Analisis hukum islam terhadap pelaksanaan tajdid al-nikah di KUA Kecamatan Nganjuk.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

TAJDI>D AL-NIKA>H DI KUA KECAMATAN NGANJUK

SKRIPSI

Oleh:
Dita Ayu Prastika Laras
NIM. C71213113

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
Surabaya
2017

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian lapangan yang berjudul
“Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Tajdi>d al-Nika>h Di KUA

Kecamatan Nganjuk ”. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
Bagaimana terjadinya kasus nikah dibawah tangan yang berujung pada tajdi>d alnika>h di KUA Kecamtan Nganjuk? Bagaimana analisis hukum Islam terhadap
pelaksanaan tajdi>d al-nika>h di KUA Kecamatan Nganjuk?.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data penelitian diperoleh
melalui wawancara dan dokumentasi kepada para pihak yang bersangkutan,
tokoh masyarakat, dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pola pikir
deduktif yaitu Metode deduktif digunakan dalam sebuah penelitian di saat
penelitian berangkat dari sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan
pencarian fakta. Metode penelitian ini menggambarkan hasil penelitian yang
diawali dengan mengemukakan kenyataan yang bersifat umum dari hasil
penelitian tentang adanya fakta tajdi>d al nika>h di KUA Kecamatan Nganjuk,
kemudian dicocokkan dengan teori atau dalil yang bersifat khusus tentang tajdi>dal nika>h yang ada dalam hukum Islam.
Pelaksanaan tajdi>d- al nika>h di KUA Kecamatan Nganjuk adalah
pasangan yang akan melakukan tajdi>d- al nika>h mendatangi rumah Moden,
mengakui perkawinan yang tidak dicatatkan pada KUA (perkawinan dibawah
tangan) tersebut. Karena tidak mau melaksanakan isbat, maka diantarkanlah ke
KUA Kecamatan Nganjuk, dengan mempersiapkan syarat dan rukun pernikahan,
kemudian dilakasanakan tajdi>d- al nika>h. Pelaksanaan tajdi>d- al nika>h di KUA
Kecamatan Nganjuk ini tidak menyalahi aturan yang ada dalam hukum Islam.
Karena tidak bertentangan dengan konsep pernikahan menurut syara’.

Hasil dari penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa sesuai dengan
pendapat Imam Syafi’i mengulangi akad nikah atau akad lainnya tidak
mengakibatkan fasakh akad pertama, karena akad yang kedua hanyalah akad
nikah yang hanya dalam bentuknya saja dan hal tersebut bukan berarti merusak
akad yang pertama. Maka pelaksanaan tajdi>d- al nika>h ini adalah boleh (mubah).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN ...................................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................................ xii

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...................................................... 8
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
D. Kajian Pustaka ................................................................................... 9
E. Kegunaan hasil Penelitian ................................................................. 12
F. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13
G. Definisi Operasional .......................................................................... 13
H. Metode Penelitian .............................................................................. 14
I. Sistematika Pembahasan ................................................................... 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERNIKAHAN DAN TAJDI>D

AL

NIKA>H

MENURUT


HUKUM

ISLAM

SERTA

MASLAHAH ........................................................................................... 20
A. Pengertian Pernikahan ....................................................................... 20
B. Hukum Pernikahan ............................................................................. 21
C. Syarat dan Rukun Pernikahan............................................................ 22
D. Tujuan Pernikahan ............................................................................. 26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

E. Pengertian Pernikahan Dibawah Tangan........................................... 28
F. Tentang Tajdi>d al-Nika>h ................................................................... 31
G. Maslahah ........................................................................................... 38
BAB III PELAKSANAAN TAJDI>D AL-NIKA>H DI KUA KECAMATAN
NGANJUK ............................................................................................... 41

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ............................................... 41
B. Pelaksanaan Tajdi>d al-Nika>h Di KUA Kecamatan Nganjuk ............ 43
C. Landasan Hukum Yang di Pakai Oleh KUA Dalam
Melaksanakan Tajdi>d al-Nika>h ..........................................................
D. Faktor-faktor Yang Melatar Belakangi Dilakukannya Tajdi>d
al-Nika>h ..............................................................................................
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
TAJDI>D AL-NIKA>H DI KUA KECAMATAN NGANJUK..................
A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Tajdi>d al-Nika>h di KUA
Kecamatan Nganjuk ..........................................................................
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Tajdi>d al-Nika>h
di KUA Kecamatan Nganjuk ............................................................
BAB V PENUTUP .................................................................................................

47
50
54
54
55
60


A. Kesimpulan .......................................................................................... 60
B. Saran ..................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TAJDI>D AL NIKA>H
DI KUA KECAMATAN NGANJUK
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan salah satu dari sunatullah yang umum berlaku pada semua
makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.1
Perkawinan suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk
beranak, berkembang-biak dan kelestarian hidupnya, setelah masing-masing
pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan
perkawinan.2 Allah berfirman dalam Surat An-Nisa: 1 yang berbunyi berikut:3

َ ‫َيآاَي َ ا الناس اتق ا َربكم الدِي َخلَقَكم ِمن نَفس ِحدَة َ َخلَقَ ِمن ا َ َ َج ا َ َ َبث ِمن ما‬

‫ساآ اء‬
َ ِ‫ِر َجالا َكثِي ا ا َ ن‬
}‫ ا‬:‫ {النساء‬.......
Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu (Adam) dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa)
dari (diri)nya, dan dari keduanya Allah memperkembang biakan laki-laki dan
perempuan yang banyak….. }An-Nisa’: 1{4

Begitu pentingnya kedudukan pernikahan dalam Islam, maka hukum
Islam mengatur tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan.
Sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan
berdasarkan saling ridha-meridhai, dengan upacara ijab qabul sebagai lambang
dari adanya rasa ridha-meridhai, dan dengan dihadiri para saksi yang
1

