KATA PENGANTAR - Manajemen Kepegawaian PrajabII 2011

KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan Nomor: ST- 359A/PP.2/2010 tanggal 13 Desember 2010 tentang Penyusunan kembali Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II, Sdr. Marlinda Sopha, ditunjuk untuk menyusun kembali/memutakhirkan modul Manajemen Kepegawaian Negara.

Penunjukan ini sangat beralasan karena penyusun memiliki pengalaman mengajar cukup lama yang memungkinkan penyusun memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan I dan II.

Hasil Penyusunan modul ini telah dipresentasikan di hadapan para Widyaiswara serta pejabat struktural terkait di lingkungan Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), Kementerian Keuangan.

Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan I dan II, namun mengingat modul Dinamika Kelompok sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, maka penyempurnaan modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas.

Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak (termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai.

Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Januari 2011

Kepala Pusat, Ttd.

Tony Rooswiyanto NIP. 19560404 198203 1 001

MODUL MANAJEMEN KEPEGAWAIAN NEGARA

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang merupakan tujuan pelaksanaan diklat dan sasaran dari penggunaan modul ini, harus ditunjang oleh fitur/isi modul yang lengkap, integral, informatif, keilmuan, dan terkini (up to-date). Tujuan tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatanpembelajaran harus didukung dengan partisipasi aktif dari peserta Diklat Prajabatan Golongan II.

Sebaiknya Saudara telah membaca modul secara keseluruhan sebelum dilakukannya tatap muka. Agar memperoleh hasil belajar yang optimal dan sesuai harapan, sebaiknya Saudara membaca modul halaman demi halaman, dengan baik dan cermat, karena penyusunan modul ini disesuaikan dengan sekuen atau urutan prioritas pengetahuan yang harus diketahui. Walaupun tidak selalu harus berurutan, namun jika dibaca berurutan akan lebih memudahkan untuk pemahaman.

Bagian pertama yang dapat Saudara baca adalah Peta Konsep. Mengapa harus membaca Peta Konsep terlebih dahulu ? Karena Peta Konsep, sesuai dengan namanya, akan memetakan arah dan tujuan kemana Saudara akan menuju. Terkait dengan mata diklat ini, Saudara akan memahami topik dan sub topik apa saja yang akan Saudara pelajari, untuk selanjutnya Saudara dapat memetakannya dalam fikiran Saudara. Hal tersebut akan memudahkan kita untuk mencari, mengingat, dan memahami topik dan sub topik dalam mata diklat ini.

Untuk dapat mengukur kemampuan Saudara memahami isi modul, sebaiknya Saudara kerjakan latihan dan tes formatif yang ada pada setiap Kegiatan Belajar, yang dilanjutkan dengan mengerjakan Tes Sumatif pada akhir modul. Lakukan perhitungan nilai agar Saudara dapat memperoleh umpan balik dari pembelajaran.

Jika Saudara mempunyai waktu cukup luang, kami juga menyarankan Saudara untuk membaca peraturan perundang-undangan dan daftar bacaan yang judulnya tercantum dalam Daftar Pustaka untuk memberikan gambaran integral bagi pemahaman tentang Manajemen Kepegawaian Negara. Satu hal yang pasti, para pengajar siap membantu untuk senantiasa menjadi fasilitator bagi Saudara dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

PETA KONSEP

1. Pendahuluan

1 . 1. D E SK RI P S I SI N GK A T

Landasan hukum yang berkaitan dengan kepegawaian adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Sebagai tindak lanjut untuk memberdayakan sumber daya manusia yang optimal, Kementerian Keuangan

menerbitkan beberapa peraturan tersendiri di bidang kepegawaian yang diberlakukan pada instansi di lingkungan Kementerian Keuangan yang

DESKRIPSI

disesuaikan dengan perubahan organisasi saat ini.

SINGKAT

Saat ini Anda sudah diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Sebagai CPNS Anda tentu harus memahami peraturan di bidang kepegawaian sehingga Anda mengetahui kedudukan, kewajiban, larangan dan hak Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta pembinaan PNS, sehingga dapat melaksanakan tugas sebagai aparatur pemerintahan yang bertanggung jawab.

Manajemen Kepegawaian Negara adalah upaya-upaya untuk meningkatkan efektifitas, efiensi, dan derajat profesionalisme penyelenggara tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.

Manajemen Kepegawaian Negara dalam modul ini dilaksanakan melalui penyusunan formasi, pengadaan pegawai, pengujian kesehatan, pengangkatan CPNS menjadi PNS, pemberian hak-hak, kenaikan pangkat, pengangkatan PNS dalam jabatan struktural, sumpah/janji PNS/jabatan, penilaian pelaksanaan pekerjaan, penyusunan daftar urut kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, penerapan peraturan disiplin, izin perkawinan dan perceraian serta pemberhentian dan pensiun. Pengelolaan sumber daya manusia pada instansi pemerintah tersebut perlu mengimplementasikan konsep fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling) pada setiap aktivitasnya, sehingga dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, karena manusia merupakan sumber daya terpenting pada organisasi. Oleh karena itu secara khusus setiap organisasi juga harus memahami dan mengimplementasikan manajemen sumber daya manusia yang terbaik.

