BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Gugus Gunand
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Negeri Kedungjenar, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 20172018 pada mata pelajaran matematika. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai selesai. Penelitian dilakukan 3 kali pertemuan pada kelompok kontrol dan 3 kali pertemuan pada kelompok eksperimen. Rincian jadwal penelitian disajikan sebagai berikut:
Tabel 17 Jadwal Kegiatan Penelitian No. Tanggal Uraian Kegiatan
1. Kamis, 22 Februari 2018 Uji Validitas instrumen soal pilihan ganda
pretest dan posttest di kelas 5 SD N Kedungjenar.
2. Kamis, 1 Maret 2018 Pretest untuk uji kesetaraan dua kelompok.
3. Senin 19 Maret 2018 Kegiatan pembelajaran kelompok kontrol.
4. Selasa,20 Maret 2018 Kegiatan pembelajaran kelompok eksperimen.
5. Rabu, 21 Maret 2018 Posttest untuk mengetahui hasil belajar matematika.
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran pada kelompok kontrol. Menyusun dan mempelajari RPP yang akan digunakan. Menyusunan Instrumen pembelajaran, dan mengecek semua hal yang dibutuhkan dalam pelaksanan pembelajaran. Setelah persiapan terpenuhi kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan.
Lembar observasi untuk mengamati guru dalam melaksanakan sintak pembelajaran. Pengamatan dilakukan saat pembelajaran. Lembar observasi disusun berdasarkan kisi-kisi dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan awal pembelajaran terdapat satu fase dan inti 4 fase.
Pada kegiatan pra pembelajaran terdiri dari 2 item, awal 9 item, inti 12 item, dan penutup 3 item. Jadi keseluruhan aspek yang diamati ada 26 item. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru menyiapkan media yang akan digunakan. Guru memberikan salam, meminta satu siswa untuk memimpin do’a, dan melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. Guru mengingatkan materi pelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan dilaksanakan, memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada tahap merumuskan masalah, guru menyampaikan permasalahan, memberikan penjelasan tentang data yang dibutuhkan. Siswa diberikan motivasi agar bersikap positif dan aktif selama kegiatan pembelajaran. Tahap mengorganisasikan untuk kegiatan belajar, mengelompokkan siswa secara heterogen dengan undian, setiap kelompok diberikan lembar permasalahan. Setiap kelompok berdiskusi menentukan langkah-langkah menyelesaikan masalah. Tahap membimbing penyelidikan individu/kelompok untuk pemecahan masalah, siswa mencari informasi, informasi/data dikumpulkan pada kelompok masing- masing, dan menyelesaikan masalah. Tahap penyelesaian dan penyajian hasil pemecahan masalah, kelompok membuat laporan, guru memilih kelompok secara acak untuk mempresentasikan laporan hasil diskusi. Tahap analisis dan penilaian hasil pemecahan masalah, kelompok yang tidak presentasi memberikan tanggapan. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi setiap kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum di mengerti. Guru memberikan apresiasi. Pada kegiatan penutup guru dan siswa memberikan refleksi kegiatan pembelajaran dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dan menutup dengan do’a.
4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran pada kelompok ekperimen. Menyusun dan mempelajari RPP yang akan digunakan. Menyusunan instrumen pembelajaran, dan mengecek semua hal yang dibutuhkan dalam pelaksanan pembelajaran. Setelah persiapan terpenuhi kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan.
Lembar observasi untuk mengamati guru dalam melaksanakan sintak pembelajaran. Pengamatan dilakukan saat pembelajaran. Lembar observasi disusun berdasarkan kisi-kisi dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal pembelajaran satu fase, dan inti 5 fase. Kegiatan pra pembelajaran 2 item, awal 9 item, inti 14 item, dan penutup 3 item. Jadi keseluruhan aspek yang diamati ada 28 item.
