ANALISIS UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PEMBOBOLAN MESIN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

  

ANALISIS UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK

PIDANA PEMBOBOLAN MESIN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Jurnal Skripsi)

  

Oleh

NOVIA RAHMAYANI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

  

2018

  

ABSTRAK

ANALISIS UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK

PIDANA PEMBOBOLAN MESIN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

  

Novia Rahmayani, Sunarto DM., Dona Raisa Monica

Email: noviary3@gmail.com.

  Tindak pidana pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) merupakan salah satu pencurian dengan pemberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 365 Ayat (2) huruf c KUHP. Sehubungan dengan adanya tindak pidana tersebut maka Pihak Kepolisian melakukan upaya penanggulangan melalui sarana non penal dan penal. Permasalahan penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM di Kota Bandar Lampung? (2) Apakah faktor penghambat upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM di Kota Bandar Lampung? Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan: (1) Upaya penanggulangan Tindak pidana pembobolan mesin ATM di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung melalui sarana non penal dan penal. Upaya non penal dilaksanakan dengan pemasangan kamera pengawas atau CCTV pada Ruang Mesin ATM dan melaksanakan pengamanan pada titik-titik kerawanan tindak pidana pembobolan mesin ATM. Upaya penal dilaksanakan dengan penyelidikan dan penyidikan untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana pembobolan mesin ATM yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. (2) Faktor paling dominan yang menjadi penghambat upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM di Kota Bandar Lampung adalah faktor aparat penegak hukum, yaitu secara kuantitas masih terbatasnya jumlah penyidik dan secara kualitas sumber daya manusia, masih belum optimalnya taktik dan teknik penyidikan guna penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM. Saran: (1) Aparat kepolisian disarankan untuk meningkatkan patroli dalam rangka pengamanan. (2) Pihak perbankan disarankan untuk menempatkan mesin ATM pada lokasi strategis yang ramai dilalui oleh masyarakat.

  Kata Kunci: Upaya Kepolisian, Penanggulangan, Pembobolan Mesin ATM

  

ABSTRACT

ANALYSIS OF POLICE EFFORT IN HANDLING PIERCING MACHINE OF

AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) CRIME

AT BANDAR LAMPUNG CITY

  

The criminal act of breaking the machine of Automated Teller Machine (ATM) is one of

theft with objections as regulated in Article 365 Paragraph (2) letter c of the Criminal

Code. In relation to the existence of such crime, the Police Department shall make efforts

to overcome by means of non penal and penal. The problems of this research are: (1) How

is police effort in handling piercing machine of ATM crime at Bandar Lampung City? (2)

What is inhibiting factor of police effort in handling piercing machine of ATM crime at

Bandar Lampung City? The problem approach used is juridical normative and empirical

juridical approach. Data collection was done by literature study and field study, then the

data were analyzed qualitatively. The results of the study and discussion show: (1) Police

effort in handling piercing machine of ATM crime at Bandar Lampung City through non

penal and penal facilities. Non-penalty efforts are implemented by installing surveillance

cameras or CCTVs in the ATM Machine Room and implementing security at the points of

vulnerability of ATM machine break-ins. Penal efforts shall be carried out by

investigation and investigation to seek and collect evidence which with such evidence

makes light of the piercing crime of the ATM machine occur and in order to find the

suspect. (2) The most dominant factor that hampered police effort in handling piercing

machine of ATM is the factor of law enforcement officer, that is the quantity of the number

of investigators and the quality of human resources, the still not optimal tactics and

techniques of investigation for the prevention of action criminal burglary of ATM

machines. Suggestions in this study are: (1) Police officers are advised to increase

patrols in the framework of security and supervision of locations that potentially become a

place for the perpetrator to commit a crime piercing ATM machine. (2) Banks are advised

to place ATM machines at strategic locations crowded by the public so as to narrow the

space for the perpetrators of the crime of breaking into the ATM machine Keywords: Police Efforts, Handling, Percing of ATM

  Perkembangan zaman yang begitu cepat mempengaruhi kehidupan dalam masyarakat, sebab selain membawa pengaruh yang positif, terdapat juga pengaruh yang negatif bagi masyarakat. Pengaruh yang negatif ditandai adanya tindak pidana dalam kehidupan masyarakat. Tindak pidana merupakan dilakukan oleh seseorang dan patut dipidana sesuai dengan kesalahannya sebagaimana dirumuskan undang- undang. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum yang berlaku.

  sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat adalah pencurian. Upaya menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks terhadap tindak pidana pencurian, memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang sejalan dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hal ini dikarenakan masalah tindak pidana pencurian yang beragam tersebut dipahami melalui satu sudut pandang tertentu, yang meliputi pengertian, ruang lingkup serta sanksi yang perlu diketahui dalam KUHP.

  tertulis itu disusun, dibuat dan diundangkan untuk diberlakukan sebagai hukum positif (ius constitutum), namun 1 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana,

  Bandung, Alumni, 1986, hlm. 6 2 Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana , Jakarta, Ghalia Indonesia

  akan menjadi efektif dan dirasakan dapat mencapai keadilan serta kepastian hukum apabila penerapannya sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pembentuk undang-undang mengenai apa yang tertulis dalam kalimat-kalimat itu. Hukum pidana hendaknya dipertahankan sebagai salah satu sarana untuk social defence dalam arti melindungi masyarakat terhadap kejahatan dengan memperbaiki atau pembuat tanpa mengurangi keseimbangan kepentingan.

I. PENDAHULUAN

  3 Pengaturan secara terperinci mengenai

  tindak pidana pencurian dalam KUHP terdapat pada Bab

  XXII tentang Pencurian. Pasal 362 KUHP bahwa barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

1 Salah satu jenis tindak pidana yang

  Tindak pidana pencurian dapat dilakukan dengan berbagai modus, salah satu di antaranya adalah pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Salah satu contoh kasusnya di Kota Bandar Lampung adalah pembobolan mesin ATM di salah satu minimarket di Jl. Gatot Subroto, Kelurahan Bumiraya, Kecamatan Bumiwaras Kota Bandar Lampung pada hari Senin 24 Juli 2017

2 Hukum pidana yang berupa aturan

  4 3 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 23 4 Sabtu,

  19 Contoh kasus lainnya adalah Polresta Bandar Lampung menangkap dua orang tersangka pembobol mesin anjungan tunai mandiri (ATM) pada hari Senin 23 Januari 2017, yang telah sepuluh kali melakukan kejahatan seperti itu di wilayah Kota Bandarlampung. Pelaku diduga telah 10 kali melakukan aksi bobol ATM tersebut, dengan hasil puluhan juta rupiah

  dalam tindak pidana pencurian dengan pemberatan sebagaimana di atur dalam Pasal 365 Ayat (2) huruf c KUHP, yaitu diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun: Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, periniah palsu atau pakaian jabatan palsu.

  Pihak Kepolisian menindaklanjuti adanya tindak pidana pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), melaksanakan upaya penanggulangan tindak pidana sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang kepolisian sebagai aparat penegak hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

  Tugas pokok kepolisian menurut Pasal

  13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi kepolisian menurut 5

  http://lampung,antaranews.com/berita/294332/p olresta-bandarlampung-tangkap-pembobol-atm, Diakses Sabtu, 19 Agustus 2017 Pukul. 13.30-

  Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah melaksanakn fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan penyidikan oleh kepolisian dilakukan untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti yang pada tahap pertama harus dapat memberikan keyakinan, walaupun sifatnya masih sementara, kepada penuntut umum tentang apa yang sebenarnya terjadi atau tentang tindak pidana yang telah dilakukan serta siapa tersangkanya. Apabila berdasarkan keyakinan tersebut penuntut umum berpendapat cukup adanya alasan untuk mengajukan tersangka kedepan sidang pengadilan untuk segera disidangkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis melaksanakan penelitian skripsi dengan judul: “Analisis Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pembobolan Mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Kota Bandar Lampung.

5 Pembobolan mesin ATM termasuk di

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Kota Bandar Lampung? b. Apakah faktor penghambat upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Kota Bandar Lampung? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

II. PEMBAHASAN A. Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pembobolan Mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Kota Bandar Lampung 1.