Sejalan dengan perkembangan dan perubahan beberapa peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian tersebut menuntut adanya penyempurnaan Modul Manajemen Kepegawaian Negara yang diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti Diklat Prajabatan Golongan II di lingkungan Kementerian Keuangan.

Modul ini terdiri dari 4 (empat) Kegiatan Belajar sebagai berikut :

Gambar 1. Kegiatan Belajar

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, BEBERAPA ISTILAH DI

1. LARANGAN, DAN HAK PEGAWAI NEGERI SIPIL.

BIDANG KEPEGAWAIAN, KEDUDUKAN, KEWAJIBAN,

2. PEGAWAI NEGERI SIPIL

FORMASI, PENGADAAN, DAN PENGANGKATAN

PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

4. NEGERI SIPIL

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI

1 . 2. P R A S Y A R AT KO M PET E N S I

Diklat Prajabatan Golongan II merupakan diklat prasyarat untuk pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil. Persyaratan secara administratif maupun kompetensi harus dipenuhi Diklat Prajabatan Golongan II merupakan diklat prasyarat untuk pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil. Persyaratan secara administratif maupun kompetensi harus dipenuhi

PRASYARAT

II, yaitu memahami ketentuan kepegawaian yang berkaitan dengan hak dan kewajiban PNS,

KOMPETENSI

memahami peraturan kepegawaian yang berlaku pada organisasi kementeriannya, dan telah memahami dan melakukan kegiatan kepegawaian dalam statusnya sebagai CPNS, memahami tentang organisasi kementeriannya dan aktivitas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sehari-hari.

1 . 3. S T A N D A R K O M PET E N S I D A N K OM PE T E N S I D A SA R

Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a. Standar Kompetensi

Dengan mempelajari modul Manajemen Kepegawaian Negara ini peserta diharapkan dapat memahami pokok-pokok kepegawaian yang mencakup kedudukan, kewajiban, hak, dan manajemen Pegawai Negeri Sipil dan beberapa peraturan perundang-undangan di bidang

STANDAR

kepegawaian yang berlaku.

KO MP E T E NS I &

b. Kompetensi Dasar KO M PE T E NS I

D AS A R

Setelah mempelajari modul Manajemen Kepegawaian Negara ini peserta mampu : 1). Memahami gambaran umum manajemen sumber daya manusia. 2). Menjelaskan tentang beberapa istilah penting dalam kepegawaian. 3). Memahami kedudukan, kewajiban, larangan, dan hak PNS. 4). Menyebutkan dan memahami tentang hak-hak dan kesejahteraan PNS yang mencakup gaji; cuti;

pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi bagi PNS yang tertimpa kecelakaan dalam dan karena dinas; tunjangan cacat bagi PNS yang menderita cacat jasmani/rohani; uang duka tewas dan biaya pemakaman bagi PNS yang tewas; uang duka wafat PNS; dan tunjangan tambahan penghasilan.

5). Memahami tentang pengertian formasi dan penetapan formasi PNS; pengadaan PNS; pengangkatan dan pemberhentian Calon PNS; dan pengangkatan PNS. 6). Menjelaskan tentang pengujian kesehatan PNS. 7). Menjelaskan tentang pengangkatan sumpah/janji PNS. 8). Memahami tentang sistem pembinaan PNS. 9). Menjelaskan dan mendefinisikan tentang sistem karier dan sistem prestasi kerja. 10). Menjelaskan dan menyebutkan tentang kenaikan pangkat PNS. 11). Menjelaskan tentang pengangkatan dan pemberhentian PNS Dalam Jabatan Struktural. 12). Memahami tentang pengangkatan pelaksana tugas dalam jabatan struktural di lingkungan

Kementerian Keuangan. 13). Menjelaskan tentang pengangkatan dalam jabatan fungsional. 14). Menjelaskan tentang pendidikan dan pelatihan PNS. 15). Menjelaskan tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS dan evaluasi dan penilaian kinerja

pemangku jabatan pelaksana di lingkungan Kementerian Keuangan. 16). Menjelaskan tentang Daftar Urut Kepangkatan (DUK). 17). Memahami dan menerapkan peraturan disiplin PNS. 18). Memahami tentang izin perkawinan dan perceraian PNS. 19). Menjelaskan dan memahami tentang pemberhentian dan pensiun PNS.

1 . 4. R E L EV A NS I MO D U L

RELEVANSI MODUL

Dengan membaca modul ini diharapkan peserta dapat memahami pengetahuan tentang kepegawaian negara (PNS) yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Modul yang memuat beberapa pokok permasalahan di bidang kepegawaian ini diharapkan dapat memotivasi dan membangkitkan semangat belajar bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan II, sehingga lebih memahami tentang kepegawaian di instansinya dan lebih siap dalam menjalankan kewajibannya sebagai PNS, khususnya dalam menghadapi ujian pada diklat Prajabatan Golongan II. Modul ini disamping sebagai dasar pembinaan PNS juga perlu dipahami peserta diklat agar dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dan penyelesaian permasalahan kepegawaian.