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru menyiapkan media yang akan digunakan. Guru memberikan salam, meminta satu siswa untuk memimpin do’a, dan melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. Guru mengingatkan materi pelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan dilaksanakan, memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Tahap menentukan proyek, guru menyampaikan proyek membuat majalah dinding. Guru menjelaskan data yang diperlukan dalam pembuatan majalah dinding. Siswa diberi motivasi agar bersikap positif dan aktif. Tahap membuat rencana kegiatan penyelesaian proyek, guru mengelompokkan siswa secara heterogen dengan undian, kelompok diberikan lembar tugas pembuatan majalah dinding. Kelompok berdiskusi menentukan langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian proyek. Tahap menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek. Kelompok menyusun dan menyesuaikan jadwal penyelesaian proyek sesuai alokasi waktu pembelajaran. Tahap menyelesaikan proyek. Siswa mencari informasi/data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Kelompok menyelesaikan proyek pembuatan majalah dinding berdasarkan lembar tugas. Tahap menyusun dan melakukan presentasi hasil penyelesaian proyek, kelompok menyusun dan mempersiapkan hasil majalah dinding dan mempresentasikan hasil pembuatan majalah dinding. Tahap evaluasi pengalaman belajar dan hasil penyelesaian proyek. Kelompok yang tidak presentasi memberikan tanggapan, guru dan siswa bersama-sama membahas hasil karya majalah dinding masing- masing kelompok, guru memberikan saran terhadap hasil karya majalah dinding masing-masing kelompok. Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa memberikan refleksi dan membuat kesimpulan hasil pembelajaran serta
4.2 Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian adalah hasil belajar matematika. Data hasil belajar digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian yang diolah dengan deskripsi data untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dari kedua kelompok. Analisis deskriptif data hasil belajar setelah perlakuan pembelajaran dibuat dengan tabel destribusi frekuensi. Destribusi frekuensi untuk mengetahui persebaran dan pengelompokan data dalam kelas dengan panjang interval yang dihitung melalui perhitungan matematis.
4.2.1 Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol
Pengolahan data hasil belajar dilakukan dengan perhitungan range, banyaknya kategori, dan interval yang digunakan untuk membuat tabel destribusi frekuensi: Range/jangkauan = (Skor maksimal-skor minimal) + 1
= (95-50) + 1 = 46
Banyaknya Kategori = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 28 = 5,7756 (dibulatkan menjadi 6)
Interval =
46
=
6
=7,666 (dibulatkan menjadi 8) Berdasarkan perhitungan diketahui banyaknya kelas ada 6 dengan panjang interval 8, disajikan pada tabel berikut:
Tabel 18 Hasil Belajar Pretest Kelompok Kontrol No Interval Frekuensi Persentase 1.
50 – 57 5 17,86% 2.
58 4 14,29%
- – 65 3.
66 3 10,71%
- – 73 4.
74 10 35,71%
- – 81 5.
82 4 14,29%
- – 89 6.
90 2 7,14%
- – 97
Jumlah 28 100% Berikut ini disajikan gambaran visual diagram batang distrribusi frekuensi hasil prettest kelompok kontrol. 12
10 8 4
6
2 50 58 66 74 82 90
- – 57 – 65 – 73 – 81 – 89 – 97 Gambar 2 Destribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol.
Hasil belajar posttest yang digunakan sebagai acuan dalam membuat tabel destribusi frekuensi: Range/jangkauan = (skor maksimal-skor minimal) + 1
= (100-60) + 1 = 41
Banyaknya kategori = 1+ 3,3 log n = 1+ 3,3 log 28 = 5,78 (dibulatkan menjadi 6)
Interval =
41
=
6
= 6,83 (dibulatkan menjadi 7) Berdasarkan perhitungan diketahui banyaknya kelas ada 6 dengan panjang interval 7, disajikan pada tabel berikut:
Tabel 19 Hasil Belajar Posttest Kelompok Kontrol No Interval Frekuensi Persentase 1.
60 – 66 4 14,29% 2.
67 2 7,14%
- – 73 3.
74 – 80 9 32,14% 4.
81 5 17,86%
- – 87 5.
88 5 17,86%
- – 94 6.