  Upaya Melalui Sarana Non Penal a. Pemasangan Kamera Pengawas atau

  CCTV pada Ruang Mesin ATM Pemasangan kamera pengawas atau

  Closed Circuit Television (CCTV)

  merupakan salah satu upaya untuk mempermudah penyidik dalam mengidentifikasi pelaku jika terjadi tindak pidana pembobolan mesin ATM. Proses penegakan hukum oleh Kepolisian tidak dapat terpisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya adalah dengan rekaman CCTV sebagai salah satu alat bukti. Sesuai dengan ketentuan Pasal 184 Ayat (1) KUHAP, alat bukti yang sah dalam perkara pidana adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Maknanya adalah di luar kategori yang telah ditetapkan KUHAP tersebut, maka alat bukti apapun tidak sah. Pemasangan CCTV meskipun bukan sebagai cara yang efektif untuk mesin ATM, tetapi dapat berguna dalam membantu proses pengungkapannya. Penerapan teknologi ini merupakan kemajuan dari penegakan hukum dan salah satu wujud asas praduga tidak bersalah, di mana seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan Pengadilan yang menyatakan bersalah dan mempunyai kekuatan hukum tetap, dengan adanya rekaman CCTV tersebut, akan membuat Penyidik lebih yakin sebagai bukti permulaan yang cukup, sehingga meminimalisir penyelewengan asas praduga tidak bersalah.

  b.

  Melaksanakan Pengamanan pada Titik-Titik Kerawanan Tindak pidana pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

  Upaya pengamanan pada titik-titik rawan merupakan penanggulangan kejahatan pembobolan mesin ATM. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan dari Pasal

  2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara menyebutkan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat.

  Anggota kepolisian ditempatkan pada berbagai titik yang dianggap rawan terjadinya pembobolan mesin ATM, terutama di kolasi mesin ATM yang jauh dari keramaian. Petugas yang ditempatkan ini tidak menggunakan pakaian dinas atau seragam sehingga tidak dapat diidentifikasi oleh pelaku. Petugas segera melakukan tindakan terhadap pelaku tindak pidana pembobolan mesin ATM.

2. Upaya Melalui Sarana Penal

  Upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM melalui sarana penal dilaksanakan oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dengan cara melakukan penyelidikan dan penyidikan. Penyidik sesegera mungkin menanggapi setiap adanya laporan dari anggota masyarakat tentang adanya tindak pidana pembobolan mesin ATM laporan tersebut harus didukung oleh bukti-bukti yang kuat untuk menentukan apakah termasuk sebagai tindak pidana atau bukan.

  Melalui penyelidikan dilaksanakan rangkaian tindakan penyelidik bertujuan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Rangkaian tindakan penyelidikan hanya dimaksudkan untuk menemukan peristiwa pidana dan tidak mencari/menemukan tersangka. Tindakan penyidikan tidak harus didahului dengan penyelidikan. Manakala penyidik menemukan peristiwa yang dinilai sebagai tindak pidana, dapat segera melakukan penyidikan. Artinya tindakan penyidikan yang dilakukan oleh polisi terlebih dahulu diawali dengan penyelidikan untuk memastikan bahwa benar telah terjadi tindak pidana pembobolan mesin ATM. Setelah jelas dan cukup bukti bahwa laporan masyarakat tersebut benar, dan memang didapatkan bukti awal bahwa telah terjadi tindak pidana pembobolan mesin ATM maka selanjutnya adalah serangkaian tindakan Penyidik

  Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Tujuan pokok tindakan penyidikan adalah utuk menemukan kebenaran dan cari kesalahan seseorang. Dengan demikian, seseorang penyidik dituntut untuk bekerja secara obyektif, tidak sewenang-wenang, senantiasa berada dalam koridor penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia. Beberapa tahapan penyidikan yang dilakukan untuk mengungkap kasus tindak pidana pembobolan mesin ATM antara lain adalah: 1)

  Pemeriksaan di tempat kejadian, yaitu memeriksa tempat kejadian perkara terjadinya tindak pidana pembobolan mesin ATM

  2) Pemanggilan atau penangkapan tersangka, setelah jelas dan cukup bukti awal maka pihak kepolisian melakukan pemanggilan atau penangkapan terhadap tersangka pelaku tindak pidana pembobolan mesin ATM

  3) Penahanan sementara, setelah dilakukan penangkapan terhadap tersangka maka dilakukan penahanan terhadap pelaku pembobolan mesin ATM

  4) Penyitaan, melakukan kegiatan penyitaan berbagai barang bukti yang akan memperkuat pemberkasan atau berita acara.

  5) Pemeriksaan, dilakukan untuk menambah atau memperkuat bukti pembobolan mesin ATM. Pemeriksaan penyidikan adalah pemeriksaan di muka pejabat penyidik dengan jalan menghadirkan tersangka, saksi atau ahli.