2. Kegiatan Belajar Satu MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, BEBERAPA ISTILAH DI BIDANG KEPEGAWAIAN, SERTA KEDUDUKAN, KEWAJIBAN, LARANGAN, DAN HAK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Indikator Keberhasilan :

1. Mampu memahami gambaran umum manajemen sumber daya manusia. 2. Mampu memahami beberapa istilah penting dalam kepegawaian. 3. Mampu menjelaskan kedudukan PNS. 4. Mampu menjelaskan kewajiban dan larangan PNS. 5. Mampu menjelaskan tentang gaji, sistem penggajian, kenaikan gaji berkala, kenaikan gaji istimewa, dan penundaan kenaikan gaji berkala. 6. Mampu menjelaskan tentang cuti PNS. 7. Mampu menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi bagi PNS. 8. Mampu menjelaskan tentang tunjangan cacat bagi PNS. 9. Mampu menjelaskan tentang uang duka tewas dan biaya pemakaman PNS yang tewas.

10. Mampu menjelaskan tentang besarnya uang duka wafat PNS. 11. Mampu menjelaskan arti pensiun Pegawai Negeri Sipil. 12. Mampu menjelaskan tunjangan tambahan penghasilan bagi janda/duda

2 . 1. U R AI A N D A N CO NT O H

Pegawai Negeri Sipil sebagai sumber daya manusia pada lembaga pemerintah harus diatur atau dikelola dengan baik. Oleh karena itu pengaturan PNS juga mengikuti prinsip-prinsip manajemen sumber daya manusia yang berlaku secara umum pada organisasi. Peraturan kepegawaian PNS juga disesuaikan dengan prinsip manajemen sumber daya manusia, sehingga pelaksanaannya akan dapat optimal, efektif, efisien, memenuhi kepuasan kerja organisasi dan individu, dengan harapan produktivitas kerja tinggi dan bermanfaat secara maksimal.

Landasan hukum pengaturan kepegawaian Pegawai Negeri Sipil yang masih berlaku adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Beberapa pasal dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 yang tidak diubah dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dinyatakan masih berlaku.

Sebagai langkah awal untuk memahami lebih lanjut tentang manajemen kepegawaian negara, maka perlu dipahami terlebih dahulu prinsip manajemen sumber daya manusia. Setelah itu kita akan bahas beberapa pengertian istilah-istilah dan pengertian di bidang kepegawaian. Dalam kegiatan belajar 1 ini akan diuraikan mengenai manajemen sumber daya manusia, beberapa istilah di bidang kepegawaian, kedudukan, kewajiban, larangan, serta hak Pegawai Negeri Sipil.

2.1.1. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Menurut pakar manajemen Dessler (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, yang sering disingkat MSDM, adalah proses memperoleh, melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada pegawai, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan, dan masalah keadilan. MSDM merupakan kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan, dan penilaian.

Aktivitas manajemen sumber daya manusia dalam organisasi terfokus pada pengelolaan pegawai sebagai aset terpenting organisasi, yang menurut Dessler setidaknya mencakup :  Melakukan analisis pekerjaan (menentukan pekerjaan setiap pegawai).  Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon pegawai.

 Memilih calon pegawai.  Mengorientasikan dan melatih pegawai baru.  Mengatur upah dan gaji (memberikan kompensasi kepada pegawai).  Memberikan insentif dan keuntungan.  Menilai prestasi.  Berkomunikasi (mewawancarai, memberikan konseling, memberikan disiplin).  Melatih dan mengembangkan para manajer.  Membangun komitmen pegawai.

Adapun menurut Stephen P. Robbins (2009), proses manajemen sumber daya manusia terdiri dari delapan kegiatan untuk mengisi pegawai dalam organisasi dan mempertahankan kinerja pegawai yang tinggi sebagai berikut :

Gambar 2. Proses Manajemen Sumber Daya Manusia LINGKUNGAN

Perencanaan

Identifikasi dan

Sumber Daya

Perekrutan

Penyelesaian

Seleksi Pegawai Yang

Pegawai yang mudah beradaptasi

Orientasi

Pelatihan

dan kompeten dengan keterampilan

dan pengetahuan yang kompeten

Pegawai yang kompeten dan

“To catch

Manajemen

Kompensasi dan

Pengembangan

berkinerja tinggi yang

mampu terus menerus

attention, place an

menghasilkan kinerja

yang tinggi dalam

interes

jangka panjang

quote from the story

LINGKUNGAN

Beberapa kegiatan dalam proses manajemen sumber daya manusia yang telah digambarkan di atas telah dituangkan dalam peraturan tentang kepegawaian negara. Sebelumnya kita pahami terlebih dahulu beberapa istilah yang berkaitan dengan kepegawaian Pegawai Negeri.