3 10,71% 95 ≤ x
Jumlah 28 100%
Berikut ini disajikan gambaran visual diagram batang distrribusi frekuensi hasil posttest kelompok kontrol. 10 9 6 7
8 3 4
5 1
2 60 67 74 81 88
- – 66 – 73 – 80 – 87 – 94 95 ≤ x Gambar 3 Destribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol.
4.2.2 Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
Pengolahan data hasil belajar dilakukan dengan perhitungan range, banyaknya kategori, dan interval yang digunakan untuk membuat tabel destribusi frekuensi: Range/jangkauan = (Skor maksimal-skor minimal) + 1
= (95-50) + 1 = 46
Banyaknya Kategori = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 37 = 6,175 (dibulatkan menjadi 6)
Interval = =
46
6
=7,666 (dibulatkan menjadi 8) Berdasarkan perhitungan diketahui banyaknya kelas ada 6 dengan panjang interval 8, disajikan pada tabel berikut.
Tabel 20 Hasil Belajar Pretest Kelompok Eksperimen N o Interval Frekuensi Persentase 1.
50
- – 57 4 10,81% 2.
- – 65 6 16,22% 3.
- – 73 5 13,51% 4.
- – 89 5 13,51% 6.
- – 97 4 10,81%
- – 57 58 – 65 66 – 73 74 – 81 82 – 89 90 – 97 Destribusi frekuensi hasil belajar kelompok eksperimen yang digunakan sebagai acuan membuat tabel: Range/jangkauan = (skor maksimal-skor minimal) + 1
- – 66 2.
- – 73 3.
- – 80 4.
- – 94 6.
- – 66 67 – 73 74 – 80 81 – 87 88 – 94 95 ≤ x
58
66
74 – 81 13 35,14% 5.
82
90
Jumlah 37 100%
Berikut ini disajikan gambaran visual diagram batang distribusi frekuensi hasil pretest kelompok eksperimen.
2 4 6 8 10 12 14 50
= (100-60) + 1 = 41
Banyaknya kategori = 1+ 3,3 log n = 1+ 3,3 log 37 = 6,18 (dibulatkan menjadi 6)
Interval =
41
=
6
= 6,83 (dibulatkan menjadi 7) Berdasarkan perhitungan diketahui banyaknya kelas ada 6 dengan panjang interval 7, disajikan pada tabel berikut.
Tabel 21 Hasil Belajar Posttest Kelompok Eksperimen No Interval Frekuensi Persentase 1.
60 5 13,51%
67 4 10,81%
74 9 24,33%
81 – 87 8 21,62% 5.
88 5 13,51%
6 16,22% 95 ≤ x
Jumlah 37 100%
Berikut ini disajikan gambaran visual diagram batang distrribusi frekuensi hasil posttest kelompok eksperimen.
Gambar 5 Destribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen.
4.3 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif, uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji beda (t). Uji beda digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dua kelompok yang tidak berhubungan. Uji hipotesis dengan uji beda rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4.3.1 Uji Prasyarat
4.3.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas penelitian menggunakan teknik Shapiro-Wilk. Perhitungan dilakukan menggunakan SPSS 16.0 for window. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 60
Tabel 22 Uji Normalitas Tests of Normality Shapiro-Wilk Kelompok Statistic df Sig. Nilai Pretest Kelompok .945
28 .149 Kontrol Pretest Kelompok .966
37 .321 Eksperimen Posttest Kelompok .963
28 .404 Kontrol Posttest Kelompok .957
37 .161 Eksperimen
Tabel mendeskripsikan hasil uji normalitas dua sisi dengan taraf kepercayaan 95% (Asyimp. Sig. 2-tailed). diterima apabila probabilitas > 0,05 H
o a a o dan H ditolak. Sedangkan, jika probabilitas < 0,05 H diterima dan H ditolak.
1) Tingkat signifikan nilai pretest kelompok kontrol sebesar 0,0,149 > 0,05 jadi H o diterima, artinya nilai berdistribusi normal. 2) Tingkat signifikan nilai pretest kelompok eksperimen sebesar 0,321 > 0,05 jadi
o H diterima, artinya nilai berdistribusi normal.