  Pemeriksaan berarti, petugas penyidikan berhadapan langsung dengan tersangka, para saksi, atau ahli. Pemeriksaan di muka penyidik baru dapat dilaksanakan penyidik, setelah dapat mengumpulkan bukti orang yang diduga sebagai tersangka. Penyidik yang mengetahui sendiri terjadinya peristiwa pidana atau oleh karena berdasar laporan ataupun berdasar pengaduan dan menduga peristiwa itu merupakan tindak pidana, penyidik wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan dan rangkaian akhir tindakan yang diperlukan itu adalah pemeriksaan langsung tersangka dan saksi-aksi maupun ahli. 6)

  Pembuatan Berita Acara, yang meliputi berita acara penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat. 7)

  Pelimpahan perkara kepada penuntut umum untuk dilakukan tindakan hukum lebih lanjut sesuai dengan hukum yang berlaku.

  Proses yang dilakukan kepolisian ini sesuai dengan Pasal 1 Butir (2) KUHAP, bahwa tindakan penyidikan tiada lain dari pada “rangkaian” tindakan mencari dan mengumpulkan bukti, agar peristiwa tindak pidananya terang serta tersangkanya dan berkas pekara tindak pidananya dapat diajukan kepada penuntut umum. Berkas perkara tindak pidana tersebut berisi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.

  Selain itu dideskripsikan uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (2) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Pasal 1 Ayat (13) Undang- Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Peraturan perundangan yang menjadi dasar pelaksanaan penyidikan oleh penyidik Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam menanggulangi tindak pidana pembobolan mesin ATM di antaranya adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Menurut Pasal 1 Ayat (1) penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang- undang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan memerlukan beberapa upaya agar pengungkapan perkara dapat diperoleh secara cepat dan tepat. Upaya

  • – upaya penyidikan tersebut mulai dari surat panggilan, penggeledahan, hingga penangkapan dan penyitaan. Penyidik dalam hal telah mulai melakukan penyidikan sesuatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut
Umum melalui SPDP atau Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Selanjutnya setelah bukti-bukti dikumpulkan dan yang diduga tersangka telah ditemukan maka penyidik menilai dengan cermat, apakah cukup bukti untuk dilimpahkan kepada Penuntut Umum (kejaksaan) atau ternyata bukan tindak pidana. Jika penyidik berpendapat bahwa peristiwa tersebut bukan penyidikan dihentikan demi hukum.

  Pemberhentian penyidikan ini dibertahukan kepada Penuntut Umum dan kepada tersangka atau keluarganya. Berdasarkan pemberhentian penyidikan tersebut, jika Penuntut Umum atau pihak ketiga yang berkepentingan, dapat mengajukan praperadilan kepada Pengadilan Negeri yang akan memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan. Jika Pengadilan Negeri sependapat dengan penyidik maka penghentian penyidikan sah, tetapi jika Pengadilan Negeri tidak sependapat dengan penyidikan, maka penyidikan wajib dilanjutkan. Setelah selesai penyidikan, berkas diserahkan pada penuntut Umum [KUHAP Pasal 8 Ayat (2)]. Penyerahan ini dilakukan dua tahap: 1)

  Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara. 2)

  Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada Penuntut Umum. Berdasarkan penjelasan di atas maka diketahui bahwa Penuntut Umum apabila pada penyerahan tahap pertama, lengkap maka ia dapat mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi disertai petunjuk dan yang kedua melengkapi sendiri. Menurut sistem KUHAP, penyidikan selesai atau dianggap selesai dalam hal: a.

  Dalam batas waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara, atau apabila sebelun berakhirnya batas waktu tersebut penuntut umum memberitahukan penyidikan sudah lengkap.

  b.

  Sesuai dengan ketentuan Pasal 110 Ayat (4) KUHAP jo Pasal 8 Ayat (3) huruf b, dengan penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti dari penyidik kepada penuntut umum.

  c.

  Dalam hal penyidikan dihentikan sesuai dengan ketentuan Pasal 109 Ayat (2), yakni karena tidak cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan merupakan suatu tindak pidana, atau penyidikan dihentikan demi hukum.