2.1.2. BEBERAPA ISTILAH DI BIDANG KEPEGAWAIAN NEGARA

Beberapa istilah di bidang kepegawaian negara yang tercantum pada peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :

a. Kepegawaian

Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 disebutkan bahwa yang dimaksud kepegawaian adalah segala hal-hal yang berkaitan dengan kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri sipil. Pada Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 istilah pembinaan Pegawai Negeri Sipil Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 disebutkan bahwa yang dimaksud kepegawaian adalah segala hal-hal yang berkaitan dengan kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri sipil. Pada Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 istilah pembinaan Pegawai Negeri Sipil

b. Pegawai Negeri

Berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri terdiri dari : 1). Pegawai Negeri Sipil, selanjutnya disebut PNS; 2). Anggota Tentara Nasional Indonesia; 3). Anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Pegawai Negeri Sipil dibedakan menjadi : 1). PNS Pusat adalah PNS yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi Vertikal di daerah provinsi/kabupaten/kota, contoh PNS Kementerian Keuangan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke disebut PNS Pusat. 2). PNS Daerah yang PNS gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, contoh PNS Pemda DKI Jakarta.

Disamping pegawai negeri sebagaimana dimaksud di atas, pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.

c. Pejabat Yang Berwenang

Pejabat Yang Berwenang berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 adalah pejabat yang memiliki kewenangan untuk mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pasal 25 undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 disebutkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS dilakukan oleh Presiden, dalam beberapa hal dapat didelegasikan kepada pejabat di bawahnya.

d. Pejabat Pembina Kepegawaian

Banyaknya jumlah PNS di seluruh Indonesia dan untuk keperluan administratif serta pembinaan PNS dengan lebih terfokus, menyebabkan Presiden mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pimpinan departemen/lembaga pemerintah non departemen/kesekretariatan lembaga tinggi Negara/daerah propinsi/daerah kabupaten/ daerah kota yang diberi delegasi sebagian wewenang Presiden untuk mengangkat, memindahkan dan memberhentikan PNS di lingkungannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pejabat Pembina Kepegawaian dibedakan menjadi : 1). Pejabat Pembina kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Lain yang dipimpin oleh pejabat strutural eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen.

2). Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi adalah Gubernur. 3). Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota.

e. Pejabat Negara

Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tinggi negara sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 dan amandemennya dan pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang. Berdasarkan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 pejabat negara terdiri dari :

1). Presiden dan Wakil Presiden 2). Ketua, wakil ketua dan anggota MPR 3). Ketua, wakil ketua dan anggota DPR 4). Ketua, wakil ketua, ketua muda dan Hakim Agung pada

Mahkamah Agung serta ketua, wakil ketua dan hakim pada semua Badan Peradilan

5). Ketua, wakil ketua dan anggota BPK 6). Menteri dan semua jabatan setingkat menteri 7). Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang

berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh 8). Gubernur dan Wakil Gubernur 9). Bupati dan wakil Bupati 10). Walikota dan Wakil Walikota 11). Pejabat lainnya yang ditentukan oleh presiden

Kedudukan, kewajiban, dan hak pejabat negara tidak sama dengan pegawai negeri karena ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya berbeda.

f. Pejabat yang berwajib

Pejabat Yang Berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, contohnya anggota POLRI dan Jaksa.

g. Jabatan Negeri

Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya jabatan dalam kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi negara dan kepaniteraan pengadilan, contohnya Jabatan Menteri, Gubernur/Bupati/Waikota, pegawai desa, dan jabatan-jabatan dalam pegawai negeri.

h. Jabatan Karier

Jabatan Karier adalah jabatan struktural dan jabatan fungsional yang hanya dapat diduduki PNS setelah memenuhi syarat yang ditentukan, contohnya Sekretaris Jenderal dan Widyaiswara.

i. Jabatan Organik

Jabatan organik berdasarkan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada suatu satuan organisasi pemerintah.

j. Manajemen Pegawai Negeri Sipil

Manajemen Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 adalah keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan dan pemberhentian. Kebijaksanaan manajemen PNS berada pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.

k. PNS Diperbantukan di Luar Instansi Induk

PNS yang diperbantukan di Luar Instansi Induk adalah PNS yang bekerja di instansi lain karena diperbantukan dan gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan, sedangkan pembinaan kepegawaiannya dilakukan oleh instansi PNS berasal.

l. PNS yang Dipekerjakan di Luar Instansi Induk

PNS yang dipekerjakan di Luar Instansi Induk adalah PNS yang bekerja di instansi lain karena dipekerjakan dan penggajiannya serta pembinaan kepegawaiannya dilakukan oleh instansi PNS berasal.

2.1.3. KEDUDUKAN, KEWAJIBAN, LARANGAN, DAN HAK PNS

Kedudukan, kewajiban, larangan, dan hak Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :

2.1.3.1. KEDUDUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Pegawai Negeri, termasuk di dalamnya Pegawai Negeri Sipil, memegang peranan penting dalam pemerintahan, dimana kedudukannya adalah sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.