Moh. Thalib, Fikih Sunnah 6, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1990), 1.
Ibid.
3
Slamet Abidin, Maman Abd. Djaliel, Fiqih Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), 9.
4

Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 110.
2

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

menyaksikan kalau kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling
terikat.5
Allah mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat bagi
kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan beberapa
tujuan utama yang baik bagi manusia, makhluk yang dimuliakan Allah. Untuk
mencapai kehidupan yang bahagia dan menjauhi dari ketimpangan dan
penyimpangan, Allah telah membekali syariat dan hukum-hukum Islam agar
dilaksanakan manusia dengan baik.6
Menurut Imam Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, dan Malik bin Anas;
pernikahan itu pada awalnya memang dianggap sebagai perbuatan yang
dianjurkan. Namun bagi beberapa pribadi tertentu, pernikahan itu dapat menjadi
kewajiban. Walaupun demikian, Imam Syafi’i beranggapan bahwa menikah itu

mubah atau diperbolehkan.7
Akan tetapi jumhur ulama tetap meyakini bahwa menikah itu
hukumnya sunnah karena Nabi sendiri menekankan beberapa petunjuk atas itu.
Salah satu contoh adalah Nabi SAW. Menganggap bahwa menikah itu bagi
seorang muslim sebagai separuh ajaran agama karena dengan menikah ini akan
dapat melindungi seseorang dari kekacauan jiwa, perzinaan, dan perbuatan yang
akan menjerumuskan berbagai tindak kejahatan lainnya. Berbagai tindakan
5

Slamet Abidin, Maman Abd. Djaliel, Fiqih Munakahat 1…, 2.
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahab Hawwas, Abdul Majib Khon, Fiqh Munakahat
Khitbah, Nikah, dan Talak, (Jakarta: Amzah, 2011), 39.
7
A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), 155.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3


kejahatan itu, misalnya timbulnya ftnah, pertikaian, pembunuhan, perampasan
hak milik, dan akhirnya akan mengakibatkan rusaknya tatanan kekeluargaan
ideal yang sangat dititikberatkan oleh Nabi SAW. Menurut Nabi SAW. separuh
dari sisa ajaran agama Islam yang melengkapi separuh yang pertama adalah
dengan takwa kepada Allah.8
Selain diatur oleh agama, Negara-negara di era modern ini termasuk
Negara-negara muslim, menganggap penting untuk menyusun peraturan atau
hukum yang berhubungan dengan perkawinan. Di Negara Indonesia terdapat
beberapa Undang-undang yang mengatur tentang perkawinan diantaranya,
yaitu: Undang-undang dan KHI (Kompilasi Hukum Islam). KHI adalah hukum
perkawinan khusus bagi umat muslim. Di dalam KHI sah atau tidaknya
perkawinan ditentukan oleh 2 hal, yaitu:
Kompilasi Hukum Islam Pasal 6 ayat:
1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus
dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat
Nikah.
2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah
tidak mempunyai kekuatan hukum.
Kompilasi Hukum Islam Pasal 7 ayat:


8

Ibid, 157.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh
Pegawai Pencatat Nikah.
2) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat
diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.9
Di dalam Islam sah atau tidaknya perkawinan ditentukan oleh
terpenuhi atau tidaknya rukun dan

syarat perkawinan.10 Karena perbedaan

inilah, meskipun perkawinan itu harus dicatatkan menurut Negara, fakta masih
menunjukkan tingginya angka perkawinan yang tidak dicatatkan atau yang
biasa disebut dengan perkawinan sirri.
Tingginya angka perkawinan dibawah tangan itu juga sedikit banyak
disebabkan oleh pemahaman masyarakat bahwa sah atau tidaknya perkawinan
itu lebih ditentukan oleh peraturan agama bukan peraturan Negara. Salah satu
contohnya adalah dalam bukunya Abd. Shomad “Hukum Islam Penormaan
Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia” yaitu: Menurut hukum Islam,
perkawinan di bawah tangan atau sirri adalah sah, asalkan telah terpenuhi syarat
dan rukun perkawinan. Namun dari aspek peraturan perundang-undangan
perkawinan model ini belum lengkap dikarenakan belum dicatatkan. Pencatatan
perkawinan hanya merupakan perbuatan administratif yang tidak berpengaruh
pada sah tidaknya perkawinan.11
9

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk Wetboek), 506.
Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2012), 258.
11
Ibid, 295.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Contoh lainnya juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh ibu
Rochimah, bahwa banyak tokoh-tokoh agama yang masih menganggap
pernikahan sirri itu sah menurut agama dan menghindarkan dari perbuatan zina.
Para pelaku dan tokoh yang melegalkan perkawinan dibawah tangan
tersebut, tindakan mereka merasa mendapatkan legalisasi secara teologis.
Dengan kata lain, bahwa dalam pemahaman mereka perkawinan tersebut
disamping alasan untuk menghindari perbuatan zina, sesungguhnya bukan
merupakan pelanggaran terhadap syariat Islam. Mereka tidak sepakat kalau
perkawinan yang tidak dicatatkan di KUA tersebut dikatakan sebagai kawin
sirri. Menurut mereka kawin sirri adalah kawin secara rahasia yang tidak
diketahui oleh orang lain, yakni tanpa wali dan tanpa saksi. Sementara
perkawinan yang dilaksanakan oleh mereka adalah kawin sah secara agama,
karena melalui wali dan saksi, namun tidak dicatatkan di KUA. Sebagaimana
diungkapkapkan oleh Kiyai H. Abd. Ghulam: “menurut saya nikah sirri artinya
nikah rahasia, yang tidak diketahui oleh orang lain. Sementara pernikahan yang
ada di sini selalu diketahui oleh banyak orang. Di zaman Nabi SAW. Tidak ada
KUA sahnya perkawinan itu ada beberapa pendapat, antara lain menurut Imam
Syafi’i nikah itu cukup dengan adanya kedua mempelai, 2 orang saksi, ijab
qabul, dan tanpa wali. Menurut Abu Hanifah nikah itu cukup dengan kedua
mempelai, 2 orang saksi, dan tanpa wali.Nah jadi kita sebagai orang Jawa boleh
memadukan keadaan diatas. Anak kita sudah bisa menentukan sendiri. Tapi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