  Penyidikan yang selesai dalam artian ini adalah bersifat sementara, karena bila di suatu saat ditemukan bukti-bukti baru, maka penyidikan yang telah dihentikan harus dibuka kembali. Pembukaan kembali penyidikan yang telah dihentikan itu, dapat pula terjadi dalam putusan praperadilan menyatakan bahwa penghentian penyidikan itu tidak sah dan memerintahkan penyidik untuk menyidik kembali peristiwa itu. Berdasarkan Pasal 110 Ayat (4) KUHAP, jika dalam waktu 14 hari Penuntut Umum tidak mengembalikan berkas (hasil penyidikan) maka penyidikan dianggap telah selesai. Penyidikan tindak pidana pembobolan mesin ATM memiliki kegunaan penting dalam upaya penegakan hukum yang dilaksanakan oleh lembaga penegak hukum, mulai dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sebagai suatu sistem peradilan pidana yang menyelenggarakan penegakan hukum pidana dalam kerangka kerja sitematik, di mana tindakan lembaga penegak hukum yang satu memiliki kaitan erat dengan lembaga lainnya. Sistem peradilan pidana tersebut dilaksanakan untuk menanggulangi kejahatan dan bertujuan mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan, menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana serta mengusahakan mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya.

  Berdasarkan uraian di atas maka penulis menganalisis bahwa upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Kota Bandar Lampung dalam penelitian ini termasuk dalam upaya penanggulangan tindak pidana melalui sarana non penal dan sarana penal. Upaya non penal dilaksanakan dengan Pemasangan Kamera Pengawas atau CCTV pada Ruang Mesin ATM dan melaksanakan pengamanan pada titik-titik kerawanan tindak pidana pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) oleh anggota kepolisian yang tidak menggunakan pakaian dinas atau seragam sehingga tidak dapat diidentifikasi oleh pelaku. Petugas segera melakukan tindakan terhadap pelaku tindak pidana pembobolan mesin ATM.

  Sarana penal dikakukan dengan melaksanakan penyidikan tindak pidana pembobolan mesin ATM yang berguna bagi kejaksanan dalam proses penuntutan adalah sebelum Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan dan melimpahkan berkas perkara kepada Pengadilan Negeri, Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari pihak penyidik, Jika BAP dari penyidik telah lengkap menurut Jaksa Penuntut Umum, barulah Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan, di mana surat dakwaan tersebut haruslah berjalan selaras dengan BAP. Apabila BAP tersebut menurut penyidik telah lengkap yang disertai dengan alat-alat bukti dan keterangan para saksi yang dianggap telah sah menurut hukum, serta BAP tersebut telah berjalan sesuai dengan dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum. Penyelesaian kasus tindak pidana pembobolan mesin ATM menunjukkan adanya peranan Penyidik dalam menanggulangi tindak pidana pembobolan mesin ATM, sebagai suatu pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang penyidik kepolisian dalam pengungkapan kasus atau tindak pidana sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, sebagai aspek yuridis pelaksanaan peranan tersebut. Proses penyidikan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 109 KUHAP, yaitu hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut penyidikan tindak pidana, penyidik berkewajiban memberitahukan kepada Kejaksaan dan dengan adanya pemberitahuan tersebut maka ditunjuklah jaksa penuntut umum oleh Kepala Kejaksaan Negeri agar perkembangan dan penyelidikan tersebut dapat diikuti. Proses selanjutnya adalah setelah lengkap dan memenuhi persyaratan dalam berita acara secara tertulis untuk selanjutnya dibuat dalam 1 bendel kertas yang bersampul berkas perkara lengkap dengan daftar isi, daftar saksi, daftar tersangka dan daftar barang bukti. Setelah berkas perkara tersebut diterima oleh kejaksaan, maka penelitian dan pemeriksaan segera dilakukan oleh kejaksaan melalui penuntut umum. Dalam waktu maksimal 7 hari setelah berkas perkara diserahkan oleh penyidik, maka penuntut umum wajib memberitahukan apakah hasil penyidikan telah lengkap atau belum, apabila dinyatakan belum lengkap maka segera mengembalikannya dengan disertai petunjuk untuk dilengkapi dan penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan dan dalam waktu 14 hari setelah penerimaan wajib menyampaikan kembali berkas tersebut kepada penuntut umum. Berita acara harus memenuhi kelengkapan formil yaitu kelengkapan yang diisyaratkan oleh KUHAP pada