Dalam kedudukan dan tugas tersebut Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitas dan menghindari konflik kepentingan maka PNS dilarang menjadi anggota dan atau pengurus partai politik. Apabila PNS menjadi anggota/atau pengurus partai politik akan diberhentikan sebagai PNS.

2.1.3.2. KEWAJIBAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Berdasarkan penggabungan dari beberapa peraturan kepegawaian, kewajiban Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut :

a. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor

43 Tahun 1999 pasal 4,5, dan 6, kewajiban Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara adalah sebagai berikut : 1). Setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah serta wajib

KEDUDUKAN

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan Republik

PNS

Indonesia; 2). Mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab;

3). Menyimpan rahasia jabatan, dan pegawai negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan

kepada dan atas perintah yang berwajib atas kuasa undang-undang.

b. Menurut Pasal 26 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 mengangkat sumpah/janji PNS adalah kewajiban PNS.

c. Menurut pasal 27 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 mengangkat sumpah/janji jabatan negeri adalah kewajiban PNS. Setiap PNS yang diangkat untuk memangku sesuatu jabatan tertentu wajib mengangkat sumpah/janji jabatan negeri.

d. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 PNS wajib mematuhi ketentuan ijin perkawinan dan perceraian PNS.

KEWAJIBAN

e. Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan

PNS

Disiplin Pegawai Negeri Sipil, kewajiban PNS adalah sebagai berikut : 1). mengucapkan sumpah/janji PNS; 2). mengucapkan sumpah/janji jabatan; 3). setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;

4). melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian,

kesadaran, dan tanggung jawab; 5). menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS; 6). mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau

golongan; 7). memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan; 8). bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara; 9). melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;

10). masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; 11). mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan; 12). menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya; 13). memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat; 14). membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas; 15). memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan 16). menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

2.1.3.3. LARANGAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 ditentukan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap PNS yaitu : 1). menyalahgunakan wewenang; 2). menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan

menggunakan kewenangan orang lain; 3). tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau

LARANGAN

lembaga atau organisasi internasional;

PNS

4). bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing; 5). memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik

bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah; 6). melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam

maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

7). memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan; 8). menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya; 9). bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya; 10). melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; 11). menghalangi berjalannya tugas kedinasan; 12). memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;

c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau

d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara; 13). memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,

14). memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai

HAK

foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai

PNS

peraturan perundang-undangan; dan 15). memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;

b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

2.1.3.4. HAK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Keseimbangan antara kewajiban dan hak PNS dilakukan untuk menjamin kepuasan kerja para pegawai sehingga termotivasi memberikan yang terbaik dengan hasil akhir adalah meningkatnya produktivitas kerja yang optimal bagi organisasi.

Hak-hak PNS tersebut diberikan setelah dipenuhi kewajiban yang diberikannya kepada organisasi dan negara sesuai ketentuan yang berlaku. Hak-hak yang diberikan tersebut adalah sebuah upaya pemberian kompensasi atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya yang bertujuan untuk memberikan kesejahteraan.

Berdasarkan pasal 7,8,9, dan 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, hak–hak PNS adalah sebagai berikut:

a. memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya;

b. memperoleh cuti apabila telah memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku;

c. memperoleh perawatan bagi PNS yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;

d. memperoleh tunjangan cacat bagi PNS yang menderita cacat baik jasmani dan atau rohani sebagai akibat dari kecelakaan yang menimpanya pada saat dan karena menjalankan tugas kewajibannya;

e. memperoleh uang duka tewas atau uang duka wafat bagi ahli waris yang keluarganya tewas atau meninggal dunia.

f. memperoleh pensiun bagi PNS yang telah memenuhi syarat-syarat pensiun.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1980, kepada janda/duda PNS atau janda/duda pensiunan PNS mendapatkan hak tunjangan tambahan penghasilan. Penjelasan mengenai hak PNS yang berkaitan dengan kesejahteraan PNS tersebut dijelaskan sebagai berikut :

A. GAJI

Berdasarkan pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, gaji merupakan hak PNS.

GAJI

Gaji PNS dimaksudkan untuk dapat me nghidupi PNS beserta keluarganya dengan layak sehingga PNS dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan. Setiap PNS berhak atas gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. Gaji yang diterima oleh PNS harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya. Gaji PNS dibayar atas dasar gaji pokok sesuai pangkat dan masa kerja golongannya.

Dalam rangka memberikan dan meningkatkan kesejahteraan pegawai, Pemerintah telah berulangkali memperbaiki struktur pokok gaji Pegawai Negeri termasuk pensiunan PNS, dan yang terakhir melalui Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2010.

Gaji yang diterima PNS terdiri dari gaji pokok, ditambah tunjangan pangan dan tunjangan keluarga (bagi PNS yang telah berkeluarga). Besarnya tunjangan pangan adalah sepuluh kilogram beras tiap orang.