3) Tingkat signifikan nilai posttest kelompok kontrol sebesar 0,404 > 0,05 jadi H o diterima, artinya nilai berdistribusi normal. 4) Tingkat signifikan nilai posttest kelompok eksperimen sebesar 0,161 > 0,05 jadi H o diterima, artinya nilai berdistribusi normal.
4.3.1.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan nilai hasil belajar pretest dan posttest.
Hasil uji homogenitas dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 23 Uji Homogenitas Nilai Pretest Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. Nilai Based on Mean .503
1 63 .481 Based on Median .297 1 63 .588 Based on Median and with adjusted df .297
1 62.494 .588 Based on trimmed mean .518 1 63 .474
Tabel Test of Homogeneity of Variances menunjukkan nilai probabilitas mean (rata-rata) 0,481 > 0,05 dan nilai probabilitas median data 0,588 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa varians kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sama.
Tabel 24 Uji Homogenitas Nilai Posttest Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. Nilai Based on Mean .035
1 63 .852 Based on Median .016 1 63 .901 Based on Median and with adjusted df .016
1 61.080 .901 Based on trimmed mean .032 1 63 .859
Tabel Test of Homogeneity of Variances menunjukkan nilai probabilitas mean (rata-rata) 0,852 > 0,05 dan nilai probabilitas median data 0,901 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa varians kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sama.
4.3.2 Uji t
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan diketahui bahwa skor dan hasil belajar berdistribusi normal dan homogen maka langkah selanjutnya dilakukan analisis uji t. Berikut disajikan hasil uji beda (t).
Tabel 25 Hasil Analisis Uji t Hasil Belajar Matematika Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Std.
Interval of the Sig. Error Difference (2- Mean Differen
F Sig. T df tailed) Difference ce Lower Upper Equal Nilai variances .035 .852 .368
63 .714 .994 2.702 -4.405 6.393 assumed Equal variances
.369 59.070 .713 .994 2.692 -4.392 6.380 not assumed
Berdasarkan tabel diketahui t sebesar 0,368 dengan nilai signifikansinya pada kolom Signifikansi (2-tailed) sebesar 0,714. Perbedaan rata-rata dari kedua kelompok (mean difference) sebesar 0,994. Sesuai dengan kriteria pengujian uji beda, nilai signifikansinya menunjukan bahwa 0,714 > 0,05 sehingga H o diterima
a
dan H ditolak. Hasil analisis pada uji beda ini dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4.3.3 Uji Hipotesis
Berdasarkan uji beda (t) diketahui nilai t adalah 0,368 dengan nilai signifikansinya (2-tailed) bernilai 0,714. Perbedaan rata-rata dari kedua kelompok (mean diference) sebesar 0,994 yang merupakan selisih kedua rata-rata nilai (81,35-80,36). Sesuai dengan kriteria pengujian uji hipotesis, bahwa nilai signifikansinya menunjukan bahwa 0,714 > 0,05 sehingga H o diterima dan H a ditolak. Oleh karena H o diterima maka hasil uji hipotesis menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Problem Based
Learning dengan model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil
belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Gugus Gunandar Kabupaten Blora semester II tahun pelajaran 2017/2018.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Gugus Gunandar antara kelompok kontrol dengan model pembelajaran Problem
Based Learning dan kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Project
Based Learning . Dari uji beda (t) diketahui nilai t adalah 0,368 dengan nilai
signifikansinya (2-tailed) bernilai 0,714. Perbedaan rata-rata dari kedua kelompok (mean diference) sebesar 0,994 yang merupakan selisih kedua rata-rata nilai (81,35-80,36). Sesuai dengan kriteria pengujian uji hipotesis, bahwa nilai signifikansinya menunjukan bahwa 0,714 > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Oleh karena Ho diterima maka hasil uji hipotesis menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Problem Based
Learning dengan model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil
belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Gugus Gunandar semester II tahun pelajaran 2017/2018.