ingat meskipun begitu madzab Hanafi tidak boleh dipakai sebagai mainan. Jadi
jelasnya istilah sirri itu tidak ada dalam Islam. KUA melakukan pencatatan
nikah itu tidak menjamin kebahagiaan. Pernikahan itu ibadah, jadi ikhlas
melakukan syari’at Islam.”12
Padahal akibat atau dampak dari pernikahan dibawah tangan itu banyak
salah satunya adalah persoalan akta kelahiran anak dan persoalan ini juga bisa
berakibat pada kesulitan anak untuk mendaftar sekolah. Dampak negatif lainnya
adalah apabila terjadi sengketa bisa saja terjadi ayahnya tidak mengakui
anaknya dan dalam hal ini baik perempuan atau anak hasil perkawinan sirri
memiliki kedudukan yang lemah di hadapan hukum Negara. Meskipun terdapat
putusan MK tentang anak luar kawin, implementasinya masih jauh dari yang
diharapkan. Salah satu akibat lain yaitu tidak adanya akta nikah suami istri
tersebut, sehingga tidak bisa menikahkan anaknya. Contoh kasus seperti ini
terdapat di KUA Kecamatan Nganjuk.
Pada saat itu anak pertamanya ingin mengajukan perkawinan di KUA
Kecamatan Nganjuk. Karena kedua orangtuanya belum memiliki buku akta
nikah maka pihak KUA Kecamatan Nganjuk tidak dapat menikahkan putrinya
tersebut dengan wali ayah kandung. Kemudian dari pihak yang membantu kedua
orangtua tersebut, sebut saja yang membantu adalah Moden setempat, Bapak
Moden menyarankan agar kedua orangtuanya tersebut untuk melaksanakan isbat

12

Rochimah, Muzaiyanah, Nikah sirri: Dampak Bagi Isteri dan Anak, (Surabaya: Jauhar, 2007), 68.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

nikah di Pengadilan Agama Nganjuk, akan tetapi keduanya tidak ingin
melakukan isbat nikah. Kedua orangtua tersebut lebih memilih untuk melakukan
nikah ulang atau yang biasanya disebut dengan “Tajdi>d al ni>kah” dengan alasan
dari kedua pihak orangtua tersebut adalah:
1. Karena wali sudah meninggal dunia (orang yang menikahkan keduanya telah
meninggal dunia)
2. Karena saksi berada di luar pulau dan tidak dapat dihubungi lagi
Dengan alasan diatas keduanya memilih untuk melaksanakan “Tajdi>d al

ni>kah”. Sebenarnya masih bisa dilakukan isbat nikah dengan adanya saksi yang
mendengar atau melihat kejadian pernikahan keduanya, tetapi masyarakat
sekitar atau tetangganya tidak ada yang mengetahui atau melihat kejadian
pernikahan tersebut. Kemudian dilaksanakan “Tajdi>d al ni>kah” di KUA
Kecamatan Nganjuk. Setelah itu keduanya mendapatkan buku akta nikah.
Beberapa hari kemudian, dilangsungkanlah pernikahan anak pertamanya
tersebut. Ayahnya ingin menjadi wali dalam pernikahan anaknya tersebut.
Tetapi dari pihak KUA Kecamatan Nganjuk tidak mengizinkan wali nikah
adalah ayahnya dikarenakan kedua orangtuanya baru memiliki buku akta nikah
beberapa hari yang lalu. Jadi tidak diperbolehkan untuk menikahkan anak
pertamanya tersebut dan disarankan untuk memakai wali hakim. Tetapi ayahnya
terus berusaha untuk menjadi wali dalam pernikahan anaknya, dan KUA
Kecamatan Nganjuk tidak bisa melaksanakan pemintaan ayahnya tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Kemudian ayah dan ibunya membawa anaknya keluar kota dan
kemudian dinikahkan dibawah tangan (di luar KUA). Beberapa hari kemudian,
anak dan suamiya datang ke KUA Kecamatan Nganjuk dan melengkapi
persyaratan untuk melakukan nikah ulang. Setelah datang dan memenuhi syarat
yang sudah menjadi ketentuan untuk menikah di dalam ruang lingkup KUA,
maka pihak KUA Kecamatan Nganjuk menikahkan keduanya dengan akad yang
baru “Tajdi>d al-Ni>kah”, dan terbitlah buku akta nikah untuk keduanya.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, akan muncul
permasalahan-permasalahan berikut:
1.

Penyebab atau faktor-faktor terjadinya tajdi>d al-nika>h

2.

Pelaksanaan tajdi>d al-nika>h di KUA Kecamatan Nganjuk

3.

Analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan tajdi>d al-nika>h di KUA
Kecamatan Nganjuk

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka permasalahan tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.

Bagaimana terjadinya kasus nikah di bawah tangan yang berujung pada

tajdi>d al-nika>h di KUA Kecamatan Nganjuk?
2.