Tunjangan pangan bagi PNS yang telah berkeluarga sebanyak-banyaknya hanya 40 kg beras yang terdiri dari 10 kg untuk dirinya, 10 kg untuk isteri/suami dan 20 kg untuk dua orang anak.

Tunjangan keluarga terdiri atas tunjangan isteri/suami sebesar 10% dari gaji pokok dan tunjangan anak 2% dari gaji pokok untuk setiap anak dan sebanyak-banyaknya dua orang anak. Tunjangan anak berlaku sampai dengan anak berusia 21 tahun (bagi yang tidak kuliah) dan 25 tahun bagi anak yang kuliah, dengan ketentuan anak tersebut belum menikah, belum mempunyai penghasilan sendiri, dan tidak mendapat beasiswa. PNS yang menduduki jabatan struktural/jabatan fungsional selain gaji diberikan tunjangan jabatan struktural/tunjangan jabatan fungsional.

Gaji PNS dibayar setiap tanggal 1 bulan yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas dari tanggal 1 sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan atau dengan kata lain PNS dibayar dulu baru bekerja. Gaji pokok untuk Calon PNS adalah sebesar 80% dari gaji pokok yang diperuntukkan untuk PNS. Sedangkan bagi Calon PNS yang telah berkeluarga berlaku ketentuan tersebut di atas. Gaji Calon PNS dibayarkan pada bulan secara nyata calon PNS tersebut melaksanakan tugasnya dan dibuktikan dengan surat pernyataan melaksanakan tugas dari pejabat yang berwenang.

KENAIKAN GAJI BERKALA

1). Sistem Penggajian

Sistem penggajian PNS terdiri atas tiga sistem yaitu :

a. Sistem skala tunggal Gaji PNS dibayar berdasar masa kerja golongan dan pangkat, tanpa memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan tanggungjawab yang dipikul dalam melaksanakan tugas.

b. Sistem skala ganda Gaji PNS dibayar berdasarkan masa kerja golongan, pangkat, dan sifat pekerjaan yang dilakukan serta tanggungjawab yang dipikul dalam melaksanakan tugas.

KENAIKAN

c. Sistem skala gabungan

GAJI

Gaji PNS dibayar berdasarkan masa kerja golongan dan pangkat, dan bagi PNS yang

ISTIMEWA

melakukan tugas lebih besar serta memikul tanggung jawab yang berat diberikan tunjangan. Sistem penggajian PNS yang digunakan saat ini adalah sistem skala gabungan.

2). Kenaikan Gaji Berkala

Kepada PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan diberikan kenaikan gaji berkala apabila telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala yaitu sebagai berikut :

a. telah mencapai masa kerja 2 tahun;

b. penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata sekurang-kurangnya cukup. Pemberian kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat pemberitahuan dari Kepala Kantor yang

bersangkutan atas nama pejabat yang berwenang. Pemberian kenaikan gaji berkala tersebut diterbitkan 2 bulan sebelum kenaikan gaji berkala itu berlaku.

3). Kenaikan Gaji Istimewa

Kepada PNS yang menurut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dengan menunjukkan nilai “Amat Baik” dapat diberikan kenaikan gaji istimewa sebagai penghargaan dengan memajukan saat kenaikan gaji berkala yang akan datang, dan saat-saat kenaikan gaji

SISTEM PENGGAJIAN

selanjutnya dalam pangkat yang dijabatnya pada saat pemberian kenaikan gaji istimewa itu.

PENUNDAAN

Pemberian gaji istimewa memerlukan pertimbangan yang seksama disertai dengan

KENAIKAN

bukti fisik dan ditetapkan dengan keputusan Menteri atau Pimpinan Lembaga yang

GAJI

bersangkutan. Kenaikan gaji istimewa hanya dalam pangkat yang dijabat oleh PNS yang

BERKALA

bersangkutan pada saat pemberian kenaikan gaji istimewa itu.

4). Penundaan Kenaikan Gaji Berkala

Pemberian kenaikan gaji berkala seorang PNS dapat ditunda untuk paling lama 1 tahun dengan alasan melakukan pelanggaran disiplin dan dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala. Penundaan kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang Pemberian kenaikan gaji berkala seorang PNS dapat ditunda untuk paling lama 1 tahun dengan alasan melakukan pelanggaran disiplin dan dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala. Penundaan kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang

B. CUTI

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976, cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan cuti adalah dalam rangka

CUTI

usaha menjamin kesegaran jasmani dan rohani PNS setelah bekerja selama jangka waktu tertentu. Sebagian besar cuti adalah hak PNS, oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu apabila ada kepentingan dinas mendesak. PNS yang akan menjalankan cuti harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti secara hierarkhi. Cuti diberikan oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti secara tertulis dan dicatat dalam Kartu Cuti. Jenis cuti yang menjadi hak PNS adalah cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti bersalin, dan cuti karena alasan penting, sedangkan cuti di luar tanggungan negara bukan hak PNS. Cuti diluar tanggungan negara diberikan atas kebijaksanaan pejabat yang berwenang. Untuk lebih memahami jenis cuti tersebut pada bagian ini juga ikut dijelaskan.

