perkalian berbagai bilangan biasa bentuk dengan pecahan pecahan

  5.3.2.Memecahkan 4, 5,

  3 Menganalisis Uraian masalah yang 6 (C4) berkaitan dengan perkalian pecahan 5.3.3. 7, 8

  2 Mencipta Uraian menghubungkan (C6) penggunaan operasi perkalian bentuk pecahan dalam kehidupan sehari- hari

  5.3.4. Menganalisis 9,

  3 Menganalisis Uraian berbagai operasi 10, (C4) pembagian bentuk

  11 pecahan.

  5.3.5.Memecahkan 12,

  2 Menganalisis Uraian masalah yang 15 (C4) berkaitan dengan pembagian 13,

  2 Mencipta Uraian 5.3.6. 14 (C6) menghubungkan operasi pembagian dalam kehidupan sehari- hari

  Kisi-Kisi Tes Akhir Siklus II Standar Kompetensi :

  5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

  Kompetensi Dasar

  5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala Tabel. 3.4. Kisi- kisi Tes Siklus II

  No Kompetensi Indikator No Jml Tingkat Jenis . Dasar Soal Soa Kognitif Soal l

  1.

  5.4

  5.4.1.Menganalisis 1, 2,

  4 Menganalisi Uraia Menggunaka penggunaan pecahan 3, 13 s (C4) n n pecahan dalam perbandingan dalam

  5.4.2.Memecahkan 4, 5,

  4 Menganalisi Uraia masalah masalah yang 6, 14 s (C4) n perbandinga berkaitan dengan n dan skala penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan

  5.4.3 Memecahkan 7, 8,

  4 Menganalisi Uraia masalah yang 9, 15 s (C4) n berkaitan dengan penggunaan skala sebagai perbandingan. 5.4.4.menghubungk 10,11

  3 Mencipta an penggunaan , 12 (C6) pecahan dalam masalah perbandingan dan skala di kehidupan sehari – hari.

3.6. Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen 3.6.1. Uji Validitas

  Tes Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yang penting yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013: 121). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 24.0.

  Menurut Sugiyono (2010:116) syarat minimum suatu item dianggap valid adalah nilai r ≥ 0,30. Semakin tinggi validitasnya suatu alat tes, maka alat tes tersebut semaikin mengenai sasaran dan menunjukkan apa yang seharusnya diukur.

  Keputusan uji validitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut : a)Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika r hitung > r tabel b)Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika r hitung < r tabel Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan oleh peneliti di SD 1

  Banyukembar pada kelas 6, dengan subyek (jumlah siswa) sebanyak 15 orang, didapatkan hasil sebagai berikut :

  Tes Siklus I

  Uji validitas menggunakan spss versi 24 Jumlah Subyek= 15

  Butir Soal= 15

  Berdasarkan hasil uji validitas didapatakan : Soal yang valid adalah Soal nomor 1, 3, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 13 Soal yang tidak valid adalah soal nomor 2, 5, 8, 10, 14, 15

  r tabel menggunakan signifikansi 5 % df = N -2 = 15 -2 =13 r tabel = 0,5140

  Tes Siklus II

  Menggunakan SPSS versi 24 Jumlah Subyek= 15 Butir Soal= 15

  Berdasarkan hasil uji validitas didapatakan :

Soal yang valid adalah Soal nomor 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15

Soal yang tidak valid adalah soal nomor 3, 4, 12, 13.

  r tabel menggunakan signifikansi 5 % df = N -2 = 15 -2 =13 r tabel = 0,5140

3.6.2. Uji Reliabilitas

  Tes Uji rebilitas dimaksudkan untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal, konsisten, dan stabil, sehingga bila digunkan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. Pengukuran tingkat reabilitas alat pengumpulan data penelitian ini dengan menggunaka Alpha croncbrach. Besarnya koefisien alpha merupakan tolak ukur dari tingkat reabilitasnya. Tahapan uji reabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 24.0 for window. Apabila dalam suatu soal memiliki tingkat validitas yang tinggi maka tingkat reliabilitasnya juga akan tinggi. Tetapi jika tingkat realibilitasnya tinggi, belum tentu tingkat validitasnya juga tinggi. Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS. Kriteria untuk meningkatan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang dikemukkan oleh Sugiyono (2010:98) dalam tabel.

Tabel 3.5. Tingkat Reliabilitas

  Indeks Kriteria

  Reliabilitas baik a ≥ 0,8 Reliabilitas dapat diterima a ≥ 0,7 a ≤ 0.6 Reliabilitas kurang baik

  Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti di SD 1 Banyukembar pada kelas 6, dengan subyek (jumlah siswa) sebanyak 15 orang, didapatkan hasil sebagai berikut :

  Tes Siklus 1

  Berdasarkan uji reliabilitas dari soal yang valid, yaitu sebanyak 9 soal yang valid memiliki reliabilitas berikut ini.

  Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .889

  9 Berdasarkan hasil uji reliabilitas siklus I didapatkan koefesien Cronbach’s

  Alpha sebesar 0,889. Hasil tersebut sudah melampui batas nilai signifikan 0,05 atau 5%, yang artinya instrument soal siklus I memiliki angka reliabilitas yang baik.