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan tajdi>d al-nika>h di
KUA Kecamatan Nganjuk?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ratna Ayu Anggraini
NIM.C01210010, sarjana Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya (2014) yang berjudul “Analisis Hukum Islam
Terhadap tajdi>d al Nika>h (Studi Kasus Desa Pandean Banjarkemantren
Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo)”. Dalam skripsi ini menjelaskan
berdasarkan hukum Islam pelakasanaan tajdi>d al-nika>h yang dilakukan di Desa
Pandean Banjarkemantren Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo tidak
menyalahi aturan karena tidak bertentangan dengan konsep Al-adah
muhakkamah yang memiliki arti bahawasanya adat kebiasaan dapat ditetapkan
sebagai hukum jadi kesimpulannya hukum dari tajdi>d al-nika>h adalah boleh
(mubah).Akan tetapi bisa dihukumi haram manakala pelaksanaan tajdi>d al-nika>h
dijadikan sebagai kepercayaan yang sesat seperti kepercayaan dari dukun/
peramal.13
Kedua yaitu skripsi oleh Iwan Djaunuri NIM. C01300238, sarjana
Fakultas Syariah Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya (2005) yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan

tajdi>d al Nika>h Massal di Dusun Pandean Desa Kejapanan Kecamatan Gempol
Kabupaten Pasuruan”. Dalam skripsi ini menjelaskan pijakan hukum dari

13

Ratna Ayu Anggraini, “Analisis Hukum Islam Terhadap Tajdi>d al Ni>kah: Studi Kasus Desa
Pandean Banjarkemantren Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo” , UIN Sunan Ampel Surabaya,
2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

pelaksanaan tajdi>d al-nika>h massal adalah meniru dari kebiasaan-kebiasaan yang
sudah mentradisi di daerah tersebut dan bahkan dengan bimbingan para kiyaikiyai Pasuruan dalam melakukan tajdi>d al-nika>h bagi pasangan suami isteri yang
menginginkan untuk mempertahankan keutuhan dan kebahagiaan rumah
tangganya. Dan cara pengambilan hukum semacam ini sejalan dengan kaidah

fiqhiyah yaitu (al ‘a>datu muhakkamatun) adat atau kebiasaan dapat dijadikan
sebagai hukum. Dan tiadanya perintah maupun larangan dalam nash atau hadits
secara pasti dan melihat dari tujuan tajdi>d al-nika>h untuk menghindari ketidak
harmonisan rumah tangga dan menjaga keutuhan rumah tangga ini sesuai
dengan prinsip hukum Islam yaitu mencegah kemudlaratan lebih diutamakan
dari pada mendatangkan kemaslahatan.14
Ketiga yaitu skripsi yang ditulis oleh M. Zainuddin Nur Habibi
NIM.C01209107, sarjana Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (2014) yang berjudul “Tinjaun Hukum
Islam Terhadap Pembaharuan Akad Nikah Sebagai Syarat Rujuk (Studi Kasus
di Desa Trawasan Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang)”. Praktik
pelaksanaan rujuk oleh dua pasangan suami istri di Desa Trawasan Kecamatan
Sumobito Kabupaten Jombang dilakakukan dengan cara memperbaharui akad
nikah atau tajdi>dun nika>h. Hal ini dilakukan sebagaimana pelaksanaan

14

Iwan Djaunuri, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Tajdi>d al Ni>kah Massal di Dusun
Pandean Desa Kejapanan Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan”, Skripsi—IAIN Sunan Ampel

Surabaya, 2005.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

perkawinan pada umumnya, yakni dengan adanya persyaratan ijab dan qabul,

wali, mahar dan saksi. Pelaksanaan rujuk oleh dua pasangan tersebut
dilakukannya dengan tidak menggunakan lafz rujuk akan tetapi langsung dengan
lafaz nikah atau ijab qabul. menurut Imam Syafi’i hukumnya tidak sah, Karena
tidak memenuhi rukunnya rujuk yakni pada sighat rujuk.15
Keempat yaitu skripsi yang ditulis oleh Mas’ud Nim. C01208088,
sarjana Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya (2014) yang berjudul “Analisis Maslahah Terhadap
Pelaksanaan tajdi>d al Nika>h di Pondok Pesantren Yaisra Mojokerto”. Dalam
skripsi ini menjelaskan penyebab terjadinya kebiasaan tajdi>d al-nika>h di Pondok
Pesantren Yaira Mojokerto adalah karena dua aspek, mereka melakukan tajdi>d

al-nika>h dengan alasan: kehati-hatian khawatir jatuh talak secara tidak sengaja,
memperindah nikah. Kedua, dari pihak Pondok Pesantren Yaisra Mojokerto,
yakni: tolong menolog dalam hal kebaikan merupakan sebuah perintah agama,
kemaslahatan. Tajdi>d al-nika>h di Pondok Pesantren Yaisra Mojokerto dilihat
dari segi proses pelaksanaan dan semua hal yang mendasarinya tidaklah
bertentangan dengan ketentuan syariat. Dengan demikian tajdi>d al-nika>h ini
adalah sudah sesuai dengan konsep maslahat dan sah menurut hukum Islam.16

15

M. Zainuddin Nur Habibi, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Pembaharuan Akad Nikah Sebagai
Syarat Rujuk (Studi Kasus di Desa Trawasan Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang)” , Skripsi—

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.
16
Mas’ud, “Analisis Maslahah Terhadap Pelaksanaan Tajdi>d al Ni>kah di Pondok Pesantren Yaisra
Mojokerto”, Skripsi—IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Dari kajian pustaka diatas, bisa dibedakan bahwa penelitian ini berbeda
dengan apa yang pernah dikaji dalam penelitian skripsi sebelumnya. Dalam
penelitian ini peneliti lebih menekankan pada pernikahan sirri, yang pada
akhirnya melaksanakan tajdi>d al-nika>h yang dilakukan oleh KUA Kelurahan
Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sumbangsih yang bernilai dalam bidang keilmuan hukum pada umumnya dan
khususnya pada mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum.
1.