Pada hakikatnya model Problem Based Learning dan Project Based
Learning merupakan bagian dari pendekatan saintifik. Oleh karenanya, secara
teoritik kedua model pembelajaran tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik dalam hal sintaks maupun teori. Kedua model ini dianggap serupa karena merupakan model pembelajaran yang basisnya keterpaduan sintaks.
Model pembelajaran Problem Based Learning memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri, saling bertukar pikiran dengan teman dalam kelompok dan bekerjasama menyelesaikan tugas atau LKS yang diberikan guru. Selain itu, siswa juga menjadi lebih aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok dan memaparkan hasil diskusi di depan kelas dan siswa mampu berpikir kritis dalam pemecahan masalah. Fakta ini serupa dengan pemaparan dari Hosnan (2014: 295) bahwa
Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah
autentik sehingga siswa bisa merangkai pengetahuan, dan mengembangkan keterampilannya sendiri. Lebih jauh, Wardani (2010:27) mengungkapkan bahwa sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri. Komalasari (2010:58-59) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari adalah cara membuat siswa berpikir kritis, mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah dan mendapatkan pengetahuan. Dari ketiga definisi ahli terlihat bahwa model Problem
Based Learning menekankan pada kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah, serta membutuhkan kemampuan berfikir kritis dan mendalam. Siswa dilatih memecahkan masalah dengan menemukan sendiri solusinya dalam mengikuti proses pembelajaran dapat melibatkan siswa secara aktif baik secara individu maupun saat berkelompok sehingga tidak terjadi pembelajaran satu arah. materi yang diajarkan oleh guru adalah materi yang sering dijumpai dan dialami sendiri oleh siswa pada kehidupan sehari-hari.
Model yang kedua adalah model pembelajaran Project Based Learning. Model ini merupakan model dengan kegiatan pembelajaran pembuatan proyek yang mengutamakan pengalaman memecahkan masalah dan meningkatkan kreativitas. Berenfeld dalam Trianto (2014:43) pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang berfokus pada kreativitas, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa. Lebih mendetail dipaparkan oleh Gaer dalam Wena (2013 :145) model pembelajaran Project Based Learning adalah pembelajaran yang menjadikan kegiatan siswa menjadi pengalaman menarik dan bermakna. Project
Based Learning menurut Hosnan (2014: 321) adalah pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas memecahkan masalah dengan ketrampilan pembuatan karya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli nampak bahwa model ini menekankan pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan ketrampilan pembuatan sebuah karya.
Berdasarkan pada paparan teoritik diatas dapat terlihat bahwa model
Problem Based Learning dan Project Based Learning memiliki kesamaaan yakni
pada kemampuan berfikir kritis dan mendalam serta basisnya adalah pada pemecahaan masalah, sehingga tidak mengherankan apabila hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua model.
Referensi dari kajian penelitian yang relevan dilakukan oleh Safitri Ngatiatun, Riyadi, dan Usada (2013) menunjukkan nilai t hitung (2,536) > t tabel (0,680), ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Simpulan penelitian adalah model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita materi KPK dan FPB. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Kd. Inten Nathalia, dkk (2015) menunjukkan hasil uji F(A) hitung = 7,13 > Ftabel (α=0,05). Hasil penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran operasional konkret siswa kelas IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung. Selain itu juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pradnyana, P.B., Marhaeni, A.A.I.N., Candiasa, I Made (2013) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dilihat dari (F = 15,438 dan Sig.= 0,000; p < 0,05).
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu yaitu jika dalam penelitian yang terdahulu perbedaan yang signifikan hanya salah satu model pembelajaran. Sedangkan dalam penelitian ini 2 model pembelajaran sama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Dengan demikian kedua model pembelajaran ini dapat digunakan dalam pembelajaran. Guru dapat memilih salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan untuk materi yang akan diajarkan. Dengan penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning dan model pembelajaran Project Based Learning secara tepat dan
sesuai standar proses, tujuan pembelajaran akan dapat tercapai.