Jenis-jenis cuti PNS adalah sebagai berikut :

Cuti Tahunan

Cuti Besar

Cuti Sakit

Cuti Karena

Cuti diLuar

CUTI BESAR

Cuti Bersalin

Alasan Penting

Tanggungan

Negara

a. Cuti Tahunan

1). PNS/CPNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 tahun secara terus menerus berhak atas cuti

tahunan. Lamanya adalah 12 (dua belas) hari kerja. Jangka waktu cuti ini dapat dipecah-pecah menjadi beberapa kali cuti, tetapi tidak boleh kurang dari 3 hari kerja.

2). Cuti tahunan yang tidak diambil pada tahun yang bersangkutan dapat diambil pada tahun

berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.

3). Cuti tahunan yang tidak diambil secara penuh dalam beberapa tahun, dapat diambil dalam tahun

berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan.

4). Cuti tahunan yang akan dijalankan ditempat yang sulit perhubungannya, jangka

CUTI

waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat belas)

TAHUNAN

hari termasuk hari libur. Ketentuan ini tidak berlaku bagi cuti tahunan yang diambil kurang dari 12 (dua belas) hari kerja.

5). Cuti tahunan hanya dapat ditunda selama-lamanya satu tahun. Cuti tahunan yang ditunda

pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti dapat diambil selama-lamanya 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan tahun yang sedang berjalan.

6). Jika dalam waktu bersamaan PNS mengambil cuti tahunan, maka hanya diperkenankan 5% dari pegawai yang ada boleh cuti, agar pekerjaan tidak terganggu.

b. Cuti Besar

1). Setiap PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus berhak

atas cuti besar selama 3 (tiga) bulan termasuk cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. Jika telah mengambil cuti tahunan, maka lamanya cuti besar dikurangi lamanya cuti tahunan.

2). Apabila kepentingan dinas mendesak, maka pelaksanaan cuti besar dapat ditangguhkan untuk

paling lama 2 (dua) tahun. Wak tu penangguhan dihitung penuh untuk perhitungan hak atas cuti besar berikutnya.

3). Selama cuti besar berhak atas gaji secara penuh, kecuali tunjangan jabatan. Untuk PNS yang 3). Selama cuti besar berhak atas gaji secara penuh, kecuali tunjangan jabatan. Untuk PNS yang

4). PNS yang mengambil cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan, maka sisa cuti besar yang menjadi haknya hapus. 5). Cuti besar dapat digunakan oleh PNS yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban agama, misalnya menunaikan ibadah haji. 6). Jangka waktu cuti besar tidak dapat disambung dengan jangka waktu cuti tahunan yang tidak

diambil dalam tahun yang bersangkutan/ pelaksanaannya ditangguhkan oleh pejabat yang berwenang.

c. Cuti Sakit

1). PNS yang menderita sakit satu hari atau dua hari harus memberitahukan kepada atasannya baik secara tertulis maupun lisan/ telepon/perantara orang lain.

2). CUTI SAKIT PNS yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari harus

mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter. 3). PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari harus mengajukan permintaan cuti sakit

secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah atau swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Cuti sakit tersebut diberikan untuk paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter pemerintah atau dokter swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.

4). PNS yang telah menderita sakit selama 1 tahun 6 bulan dan belum sembuh dari penyakitnya,

harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan tersebut PNS yang bersangkutan :

a) Belum sembuh dari penyakitnya tetapi ada harapan untuk dapat bekerja kembali sebagai PNS, maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku

b) Belum sembuh dari penyakitnya dan tidak ada harapan lagi untuk dapat bekerja kembali sebagai PNS, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS, dengan mendapat hak-hak kepegawaian menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku

5). PNS wanita yang mengalami gugur kandung berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1,5 bulan. 6). PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewaijbannya (kecelakaan

dinas) yang mengakibatkan PNS tersebut perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sampai sembuh dari penyakitnya.

7). Kepada PNS yang menjalani cuti sakit berhak atas gaji penuh dan bagi PNS yang menduduki

jabatan, tunjangan jabatan tetap dibayarkan selama belum ada keputusan pemberhentian dari jabatannya.

d. Cuti Bersalin

1). Untuk persalinan pertama, kedua dan ketiga PNS wanita berhak atas cuti bersalin. Persalinan pertama yang dimaksud adalah persalinan pertama sejak yang bersangkutan menjadi PNS. 2). Lamanya cuti bersalin adalah 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah persalinan, apabila

CUTI

seorang PNS wanita yang mengambil cuti bersalin 2 minggu sebelum persalinan, maka

BERSALIN

haknya sesudah persalinan tetap 2 bulan. 3). Selama menjalankan cuti bersalin berhak atas gaji penuh termasuk tunjangan jabatan (bagi PNS wanita yang menduduki jabatan). 4). PNS wanita yang akan bersalin untuk keempat kalinya dan seterusnya apabila masih mempunyai

hak cuti besar, dapat menggunakan cuti besar tersebut sebagai cuti persalinan, dan apabila tidak ada hak cuti besar dapat mempergunakan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan dan lamanya 3 bulan.