  Pasal 121 bahwa BAP harus memuat antara lain tanggal perbuatan; tindak pidana yang dipersangkakan; dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana dilakukan; nama dan tempat dari tersangka dan/atau keterangan saksi; sesuatu yang dianggap perlu untuk penyelesaian perkara pada tahapan selanjutnya. Semua berkas penyidikan yang dilakukan pihak kepolisian ini kemudian dilimpahkan kepada pihak kejaksaan untuk proses hukum lebih lanjut kepada pelaku tindak pidana pembobolan mesin ATM. BAP dalam hal ini dapat berguna sebagai salah satu alat bukti dan acuan bagi institusi penegak hukum yang akan setelah penanganan kasus di pihak kepolisian selesai, yaitu pihak kejaksaan dan pengadilan.

  B. Faktor-Faktor Penghambat Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pembobolan Mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Kota Bandar Lampung 1.

  Faktor Substansi Hukum Faktor perundang-undangan atau substansi hukum dapat menghambat upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM adalah adanya ketentuan yaitu Pasal 183 KUHAP, dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa, seorang hakim tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. Pasal 184 menyatakan bahwa alat bukti sah yang dimaksud adalah: (a). Keterangan Saksi; (b). Keterangan Ahli; (c). Surat; (d). Petunjuk; (e). Keterangan Terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan.

  2. Faktor Aparat Penegak Hukum Faktor aparat penegak hukum yang menghambat upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM adalah secara kuantitas masih kurangnya personil Penyidik Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung yang khusus melakukan penyidikan tindak pidana pembobolan mesin ATM. Selain itu secara kualitas masih adanya wewenang oleh Penyidik dalam mengungkap kasus tindak pidana pembobolan mesin ATM. Selain itu adanya penyidik yang berpotensi menyalahgunakan kewenangan diskresi. Hal ini bertentangan dengan Pasal 16 angka (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan anggota kepolisian memiliki wewenang mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Tindakan lain yang dimaksud adalah penyelidikan dan penyidikan jika memenuhi syarat sebagai berikut: (a) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; (b) selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan; (c) harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; (d). pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan (e) menghormati HAM.

  3. Faktor Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang menghambat upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM adalah tidak

  Polresta Bandar Lampung, sehingga penyidikan terkadang mengalami hambatan. Sehingga apabila diperlukan uji laboratorium forensik dalam tahapan penyidikan, maka penyidik harus mengirimkannya ke Puslabfor Mabes Polri. Kesadaran yang menyebabkan hukum merupakan instrumen (alat) untuk mewujudkan tujuan-tujuan tertentu, secara sadar dan aktif digunakan untuk mengatur masyarakat, dengan menggunakan (melalui) peraturan- peraturan hukum yang dibuat dengan sengaja. Dalam konteks yang demikian ini, sudah tentu harus diikuti dan diperhatikan perkembangan- perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sebagai basic sosial. Hukum merupakan suatu kebutuhan yang melekat pada kehidupan sosial itu sendiri, yaitu hukum akan melayani kebutuhan anggota-anggota masyarakat, baik berupa pengalokasian kekuasaan, pendistribusian sumber daya- sumber daya serta melindungi kepentingan anggota masyarakat itu sendiri.

  4. Faktor Masyarakat Faktor masyarakat yang menghambat upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM adalah masih adanya ketakutan atau keengganan masyarakat untuk menjadi saksi dalam proses penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pembobolan mesin ATM. Ketakutan tersebut dapat disebabkan oleh adanya ancaman dari para pelaku yang tidak segan-segan melakukan kekerasan terhadap mereka. Masyarakat yang takut dan tidak melaporkan tindak pidana pembobolan mesin ATM kepada aparat penegak hukum, dapat menghambat proses penyidikan pelaku tindak pidana pembobolan mesin ATM.

  Masyarakat diharapkan memiliki kepedulian dan keberanian dalam melaporkan apabila terjadi tindak pidana maka diharapkan pelaku akan semakin Penjelasan di atas menunjukkan peran serta masyarakat secara aktif akan sangat mendukung keberhasilan proses penyidikan sebab dengan semakin aktifnya dukungan dari masyarakat maka akan semakin optimal pula upaya penegakan hukum.

