BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sek
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu indikator maju atau tidaknya suatu negara dapat terlihat dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Pendidikan, merupakan cara untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang berguna dalam pembangunan bangsa dan negar, melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki, memiliki wawasan yang luas, serta keterampilan yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian pendidikan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan berperan penting untuk mengembangkan potensi siswa. Melalui pendidikan siswa dapat mengembangkan potensi – potensi intelektual atau cara berpikir dalam menghadapi fenomena yang terjadi di masyarakat dengan rasional dan bertanggungjawab.
Mengembangkan potensi siswa tentunya tak terlepas dari proses pembelajaran. Merujuk permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses, disebutkan bahwa salah sautu dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa. Hal ini memperjelas bahwa dalam proses pembelajaran siswa diberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan potensi dirinya dalam semua bidang termasuk matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Matematika mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi intelektual dalam proses berpikir siswa. Pramudita dan Anugraheni ( 2017 : 71 ) mengemukakan matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang menerapkan logika dalam proses berfikirnya, logika berfikir yang benar menawarkan penalaran logis dalam menguji suatu fenomena/persoalan. Herman Hudojo (2003: 40) menyatakan bahwa matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir manusia yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Paradigma pembelajaran matematika yang berubah dari pembelajaran tradisional (transfer of
knowledge) yang berpusat kepada guru menjadi paradigma baru yaitu pembelajaran
inovatif (construction of knowledge) yang mengedepankan siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran. Paradigma baru dalam pembelajaran matematika menekankan pada pandangan bahwa siswa adalah manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan yang mereka miliki.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan mata pelajaran matematika menurut permendiknas No.41 tahun 2007, matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan mempelajari matematika yaitu siswa diharapkan mempunyai kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, dan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem), dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Tentu ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika tidak hanya aspek pengetahuan, namun menekankan pada proses berpikir yang lebih tinggi ( berpikir kritis) siswa dalam menyelesaikan permasalahan.
Terkait pembelajaran matematika, peneliti beranggapan dalam penerapan proses pembelajaran yang ada di Sekolah Dasar belum sesuai dengan paradigma proses mengajar matematika yang diharapkan. Masih banyak peserta didik yang kesulitan dalam mempelajari matematika. Hal ini terbukti melalui wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4 Oktober 2017 dengan guru kelas V SD 1 Banyukembar yang mengungkapkan masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Masalah yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas diantaranya ketika pembelajaran sedang berlangsung, ada beberapa siswa yang membuat keributan; ada beberapa peserta didik yang kesulitan menerima materi pelajaran yang diajarkan guru, sehingga perlu penjelasan ulang. Kemudian masalah yang sering dihadapi siswa saat mengerjakan soal
- – soal matematika diantaranya belum / kurang hafal perkalian dan pembagian; kesulitan dalam pengerjaan soal operasi hitung pecahan dan bilangan bulat terutama dalam bentuk soal cerita, kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan KPK, FPB, jarak, waktu , dan kecepatan.
Berdasarkan kesulitan mengerjakan soal cerita matematika menunjukkan kemampuan siswa dalam berpikir untuk memahami soal cerita matematika masih pada tahap klarifikasi dan assesment. Klarifikasi merupakan tahap di mana siswa merumuskan masalah dengan tepat dan jelas. Asesmen merupakan tahap di mana siswa menemukan pertanyaan yang penting dalam masalah. Hal ini ditunnjukkan berdasarkan wawancara lebih lanjut didapatkan data bahwa siswa kesulitan mengerjakan soal matematika terutama soal cerita matematika, karena kurang memahami mengidentifikasi soal cerita, sehingga siswa kebingungan dalam menyelesaikan / cara mengerjakan soal cerita tersebut. Banyak siswa yang belum memahami hubungan dari pernyataan
- – pernyataan yang ada di soal cerita sehingga sulit dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa kendala
- – kendala dalam pembelajaran matematika menunjukkan peserta didik masih kesulitan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal. Peneliti beranggapan dengan model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvesional kurang tepat dalam mengajarkan matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Indri Anugraheni ( 2018 : 12) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilatih dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran matematika salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran problem based learning. Menurut (Fakhiriyah, 2014:96) PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata yang ditemui di lingkungan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah.
Berangkat dari permasalahan pemebelajaran matematika yang ada di SD 1 Banyukembar, yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah yang ditunjukkan dengan siwa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal, salah satu nya kesulitan dalam mengerjakan operasi hitung pecahan, maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Banyukembar Tahun
2017/2018 .1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: a.
Siswa yang masih sulit dalam menerima materi dan menyelesaikan soal matematika.
b.
Kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika masih dalam kategori rendah c.
Peranan guru dalam pemilihan model pembelajaran yang kurang variatif dan masih sering menggunakan model konvesional.
d.
Kurangnya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis .
1.3. Cara Pemecahan Masalah
Kemampuan berpikir kritis dapat diasah menggunakan model pembelajaran
problem based learning . Melalui langkah
- – langkah pembelajarn problem based learning yang memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan potensi,
1.4.Rumusan Masalah
1.6.Manfaat Penelitian 1.6.1. Manfaat Teoritis a.
Bagi Siswa Penerapan model PBL diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika
problem based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di Sekolah .
Memberikan gambaran teori mengenai penerapan model pembelajaran
b.
learning meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika kelas 5 Sekolah Dasar.
Memberikan bukti bahwa penerapan model pembelajaran problem based
Meningkatkan Kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model problem based learning pada siswa kelas 5.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, penelitian ini dibatasi yaitu sebagai berikut: a.
b.
Mendiskripsikan langkah – langkah penerapan model pembelajaran PBL pada siswa SD N 1 Banyukembar untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk: a.
1.5.Tujuan Penelitian
Apakah dengan penerapan model pembelajaran problem based learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika kelas 5 SDN 1 Banyukembar ?
b.
Bagaimana penerapan model pembelajaran problem based learning pada siswa SD N 1 Banyukembar untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran matematika siswa Sekolah Dasar.
1.6.2. Manfaat Praktis a.
sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
b.
Bagi Guru Model PBL dapat digunakan guru sebagai pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran terutama dalam pelajaran matematika.
Memberikan gambaran pelaksanaan model PBL kepada guru sehingga dapat menerapkan model PBL sebagai salah satu alternative model yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi matematika .
c.
Bagi Sekolah Memberikan masukan kepada sekolah tentang model pembelajaran
PBL untuk diterapkan dalam rangka agar mutu dan kualitas sekolah dapat meningkat dengan kualitas proses pembelajaran.