Kegunaan secara teoritis:
Sebagai upaya untuk memperluas dan menambah khazanah
Pengetahuan dan wawasan khususnya dibidang keluarga Islam.

2.

Kegunaan secara praktis:
a.

Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta bagi
pembaca lainnya terkait permasalahan tajdi>d al nika>h di KUA
Kecamatan Nganjuk

b.

Sebagai pedoman, rujukan dan dasar bagi peneliti lain untuk mengkaji
hal ini lebih lanjut dan lebih mendalam

F. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan yang ingin dihasilkan dari rumusan masalah yang telah
dikemukakan diatas adalah:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1.

Untuk mengetahui terjadinya kasus tajdi>d al ni>kah di KUA Kecamatan
Nganjuk, beserta alasan atau faktor yang melatar belakanginya

2.

Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap tajdi>d al-nika>h yang
dilakukan di KUA Kecamatan Nganjuk

G. Definisi Operasional
1.

Hukum Islam
Seperangkat peraturan yang dirumuskan bedasarkan al-Quran, asSunnah dan ijtihad para ulama khususnya madzab Syafi’iyah.

2.

Tajdi>d al-Nika>h
Tajdi>d al nika>h berasal dari kata Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan
yang artinya pembaharuan. Yang dimaksud pembaharuan disini adalah
memperbaharui nikah, dengan arti sudah pernah terjadi akad nikah
sebelumnya.17 Kemudian dengan maksud untuk mendapatkan akta nikah
dan mendapat pengakuan secara hukum Negara, tajdi>d al ni>kah yang
dimaksud atau yang digunakan dalam skripsi ini adalah kasus tajdi>d al

ni>kah yang terjadi pada pasangan suami istri.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini juga
merupakan penelitian lapangan karena data utama diambil dari sumber-sumber
yang ada di lapangan. Teknik pengumpulan datanya wawancara untuk

17

http://C:/Users/Public/Documents/tajdid-nikah%20yes.html

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

mendukung analisa maka penelitian ini juga menggunakan literatur-literatur
pendukung khususnya terkait teori.
1.

Lokasi penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang langsung dilakukan di KUA
Kecamatan Nganjuk.

2.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini pada dasarnya bisa
klasifikasikan menjadi data-data sebagai berikut:
a.

Data terkait kasus yang menjadi obyek dalam penelitian ini yaitu
tentang tajdi>d al nika>h yang sebelumnya telah melakukan pernikahan
dibawah tangan, dan ingin mempunyai buku kutipan akta nikah

b.

Data-data pendukung yaitu: teori dan hal-hal lain yang mendukung
analisa penelitian ini

c.

Wilayah tersebut merupakan daerah yang menjadi tempat dimana
terjadinya tajdi>d al nika>h

3.

Sumber Data
Sumber data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini adalah:
a.

Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber yang mana darinya adalah data
utama yang diambil. Sumber data primer terdiri dari:
1) Pasangan suami istri yang melaksanakan tajdi>d al nika>h

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

2) Penghulu (pegawai KUA) yang terlibat dalam pelaksanaan tajdi>d al

nika>h
3) Moden setempat yang mengetahui permaslahan tajdi>d al nika>h
tersebut
b.

Sumber Data Sekunder
Sumber yang mana darinya adalah data pendukung yang diambil.
Sumber data sekunder terdiri dari:
1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum
Islam
2) Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam

Hukum Indonesia
3) Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh
4) Slamet Abidin, Maman Abd. Djaliel, Fiqih Munakahat 1
5) Dll
4.

Teknik Pengambilan Data
Sebagai penunjang terlaksananyan penelitian ini, maka dalam penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a.

Wawancara
Pada dasarnya wawancara itu merupakan suatu percakapan
antara dua orang, antara seorang yang bertanya dan seorang yang
menjawab

pertanyaan.

Dalam

penelitian

ini

peneliti

akan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

mewawancarai pasangan suami istri yang melaksanakan tajdi>d al nika>h,
penghulu (pegawai KUA) yang terlibat dalam pelaksanaan tajdi>d al

nika>h, Moden setempat yang mengetahui permasalahan tajdi>d al nika>h
tersebut.
b.

Dokumentasi
Dalam hal ini peneliti akan mencari dan mengumpulkan data
yang berasal dari catatan yang berkaitan dengan penelitian ini,
sehingga peneliti dapat memahami, mencermati, dan menganalisis
permasalahan sampai terjadinya tajdi>d al nika>h beradasarkan data
yang diperoleh tersebut.

5.

Teknik Pengelolaan Data
a.

Editing
Dalam

editing

peneliti

melakukan

pengecekan

atau

pengoreksian data yang telah dikumpulkan. Teknik ini digunakan untuk
memeriksa kelengkapan data yang sudah peneliti dapatkan selama
melakukan penelitian di KUA Kecamatan Nganjuk.
b.

Organizing
Organizing, dalam hal ini peneliti akan menyusun kembali
data-data yang telah didapat dalam penelitian. Peneliti melakukan
pengelompokan data yang dibutuhkan untuk di analisis dan menyusun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

data-data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan peneliti
menganalisa data.
6.

Teknis Analisis Data
a.

Deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum yang diuraikan
menjadi contoh-contoh konkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan
kesimpulan.18 Metode deduktif digunakan dalam sebuah penelitian
disaat penelitian berangkat dari sebuah teori yang kemudian di
buktikan

dengan

pencarian

fakta.

Metode

penelitian

yang

menggambarkan hasil penelitian yang diawali dengan mengemukakan
kenyataan yang bersifat umum dari hasil penelitian tentang adanya
faktatajdi>d al nika>h di Kelurahan Kartoharjo kemudian dicocokkan
dengan teori atau dalil yang bersifat khusus tentang tajdi>d- al nika>h
yang ada dalam hukum Islam.
b. Induktif adalah contoh-contoh konkrit atau fakta fakta diuraikan
terlebih dahulu baru kemudian dirumuskan menjdai suatu kesimpulan.19
I.