  Penilaian masyarakat mempengaruhi tindakan-tindakan Polisi, termasuk dalam hal penyidikan. Dengan tidak mengurangi hukum nasional yang berlaku jika memang suatu perkara dapat diselesaikan sesuai dengan budaya yang ada dalam masyarakat seperti secara kompromi dengan jalan kekeluargaan, mediasi dan lainnnya lebih efisien dan efektif tentu Polisi tidak akan memaksakan untuk diselesaikan melalui sistem peradilan pidana yang ada dan memaksakan berlakunya hukum, tetapi dengan kebijaksanaan Polisi sebagai penyidik tersebut. Dengan cara inilah nilai-nilai budaya mempengaruhi dan mendorong Polisi dalam menentukan kebijaksaan dalam proses penyidikan.

  Berdasarkan uraian di atas penulis menganalisis bahwa faktor yang paling dominan menghambat upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM di Kota Bandar Lampung adalah faktor aparat penegak hukum, yaitu secara kuantitas masih terbatasnya jumlah penyidik dan secara kualitas sumber daya manusia, masih belum optimalnya taktik dan teknik penyidikan guna penanggulangan tindak apabila jumlah penyidik di Polresta Bandar Lampung ditingkatkan secara kuantitaf jumlahnya maka instansi di atasnya, yaitu Kepolisian Daerah Lampung tidak perlu turun tangan secara langsung dalam mengungkap kasus tindak pidana pembobolan mesin ATM tersebut.

5. Faktor Budaya

  Kehidupan masyarakat memerlukan eksistensi hukum, karena bukan hanya menjadi parameter untuk keadilan, keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya kepastian hukum. Hukum semakin diarahkan sebagai sarana kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan manusia dituntut untuk dapat mengendalikan perilakunya, sebab tanpa pengendalian dan kesadaran untuk membatasi perilaku yang berpotensi merugikan kepentingan orang lain dan kepentingan umum. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka peran hukum menjadi sangat penting untuk mengatur hubungan masyarakat sebagai warga negara, baik hubungan antara sesama manusia, hubungan manusia dengan kebendaan, manusia dengan alam sekitar dan manusia dengan negara, tetapi pada kenyataannya ada manusia yang melanggar hukum atau melakukan

III. PENUTUP B. Saran A.

  1. Simpulan Aparat kepolisian disarankan untuk meningkatkan patroli dalam rangka

  1. pengamanan dan pengawasan

  Upaya penanggulangan Tindak pidana pembobolan mesin Anjungan terhadap lokasi-lokasi yang Tunai Mandiri (ATM) di Kota berpotensi menjadi tempat bagi Bandar Lampung dilakukan oleh pelaku untuk melakukan tindak Kepolisian Resor Kota Bandar pidana pembobolan mesin Anjungan Lampung melalui sarana non penal Tunai Mandiri (ATM). dan penal. Upaya non penal 2.

  Pihak perbankan disarankan untuk kamera pengawas atau CCTV pada lokasi-lokasi strategis yang ramai Ruang Mesin ATM dan dilalui oleh masyarakat sehingga melaksanakan pengamanan pada dapat mempersempit ruang gerak titik-titik kerawanan tindak pidana pelaku tindak pidana pembobolan pembobolan mesin ATM. Upaya mesin ATM, yang pada umumnya penal dilaksanakan dengan melakukan pembobolan mesin ATM penyelidikan dan penyidikan, yaitu pada lokasi yang sepi. upaya penyidik Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

DAFTAR PUSTAKA

  undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang Hamzah, Andi. 2001. Bunga Rampai tindak pidana pembobolan mesin Hukum Pidana dan Acara Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Pidana , Ghalia Indonesia, yang terjadi dan guna menemukan Jakarta. tersangkanya. 2.

  Faktor paling dominan yang menjadi penghambat upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin http://lampung,antaranews.com/berita/29 ATM di Kota Bandar Lampung 4332/polresta-bandarlampung- adalah faktor aparat penegak hukum, tangkap-pembobol-atm yaitu secara kuantitas masih terbatasnya jumlah penyidik dan Nawawi Arief, Barda. 2001. Masalah secara kualitas sumber daya manusia, Penegakan Hukum dan masih belum optimalnya taktik dan Kebijakan Penanggulangan teknik penyidikan guna Kejahatan, Citra Aditya Bakti, penanggulangan tindak pidana Bandung pembobolan mesin ATM.

  Sudarto, 1986. Kapita Selekta Hukum

  Pidana, Alumni, Bandung