  Tes Siklus II

  Berdasarkan uji reliabilitas dari soal yang valid, yaitu sebanyak 11 soal yang valid, memiliki reliabilitas sebagai berikut :

  Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .903

  11 Berdasarkan hasil uji reliabilitas siklus II didapatkan koefesien Cronbach’s

  Alpha sebesar 0,903. Hasil tersebut sudah melampui batas nilai signifikan 0,05 atau 5%, yang artinya instrument soal siklus I memiliki angka reliabilitas yang baik.

3.7. Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data merupakan kegiatan meneliti, menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang didapatkan untuk memperoleh kesimpulan dari tindakan yang telah dilakukan. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif komparatif. Deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil kondisi awal, setelah siklus 1, dan setelah siklus 2 untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Data hasil tes kemampuan berpikir kritis akan dianalisis dengan cara menghitung presentase kemampuan berpikir siswa dan presentase secara klasikal. Penilaian tes kemampuan berpikir kritis menggunakan pedoman penskoran berpikir kritis pada tabel berikut.

Tabel 3.6. Format Kriterian Pedoman Penskoran Tes

  Indikator Keterangan Skor

  Berpikir kritis

  Clarification Tidak menulis yang diketahui dan yang ditanyakan

  Menuliskan yang diketahui saja dengan tepat atau yang

  1 ditanyakan saja dengan tepat Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal kurang

  2 lengkap Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal dengan

  3 tepat dan lengkap

  Assesment Tidak membuat model matematika dari soal yang

  diketahui dalam soal Membuat model matematika dari soal tetapi tidak tepat

  1 Membuat model matematika dari soal dengan tepat tetapi

  2 kurang lengkap / tidak disertai dengan penjelasan Membuat model matematika dengan tepat dan lengkap.

  3 Strategies Tidak menggunakan strategi dalam menyelesaikan soal Menggunakan strategi yang tidak tepat dan tidak lenggkap

  1 dalam menyelesaikan soal Menggunakan strategi yang tepat dan lengkap dalam

  2 menyelesaikan soal tetapi salah dalam perhitungan Menggunakan strategi yang tepat dan lengkap serta benar

  3 dalam melakukan perhitungan.

  Inference Tidak membuat kesimpulan

  Membuat kesimpulan yang kurang tepat dengan kontek

  1 soal Membuat kesimpulan dengan tepat sesuai dengan kontek

  2 soal tetapi jawaban salah Membuat kesimpulan dengan tepat dan lengkap sesuai

  3 kontek soal dengan jawaban yang benar.

  Adapun rumus untuk menghitung presentase kemampuan berpikir siswa menggunakan rumus : NP = 100 % Keterangan : NP = Nilai presentase kemampuan berpikir kritis siswa R = Skor yang diperoleh siswa SM = Jumlah skor maksimum yang diharapkan 100 = bilangan tetap Sumber : Ngalim Purwnto ( 2001 : 102 )

  Sedangkan untuk menghitung nilai presentase klasikal pada penelitian ini menggunakan rumus : N

  ᵡ = 100 % Keterangan : N

  ᵡ = Nilai presentase siswa secara klasikal x = Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa N = Jumlah seluruh siswa 100% = bilangan tetap

  Data yang diperoleh dianalisis dengan berpedoman pada kriteria kemampuan berpikir kritis pada tabel berikut.

Tabel 3.7. Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis

  Presentase Kriteria Kritis Sekali

  ᵡ ≥ 87,5% 75% ≤ ᵡ < 87,5% Kritis 62,5% ≤ ᵡ < 75% Cukup Kritis

  Kurang Kritis 50 % ≤ ᵡ < 62,5% ᵡ < 50 % Tidak Kritis

  Sumber : Ngalim Purwanto ( 2001 : 102 ) Sedangkan deskriptif kualitatif yaitu hasil penelitian dilakukan secara deskriptif dan bersifat kualitatif artinya penelitian menggunakan kualitas tanpa mengukurnya dengan angka-angka hasil perhitungan sebagai tolak ukur keberhasilanya. Deskriptif kualitatif diperoleh dari lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.

3.8. Kriteria Keberhasilan Tindakan

  Kriteria keberhasilan didasarkan atas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mencapai taraf keberhasilan minimal yang ditentukan, rata

  • – rata nilai siswa tes kemampuan berpikir kritis telah mencapai kriteria minimal kemampuan berpikir kritis pada taraf cukup kritis ( ᵡ ≥ 62,5 % ).

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Gugus Gunandar Kabupaten

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Gugus Gunand

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Gugus Gunandar Kabupaten Blora Semester II Tahun Pela

0 3 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Game Tournament (T

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) Berbantuan Sempoa Botol pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20

0 1 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) Berbantuan Sempoa Botol pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) Berbantuan Sempoa Botol pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) Berbantuan Sempoa Botol pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20

0 0 95

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sek

0 1 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Problem Based Learning (PBL) 2.1.1.1. Pengertian Model Problem Based Learning - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Me

0 0 18