Sistematika Pembahasan
Demi tersusunnnya skripsi yang sistematis, terarah, mudah untuk
dipahami dan untuk mempermudah dalam pembahasan ini, peneliti membagi
pembahasan ke dalam lima bab. Dalam penelitian ini perlu dibuatkan
sistematika pembahasan yang tersusun sebagai berikut:

18

http://makalah-update.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-metode.html

19

Ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab pertama, Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, berisi kerangka teori hukum Islam yang akan digunakan
untuk menganalisis data temuan, data yang terkumpul di dalamnya yaitu:
pengertian pernikahan, , hukum melakukan perkawinan, syarat dan rukun sahnya
perkawinan, tujuan pernikahan, maslahah mursalah, perkawinan sirri, serta

tajdi>d al-nika>h itu sendiri.
Bab ketiga, berisi data-data yang akan menjawab pertanyaan penelitian
atau rumusan masalah pertama. Dalam bab ini akan diapaparkan kronologi
kasus nikah sirri yang berujung pada tajdi>d al-nika>h di KUA Kecamatan
Nganjuk.
Bab keempat, berisikan tentang analisis terhadap pelaksanaan tajdi>d al-

nika>h di KUA Kecamatan Nganjuk menggunakan teori yang dipaparkan pada
bab kedua.
Bab kelima, memuat penutup yang berisikan kesimpulan dari hasil
penelitian lapangan dan juga saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERNIKAHAN DAN TAJDI>D AL-NIKA>H
MENURUT HUKUM ISLAM SERTA MASLAHAH
A. Pengertian Pernikahan
Kata perkawinan menurut hukum Islam sama dengan kata “nikah” dan
kata “zawaj”. Nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya (haqiqat) yakni
“dham” yang berarti menghimpit, menindih atau berkumpul. Nikah mempunyai
arti kiasan yakni “wathaa” yang berarti “setubuh” atau “aqad” yang berarti
mengadakan perjanjian pernikahan.1
Selain pengertian di atas, terdapat pengertian menurut Undang-undang
yang ada di Negara Indonesia yang mengatur tentang perkawinan terutama
dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Dalam
Undang-undang No. 1 tahun 1974 dalam pasal 1 disebutkan bahwa pengertian
perkawinan yaitu: perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.2
Sedangkan dalam pasal 1 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa
perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat

1
2

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia…., 258.
Soesilo, Pramudji R, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, (Rhedbook Publisher, 2008), 461.

20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kuat

atau

miitsaqon

gholiidhan

untuk

menaati

perintah

Allah

dan

melaksanakannya merupakan ibadah.3
B. Hukum Pernikahan
Islam menganjurkan pernikahan, bukti dari ini adalah beberapa ayat
menganjurkan pernikahan dan dari situlah kemudian bisa ditangkap bahwa
pernikahan adalah perintah Allah. Dalil lain adalah dalil sunnah dari Nabi SAW.
dalil sunnah ini adalah terdiri dari hadits maupun contoh dari Nabi SAW.
sendiri.

4

Berdasarkan sumber buku Muhammad Isnan dalam bukunya yang

berjudul "Subulus Salam Syarah Bulughul Maram Jilid 2", sebagaimana hadits
dari Annas bin Malik ra. yaitu:
, ‫ ل ني َص ى َ ا‬:‫ ال‬, ‫مِه َثنى ع ي‬
. ‫ مََ ٌ ع ي‬.‫مني‬

َ ْ ‫ي ص َى ه ع ي‬
َ ‫عن َ بن مالك ضي ه عن َ َب‬
َ
‫ فمن غب عن ْنَي ف ي‬,‫ َت َ الن اء‬,‫ َفطر‬, ‫َص‬

Dari Annas bin Malik ra. bahwa Nabi SAW. setelah memuji Allah dan
menyanjung-Nya, beliau bersabda, “ Tetapi aku salat, tidur, berpuasa, berbuka
dan menikah. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk umatku.5
Hukum pernikahan pada dasarnya adalah sunnah, akan tetapi pada
kondisi-kondisi tertentu beberapa ulama memiliki pandangan yang berbedabeda contohnya adalah sebagian ulama malikiyah mengatakan bahwa hukum
pernikahan ada 3 yaitu:
1.

Mubah (jaiz), sebagai asal hukumnya

3

Soesilo dan Pramudji R, Kompilasi Hukum Islam, (Rhedbook Publisher, 2008), 505.
Slamet Abidin, Maman Abd. Djaliel, Fiqih Munakahat 1…, 16.
5
Muhammad Isnan, Ali Fauzan, Darwis, Subulus Salam Syarah Bulugul Maram Jilid 2 , (Jakarta:
Darus Sunnah, 2015), 605.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2.

Sunnah, , bagi yang mau kawin dengan cukup mental dan ekonomi

3.

Wajib, bagi orang yang cukup ekonomi dan mental serta dikhawatirkan
terjebak dalam perbuatan zina6
Adapula pendapat dari ulama yang mengatakan bahwa perkawinan itu

haram, bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya
kepada istrinya serta nafsunyapun tidak mendesak, haramlah ia kawin.7 Ada
juga sebagian ulama lain yang mengatakan bahwa perkawinan itu hukumnya
bisa makruh, yaitu makruh kawin bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak
mampu memberi belanja istrinya, walaupun tidak merugikan istri, karena ia
kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat.8 Berdasarkan
penjelasan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa hukum nikah itu bisa
berubah sesuai dengan keadaan pelakunya.9
C. Syarat dan Rukun Pernikahan
1.