5). Selama menjalankan cuti bersalin hak cuti tahunan tidak hapus. 6). Perbedaan dan persamaan penggunaan cuti besar dan cuti di luar tanggungan negara untuk

persalinan keempat dan seterusnya adalah :

Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Penggunaan Cuti Besar dan Cuti Di Luar Tanggungan Negara Untuk Persalinan Anak Ke-empat dst.

Cuti Di Luar Tanggungan Cuti Besar Untuk

No. UNSUR-UNSUR

Persalinan Ke-4 dst.

Negara Untuk Persalinan Ke-

4 dst.

1. Gaji

Berhak atas gaji

Tidak berhak atas gaji

2. Tunjangan Jabatan

Tidak berhak

Tidak berhak

Diperhitungkan untuk

Tidak diperhitungkan untuk

3. Masa Kerja

kenaikan pangkat/gaji dan

kenaikan pangkat/gaji dan

masa kerja pensiun

masa kerja pensiun

Ijin Badan Kepegawaian

4. Tidak perlu ijin BKN

Tidak perlu ijin BKN

Negara

Tidak diberhentikan dari

Tidak diberhentikan dari

Pemberhentian dari

pekerjaan/ jabatannya dan

pekerjaan/ jabatannya dan

5. Pekerjaan/jabatannya

formasi yang bersangkutan

formasi yang bersangkutan

selama cuti tidak boleh diisi

selama cuti tidak boleh diisi

orang lain

orang lain

6. Lamanya Cuti

3 (tiga) bulan

3 (tiga) bulan

7). Calon PNS belum berhak atas cuti bersalin, akan tetapi apabila yang bersangkutan akan melakukan persalinan tidak boleh ditolak dan agar difasilitasi.

e. Cuti Karena Alasan Penting

PNS berhak atas cuti karena alasan penting untuk paling lama 2 bulan, apabila :

CUTI KARENA

1). ibu, bapak, isteri/suami, anak, kakak, adik, mertua atau menantu sakit keras atau

ALASAN

meninggal dunia; PENTING 2). PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia;

3). melangsungkan perkawinan yang pertama. Selama menjalankan cuti karena alasan penting PNS yang bersangkutan menerima gaji penuh.

f. Cuti di Luar Tanggungan Negara

1). Kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus menerus karena alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara, contohnya mengikuti suami yang bertugas di luar negeri.

CUTI DILUAR

2). TANGGUNGAN Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 tahun. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila ada NEGARA

alasan-alasan yang penting untuk memperpanjang. 3). Cuti di luar tanggungan negara bukan hak, oleh sebab itu permintaan cuti di luar tanggungan negara dapat dikabulkan atau ditolak oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti. 4). Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan dengan surat keputusan pejabat yang

berwenang memberikan cuti, setelah mendapat persetujuan Kepala BKN, demikian juga perpanjangan cuti tersebut melalui proses yang sama.

5). PNS yang menjalankan cuti di luar tanggungan negara dibebaskan dari jabatannya, dan jabatan yang lowong itu dengan segera dapat diisi. 6). Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara PNS yang bersangkutan tidak berhak

menerima penghasilan dari negara dan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS untuk kenaikan gaji, pangkat, pensiun.

7). PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara wajib melaporkan diri secara tertulis kepada pimpinan instansi induknya. 8). Pimpinan yang telah menerima laporan tersebut berkewajiban : a). Menempatkan dan mempekerjakan kembali apabila ada lowongan 7). PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara wajib melaporkan diri secara tertulis kepada pimpinan instansi induknya. 8). Pimpinan yang telah menerima laporan tersebut berkewajiban : a). Menempatkan dan mempekerjakan kembali apabila ada lowongan

kemungkinan ditempatkan di instansi lain. c). Apabila penempatan di instansi lain tidak mungkin, maka PNS yang bersangkutan

diberhentikan dari jabatannya karena kelebihan tenaga dengan diberi hak uang tunggu berdasar peraturan yang berlaku.

d). Penempatan kembali PNS yang selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dilakukan

dengan keputusan pejabat yang berwenang memberikan cuti di luar tanggungan negara setelah mendapat persetujuan Kepala BKN.

e). PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada pimpinan instansi setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. 9). Khusus bagi cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan keempat dan seterusnya, berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a). Permintaan cuti tersebut tidak dapat ditolak. b). PNS yang bersangkutan tidak dibebaskan dari jabatannya. c). Cuti tersebut tidak memerlukan persetujuan Kepala BKN. d). Lamanya cuti tersebut sama dengan lamanya cuti bersalin. e). Selama menjalankan cuti tersebut tidak menerima penghasilan dari negara dan tidak

diperhitungkan sebagai masa kerja PNS. PNS yang sedang menjalankan cuti tahunan, cuti karena alasan penting, dan cuti besar dapat