Syarat Pernikahan
Dalam masalah syarat pernikahan ini terdapat beberapa pendapat
di antara para madzab fikih, yaitu: ulama Hanafiyah, mengatakan bahwa
bagian syarat-syarat pernikahan berhubungan dengan sigat, dan sebagian
lagi berhubungan dengan akad, serta sebagian lainnya berkaitan dengan
saksi.

6

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), 221.
Moh. Thalib, Fikih Sunnah 6…, 24.
8
Ibid, 25.
9
Slamet Abidin, Maman Abd. Djaliel, Fiqih Munakahat 1…, 32.

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

a.

Sigat, yaitu ibarat ijab qabul, dengan syarat sebagai berikut:
1) Menggunakan lafal tertentu, baik dengan lafal sarih misalnya:

Tajwij ٌ ‫ ت ي‬atau inkahin ٌ ‫ا ا‬
2) Ijab dan qabul, dengan syarat yang dilakukan dalam satu majlis
3) Sigat didengar oleh orang-orang yang menyaksikannya
4) Antara ijab dan qabul tidak berbeda maksud dan tujuannya
5) Lafal sigat tidak disebutkan untuk waktu tertentu
b.

Akad, dapat dilaksanakan dengan syarat apabila kedua calon pengantin
berakal, baligh dan merdeka

c.

Saksi, harus terdiri atas dua orang. Maka tidak sah apabila akad nikah
hanya disaksikan oleh satu orang. Dan tidak disyaratkan keduanya
harus laki-laki dan dua orang perempuan. Namun demikian apabila
saksi terdiri dari dua orang perempuan, maka nikahnya tidak sah.
Adapun syarat-syarat saksi adalah sebagai berikut:
1) Berakal, bukan orang gila
2) Balig, bukan anak-anak
3) Merdeka, bukan budak
4) Islam
5) Kedua orang saksi itu mendengar

2.

Rukun Pernikahan
Jumhur ulama sepakat bahwa rukun pernikahan itu terdiri atas:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

a.

Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan
Perhatikan firman Allah SWT:
‫من ك شيء خ قنا‬
........ ‫ين لع َ ت كر‬
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat akan kebesaran Allah ….. }Q.S. Al-Az-Zariyat:49{.10
Dari ayat yang telah disebutkan diatas, menjelaskan bahwa
untuk menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan
disyari’atkanlah pernikahan. Oleh karena itu, apabila seseorang telah
mampu memberikan nafkah dan memenuhi beberapa syarat yang telah
ditentukan maka dianjurkan untuk menikah.11

b.

Wali
Keberadaaan seorang wali dalam akad nikah suatu yang mesti
dan tidak sah akad perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali. Hal ini
berlaku untuk semua perempuan, yang dewasa atau masih kecil, masih
perawan atau sudah janda.12
Dalam hadits Nabi dari Abu Burdah bin Abu Musa menurut
riwayat Ahmad dan lima perawi hadits yang artinya yaitu: “Tidak

boleh nikah tanpa wali”.
Selain hadits di atas, terdapat hadits yang menentukan
kedudukan wali sangatlah penting dalam perkawinan adalah hadits

10

Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya…, 478.
Slamet Abidin, Maman Abd. Djaliel, Fiqih Munakahat 1…, 66.
12
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), 89.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Nabi dari Aisyah yang dikeluarkan oleh empat perawi hadits selain
Nasa’i menyebutkan bahwa, yang artinya: “Perempuan mana saja yang

kawin tanpa izin walinya, perkawinannya adalah batal”.13
c.

Adanya dua orang saksi
Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila ada dua orang yang
menyaksikan akad nikah tersebut. Nabi Muhammad SAW. bersabda:
“Nikah itu tidak sah, melainkan dengan wali dan dua orang saksi”.
(H.R. Ahmad).

d.

Sigat akad nikah14
Dari beberapa syarat dan rukun perkawinan menurut pendapat Jumhur
Ulama diatas, ada juga beberapa pendapat tentang rukun perkawinan
menurut pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i. Menurut Imam Malik
rukun nikah itu ada lima, yaitu:
a.

Wali dari pihak perempuan

b.

Mahar (mas kawin)

c.

Calon pengantin laki-laki

d.

Calon pengantin perempuan

e.

Shigat akad nikah

Sedangkan menurut Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah ada lima,
yaitu:
13
14

Ibid, 90.
Slamet Abidin, Maman Abd. Djaliel, Fiqih Munakahat 1…, 68.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

a.

Calon pengantin laki-laki

b.

Calon pengantin perempuan

c.

Wali

d.

Dua orang saksi

e.

Shigat akad nikah15

D. Tujuan Pernikahan
Tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan
hidup jasmani dan rohani manusia, juga sekaligus untuk membentuk keluarga
dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya di dunia
ini, juga mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa
bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.
Beberapa rumusan tujuan perkawinan diatas dapat diperinci sebagai
berikut:
1.

Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat
manusia

2.

Mewujudkan suatu keluarga dengan dasar cinta kasih

3.

Memperoleh keturunan yang sah
Dari rumusan diatas, filosofi Islam Imam Ghazali membagi tujuan dan

faedah perkawinan kepada lima hal, seperti berikut:16

15
16

Ibid. 72.
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996), 26-27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

1.

Memperoleh keturunan yang sah yang akan melangsungkan keturunan serta
memperkembangkan suku-suku bangsa manusia

2.

Memenuhi tuntutan naluriah hidup kemanusiaan

3.

Memlihara manusia dari kejahatan dan kerusakan

4.

Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis pertama dari
masyarakat yang besar atas dasar kecintaan dan kasih saying

5.

Menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang
halal dan memperbesar rasa tanggung jawab
Selain penjelasan tentang tujuan pernikahan diatas, juga terdapat

tentang tujuan pernikahan di dalam KHI yang menyebutkan bahwa:
“Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, dan rahmah”.17 Berikut adalah sekilas arti atau penjelasan
mengenai sakinah, mawaddah, dan rahmah yaitu sebagai berikut:18
1.

Sakinah, artinya tenang

2.

Mawadah, keluarga yang di dalamnya terdapat rasa cinta, yang berkaitan
dengan hal-hal yang bersifat jasmani

3.

Rahmah, keluarga yang di dalamnya terdapat rasa kasih sayang, yakni yang
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat kerohanian

E. Pengertian Pernikahan Dibawah Tangan

17
18

Soesilo dan Pramudji R, Kompilasi Hukum Islam, (Rhedbook Publisher, 2008), 505.
Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia…, 262-263.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Perkawinan di bawah tangan ialah perkawinan yang dilaksanakan
dengan tidak memenuhi syarat dan prosedur peraturan perundang-undangan.19
Selain pengertian tersebut ada juga yang mengartikan perkawinan di bawah
tangan yaitu perkawinan yang memenuhi rukun dan syarat perkawinan dan sah
menurut hukum Islam tetapi belum atau tidak dicatat.20 Berdasarkan buku yang
ditulis oleh Mohammad Idris Ramulyo menyimpulkan bahwaperkawinan itu di
samping mahar, wali, 2 orang saksi, ijab qabul dan walimah tersebut harus pula
dituliskan, dicatatkan dengan katibun bil'adli (khatab atau penulis yang adil) di
antara kamu.21
Terdapat perbedaan pendapat tentang sah tidaknya perkawinan di
bawah tangan, dikarenakan adanya perbedaan penafsiran terhadap ketentuan
pasal 2 ayat (2) UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Yang jelas ketentuan
pasal 2 ayat (2) UU No. 1 tahun 1974 yang mengharuskan pencatatan
perkawinan terpisah dengan ketentuan pasal 2 ayat (1) yang mengatur tentang
sahnya perkawinan yang harus dilakukan menurut hukum agama dan
kepercayaannya.
Menurut hukum Islam, perkawinan di bawah tangan adalah sah, asalkan
telah terpenuhi syarat dan rukun perkawinan. Namun dari aspek peraturan
perundangan perkawinan model ini belum lengkap dikarenakan belum
19

Ibid, 295.
Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatatkan Menurut Hukum
Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 345.
21
Mohd Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara..., (Jakarta: Sinar
Grafika, 1995), 21.
20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

dicatatkan. Pencatatan perkawinan hanya merupakan perbuatan administratif
yang tidak berpengaruh pada sah tidaknya perkawinan.22
Selain ketentuan hukum Islam, juga terdapat Undang-undang yang
mengatur tentang perkawinan dan pencatatan perkawinan yang hukumnya
bersifat wajib untuk dipatuhi bagi warga Negara Indonesia. Jika tidak
dilaksanakan pencatatan perkawinan maka pernikahan tersebut tidak memiliki
kekuatan hukum dihadapan Pengadilan. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 4
disebutkan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan. Sedangkan dalam pasal 6 ayat (2) menyebutkan bahwa: perkawinan
yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai
kekuatan hukum.
Pasal 7 menyebutkan bahwa: 23
1.

Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh
Pegawai Pencatat Nikah

2.

Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat
diajukan isbat nikahnya ke Pengadilan Agama

3.

Isbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan:
a.

22
23

Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia ..., 295.
Soesilo dan Pramudji R, Kompilasi Hukum Islam, (Rhedbook Publisher, 2008), 506.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

b.

Hilangnya Akta Nikah

c.

Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat
perkawinan

d.

Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang
No. 1 Tahun 1974

e.

Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai
halangan perkawinan menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974
Selain ketentuan dalam KHI diatas terdapat juga dalam UU No. 1

tahun 1974. Dalam Udang-undang ini, pencatatan suatu perkawinan
ditempatkan pada tempat yang penting sebagai pembuktian telah diadakannya
perkawinan. Hal tersebut diminta oleh Pasal 2 Ayat (2) yang menyatakan bahwa
"Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang undangan yang
berlaku".24
Pencatatan bukanlah suatu hal yang menentukan sah atau tidaknya
suatu perkawinan. Dalam Surat Keputusan Mahkamah Islam Tinggi tahun 1953
No. 23/19 menegaskan bahwa bila rukun nikah telah lengkap, tetapi tidak
didaftar, maka nikah tersebut sah, sedangkan yang bersangkutan dikenakan
denda karena tidak didaftarkannya nikah itu.25
F. Tentang Tajdi>d al-Nika>h
1.
24
25

Pengertian Tajdi>d al-Nika>h

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia ..., 280.
Ibid, 281.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

Menurut bahasa tajdi>d adalah pembaharuan yang merupakan
bentuk dari ‫ َِد ص ي ِد ص ت ِيِا‬yang artinya memperbaharui.26 Kata tajdi>d
juga bisa diartikan memperbaharui atau menghidupkan kembali nilai-nilai
agama yang telah mengalami pergeseran dari ajaran yang Al-quran maupun
sunnah yang disebabkan karena khufarat maupun bid’ah di lingkungan umat
Islam.27
Selain itu dalam kata tajdi>d juga mengandung arti yaitu
membangun kembali, menghidupkan kembali, menyusun kembali, atau
memeperbaikinya sebagaimana yang diharapkan. Menurut itilah tajdi>d
adalah mempunyai dua makna yaitu:
a.

Apabila dilihat dari segi sasarannya, dasarnya, landasan dan sumber
yang tidak berubah-ubah, maka tajdi>d bermakna mengembalikan segala
sesuatu kepada aslinya

b.

Tajdi>d bermakna modernisasi, apabila sasarannya mengenai hal-hal
yang tidak mempunyai sandaran, das